Вы находитесь на странице: 1из 8

TEORI TEORI ETIKA

Nama Anggota Kelompok 2 :

1. Dezharen Tarzet 1400542011


2. Dian Khairannisa 1400542003
3. Diga Alfriani 1400542059
4. Fauzi Asra 1300542068
5. Septia Sanlika Pratiwi 1400542019
6. Tri Maulina 1400542013
7. Yuni Melani 1400542039

Nama Dosen Pembimbing :

Danny Hidayat, S.E., M.M.

Program Studi Keuangan Perbankan


Fakultas Ekonomi

Universitas Andalas
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori Etika menyediakan kerangka yang dapat digunakan untuk memastikan benar tidaknya
keputusan moral. Keputusan moral yang diambil bisa menjadi beralasan (memiliki moral
reasoning) berdasarkan suatu Teori Etika . Namun sering terjadi benturan benturan yang
diakibatkan karena pada kenyataanya banyak terdapat teori etika, yang mengakibatkan penilaian
berbeda beda sebagai akibat dari tidak adanya kesepakatan oleh semua orang.
Teori Deontologi sering disebut sebagai etika kewajiban karena berpendapat bahwa tugas
merupakan moral dasar dan tidak tergantung pada konsekuensi yang ditimbulkan, yang terdiri
dari teori hak ( rights) Keadilan ( Justice ), perhatian ( care ), dan keutamaan (Virtue).
Teori Teleologi berpandangan bahwa suatu tindakan benar atau salah tergantung pada
konsekuensi yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Teori ini sering juga disebut dengan
pendekatan konsekuensialis. Teori Etika utlitiarianisme berakar dari teori Teleologi dan sering
digunakan untuk menilai kebijakan pemerintah dan komoditas public.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:


a. Bagaimana Pentingnya Teori Etika?
b. Apa Pengertian Teori Deontologi?
c. Apa Pengertian Teori Teleologi?
d. Apa Pengertian Teori Utilitarianisme?

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pentingnya teori etika, Pengertian Teori Deontologi, Teori
Teleologi dan Teori Utilitarianisme.
BAB. II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Teori Etika

Teori Etika memiliki peranan penting dalam melegitimasi segala perbuatan dan tindakan
yang dilihat dari sudut pandang moralitas yang telah disepakati oleh masyarakat. Dalam
prakteknya, terkadang penerapan nilai etika hanya dilakukan sebatas persetujuan atas standar
moral yang telah disepakati untuk tidak dilanggar. Norma moral yang menjadi standar
masyarakat untuk menentukan baik buruknya perilaku dan tindakan seseorang, terkadang hanya
dianggap suatu aturan yang disetujui bersama tanpa dipertimbangkan mengapa aturan-aturan
moral tersebut harus kita patuhi. Untuk itu, pemikiran-pemikiran yang lebih mendalam mengenai
alasan-alasan mengapa kita perlu berperilaku yang etis sesuai dengan norma-norma moral yang
telah disepakati, melahirkan suatu bentuk teori etika yang menyediakan kerangka untuk
memastikan benar tidaknya keputusan moral kita.
B. Pendekatan Teori Etika

Ada beberapa pendekatan dalam teori etika antara lain :


B.1 Teori Deontologi ( Etika Kewajiban )
Deontologi berasal dari bahasa Yunani, Deon yang berarti diharuskan, yang wajib, sesuai
dengan prosedur ( Magins, 1975:80; Pratley, 1997:173 ) . Teori Deontologi menilai tindakan itu
baik atau buruk berdasarkan aturan aturan, prosedur, atau kewajiban. Etika deontologi
menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Misalnya memberikan pelayanan
yang baik pada konsumen,mengembalikan utang sesuai kesepakatan, dsb. Dalam menilai seluruh
tindakan, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari segalanya.

Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi dalam menerapkan teori deontologi, yaitu :
1. Tindakan harus dijalankan berdasarkan aturan, prosedur, dan kewajiban agar tindakan
punya nilai moral.
2. Suatu tindakan sudah dinilai baik apabila dilaksanakan dengan niat baik, walaupun
tujuan tidak tercapai.
3. Dari 2 hal tersebut di atas , kewajiban adalah hal yang penting dari tindakan yang
dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.

Yang termasuk dalam pandangan Teori Deontologi adalah :


a. Teori hak (right)
Teori hak merupakan aspek dari pendekatan deontologi, karena hak selalu berkaitan
dengan kewajiban. Manusia dalam kehidupannya memiliki berbagai macam hak, yang di
antaranya :
Hak Moral atau asasi yang mengidentifikasikan seluruh aktivitas atau keinginan yang dapat
secara bebas dilakukan tanpa dibatasi oleh norma hukum. Misalnya hak untuk hidup.
Hak Legal yang bersumber dari norma hukum dan dilindungi dalam lingkungan yurisdiksi
suatu system hukum.
Hak Warganegara, yaitu hak hak yang dapat dinikmati sebagai warga Negara, seperti hak
memilih, dan dipilih.
b. Teori Keadilan (justice)
Memberikan seseorang apa yang menjadi haknya akan menyangkut aspek keadilan
(moral Justice) yang juga menjadi perhatian dalam pendekatan deontologi.
Ada 3 unsur dalam pengertian hakiki antara lain :
Keadilan tertuju pada orang lain.
Keadilan merupakan kewajiban dan harus dilaksanakan, karena berkaitan dengan hak orang
lain.
Keadilan menuntut persamaan ( equality )

c. Perhatian (Care)
Pendekatan lain yang ada dalam teori deontologi adalah Ethics of Care (teori memberi
perhatian), misalnya hubungan kekeluargaan, hubungan pertemanan, dan hubungan yang terkait
dengan pekerjaan. Dalam hal ini tidak semua hubungan menimbulkan kewajiban moral untuk
diberi perhatian. Menurut Velasques (Satyanugraha, 2003 : 86) etika perhatian memberi
penekanan pada dua tuntutan moral yaitu :
Setiap orang berada dalam suatu jaringan hubungan dan seharusnya menjaga dan memelihara
hubungan yang konkret dan bernilai dengan orang orang yang ada dalam jaringan
Setiap orang seharusnya memberikan perhatian khusus pada mereka yang memiliki hubungan
khusus dengan memperhatikan kebutuhannya, nilainya, keinginannya, dan kesejahteraan konkret
berdasarkan persepektif pribadi dan menggapai secara positif kebutuhan, nilai, keinginan, dan
kesejahteraan mereka.

d. Teori Keutamaan (Virtue Theory)


Teori Keutamaan (Virtue Theory) menggunakan keutamaan seperti
kejujuran,kebranian,integritas,kepedulian,kesabaran pengendalian diri dan kejelekan seperti
ketidakjujuran,keserakahan dan kekejaman sebagai awal untuk moral reasoning. Menurut
Satyanugraha,2003:89 Keutamaan didefinisikan sebagai watak yang telah dimiliki seseorang dan
yang memungkinkanya untuk bertingkah laku baik secara moral.

B.2 Teori Teleologi (Etika Tujuan atau Manfaat)


Teleologi berasal dari bahasa Yunani, telos yang berarti tujuan, sasaran, hasil, akibat
(Magins, 1975:79-80; Pratley, 1997:173). Teori tersebut menilai suatu tindakan itu baik atau
buruk dari sudut tujuan, hasil, sasaran atau keadaan optimum yang dapat dicapai. Teleologi ini
dianut oleh pengikut utilitarianisme. Tujuan,hasil,sasaran atau akibat bisa dilihat dari dua segi
yaitu apa dan untuk siapa tujuan, hasil, sasaran, atau akibat tersebut. dan jika dilihat dari sudut
apa tujuan, hasil, sasaran, atau akibat tersebut dikenal dua versi teleologi yaitu :
a. Hedonisme ( hedone, dalam bahasa yunanai berarti kenikmatan)
b. Eudaimonisme (dalam bahasa Yunani berarti jiwa yang baik , eudaimonia, berarti
kebahagiaan) (Magnis, 1975:80; Bertens, 1997:235-242)

Aristoteles menyatakan bahwa setiap tindakan manusia mempunyai tujuan, dimana tujuan
tersebut dapat terbagi menjadi dua macam tujuan antara lain :
1. tujaun yang dicari untuk tujuan selanjutnya (tujuan antara )
2. Tujuan demi tujuan itu sendiri
Oleh karena itu , prinsip yang dipegang adalah " bertindaklah sedemikian rupa sehingga
dapat mencapai kebahagiaan", dengan tindakan yang merealisasikan bakat dan kesanggupan
manusia ( self-realization or self - actualization).
Jika Dilihat. dari sudut untuk siapa hasil atau akibat itu, maka hedonisme maupun
eudaimonisme tergolong egois, sehingga disebut juga egoisme etis. Dalam hubungan ini,
egoisme dibedakan menjadi dua antara lain :
1. Egoisme hedonistic (hedonisme egois) yaitu berlaku kaidah " Bertindaklah sedemikian rupa
sehingga mencapai kenikmatan yang paling besar bagimu atau hindari semua ketidaknikmatan".
2. Egoisme eudaimonistic yaitu berlaku kaidah " bertindaklah sehingga mencapai kebahagiaan
terbesar bagimu".

Egoisme juga dibedakan menjadi :


1. Egoisme yang mencolok atau egoisme psikologis yang hanya melihat kepentingan diri sendiri.
2. Egoisme kelompok ( in-group egoism ) yang melihat kepentingan kelompok terbatas
3. Egoisme yang dicerahi (enlightened egoism) atau pengejaran kepentingan sendiri dan
kepentingan pihak lain melalui negosiasi untuk kepentingan bersama (Pratley,1997:180-202).
Pandangan ini dianggap lebih tepat sebagai moral bisnis karena menghargai hak-hak pihak luar
yang berkepentingan dimana secara spesifik egoisme yang dicerahi menuntut pelaku bisnis untuk
mengikuti standar moral yang didasarkan atas pengejaran kepentingan diri sendiri dan pihak lain
melalui negosiasi.

B.3 Etika Utilitarianisme


Etika Utilitarianisme berakar pada teori teleologi dan merupakan sekian banyak aliran
(teori) etika normatif yang digunakan untuk menilai etis tidaknya suatu tindakan.

a. Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme


Menimbang biaya dan keuntungan sosial Utilitarianisme berasal dari bahasa latin utilis,yang
berarti,berguna,berfaedah dan menguntungkan. Menurut aliran ini prinsip pokok yang harus
dikedepankan dalam berbuat adalah asas manfaat/keuntungan. the greatest happines of the
greatest number . Kegunaan/keuntungan menjadi prinsip,norma,kreteria dan cita-cita moral.
Dengan demikian utilitarianisme merupakan sebuah istilah umum untuk semua pandangan yang
menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan perlu dievaluasi berdasarkan keuntungan dan biaya
yang dibebankan kepada masyarakat.

Pendekatan utlitarianisme sering disebut pendekatan konsekuensialis karena menekankan


kepentingan konsekuensi atas keputusan yang di ambil. Dengan demikian istilah utilitarianisme
digunakan untuk semua teori yang mendukung pemilihan tindakan atau kebijakan yang
memaksimalkan keuntungan atau menekan biaya. David hume,jeremy bentham,dan john stuart
adalah sebagian dari penggagas aliran ini. Banyaknya analis yang meyakini bahwa cara terbaik
untuk mengepaluasi kelayakan suatu keputusan bisnis dengan mengandalkan pada analisis biaya
keuntungan utilitarian.

Utilitarianisme Tradisional
Jeremy bentham ( 1748-1832) sering dianggap pendiri utilitarianisme tradisional. Bentham
berusaha mencari dasar objektif dalam membuat keputusan yang mampu memberikan norma
yang dapat diterima publik dalam menetapkan kebijakan peraturan sosial. Cara yang paling
menjanjikan dalam memproleh dasar objektif adalah dengan melihat pada berbagai kebijakan
yang dapat ditetapkan dan membandingkan keuntungan serta konsekuensi-konsekuensinya.

Prinsip utilitarianisme adalah suatu tindakan yang dianggap benar,jika dari sudut pandang
etis jumlah total utilitas yang dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari jumlah utilitas
jumlah total yang lain. Tindakan yang tepat adalah dengan melaksanakan proyek-proyek yang
dari hasil penelitian objektif, terbukti mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi
semua anggota masyarakat dengan biaya paling kecil.
Namun bukan berati tindakan benar mampu menghasilkan utilitas paling besar bagi yang
bertindak, tetapi suatu tindakan yang di anggap benar jika mampu menghasilkan utilitas paling
besar bagi semua orang yang berpengaruh didalamnya, yang artinya prinsip utilitarian tidak
membenarkan bahwa keuntungan lebih besar dari biayanya. Maka didapatkan analisis terakhir
bahwa tindakan benar adalah tindakan yang mapu menghasilkan keuntungan- keuntungan yang
dapat diperoleh dari semua tindakan alternatif lain.

Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam situasi tertentu :


1. Tentukan tindakan-tindakan altetnatif apa yang harus dilakukan dalam situasi tersebut.
2. Untuk tindakan alternatif ditentukan keuntungan,biaya langsung,serta tidak langsung yang
akan diperoleh dari tindakan tersebut dimasa yang akan datang.
3. Alternatif yang memberikan utilitas wajib dipilih sebagai tindakan yang secara etis tepat.

Utilitarianisme juga menjadi dasar teknik analisis biaya keuntungan ekonomi yang
mana digunakan untuk menentukan tingakat kelayakan investasi dalam suatu proyek,
utilitarianisme sangat mengutamakan sikap efisiensi dari seseorang.

Ada tiga kriteria prinsip etika utilitarianisme ( keraf,1998:94) :


1. Manfaat, yaitu kebijakan yang mampu mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu.
2. Manfaat terbesar, yaitu kebijakan tindakan yang mampu menghasilkan atau mendatangkan
manfaat terbesar dibandingkan dengan alternatif lainnya.
3. Manfaat terbesar diterima oleh sebanyak mungkin orang yaitu kebijakan yang bermanfaat bagi
lebih banyak orang. Jadi, suatu tindakan dapat dikatakan baik, apabila tidak hanya mendatangkan
manfaat terbesar, tetapi juga manfaat terbesar bagi semua banyak orang.

b. Nilai positif utilitarianisme


Etika utilitarianisme memiliki daya tarik tersendiri, etika yang menggambarkan apa yang
sesungguhnya dilakukan oleh orang yang rasional dalam mengambil keputusan, khususnya
keputusan moral,termasuk dalam bidang bisnis.

Ada tiga nilai positif etika utilitarianisme, menurut keraf ( 1998:96 ) yaitu :
1. Rasional, yaitu : memberikan kreteria yang objektif dan rasional
2. Otonom, yaitu: sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral untuk berpikir dan bertindak
serta tidak ada paksaan.
3. Universal, yaitu : dinilai bermoral jika bermanfaat bagi banyak orang.

c. Etika utilitarianisme sebagai proses dan standar penilaian


Secara umum dapat dipakai dalam dua wujud yang berbeda yaitu :
1. Sebagai proses pengambilan keputusan
Etika ini dipakai untuk melakukan perencanaan penyusunan program serta seleksi setiap
alternatif setiap diambil yang digunakan untuk mengatur target atau sasaran yang akan dicapai.

2. Sebagai standar penilaian


Etika ini benar-benar digunakan untuk menilai apakan tindakan atau kebijakan yang
ditetapkan tersebut memang baik atau tidak.

d. Kelemahan etika utilitarianisme


Masalah penilaian
Suatu rangkaian masalah dalam kaitannya dengan utilitarianisme terfokus pada hambatan
yang dihadapi saat menilai atau mengukur utilitas, namum pendapat ini tidak berlakukan secara
universal sebab, nilai guna tidak mungkin bernilai seragam pada semua manusia. Dengan sifat
humanistik dan universal yang diembannya, maka moral tidak akan pernah mungkin dinilai
menurut versi kegunaan,manfaat,dan keuntungan.

Tanggapan utilitarian terhadap masalah penilaian


1. Kaum utulitarian menyatakan bahwa meskipun utilitarianisme idealnya mensyaratkan
penilaian-penialian yang akurat dan dapat dikuantifikasikan atas biaya dan keuntungan,namun
persyaratan ini dapat diperlonggar jika penilaian seperti itu tidak dapat dilakukan.

2. Utilitarianisme juga bisa salah menurut para kritikus, apabila diterapkan pada situasi
yang berkaitan dengan keadilan sosial.

Tanggapan utilitarian terhadap pertimbangan hak dan keadilan


Kaum utilitarian mengajukan versi utilitarisme alternatif yang cukup penting yang
disebut rule-utilitarianism (peraturaan utiliatarianism) menurutnya bahwa sebuah tindakan
tertentu mampu memaksimalkan utilitas dalam kondisi tertentu, tidak berarti bahwa tindakan itu
benar dari sudut pandang etis. Jadi teori ini memiliki pertimbangan yang dapat diringkas
kedalam dua prinsip :
1. Suatu tindakan yang dikatakan benar dari sudut pandang etis, hanya jika tindakan tersebut
dinyatakan dalam peraturan moral yang benar.
2. Sebuah peraturan moral dikatakan benar jika utilitas total yang dihasilkannya, dan jika semua
orang mengikuti peraturan tersebut lebih besar dari jumlah total yang diperoleh serta semua
orang mengikuti peraturan moral alternatif lainnya.

Sebagai standar penilaian Etika ini benar-benar digunakan untuk menilai apakan tindakan
atau kebijakan yang ditetapkan tersebut memang baik atau tidak.
BAB III
Kesimpulan
Teori Etika menyediakan kerangka untuk memastikan benar tidaknya keputusan moral
kita. Norma moral yang menjadi standar masyarakat untuk menentukan baik buruknya perilaku
dan tindakan seseorang, terkadang hanya dianggap suatu aturan yang disetujui bersama tanpa
dipertimbangkan mengapa aturan-aturan moral tersebut harus kita patuhi.
Menurut teori Etika Denteologi suatu tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu
dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan atau
akibat tindakan itu. Teori Etika Teleologi menilai suatu tindakan itu baik atau buruk dari sudut
tujuan,hasil,sasaran atau keadaan optimim yang dapat dicapai. Sedangkan menurut Teori Teori
Utilitarianime menyatakan bahwa tindakan yang benar dalam situasi adalah tindakan yang
menghasilkan utilitas besar dibandingkan kemungkinan tindakan lainnya

Вам также может понравиться