Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Hipospadia
(Pre dan Post)
CI:
Syamsinar, AM. Kep
Disusun Oleh:
2. Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui
penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap
paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri
di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada.
2. Genetika
Terjadi karena turunan autosomal resesif dengan manifestasi tidak lengkap. Kelainan
kromosom ditemukan secara sporadis pada pasien dengan hipospadia.
3. Prematuritas
Peningkatan insiden hipospadia ditemukan di antara bayi yang lahir dari ibu dengan
terapi estrogen selama kehamilan. Prematuritas juga lebih sering dikaitkan dengan
hipospadia.
4. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
3. Patofisiologi
Hipospadia terjadi dari pengembangan tidak lengkap uretra dalam rahim. Penyebab
pasti cacat diperkirakan terkait dengan pengaruh lingkungan dan hormonal genetik.
Perpindahan dari meatus uretra biasanya tidak mengganggu kontinensia kemih. Namun,
stenosis pembukaan dapat terjadi, yang akan menimbulkan obstruksi parsial outflowing urin.
Hal ini dapat mengakibatkan ISK atau hidronefrosis. Selanjutnya, penempatan ventral
pembukaan urethral bisa mengganggu kesuburan pada pria dewasa.
4. Manifestasi Klinik
1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah
penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
2. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
3. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
4. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar,
mengalir melalui batang penis.
5. Pada Hipospadia grandular/ koronal, pasien dapat BAK dengan berdiri dengan
mengangkat penis keatas.
6. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal, pasien berkemih dengan jongkok. Penis akan
melengkung kebawah pada saat ereksi.
5. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi apabila letak meatus uretra tidak di ujung penis
yaitu:
1. Infertilitas
Hal tersebut dikarenakan pada saat proses pembuahan (ejakulasi) pancaran cairan
semen akan terganggu sehingga proses fertilitaspun akan terganggu
2. Gangguan psikososial
Penderita hipospadia akan mengalami gangguan pada pancaran urin terlebih lagi
pada hipospodia yang jenis proksimal pada saat berkemih akan merembes. Hal ini
akan menyebabkan penderita hipospadia merasa berbeda dengan orang lain
khususnya dalam berkemih.
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran: Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan
uretra penis pada kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-14.
5. Activity Daily Life
1. Nutrisi : Tidak ada gangguan
2. Eliminasi : anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran dalam
mengarahkan aliran urinnya, bergantung pada keparahan anomali, penderita mungkin
perlu mengeluarkan urin dalam posisi duduk. Konstriksi lubang abnormal
menyebabkan obstruksi urin parsial dan disertai oleh peningkatan insiden ISK.
3. Hygiene Personal : Dibantu oleh perawat dan keluarga
4. Istirahat dan Tidur: Tidak ada gangguan
7. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem kardiovaskuler: Tidak ditemukan kelainan
b. Sistem neurologi: Tidak ditemukan kelainan
c. Sistem pernapasan: Tidak ditemukan kelainan
d. Sistem integument: Tidak ditemukan kelainan
e. Sistem muskuloskletal: Tidak ditemukan kelainan
f. Sistem Perkemihan:
- Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal.
- Kaji fungsi perkemihan
g. Sistem Reproduksi
- Adanya lekukan pada ujung penis
- Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
- Terbukanya uretra pada ventral
- Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, drinage.
B. Diagnosa Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan
PRE OPERASI
1. -Ansietas yang behubungan dengan proses pembedahan
(uretroplasti).
POST OPERASI
2. -Nyeri berhubungan dengan pembedahan.
3. -Resiko infeksi (traktus urinarius) yang berhubungan dengan
pemasangan kateter.
-Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan penampilan penis
anak setelah pembedahan.
-Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
POST OPERASI
-Nyeri berhubungan dengan pembedahan
Tujuan: anak akan memperlihatkan peningkatan rasa nyaman yang ditandai oleh menangis,
gelisah, dan ekspresi nyeri berkurang.
Intervensi:
1. Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai program
R: pemberian obat analgesik untuk meredahkan nyeri
2. Pastikan kateter anak dipasang dengan benar
R: penempatan kateter yang tidak tepat dapat menyebabkan nyeri akibat drainase yang
tidak adekuat,atau gesekan akibat tekanan pada balon yang digembungkan.
-Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan penampilan penis anak setelah pembedahan
Tujuan: orang tua akan mengalami penurunan rasa cemas yang ditandai oleh pengungkapan
perasaan mereka tentang kelainan anak.
Intervensi:
1. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka tentang
ketidaksempurnaan fisik anak. Fokuskan pada pertanyaan tentang seksualitas dan
reproduksi.
R: membiarkan orang tua mengekspresikan perasaan serta kekhawatiran mereka, dapat
memberikan perasaan didukung dan dimengerti sehingga mengurangi rasa cemas mereka.
Mereka cenderung merasa sangat khawatir terhadap efek kelainan, pada aspek seksualitas
dan reproduksi.
2. Bantu orang tua melalui proses berduka yang normal
R: proses berduka memungkin orang tua dapat melalui kecemasan dan perasaan distress
mereka.
-Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah
Tujuan: orang tua mengekspresikan pemahaman tentang instruksi perawatan di rumah, dan
mendemonstrasikan prosedur perawatan dirumah
Intervensi:
1. Ajarkan orang tua tanda serta gejala infeksi saluran kemih atau infeksi pada area insisi,
termasuk peningkatan suhu, urine keruh.
R: mengetahui tanda dan gejala infeksi mendorong orang tua mencari pertolongan medis
ketika membutuhkannya
2. Ajarkan orang tua cara merawat kateter dan penis, termasuk membersihkan daerah
sekeliling kateter, mengosongkan kantong drainase dan memfiksasi kateter; jelaskan
pentingnya memantau warna serta kejernihan urine
R: informasi semacam ini dapat meningkatkan kepatuhan terhadap penatalaksanaan
keperawatan di rumah dan membantu mencegah kateter lepas serta infeksi
3. Anjurkan orang tua untuk mencegah anak untuk tidak mengambil posisi mengangkang,
saat mengendarai sepeda atau menunggang kuda
R: posisi mengangkang dapat menyebabkan kateter terlepas dan merusak area operasi
4. Apabila dibutuhkan, ajarkan orang tua tentang tujuan dan penggunaan obat antibiotik serta
obat-obatan, untuk spasme kandung kemih (meperidin hidroklorida [Demerol],
asetaminofen[Tylenol]); jelaskan juga perincian tentang pemberian, dosis dan efek
samping
R: obat analgesic dapat mengendalikan rasa nyeri. Spasme kandung kemih dapat terjadi
akibat iritasi kandung kemih. Dengan mengetahui efek samping mendorong orang tua
mencari pertolongan medis ketika membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong Wim, Samsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. Penerbit Buku
Kedokteran ECG. Jakarta.
2. Mansjoer, Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media
Aesculapius.
3. Purnomo, B Basuki. (2000). Dasar dasar urologi. Jakarta : Infomedika
4. Brunner and Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC