Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Universitas Andalas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori Etika menyediakan kerangka yang dapat digunakan untuk memastikan benar tidaknya
keputusan moral. Keputusan moral yang diambil bisa menjadi beralasan (memiliki moral
reasoning) berdasarkan suatu Teori Etika . Namun sering terjadi benturan benturan yang
diakibatkan karena pada kenyataanya banyak terdapat teori etika, yang mengakibatkan penilaian
berbeda beda sebagai akibat dari tidak adanya kesepakatan oleh semua orang.
Teori Deontologi sering disebut sebagai etika kewajiban karena berpendapat bahwa tugas
merupakan moral dasar dan tidak tergantung pada konsekuensi yang ditimbulkan, yang terdiri
dari teori hak ( rights) Keadilan ( Justice ), perhatian ( care ), dan keutamaan (Virtue).
Teori Teleologi berpandangan bahwa suatu tindakan benar atau salah tergantung pada
konsekuensi yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Teori ini sering juga disebut dengan
pendekatan konsekuensialis. Teori Etika utlitiarianisme berakar dari teori Teleologi dan sering
digunakan untuk menilai kebijakan pemerintah dan komoditas public.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pentingnya teori etika, Pengertian Teori Deontologi, Teori
Teleologi dan Teori Utilitarianisme.
BAB. II
PEMBAHASAN
Teori Etika memiliki peranan penting dalam melegitimasi segala perbuatan dan tindakan
yang dilihat dari sudut pandang moralitas yang telah disepakati oleh masyarakat. Dalam
prakteknya, terkadang penerapan nilai etika hanya dilakukan sebatas persetujuan atas standar
moral yang telah disepakati untuk tidak dilanggar. Norma moral yang menjadi standar
masyarakat untuk menentukan baik buruknya perilaku dan tindakan seseorang, terkadang hanya
dianggap suatu aturan yang disetujui bersama tanpa dipertimbangkan mengapa aturan-aturan
moral tersebut harus kita patuhi. Untuk itu, pemikiran-pemikiran yang lebih mendalam mengenai
alasan-alasan mengapa kita perlu berperilaku yang etis sesuai dengan norma-norma moral yang
telah disepakati, melahirkan suatu bentuk teori etika yang menyediakan kerangka untuk
memastikan benar tidaknya keputusan moral kita.
B. Pendekatan Teori Etika
Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi dalam menerapkan teori deontologi, yaitu :
1. Tindakan harus dijalankan berdasarkan aturan, prosedur, dan kewajiban agar tindakan
punya nilai moral.
2. Suatu tindakan sudah dinilai baik apabila dilaksanakan dengan niat baik, walaupun
tujuan tidak tercapai.
3. Dari 2 hal tersebut di atas , kewajiban adalah hal yang penting dari tindakan yang
dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.
c. Perhatian (Care)
Pendekatan lain yang ada dalam teori deontologi adalah Ethics of Care (teori memberi
perhatian), misalnya hubungan kekeluargaan, hubungan pertemanan, dan hubungan yang terkait
dengan pekerjaan. Dalam hal ini tidak semua hubungan menimbulkan kewajiban moral untuk
diberi perhatian. Menurut Velasques (Satyanugraha, 2003 : 86) etika perhatian memberi
penekanan pada dua tuntutan moral yaitu :
Setiap orang berada dalam suatu jaringan hubungan dan seharusnya menjaga dan memelihara
hubungan yang konkret dan bernilai dengan orang orang yang ada dalam jaringan
Setiap orang seharusnya memberikan perhatian khusus pada mereka yang memiliki hubungan
khusus dengan memperhatikan kebutuhannya, nilainya, keinginannya, dan kesejahteraan konkret
berdasarkan persepektif pribadi dan menggapai secara positif kebutuhan, nilai, keinginan, dan
kesejahteraan mereka.
Aristoteles menyatakan bahwa setiap tindakan manusia mempunyai tujuan, dimana tujuan
tersebut dapat terbagi menjadi dua macam tujuan antara lain :
1. tujaun yang dicari untuk tujuan selanjutnya (tujuan antara )
2. Tujuan demi tujuan itu sendiri
Oleh karena itu , prinsip yang dipegang adalah " bertindaklah sedemikian rupa sehingga
dapat mencapai kebahagiaan", dengan tindakan yang merealisasikan bakat dan kesanggupan
manusia ( self-realization or self - actualization).
Jika Dilihat. dari sudut untuk siapa hasil atau akibat itu, maka hedonisme maupun
eudaimonisme tergolong egois, sehingga disebut juga egoisme etis. Dalam hubungan ini,
egoisme dibedakan menjadi dua antara lain :
1. Egoisme hedonistic (hedonisme egois) yaitu berlaku kaidah " Bertindaklah sedemikian rupa
sehingga mencapai kenikmatan yang paling besar bagimu atau hindari semua ketidaknikmatan".
2. Egoisme eudaimonistic yaitu berlaku kaidah " bertindaklah sehingga mencapai kebahagiaan
terbesar bagimu".
Utilitarianisme Tradisional
Jeremy bentham ( 1748-1832) sering dianggap pendiri utilitarianisme tradisional. Bentham
berusaha mencari dasar objektif dalam membuat keputusan yang mampu memberikan norma
yang dapat diterima publik dalam menetapkan kebijakan peraturan sosial. Cara yang paling
menjanjikan dalam memproleh dasar objektif adalah dengan melihat pada berbagai kebijakan
yang dapat ditetapkan dan membandingkan keuntungan serta konsekuensi-konsekuensinya.
Prinsip utilitarianisme adalah suatu tindakan yang dianggap benar,jika dari sudut pandang
etis jumlah total utilitas yang dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari jumlah utilitas
jumlah total yang lain. Tindakan yang tepat adalah dengan melaksanakan proyek-proyek yang
dari hasil penelitian objektif, terbukti mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi
semua anggota masyarakat dengan biaya paling kecil.
Namun bukan berati tindakan benar mampu menghasilkan utilitas paling besar bagi yang
bertindak, tetapi suatu tindakan yang di anggap benar jika mampu menghasilkan utilitas paling
besar bagi semua orang yang berpengaruh didalamnya, yang artinya prinsip utilitarian tidak
membenarkan bahwa keuntungan lebih besar dari biayanya. Maka didapatkan analisis terakhir
bahwa tindakan benar adalah tindakan yang mapu menghasilkan keuntungan- keuntungan yang
dapat diperoleh dari semua tindakan alternatif lain.
Utilitarianisme juga menjadi dasar teknik analisis biaya keuntungan ekonomi yang
mana digunakan untuk menentukan tingakat kelayakan investasi dalam suatu proyek,
utilitarianisme sangat mengutamakan sikap efisiensi dari seseorang.
Ada tiga nilai positif etika utilitarianisme, menurut keraf ( 1998:96 ) yaitu :
1. Rasional, yaitu : memberikan kreteria yang objektif dan rasional
2. Otonom, yaitu: sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral untuk berpikir dan bertindak
serta tidak ada paksaan.
3. Universal, yaitu : dinilai bermoral jika bermanfaat bagi banyak orang.
2. Utilitarianisme juga bisa salah menurut para kritikus, apabila diterapkan pada situasi
yang berkaitan dengan keadilan sosial.
Sebagai standar penilaian Etika ini benar-benar digunakan untuk menilai apakan tindakan
atau kebijakan yang ditetapkan tersebut memang baik atau tidak.
BAB III
Kesimpulan
Teori Etika menyediakan kerangka untuk memastikan benar tidaknya keputusan moral
kita. Norma moral yang menjadi standar masyarakat untuk menentukan baik buruknya perilaku
dan tindakan seseorang, terkadang hanya dianggap suatu aturan yang disetujui bersama tanpa
dipertimbangkan mengapa aturan-aturan moral tersebut harus kita patuhi.
Menurut teori Etika Denteologi suatu tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu
dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan atau
akibat tindakan itu. Teori Etika Teleologi menilai suatu tindakan itu baik atau buruk dari sudut
tujuan,hasil,sasaran atau keadaan optimim yang dapat dicapai. Sedangkan menurut Teori Teori
Utilitarianime menyatakan bahwa tindakan yang benar dalam situasi adalah tindakan yang
menghasilkan utilitas besar dibandingkan kemungkinan tindakan lainnya