Вы находитесь на странице: 1из 14

Jejaring Administrasi Publik. Th V.

Nomor 2, Juli-Desember 2013

Studi Penganggaran Berbasis Kinerja pada Pemerintah


Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Ratna Puspitasari
Magister Kebijakan Publik, Departemen Administrasi FISIP- UNAIR.

Abstract

Public sector budgeting systems evolve and change according to the dynamics of public sector management and
claims that arise in the community, in various parts of the world, especially in Indonesia. In line with the
shifting paradigm of public sector management from the traditional model of public administration (tradi-
tional models of public administration) to the new public management approach, then develops a budgeting
approach that leads to the Performance-Based Budgeting (ABK) or Performance Budgeting (PB).
Basing analyisis results mainly take from diverse literature, it can be concluded that the practice of budgeting
are still many symptoms using traditional approaches among others, the inclusion of performance indicators
(input, output and outcome), which is not apparent size and standard biayannya. Besides, the budget is still
based on the previous year's budget, not based on the achievement of performance indicators to be achieved.
Some obstacles and bottlenecks in performance-based budgeting, among others, the absorption of a low budget,
the fear of government officials against bureaucratic compliance Furthermore the lack of stability of the budget
discussions between the executive and legislative issues add to the list.

Keyword: Performance-Based Budgeting, Provincial Government,

Pendahuluan anggaran yang ditetapkan dengan hasil


atau tujuan yang ingin diwujudkan dengan
Shah and Shen (2007) dalam Cipta pengeluaran anggaran tersebut (Diamond,
(2011:3) menyatakan bahwa sistem pengang- 2003, 6). Sama halnya dengan PPBS, konsep
garan sektor publik berkembang dan berubah zero-based budgeting (ZBB) dimaksudkan
sesuai dengan dinamika perkembangan untuk mengatasi kelemahan incremental
manajemen sektor publik dan tuntutan budgeting yang ada pada sistem anggaran
yang muncul di masyarakat. Sampai saat tradisional (line item budgeting). Sistem
ini, terdapat beberapa jenis penganggaran zero-based budgeting mencoba menciptakan
sektor publik, yaitu Line-Item Budgeting lingkungan kelembagaan dimana unit-unit
yang banyak digunakan pada negara berkem- kerja diminta untuk membuat prioritas-
bang, Planning Programing Budgeting prioritas berdasarkan hasil-hasil program
System (PPBS) yang mulai dikembangkan yang dapat dicapai pada berbagai tingkat
tahun 1960-an, Zero-Based Budgeting (ZBB) pengeluaran. Penyusunan anggaran dengan
yang mulai dikembangkan tahun 1970-an menggunakan konsep zero-based budgeting
dan terakhir Performance-Based Budgeting dapat menghilangkan incrementalisms dan
(PBB) yang mulai dikembangkan tahun line-item karena anggaran diasumsikan mulai
1990-an. Sistem penganggaran tradisional dari nol (zero-base) (Mardiasmo, 2005, 84).
berdasarkan line-item membawa beberapa Jenis yang terakhir, performance-based
permasalahan yang tidak hanya terjadi di budgeting, berkembang sejalan dengan ber-
Indonesia, tetapi juga pada negara-negara gesernya paradigma manajemen sektor publik
yang telah meninggalkan sistem pengang- dari model tradisional administrati publik
garan ini. (traditional model of public adminis-tration)
Beberapa literature dalam Cipta ke pendekatan new public manage-ment.
(2011) menjelaskan Planning Programming Beberapa pokok pikiran yang terkandung
Budget-ing System (PPBS) muncul sebagai dalam pendekatan new public management,
koreksi terhadap kelemahan sistem Line-Item seperti dinyatakan Hughes (1998), adalah
Budget-ing terutama dalam hal tidak adanya adanya perubahan yang mendasar adminis-
hubungan yang rasional antara besaran trasi publik tradisional dengan memberikan

356
Jejaring Administrasi Publik. Th V. Nomor 2, Juli-Desember 2013

perhatian yang besar pada pencapaian prakteknya antara lembaga legislatif dan
hasil; pergeseran dari birokrasi klasik untuk lembaga eksekutif. McGill (2001) mencoba
membuat organisasi, pegawai dan persyarat- menganalisis bagaimana reformasi pelayanan
an kepegawaian lebih fleksibel; penetapan public dijalankan khususnya di Amerika
sasaran organisasi dan personal secara Serikat mengingat pada saat penelitian
jelas dan indikator kinerja untuk mengukur performance budgeting sudah mencapai gene-
penca-paiannya; pejabat pemerintah secara rasi keempat pada saat analisis tersebut
politis lebih bertanggung jawab pada dibuat. Dalam prakteknya di pemerintahan
pemerintah yang sedang berkuasa; fungsi- federal masih diluar aturan dimana masih
fungsi pemerin-tah bisa dicoba dilaksanakan berbeda antara konsep dan prakteknya
oleh pasar; serta adanya kecenderungan me- sehingga masih harus direformasi struktur
ngurangi peran pemerintah melalui privati- dan prosesnya. Hal tersebut dianalisis melalui
sasi (Cipta, 2011:1-4). komparasi implementasi di beberapa negara
Paradigma manajemen dalam pemerin- OECD dan di Amerika Serikat sendiri.
tahan tersebut telah bergeser dalam dua Jong dkk (2012) menjelaskan bahwa
dekade terakhir ini yaitu dari berorientasi implementasi dari performance-based and
proses menjadi berorientasi hasil telah ikut programme budgeting reforms di Belanda juga
mereformasi sistem pengelolaan keuangan sudah ada lebih dari satu decade, beberapa
negara baik di negara maju maupun negara permasalahan mungkin tidak berbeda dengan
berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini pengalaman negara lain dan hanya sebagian
didukung pula berkembangnya isu tentang pencapaian yang dituju tinggal memenuhi
Good governance isu yang paling mengemuka harapan. Di satu sisi, belum ada banyak
dalam pengelolaan administrasi publik bukti yang mendukung pengalokasian ulang
dewasa ini. pengeluaran sebagai akibat dari reformasi ini.
Sancoko (2008) dalam Widyantoro (2010) Selain itu, nilai informasi anggaran dan beban
juga menyatakan bahwa Good governance administrasi untuk kementerian memiliki
erat kaitannya dengan New Public Mana- menjadi sumber perdebatan terus menerus. Di
gement (NPM). New Public Management sisi lain, the concept of linking funding to
merupakan sistem manajemen administrasi Results telah terbukti kegunaannya dalam
publik yang paling aktual di seluruh dunia manajemen lembaga dan membantu Depar-
dan sedang direalisasikan di hampir seluruh temen Keuangan dalam perannya untuk
negara maju. New Public Management me- membedakan antara powerful claim dan
rupakan fenomena global, yang mempunyai powerful claimant, meningkatkan manfaat
tujuan memperbaiki efisiensi dan efektivi- dan peningkatan transparansi, manajerial
tas, meningkatkan responsivitas, dan mem- dan fleksibilitas. Setelah satu dekade
perbaiki akuntabilitas manajerial organisasi terdapat hasil yang beragam dan beberapa
publik.Beberapa negara yang telah menerap pelajaran yang dipelajari yang memberi jalan
kan NPM ini seperti negara-negara yang untuk perbaikan besar-besaran dalam pene-
tergabung dalam OECD. Anggota OECD rapannya salah satunya reformasi struktur
yaitu negara Australia, Austria, Belgium, presentasi dan program yang disebut
Canada, Republik Ceko, Denmark, Finland, Accountable Budgeting (Verantwoord Begro-
Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Islan- ten).
dia,Irlandia, Itali, Jepang, Korea, Luksem- Perubahan tersebut dimaksudkan untuk
burg, Meksiko, Belanda, Selandia Baru, Nor- memungkinkan pengawasan parlemen yang
wegia, Polandia, Portugal, Republik Slova- lebih rinci terhadap pengeluaran serta mening-
kia, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Inggris katkan pengendalian internal oleh Kemen-
dan Amerika Serikat. terian Keuangan dan kementerian lain.
Fenomena empirik dalam penerapan Efektifitas dan efisiensi yang harus dicapai
NPM yaitu performance budgeting (PB) ini dalam sumber daya publik merupakan hal
dapat dilihat dari beberapa studi dari negara yang penting bagi Turki, maka maneje-
Amerika Serikat, Belanda dan Turki. Ame- men keuangan direformasi dan sistem
rika Serikat merupakan pelopor performance PB dipergunakan di Turki. atak dan ilingir
budgeting ternyata mengalami permasalahan (2010) menganalisis implementasi dari PB di
dalam proses penerapan dari teori menuju Turki yang dipandang dari sisi General

357
Jejaring Administrasi Publik. Th V. Nomor 2, Juli-Desember 2013

budget yang menemukan beberapa perma- underfinancing pada suatu unit kerja, yang
salahan dibalik beberapa kekuatan dari pada akhirnya tidak mencerminkan pada
sistem tersebut sehingga penerapan perfor- pelayanan publik yang sesungguhnya dan
mance budgeting di Turki tidak berjalan cenderung terjadi pemborosan. Untuk memper-
sebagaimana mestinya dari konsep yang baiki kondisi agar pengeluaran anggaran
seharusnya. daerah dapat didasarkan pada kewajaran
Sementara itu praktek penerapan PB ekonomi, efisien dan efektif (value for money)
juga telah dilakukan di Indonesia. Nur- dengan menerapkan sistem penganggaran
aeni (2009) menjelaskan bahwa ada era yang disusun berdasarkan pendekatan ang-
otonomi daerah sekarang ini, pemerintah garan kinerja (performance budget), standar
telah melakukan perubahan penting dan pelaya-nan dan berorientasi pada output
mendasar yang dimaksudkan untuk memper- outcome. Dalam nuraeni (2009) Yuwono dkk
baiki berbagai kelemahan dan kekurangan (2005: 63) menjelaskan bahwa banyak aspek
yang ada serta upaya untuk mengakomo- yang muncul dalam reformasi keuangan
dasikan berbagai tuntutan dan aspirasi daerah. Namun yang paling umum menjadi
yang berkembang di daerah dan masyarakat. sorotan bagi pengelola keuangan daerah,
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 adalah adanya aspek perubahan mendasar
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam pengelolaan anggaran daerah (APBD).
dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Sri Rahayu dkk (2007) dalam Widyantoro
tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah (2011) menjelaskan bahwa di Indonesia,
Pusat dan Daerah membawa perubahan penerapan performance budgeting hanya
fundamental dalam hubungan tata pe- diikuti daerah pada tingkat perubahan teknis
merintahan dan hubungan keuangan, sekali dan format, namun perubahan paradikma
gus membawa perubahan penting dalam belum banyak terjadi. Hasil kajian Badan
pengelolaan Anggaran Daerah, khususnya Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK)
masalah penganggaran. Departemen Keuangan (2008) menyatakan
Nuraeni (2009) melanjutkan bahwa bahwa Pemerintah Indonesia telah melak-
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 sanakan Anggaran Berbasis Kinerja tetapi
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah belum utuh dan konsisten. Penerapan
sebagai terjemahan dari pasal 150 s/d anggaran berbasis kinerja ini diperkuat oleh
pasal 194 Undang-Undang Nomor 32 Tahun laporan Local Governance Support Program
2004 berusaha menjembatani tuntutan (2009) dalam Pengawasan DPRD terhadap
masyarakat dan daerah dalam pengelolaan Pelayanan Publik yang menyatakan bahwa
keuangan daerah yang baik dan berorientasi beberapa instrument pertanggungjawaban
pada kepentingan public. kinerja dibuat secara sepihak, seperti Laporan
Peraturan Pemerintah ini telah menyi- Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) cen-
ratkan adanya arah kebijakan pengelola derung terkesan hanya formalitas dan tidak
an keuangan daerah (anggaran daerah) cukup dapat diandalkan untuk menilai kinerja
yang berorientasi pada public, yang sangat organisasi publik.
jelas tercantum pada pasal 19 Peraturan Dalam artikel ini penulis mencoba meng-
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 bahwa uraikan hasil penelitian yang penulis lakukan
Anggaran Daerah disusun berdasarkan mengenai PB atau juga disebut peng-
anggaran kinerja. Selanjutnya pada ayat (2) anggaran berbasis kinerja (performance -
pasal 19 dimaksud, menyatakan bahwa guna based budgeting) dengan melakukan analisis
menunjang penyiapan anggaran kinerja seba- komparasi pada tiga pemerintah daerah
gaimana dimaksud pada ayat 1 Pemerintah provinsi dilihat dari kesehatan anggaran,
Daerah mengembangkan standart analisa perbandingan anggaran dan realisasi ,persya-
belanja, tolok ukur kinerja dan standar biaya. ratan penetapan dan penggunaan indikator
Pada era sebelumnya, sesuai dengan Per- kinerja dalam proses penyusunan anggaran
aturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun (APBD) dan kemungkinan faktor-faktor yang
2000, penentuan besarnya alokasi dana meng menyebabkan belum berjalannya pengang
gunakan incrementalisme dan line item. Kon- garan berbasis kinerja (performance-based
sekuensi logis dari penerapan kedua pende- budgeting) tersebut. Pemerintah daerah yang
katan ini adalah terjadinya overfinancing atau menjadi objek penelitian adalah Pemerintah

358
Jejaring Administrasi Publik. Th V. Nomor 2, Juli-Desember 2013

Daerah Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta tujuan nya, Robinson dan Last (2009)
dan Jawa Timur yang mewakili provinsi menyatakan persyaratan mendasar dalam
dengan jumlah penduduk yang besar dan penerapan bentuk sederhana penganggaran
PAD yang besar di Pulau Jawa. berbasis kinerja (performance-based budge-
ting), adalah informasi mengenai sasaran dan
Kerangka Konseptual hasil dari pengeluaran pemerintah dalam
bentuk indikator kinerja dan evaluasi
Salah satu wujud reformasi sistem program sederhana, dan Proses penyusunan
peng-anggaran (budgeting reform) adalah anggaran yang dirangcang untuk menfasi-
pene-rapan Anggaran Berbasis Kinerja litasi penggu-naan informasi tersebut. Hal
(Performance Based Budgeting). Sistem ini ini, seperti yang dinyatakan Hou (2010),
sudah menjadi tren perkembangan di banyak menunjukkan bahwa desain dari performance-
negara sejalan dengan budaya manajemen based budgeting didasarkan pada pemikiran
publik baru (Bambang Sancoko dkk, 2008). Di bahwa memasukan ukuran kinerja dalam
Indonesia, sistem tersebut diamanahkan ang-garan akan mempermudah pemantau-
dalam Undang- Undang No. 17 Tahun 2003 an terhadap program untuk melihat seberapa
tentang Keuangan Negara pasal 14 ayat (1) baik pemerintah telah mencapai outcome yang
dan (2) serta dituangkan dalam PP No. dijanjikan dan diinginkan.
20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tujuan dari Reformasi manejemen keua-
pasal 3 ayat (2) dan PP No. 21/2004 tentang ngan yang disebut Performance Budgeting,
reformasi di bidang keuangan dengan yang dilakukan PBB yang dijelaskan dalam
lahirnya tiga paket undang-undang, yaitu Jong dkk (2011) yaitu secara umum terbagi
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang menjadi dua yaitu :
Keuangan Negara, Undang- Undang No. 1 Peningkatan atas transparansi pengelu-
tahun 2004 tentang Perbendaaraan Negara, aran pemerintah dan hasil terkait
dan Undang-undang No. 15 tahun 2004 untuk memberikan peluang pemilih dan
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tang legislatif yang lebih baik untuk akunta-
gung jawab Keuangan Negara, telah menan- bilitas dan pengawasan. Hal ini melibat-
dai dimulainya era baru dalam pengelolaan kan pengintegrasian data kinerja dalam
keuangan negara. Ketiga UU tersebut menjadi dokumen anggaran dan membutuhkan
dasar bagi reformasi di bidang keuangan pengukuran dan pelaporan informasi
negara, yaitu dari administrasi keuangan kinerja.
(financial administration) menjadi pengelola- Peningkatan alokasi dan pengelolaan
an keuangan (financial management) (Akh- sumber daya yang efektif. Hal ini
mad Solikin, 2006 dalam Widyantoro , 2010). tidak hanya membutuhkan pengukuran
Robinson dan Brumby (2005) dalam Cipta dan pelaporan informasi kinerja tetapi
(2011) mendefinikan performance budgeting juga benar-benar menggunakan infor-
sebagai prosedur dan mekanisme yang masi ini untuk menginformasikan
dimaksudkan untuk memperkuat kaitan keputusan yang dibuat dalam proses
antara dana yang disediakan untuk entitas anggaran.
sektor publik dengan outcome dan/atau output
entitas tersebut melalui penggunaan infor-
masi kinerja formal dalam pengambilan Perangkat Performance Budgeting
keputusan alokasi sumberdaya. Pengertian
yang tidak jauh berbeda diberikan oleh Analisa klasifikasi anggaran dijelaskan
Shah dan Shen (2007), yaitu suatu sistem atak dan ilingir (2010:8-10) di dalam,
penganggaran yang menyajikan tujuan dan penelitiannya tentang Kinerja Penganggaran
sasaran untuk apa dana dibutuhkan, biaya di Turki. Metode Performance Budgeting yang
dari program yang diusulkan dan kegiatan diimplementasikan di Turki ini dapat menjadi
yang terkait untuk mencapai tujuan ter- metode yang cukup baik tanpa melupakan
sebut, serta output yang dihasilkan atau jasa evaluasi dalam pelaksanaan ketika melihat
yang diberikan pada setiap program. kondisi di lapangan. Di Turki anggaran diper-
Cipta (2011) menjelaskan selanjutnya siapkan sesuai dengan analisa klasifikasi
bahwa sejalan dengan pengertian dan anggaran. Klasifikasi anggaran belanja didasar

359
Jejaring Administrasi Publik. Th V. Nomor 2, Juli-Desember 2013

kan pada empat kategori: kelembagaan, fung- dimulai pada tahun 2005 dalam hal proses
sional, pembiayaan, dan klasifikasi ekonomi. penganggaran, dan pada tahun 2006 dalam
Klasifikasi institusional memiliki empat konsep yang seharusnya. Istilah Penganggaran
tingkat. Tingkat pertama mengidentifikasi ke- berbasis kinerja" diguna-kan dalam UU
menterian dan peraturan serta lembaga pe- PFMC. Hal ini menyatakan bahwa masyara-
ngawas. Tingkat kedua meliputi divisi yang kat administrasi menyusun program / alokasi
langsung melapor ke tingkat pertama. Tingkat sumber daya berbasis proyek dan anggaran
ketiga mengidentifikasi unit beroperasi di berdasarkan rencana strategis mereka, tu-
bawah tingkat kedua. Tingkat keempat juan dan indikator kinerja.
adalah untuk dukungan, logistik dan unit Perangkat Performance Budgeting yaitu
ek-sekutif tertentu. Klasifikasi fungsional me- rencana strategis, program kerja, anggaran
ngikuti klasifikasi internasional dari fungsi dan laporan pertanggungjawaban. Selain itu,
Pemerintah (Kraan, Bergvall dan Hawkes ada perangkat pelengkap yang disebut analisis
worth, 2007). Klasifikasi fungsional memiliki klasifikasi anggaran. Rencana strategis ter-
empat tingkat. Tingkat pertama adalah masuk tujuan jangka menengah dan jangka
untuk klasi-fikasi pengeluaran pemerintah panjang, nilai-nilai inti dan kebijakan, capai-
dalam hal se-puluh jasa yaitu: pelayanan an dan prioritas, dan indikator kinerja ad-
umum publik; jasa pertahanan; ketertiban dan ministrasi publik serta metode diikuti untuk
pelayanan ke-amanan publik; tindakan mencapai tujuan dan alokasi sumber daya.
ekonomi dan jasa; jasa perlindungan ling Rencana strategis menentukan posisi saat ini
kungan; layanan untuk perumahan dan dan yang diinginkan organisasi serta cara
kesejahteraan rakyat; pe-layanan kesehatan; untuk menutup kesenjangan antara dua kon-
jasa rekreasi, budaya dan agama; pelayanan disi. Rencana strategis mencakup lima
pendidikan; dan layanan untuk jaminan sosial tahun dalam satu periode di Turki. Kewajiban
dan bantuan sosial. ad-ministrasi publik untuk mempersiapkan
Klasifikasi pembiayaan adalah satu digit ren-cana strategis dinyatakan dalam Pasal 9
dan satu-tingkat kode. Sumber pendanaan UU PFMC, yang mulai berlaku pada Januari
ditampilkan dalam bagian dan mungkin salah 2005.
satu dari berikut: anggaran umum, anggaran Program Kerja mencakup unsur-unsur
swasta, lembaga jaminan sosial, pemerintah sebagai berikut, yakni : 1). target kinerja dan
daerah, alokasi swasta, pinjaman proyek luar indikator kinerja administrasi publik yang
negeri, dan kontribusi serta bantuan. berkaitan dengan periode program; 2). Kegiat
Klasifikasi ekonomi memiliki empat an yang akan dilaksanakan, dan kebutuhan
tingkat di mana tingkat pertama merupakan sum-ber daya sehingga mencapai target; dan
kode utama dan sisanya menunjukkan 3). Informasi tentang administrasi terkait .
rincian. Ada sembilan pilihan untuk tingkat Ang-garan. Sebuah kerangka anggaran multi-
pertama. Ini adalah belanja pegawai, premi tahun digunakan sebagai dasar proses ang
negara untuk lembaga jaminan sosial, garan tahunan. Waktu perencanaan untuk
pengeluaran untuk pembelian barang dan setiap anggaran adalah tiga tahun. Alokasi
jasa, belanja bunga, transfer saat ini, belanja dari tahun pertama disahkan menjadi UU
modal, transfer modal, pinjaman, dan alokasi Central Government Budget (UU CGB).
cadangan. Tingkat pertama dan tingkat Alokasi dari setelah dua tahun ditetapkan
keempat memiliki dua digit, tingkat kedua sebagai indikator oleh pemerintah dan tidak
tingkat ketiga memiliki satu digit. disahkan. Admi-nistrasi dalam anggaran
Seperti di sebagian besar negara maju dan umum menyiapkan anggaran pengeluaran,
berkembang,pendekatan penganggaran ber- dan anggaran penda-patan umum disiapkan
basis kinerja atau PB diperkenalkan di oleh Departemen Ke-uangan. Administrasi
sektor publik di Turki pada tahun 2003 lainnya yang dipersiap-kan baik pendapatan
dengan berlakunya UU Manajemen Keuangan dan anggaran belanja. Analisis klasifikasi
Publik dan Pengendalian atau The Public anggaran. Anggaran dipersiapkan sesuai
Financial Management and Control (PFMC) dengan analisa klasifikasi anggaran. Klasifi-
(PFMC) UU. Hukum PFMC meliputi kasi dari anggaran belanja didasarkan pada
manajemen keuangan dan kontrol dari semua empat kategori: kelembagaan, fungsional,
administrasi publik. Pelaksanaan UU tersebut pembiayaan, dan klasifikasi ekonomi.

360
Jejaring Administrasi Publik. Th V. Nomor 2, Juli-Desember 2013

Laporan Akuntabilitas atau Laporan angan daerah yang ada di Indonesia


Pertang gung Jawaban. Laporan pertanggung dengan tempat dilakukannya penelitian
jawaban menyajika laporan kegiatan sebagai Brown, yaitu di Amerika Serikat. Berdasar-
berikut elemen: a). sumber daya yang kan telaah dan diskusi yang telah dilakukan
digunakan, dan alasan untuk penyimpangan dan memperhatikan pula ketersediaan data,
dari target anggaran dan realisasi; b). Infor- maka dihasilkan 9 (sembilan) indikator
masi keuangan yang terdiri dari informasi keuangan yang dapat digunakan dalam
mengenai kegiatan asosiasi, lembaga dan memotret kesehatan keuangan daerah.
organisasi dibantu melalui aset dan kewa- 1. Indikator pendapatan daerah per
jiban; c). informasi ten-tang kegiatan dan kapita; Rasio ini pada dasarnya
informasi dari kinerja dilakukan sesuai menunjukkan ukuran riil dari besar-
rencana strategis dan pro-gram kerja; dan d). nya pendapatan daerah karena dibagi
informasi umum tentang administrasi terkait. dengan jumlah penduduk yang harus
dilayani oleh pemerintah daerah.
Analisis Kesehatan Keuangan Daerah 2. Indikator kemandirian keuangan
daerah; indikator ini diukur dengan
Dalam Laporan Analisis Realisasi APBD menggunakan rasio Pendapatan Asli
2012 yang disusun oleh DPJK disebutkan Daerah dibagi dengan total pendapatan
tentang analisis indikator kesehatan keu- daerah.
angan daerah. Analisis indikator kesehatan 3. Indikator Rasio Ruang Fiskal Daerah;
keuangan per daerah dilakukan atas daerah Indikator ini pada dasarnya menunjuk
yang mempunyai data Laporan Realisasi kan seberapa besar ruang fiskal atau
Anggaran (LRA) dan data non keuangan keleluasaan yang dimiliki daerah
secara lengkap yang tersedia di Direktorat dalam menggunakan dananya secara
Jenderal Perimbangan Keuangan. Analisis bebas dalam menentukan prioritas
tersebut mengadopsi pada teori Ten Point belanja yang akan didanai.
Test untuk mengetahui tingkat kondisi 4. Indikator Peningkatan Pajak Daerah
kesehatan keuangan masing-masing daerah dan Retribusi Daerah; Peningkatan
dengan melihat skor akhir (skor) dari pajak daerah dan retribusi daerah
masing-masing daerah. The Ten-Point Test of secara tidak langsung bisa tercermin
Fiscal Condition dikembangkan oleh Kenneth dari kemampuan daerah dalam meng-
W. Brown (1993), dan termuat dalam jurnal konversi seluruh potensi penerimaan
yang disusun oleh Honadle, B.W., James M. pajak daerah menjadi pajak daerah
Costa, and Beverly A. Cigler, 2004, Fiscal yang bisa dipungut. Potensi penerima-
Health for Local Governments: An Intro- an pajak daerah bisa tercermin dari
duction to Concept, Practical Analysis, and besarnya Pendapatan Domestik
Strategies, Elsevier Academic Press: New Regional Bruto (PDRB) dari masing-
York. Alat pengukuran ini pada dasarnya masing daerah.
memotret kondisi kesehatan fiskal antar 5. Indikator Kemampuan Mendanai Be-
pemerintah daerah dengan berdasarkan lanja Daerah; Kemampuan keuangan
beberapa rasio sederhana, yang setiap daerah tentu saja tercermin dari selu-
rasionya terfokus pada empat aspek kese- ruh penerimaan daerah baik pendapat-
hatan fiskal yaitu pendapatan, pengeluaran, an APBD dan penerimaan pembiayaan,
posisi operasi dan struktur utang. Metode yang seharusnya bisa mencukupi untuk
peng-skor-an yang tidak terlalu rumit tapi digunakan dalam mendanai seluruh
peng-skor-annya cukup komprehensif meru- belanja daerah dan pengeluaran pembi-
pakan kelebihan dari alat pengukuran kese- ayaan yang direncanakan.
hatan fiskal dari Brown. 6. Indikator Belanja Modal; Salah satu
Untuk mengetahui potret kesehatan ukuran kualitas belanja yang baik
keuangan daerah di Indonesia dilakukan adalah dengan semakin besarnya porsi
modifikasi terhadap metode ten-poin-test ter- belanja modal sebagai bagian dari total
sebut. Penyesuaian atau modifikasi tersebut belanja daerah. Belanja modal yang
dilakukan karena adanya perbedaan jenis besar diharapkan akan memberikan
dan standarisasi data dan informasi keu- dampak yang positif bagi pertumbuhan

361
Jejaring Administrasi Publik. Th V. Nomor 2, Juli-Desember 2013

ekonomi di daerah dan pada akhirnya Gambar 1.1.


Perbandingan APBD dan Realisasi APBD secara
akan meningkatkan potensi-potensi
Nasional Tahun Anggaran 2011/2012
penerimaan daerah yang baru.
7. Indikator Belanja Pegawai Tidak
Langsung; Semakin membaiknya
kua-litas belanja daerah bisa juga
dilihat dari semakin menurunnya
porsi belanja pegawai tidak langsung
dalam APBD. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin sedikit porsi APBD
yang digunakan untuk belanja
aparatur, sehingga APBD bisa lebih
terkonsentrasi pada belanja yang
langsung terkait dengan layanan
publik. Asumsinya belanja ini
semakin berkurang maka akan dire-
alokasikan ke belanja modal dan be-
lanja barang dan jasa yang lebih
efektif dalam mendorong roda pereko-
nomian daerah.
8. Indikator optimalisasi SiLPA;
Besarnya SiLPA pada akhir tahun
tentunya menjadi salah satu sumber
pembiayaan pada tahun berikutnya
untuk mendanai belanja daerah. Jika Mendasarkan Laporan analisis realisasi APBD
SiLPA tersebut mampu dimanfaatkan Tahun Anggaran 2012 memperlihatkan bahwa
untuk belanja pada tahun berkenaan, realisasi pendapatan lebih tinggi dibandingkan
maka memberikan indikasi bahwa dengan anggarannya, sementara realisasi
daerah mampu mengoptimalkan belanja daerah lebih rendah dibandingkan
penggunaan SiLPA. anggarannya secara Nasional. Selisih negatif
9. Indikator kemampuan pembayaran realisasi belanja daerah ditambah dengan
pokok hutang dan bunga daerah; selisih positif realisasi pendapatannya
indika-tor ini menunjukkan seberapa mengakibatkan terjadi surplus di akhir tahun.
besar porsi pendapatan daerah yang Terjadinya surplus dalam realisasi APBD
diguna-kan untuk membayar pokok tahun 2012 ternyata lebih banyak didorong
pinjaman beserta bunganya dalam oleh terjadinya pelampauan pendapatan,
satu periode waktu tertentu. dimana pelampauan realisasi pendapatan
111,70% (lihat Gambar 1) dari anggaran,
Pembahasan sementara realisasi belanja 99,39% dari
anggaran. Pada tahun 2012, realisasi
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja pendapatan lebih tinggi Rp 65,4 triliun dan
(ABK) atau Performance Budgeting (PB) realisasi belanja daerah lebih rendah Rp3,6
masih mengalami banyak kendala dilapang- triliun dari anggarannya. Kondisi ini sedikit
an. Dalam penelitian ini dikumpulkan be- berbeda dengan kondisi dua tahun terakhir
berapa data sekunder dari berbagai macam (2010 dan 2011), di mana realisasi pendapatan
literature baik dari jurnal, laporan pemerin- maupun belanja lebih tinggi dari anggaran
tah maupun berita yang dianalisis secara nya. Pada tahun 2012, faktor yang paling
komparasi untuk melihat bagaimana kondisi dominan dalam mendorong pelampauan
penerapan sistem manajemen tersebut perkiraan pendapatan daerah adalah pada
dilapangan khususnya untuk tiga Pemerin- pos Dana Perimbangan dan peningkatan PAD.
tah Daerah Provinsi yaitu Pemerintah Sementara di sisi yang lain, pada sek-tor
Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa belanja secara umum tidak terjadi pe-
Timur. lampauan. Justru pada sektor belanja terlihat
kesenjangan besar dana pengeluaran pem-

362
Jejaring Administrasi Publik. Th V. Nomor 2, Juli-Desember 2013

biayaan di tingkat Provinsi yang tidak Tabel 1. Perbandingan APBD Tahun 2012
terserap sesuai dengan anggaran (lihat tabel
1). Walau-pun terlihat pelampauan belanja di
provinsi secara agregat, namun jumlah
belanja yang tidak terealisasi di kabupaten/
kota jauh lebih besar, sehingga jika dilihat
secara nasional pelampauan belanja di
provinsi tidak cukup untuk menutupi
pelampauan belanja di kota/ kabupaten. Hal
ini menunjukkan bahwa daerah tidak cukup
mampu mengejar peningkatan belanja pada
saat terjadi tambahan pendapatan yang cukup
signifikan dari sektor transfer pusat maupun
peningkatan penerima-an pajak daerah, atau
dapat dikatakan bahwa daerah belum mampu Analisis indikator kesehatan keuangan per
melakukan penyesuaian yang diperlukan provinsi juga dilakukan untuk mengetahui
untuk menyerap pelampauan pen-dapatan tingkat kesehatan keuangan masing-masing
tersebut. provinsi dengan melihat skor akhir (score)
Hal yang penting diperhatikan juga dari masing-masing provinsi. Berdasarkan
adalah bahwa pelampauan belanja yang penghi-tungan atas indikator-indikator ter-
terjadi di daerah ternyata justru terjadi pada sebut DPJK telah merilis analisisnya pada
pelampauan belanja pegawai tidak langsung laporan analisis dan realisasi APBD 2011 dan
yaitu meningkat sebesar Rp 26 triliun, 2012. Pada data ditampilkan hanya dua
sementara belanja modal justru tidak tercapai provinsi yang dibahas dalam penelitian ini
sebesar Rp 6 triliun. Kondisi tersebut di yaitu Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa
atas patut mendapat perhatian serius baik Barat.
dari pusat maupun daerah sendiri. Harus Berdasarkan Skor Tingkat Kesehatan
diakui bahwa pendapatan APBD masih Keuangan Daerah Provinsi yang dikeluar-
sangat bergantung kepada transfer dari kan oleh DJPK Pada Tahun 2011 dan 2012
pusat, sehingga informasi yang relatif cepat menyebutkan bahwa Provinsi Jawa Timur dan
dan akurat atas dana perimbangan tersebut Jawa Barat selalu dibawah rata-rata. Kedua
harus diperbaiki. provinsi besar tersebut kalah dengan Provinsi
Berdasarkan data menunjukkan bahwa Kalimantan Timur dan sebagian besar
angka negatif menunjukkan bahwa realisasi Provinsi di wilayah Sumatera memiliki
anggaran jauh lebih kecil dibandingkan tingkat kesehatan keuangan yang tinggi, di
rencana anggaran. Dari tabel 2 dibawah mana banyak daerah di wilayah Sumatera
ini penyerapan anggaran belanja di ketiga berada di atas rata-rata, melebihi daerah-
Provinsi tersebut negatif kecuali belanja di daerah di wilayah Jawa yang sebagian besar
Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut membuk- berada di peringkat rata-rata. Justru
tikan bahwa Provinsi Jawa Barat dan DKI beberapa daerah di wilayah Kalimantan
Jakarta belum mencapai target penyerapan memiliki kesehatan keuangan di atas rata-
yang ditetapkan, khususnya bagi belanja rata seluruh daerah.
Modal. Sementara itu berbeda dengan Hal ini cukup menarik, mengingat jika
realisasi belanja, realisasi pendapatan melihat keunggulan dalam pengelolaan
menunjukkan angka yang positif khususnya keuangan dan ketersediaan sumber daya
pencapaian pendapatan PAD Provinsi Jawa manusia, provinsi di wilayah Jawa memiliki
Barat dan DKI Jakarta. tingkat pengelo-laan keuangan daerah yang
relative lebih bagus dibandingkan dengan
daerah di wilayah lain. Di samping itu,
jugamemiliki keunggulan dalam sumber daya
manusia serta sarana dan prasarana
infrastruktur diban-dingkan daerah lain di
wilayah Indonesia. Sementara Jawa Barat
dan Jawa Timur malah tertinggal jauh

363
Jejaring Administrasi Publik. Th V. Nomor 2, Juli-Desember 2013

dibawah rata-rata di dua periode berturut- rancangan anggaran sampai batas rincian
turut. yang mungkin tidak realistis atau tidak
Beberapa masalah yang telah praktis. Hasilnya, rancangan anggaran yang
dijabarkan sebelumnya terjadi bisa dari dihasilkan akan terlihat berbeda dengan
faktor-faktor eksternal maupun internal. dokumen perencanaan, sehingga menyebab
Nuraeni (2009) menjelaskan masalah peng kan konflik antara DPRD dan Eksekutif.
anggaran didaerah pada umumnya terjadi Konflik yang terjadi biasanya mengakibatkan
ketidak kon-sistenan dengan berbagai produk tertunda nya pengesahan APBD.
perencanaan yang telah dipersiapkan. Di Tidak dapat disahkannya anggaran
samping itu juga tidak jarang harus berben sesuai jadwal, menyebabkan Pemerintah
turan dengan peraturan yang mengaturnya. Daerah tidak dapat secara langsung mendanai
Beberapa contoh yang lebih spesifik anta proyek-proyek atau kegiatan. Dua bulan
ra lain adalah keterpaduan perencanaan dan untuk membahas RAPBD tersebut, sehingga
peng anggaran. Keterkaitan antara UU No penge-sahan anggaran setidaknya terjadi
25 Tahun1999, UU No 17 Tahun 2003 dan pada bulan keempat tahun anggaran yang
UU No 32 Tahun 2004 dalam penyusunan bersang-kutan. Kualitas beberapa proyek
Rencana Pembangunan Jangka Menengah menjadi rendah, karena waktu yang kurang
Daerah (RPJMD), Kebijakan Umum Ang akibat keterlambatan pengesahan anggaran.
garan dan Prioritas Plafon Anggaran Semen Oleh karena hal tersebut, untuk mempercepat
tara (KUA/PPAS), dan anggaran tahunan proses pengesahan anggaran, baik pihak
kurang jelas. Dalam tiga peraturan tersebut, legislatif maupun eksekutif harus melakukan
tidak disebutkan secara tegas bahwa pendekatan dan menerapkan langkah -
RPJMD sebagai wilayah perencanaan langkah yang diperlukan bagi penyelesaian
tidak boleh menyebutkan anggaran, padahal proses APBD secara efisien dan tepat waktu.
rencana program tanpa anggaran, maka Permasalahan lain yang muncul terkait hal
tidak akan dapat diketahui input dan output diatas contohnya terjadi di Jawa Barat
program/kegiatan yang bersangkutan. Penyu- dimana terdapat adanya aturan pencairan
sunan anggaran hanya berdasarkan pada dana APBD yang dianggapnya berbelit dan
KUA dan PPAS. Oleh karena itu dalam kasus melalui proses panjang, juga turut menyum-
perencanaan seperti dalam penyusunan bang seretnya penyerapan anggaran seperti
RPJMD, Rencana Strategis (RENSTRA), untuk menyalurkan dana biaya operasional
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sekolah saja, harus terlebih dahulu
dan Rencana Kerja (RENJA), untuk menca- menyusun peraturan gubernur (Pergu) untuk
pai target kinerja tertentu menjadi terlalu setiap kegiatan.
besar nilainya, yang kemudian ketika masuk Problematika rendahnya penyerapan
di KUA/PPAS terjadi pemangkasan yang anggaran belanja, tidak hanya menjadi
cukup besar, yang mengakibatkan target permasalahan di tingkat nasional, tetapi juga
kinerja tidak tercapai. melanda berbagai instansi yang ada di daerah
Nuraeni (2009) melanjutkan bahwa hal termasuk Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur
lain dalam penerapan anggaran kinerja dan Jawa Barat. Ada bermacam penyebab
adalah tidak terdapat indikator untuk yang menimbulkan seretnya penyerapan
mengukur pencapaian target penyediaan anggaran di daerah, mulai dari masih:
layanan yang digunakan dalam perencanaan, a. adanya kegamangan aparat
serta tidak adanya kaitan dengan indikator pengelola anggaran di tingkat
target dalam anggaran tahunan yang instansi,
berbasiskan kinerja. Dalam Kepmendagri No b. lambatnya proses tender,
29 Tahun 2002, DPRD (pihak legislatif) c. lambatnya pengesahan dokumen
menetapkan KUA yang berfungsi sebagai pelaksanaan anggaran,
panduan kebijakan umum bagi eksekutif d. Kurangnya SDM yang berserti-
dalam menyusun rancangan anggaran fikat,
(RAPBD). Sementara, dalam Permendagri e. kelemahan dalam perencanaan
No 13 Tahun 2006, DPRD mengeluarkan awal,
KUA. Kebijakan Umum Anggaran (KUA)
membatasi eksekutif dalam penyusunan

364
Jejaring Administrasi Publik. Th V. Nomor 2, Juli-Desember 2013

f. Kelemahan dalam sistem pengen- siluman di dalam APBD DKI 2012 mencapai
dalian intern di bidang pengadaan Rp 1,471 triliun. BPKP juga menelusuri
barang dan jasa, serta anggaran yang tercantum dalam APBD DKI
g. lambatnya penerbitan juklak dan Perubahan 2012, dalam APBD-P 2012,
juknis pelaksanaan kegiatan yang ditemukan anggaran siluman sebesar Rp 8,23
didanai DAK. miliar. Anggaran itu untuk bantuan sosial
(bansos) dan hibah dengan 191 penerima
Pengawasan Keuangan dan Pemba- baru. Padahal dalam pembahasan APBD
ngunan (BPKP) mencatat ada tiga perma- tersebut, ratusan penerima itu tidak ada.
salahan dalam Anggaran Pendapatan dan Reformasi dari implementasi Performance
Belanja Daerah DKI Jakarta 2012. Masa- Budgeting khususnya di Provinsi DKI
lah ini dinilai berpotensi menyebabkan Jakarta, segera menerapkan e-budgeting
terjadinya penyimpangan dalam penggunaan dalam penyusunan APBD DKI. Melalui e-
anggaran. BPKP menemukan ada satuan budgeting, keberadaan anggaran siluman
kerja perangkat daerah yang tidak menga- dapat diminimalkan atau dihilangkan.
jukan usulan anggaran, tapi mendapat jatah. Permasalahan anggaran yang dialami
Juga sebalik-nya, ada yang usul, kemudian Pemprov DKI itu sebagian besar sama dengan
memperoleh berlebih. Hal tersebut ber- daerah lain. Dalam perencanaan di Musya-
pengaruh ke pengadaan barang dan jasa warah Perencanaan Pembangunan (Musren-
karena bisa berpotensi adanya kemahalan bang) sampai pada pelaksanaannya sering
harga atau tidak efisiennya pengeluaran kali terdapat jarak karena sistemnya belum
lelang. Permasalahan kedua adalah penga- diper-baiki. Beberapa hal-hal yang sudah
daan barang dan jasa yang bermasalah ditindak lanjuti dalam pelayanan publik,
dalam update harga satuan di pemprov yang yakni Imigrasi dan Pelayanan Kesehatan.
sudah telat empat tahun. Akibatnya, harga Tapi, dalam APBD dan APBD-P untuk dana
pokok satuan yang sering digunakan hibah dan bansos belum sama sekali
dalam lelang tidak sesuai dengan pasar. ditindaklanjuti (Nasional. kontan. co.id,
Hal inilah yang berakibat pada potensi Selasa, 06 Mei 2014).
penyimpangan yang besar. Pelayanan publik Selain itu penyerapan anggaran
di Jakarta belum optimal, BPKP mene- pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga masih
mukan ada kekurangan tenaga profesional rendah. tahun anggaran sudah berjalan
di lapa-ngan atau keterbukaan informasi memasuki triwulan II/2014 (April-Juni).
yang masih kurang (Tempo.co.id, 30 Oktober Namun, penyerapan anggaran baru mencapai
2013). 8% dan penyerapan belanja modal masih
Badan Pengawas Keuangan dan sangat minim yaitu 0,06% dari total nilai
Pembangunan (BPKP) menemukan ang- APBD DKI 2014 sebesar Rp 72 triliun.
garan siluman pada empat Satuan Kerja realisasi penyerapan anggaran yang masih
Perangkat Daerah (SKPD) Pemprov DKI sangat minim, Jakarta sedang menghadapi
Jakarta yang nilainya mencapai Rp 1,471 permasalahan krisis penyerapan anggaran
triliun. Temuan BPKP itu mengacu pada Kondisi sangat ber-banding terbalik dengan
hasil audit Anggaran Pendapatan dan penyerapan anggaran dalam APBD 2013 pada
Belanja Daerah (APBD) DKI 2012. Anggaran triwulan I saja sudah mencapai 26%. Begitu
siluman itu tersebar di Dinas Pekerjaan juga pada periode yang sama dalam APBD
Umum (PU), Dinas Pendidikan (Disdik), 2012, penyerapan mencapai 28%. Sementara
Dinas Perhu-bungan (Dishub), dan Dinas itu, masing-masing satuan kerja perangkat
Kesehatan (Din-kes) DKI Jakarta. Dalam daerah (SKPD) DKI sudah menyusun
APBD Penetapan 2012 ini ditemukan pengajuan Anggaran Biaya Tam-bahan (ABT)
kegiatan baru yang tiba-tiba muncul dengan untuk menyusun APBD Peru-bahan 2014.
nilai Rp 1,068 triliun. Anggaran siluman Menurut catatan Tim Evaluasi dan
tidak sesuai dengan prose-dur anggaran yang Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA)
normal. Ke-mampuan daerah menyerap anggaran
Setelah pemeriksaan lebih detail, khu-susnya anggaran dekonsentrasi masih
anggaran siluman itu bertambah sebanyak sangat rendah. DKI Jakarta yang meru-
Rp 395 miliar lagi, Sehingga anggaran pakan barometer ekonomi dan politik nasio-

365
Jejaring Administrasi Publik. Th V. Nomor 2, Juli-Desember 2013

nal kemampuannya setara dengan Papua yang meng-abaikan kepentingan rakyat


Barat dan Sumatera Selatan yang diketahui sebagai tujuan akhir dari proses pengang
dari yang menyoroti kemampuan daya serap garan daerah. Kepentingan individu perumus
daerah terhadap anggaran dekonsentrasi kebijakan anggaran dalam penyusunan ang
2012. Rendahnya penyerapan anggaran oleh garan juga dapat ditelurusi melalui derajat
daerah disebabkan pengaturan dan transpa-ransi pemerintahan terutama trans-
pengendalian anggaran oleh PEMDA masih paransi anggaran daerah. Dimana rendahnya
belum baik. Sistem pelaporan anggarannya trans-paransi pengelolaan keuangan daerah
juga buruk. Selain itu adanya keterlam- menjadi indikator adanya agenda tersem
batan dalam penetapan pejabat pengelola bunyi individu perumus kebijakan anggaran
kegiatan yang akibatnya, kegiatan belum yang ber-tentangan dengan kepentingan
bisa dilaksanakan. Ditambah lagi ada publik (Kurniadi, dkk., 2009: 42-44). Karena
kecenderungan daerah mendahulukan kegi- itu, rendahnya transparansi pada 41 kabu-
atan yang menggunakan APBD dibanding paten/ kota di Indonesia pada tahun 2009
dana dekonsentrasi. yang ditemukan Sekretariat Nasional FITRA
Selain anggaran dekonsentrasi, TEP (2010) mengkonfirmasi argumen adanya ke-
PA menilai kemampuan pemda dalam menye pentingan individu dalam perumusan kebijak-
rap anggaran belanja APBD sangat rendah. an anggaran daerah.
Sistem pelaporan anggarannya juga sangat Di Jawa Timur walaupun penyerapan
buruk. Padahal, setiap tahun anggaran yang anggaran cukup baik, namun rendahnya
diberikan kepada daerah semakin banyak, transparan pengelolaan anggaran dapat
tapi disiplin dan kemampuan daerah untuk dilihat dari adanya sengketa informasi yang
menyerap anggarannya justru rendah. Hanya diajukan kepada Komisi Informasi Publik
delapan provinsi dan 100 kabupaten kota saja (KIP) Jawa Timur Tahun 2011. Terdapat 170
yang realisasi anggaran daerahnya melapor- potensi sengketa informasi publik, sebanyak
kan ke Kementerian Keuangan. Realisasi 165 layak sengketa (memenuhi syarat) dan 5
belanja modal tertinggi ditemukan pada tidak layak sengketa (tidak memenuhi syarat).
Pro-vinsi Jawa timur sebesar 30%. Sedang Sejumlah 78 sengketa diselesaikan melalui
kan paling rendah adalah Kepulauan Riau mediasi, 62 sengketa dikembalikan dan 13
7 persen. Mayoritas pemerintah daerah sengketa diselesaikan melalui proses adju-
juga cenderung mengandalkan data dari unit dikasi (putusan sidang KIP). Sejumlah 11,
layanan pengadaan yang hanya memiliki diantara 13 perkara tersebut adalah ten-
data paket siap lelang, padahal proses tang anggaran dan keuangan. Selain infor-
pengadaan harus dipusatkan pada satu masi tentang keuangan ada beragam infor-
kendali. Dan proyek multiyear yang belum masi yang disengketakan, mulai dari masalah
ditagih cukup banyak sehingga pemda informasi publik, perencanaan, kebijakan
mengklain penyerapan yang rendah itu anggaran maupun pertanggungjawaban akti-
dikarenakan belum dikeluarkan dananya. vitas pemerintah.
Hasil studi di beberapa daerah terkait Namun sengketa informasi anggaran
dinamika kontestasi antara eksekutif dan daerah masih mendominasi atas keseluruhan
legislatif menunjukkan bahwa fenomena sengketa informasi di Jawa Timur. Berdasar-
kontestasi selalu terjadi dalam proses peru- kan data tersebut indikasi adanya kepen-
musan kebijakan anggaran, bahkan tidak tingan individu perumus kebijakan anggaran
sedikit pula yang berakhir dengan praktek dan kelompok tertentu yang bertentangan
brokery, yaitu praktek sharing dan bar- kepentingan public dalam kebijakan anggaran
gaining kepentingan antar aktor (Abdul semakin mendapat-kan pembenarannya.
lah, 2012, Abdullah & Asmara, 2006; Artri Argumen tersebut diperkuat dengan adanya
an, 2011; Djafar, 2006; Hanida, 2010; Ria perilaku oportunistik dan praktek brokery
wati, 2011; Rohman, 2011; Sapasuru, 2010). antar perumus kebijakan anggaran dalam
Fakta tersebut menjelaskan adanya pembahasan APBD Provinsi Jawa Timur
praktek brokery antara eksekutif dengan tahun 2010. Perilaku tersebut berupa mark
legislatif yang merupakan bagian dari down dalam pendapatan dan mark up dalam
sebuah bagian kepentingan individu dan belanja (Rohman, 2011: 191).
kelompok para perumus kebijakan anggaran

366
Jejaring Administrasi Publik. Th V. Nomor 2, Juli-Desember 2013

Pemerintah daerah harus selalu memper- formalitas dan tidak cukup dapat diandalkan
hatikan proses pelaksanaan atau pelaporan untuk menilai kiner-ja organisasi publik.
APBD. Perencanaan dan penganggaran me- Hal utama yang masih perlu di
mang sangat penting. Namun, ketika itu evaluasi adalah masalah pengadaan barang
dilak-sanakan dengan tidak benar, pasti akan dan jasa dan kepemimpinan daerah.
bermasalah di kemudian hari. Apabila ketika Lambatnya pe-nyerapan anggaran sering
proses penganggarannya juga salah, tentu dikaitkan dengan berlarutnya proses
hal itu akan sangat susah dalam proses pengadaan barang dan jasa. Di Jawa
pelaporannya. Timur walaupun penyerapan anggaran
Diingatkan, justru tidak sedikit pe- cukup baik, namun rendahnya transparan
jabat Negara, baik di pusat mau-pun di pengelolaan anggaran dapat dilihat dari
daerah, tersandung permasalahan hukum adanya sengketa informasi yang diajukan
karena salah dalam pelaksanaan anggaran. kepada KIP Jawa Timur. Indikasi adanya
sifatnya optimalisasi. Rendahnya serapan kepentingan individu perumus kebijakan
anggaran juga karena kurangnya inovasi anggaran dan kelompok tertentu yang
dalam menyusun program kerja, sehingga bertentangan kepentingan publik da-lam
program inovatif sangat penting dilakukan kebijakan anggaran semakin mendapat-kan
dengan indikator keberhasilan yang jelas dan pembenarannya. Perilaku tersebut be-rupa
manfaat yang dapat dipertanggung jawabkan mark down dalam pendapatan dan mark up
ke public dengan tetap tetap mengacu pada dalam belanja . Mungkin juga tidak ter-batas
prinsip terencana, kemam-puan kualitas pada Provinsi Jawa Timur mengingat kondisi
yang terukur, dan transparan serta kehati- tersebut ditemukan pula di daerah lain.
hatian. Selain itu, pemberian sanksi dari Reformasi birokrasi dan perbaikan
pemerintah pusat kepada daerah yang pola sistem secara konsisten tentunya menjadi hal
penyerapan anggarannya tidak optimal juga yang sangat penting untuk dilakukan di
harus tegas. ketiga Provinsi tersebut. Rekomendasi yang
bisa diberikan antara lain sistem monitoring
Kesimpulan dan Rekomendasi berintegrasi yang telah dimiliki Provinsi Aceh,
gagasan itu bisa diikuti daerah lain apabila
Pada kenyataannya implementasi memiliki komitmen dari pemimpin daerah
ang-garan berbasis kinerja di Indonesia dan tidak ada ego sektoral antar dinas di
ter-utama yang telah di analisis dalam lapangan.Pemda juga harus segera
penelitian ini yaitu Provinsi DKI Jakarta, menetapkan peraturan daerah tentang APBD
Jawa Barat dan Jawa Timur menunjukkan dan APBD-Perubahan, selambat-lambatnya
perlu adanya pembenahan kembali dalam 31 Januari pada tahun anggaran baru.
praktek dilapangannya. Penerapan perfor Tujuannya agar kemampuan daerah untuk
mance budgeting hanya pada tingkat peru- merencanakan dan melaksa-nakan anggaran
bahan teknis dan format, menggunakan bu- dapat lebih baik dari tahun sebelumnya.
daya sistem manajemen lama dengan kondisi Penyerapan di daerah masih rendah
indikator umum yang masih belum bisa berakibat pembangunan yang diharapkan
dinilai target keberhasilannya. menjadi tidak optimal maka untuk mengatasi
Dengan kata lain dalam praktek pe- masalah itu maka secara pelatihan kepada
nyusunan anggaran masih banyak ditemukan aparat di pemerintah daerah mengenai tata
gejala penggunaan pendekatan traditional kelola anggaran daerah harus lebih
antara lain adanya pencatuman indikator dimasifkan, selain itu Kemenkeu juga mem-
kinerja (input, output dan outcome), yang buka konsultasi dan komunikasi di regional
tidak jelas ukuran dan stndar biayannya. tertentu sebagai persiapan pemberian alokasi
Sehingga perubahan paradigma tuntas ter- Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
utama dalam permasalahan antara kebijak- Khusus (DAK) termasuk laporannya. Mening-
an legislatif dan eksekutif yang meng- katkan transparansi anggaran harus terus
akibatkan reformasi sistem belum utuh dan diupayakan mendorong instansi pemerintah
konsisten. Laporan-laporan pemerintah yang untuk menerapkan pengadaan barang/jasa
ditujukan kepada publik terkesan hanya secara elektronis atau yang lebih dikenal

367
Jejaring Administrasi Publik. Th V. Nomor 2, Juli-Desember 2013

dengan e-procurement (e-proc) lebih cepat IMF Working Paper 05/50. International
dan berkualitas. Monetary Fund. Washington.
Memperbaiki sistem akuntasi ang Hou, Yilin. 2010. The Performance of
garan juga penting untuk dilakukan se- Performance-Based Budgeting in Boom
perti reformasi yang dilakukan di Belanda and Bust Years: An Analytical Frame
dengan mengadopsi sistem Accountable Bud work and Survey of States. Prepared
geting (Verantwoord Begroten) yang dila for Presentation at the Annual
kukan di Belanda. Sistem tersebut memung Conference of the American Society for
kinkan pengawasan parlemen yang lebih Public Administration (ASPA) San
rinci terhadap pengeluaran serta meningkat Jose, CA, April 9-13, 2010.
kan pengendalian internal oleh Kementerian Hughes, Owen E. 1998. Public Management
Keuangan. Informasi keuangan lebih rinci and Administration: An Introduction.
disajikan setelah klasifikasi seragam instru Macmillan. Melbourne.
men kebijakan keuangan dan kategori biaya Jones, Rowan. 2007. Financial Accounting
organisasi. Selain itu, penggunaan infor masi and Reporting. Public Sector and
kebijakan (indikator kinerja dan teks kebijak- Governance and Accountability Series:
an menjelaskan tujuan kebijakan) dihenti- Local Public Financial Management.
kan dan harus memenuhi persyaratan World Bank.
tentang peran yang tepat dan tanggung Kementerian Dalam Negeri RI. 2006.
jawab pemerintah. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daftar Pustaka Daerah. Jakarta
Kementerian Dalam Negeri RI. 2007.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pemba- Peraturan Menteri Dalam Negeri
ngunan (BPKP). 2005. Pedoman Nomor 59 Tahun 2007 tentang Revisi
Penyusunan Anggaran Berbasis atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Kinerja (Re-visi). Jakarta Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Carlin, Tyrone M. 2003. Victorias Accrual Pedoman Pengelolaan Keuangan
Output Based Budgeting System Daerah. Jakarta
Delivering as Promise? Some Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Empirical Evidence. MGSM Working Negara (PAN). 2005. Sistem Akun-
Papers in Management. Macquarie tabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Graduate School of Management. (SAKIP) dalam Konstelasi Peraturan
Sydney Perundangan Manajemen Sektor
Carlin, Tyrone M. 2004. Output Based- Publik. Jakarta
Budgeting and the Management of Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik.
Performance. MGSM Working Papers Edisi Kedua. Penerbit Andi.
in Management. Macquarie Graduate Yoyakarta. McNab, Robert M. and
School of Management. Sydney Francois Melese. 2001. Implementing
Diamond, Jack. 2002. Performance GPRA: Examining the Prospects for
Budgeting Is Accrual Acounting Performance Budgeting in The Federal
Required?. IMF Working Paper Goverment.
02/240. International Monetary Robinson, Marc and D. Last. 2009. A Basic
Fund. Washington. Model of Performance-Based
Diamond, Jack. 2003. From Program to Budgeting. Technical Notes and
Performance Budgeting: The Manuals. Inter-national Monetary
Challenge for Emerging Market Fund. Washington.
Economies. IMF Working Paper Robinson, Marc and J. Brumby. 2005. Does
03/69. International Monetary Fund. Performance-Based Budgeting Work?
Washington. An Analytical Review of the Empirical
Diamond, Jack. 2005. Establishing a Literature. IMF Working Paper
Performance Management Framework 05/210. International Monetary Fund.
for Government. Washington.

368
Jejaring Administrasi Publik. Th V. Nomor 2, Juli-Desember 2013

Rubin, Irene. 2007. Budget Formats: Choices


and Implications. Public Sector and
Governance and Accountability Series:
Local Budgeting. World Bank.
Shah, Anwar and Chunli Shen. 2007. Citizen-
Centric Performance Budgeting at the
Local Level. Public Sector and Gover
nance and Accountability Series: Local
Budgeting. World Bank.
Young, Richard D. 2003. Performance-Based
Budget Systems. Public Policy and
Practice.
Institude for Public Service and Policy
Research. University of South Carolina.
Analisis penerapan penganggaran berbasis
kinerja (performance based budgeting)
pada pemerintah daerah (studi
eksploratif pada pemerintah kabupaten
tanah datar) oleh Hendra Cipta,
Program Pascasarjana Universitas
Andalas, 2011
The Ten-Point Test of Fiscal Condition
dikembangkan oleh Kenneth W. Brown
(1993), dan termuat dalam jurnal yang
disusun oleh Honadle, B.W., James M.
Costa, and Beverly A. Cigler, 2004,
Fiscal Health for Local Governments: An
Introduction to Concept, Practical
Analysis, and Strategies, Elsevier
Academic Press: New York.
Utari, Nuraeni, Studi Fenomenologis tentang
Proses Penyusunan Penganggaran
Berbasis Kinerja Pada Pemerintah
Kabupaten Temanggung, Tesis Magister
Akuntansi, Program Studi Magister
Akuntansi, Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro, Tahun 2009.
Widyantoro, Ari Eko, Implementasi
Performance Base Budgeting: Sebuah
Studi Fenomenologis (Studi Kasus pada
Universitas Diponegoro), TESIS S-2
Magister Akuntansi.

369

Вам также может понравиться