Вы находитесь на странице: 1из 13

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL CARE OLEH

PERAWAT KEPADA PASIEN RAWAT INAP RS PKU


MUHAMMADIYAH BANTUL
Naskah Publikasi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :
Archiliandi
20120320115

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
Representation of spiritual care needs fullfillment by nurses to patient in PKU
Muhammadiyah Hospital ward Bantul Yogyakarta

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Care Oleh Perawat Kepada Pasien


Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta.

Archiliandi1, Wulan Noviani., S.Kep.,NS., MM 2


1
Mahasiswa brogram Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY,
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY

ABSTRACT

Nurses as health professionals should be able to pay attention to the status


of patients who are not only a bio-psycho-socio-cultural being but also spiritual
beings so that if the spiritual aspect is not be fullfilled, it will have an impact on
the patient's recovery process. So, role of nurses are neeeded in case of fulfilling
spiritual needs of the patient.
The purpose of this study was to represent the spiritual care needs
fulfilment by nurses to patient in PKU Muhammadiyah hospital ward in Bantul,
Yogyakarta. This study design was descriptive analytic with cross sectional.
Samples were taken using simple random sampling technique with a number of
respondents as many as 84 people.
Results of univariate analysis, it was shown the fulfilment of spiritual care
by nurses to patients who hospitalized in PKU Muhammadiyah Hospital in Bantul
in the same amount that was in good categories as much as 42 respondents (50%)
and in sufficient categories as much as 42 respondents (50%) while mean shown
in good category, component meets the patient as a being has meaning and hope
was deficient as much as 69 respondents (82%), the components meets the patient
as a being in relationship was deficient as much as 80 respondents (95%), the
component meets the patient as religious person was good as much as 57
respondents ( 68%), the components meets the patient as a being with autonomy
was good as much as 50 respondents (59.5%).
Fulfilling the needs of spiritual care is 50% good and 50% sufficient when
the average is good. Based on this study, nurses are expected to capable of
providing spiritual care fulfilment thorough to provide support and assist in the
recovery of patients.

Keywords: Spiritual Care, Nurse

3
INTISARI
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memperhatikan status
pasien yang bukan hanya makhluk bio-psiko-sosio kultural melainkan juga
makhluk spiritual sehingga apabila aspek spiritual tidak terpenuhi maka akan
berdampak pada proses kesembuhan pasien. Untuk itu diperlukan peran perawat
dalam memenhui kebutuhan spiritual care bagi pasien.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemenuhan
kebutuan spiritual care oleh perawat kepada pasien rawat inap RS PKU
Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. Desain penelitian ini bersifat deskriptif
analitik dengan rancangan studi cross sectional. Sampel diambil menggunakan
teknik simple random sampling dengan jumlah responden sebanyak 84 orang.
Hasil analisa univariat didapatkan gambaran pemenuhan kebutuhan
spiritual care oleh perawat kepada pasien rawat inap RS PKU Muhammadiyah
Bantul dalam jumlah yang sama yaitu dalam kategori baik 42 responden (50%)
dan cukup 42 responden (50%) yang rata-ratanya masuk kedalam ketegori baik,
komponen menemui pasien sebagai seorang yang memiliki arti dan harapan
adalah kurang sebanyak 69 responden (82%), komponen menemui pasien sebagai
manusia dalam hal hubungan adalah kurang 80 responden (95%), komponen
menemui pasien sebagai orang yang beragama adalah baik sebanyak 57 responden
(68%), komponen menemui pasien sebagai manusia dengan otonomi adalah baik
sebanyak 50 responden (59,5%).
Pemenuhan kebutuhan spiritual care adalah 50% baik dan 50% cukup
yaitu rata-ratanya adalah baik. Berdasarkan penelitian ini diharapkan perawat
mampu memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual care secara menyeluruh
untuk memberikan dukungan serta membantu proses kesembuhan pasien.

Kata kunci : keperawatan spiritual, perawat

4
PENDAHULUAN
Keperawatan bukanlah sekumpulan mempengaruhi tingkat kesehatan dan
keterampilan-keterampilan spesifik, juga perilaku diri yaitu sumber dukungan untuk
bukan seorang yang dilatih hanya untuk dapat menerima perubahan yang dialami6.
melakukan tugas-tugas tertentu akan tetapi Berdasarkan hasil dari studi
keperawatan adalah profesi1. Keperawatan pendahuluan di RS PKU Muhammadiyah
di Indonesia mengalami perkembangan Bantul telah didapatkan data bahwa selama
yang dinamis dimana sejak tahun 1984 satu tahun terakhir dari bulan Desember
diakui sebagai suatu profesi2. Sebagai 2014 sampai November 2015 sebanyak
tenaga kesehatan profesional meyakini 10.541 pasien yang telah menjalani rawat
manusia adalah makhluk biopsikososial dan inap. Peneliti melakukan wawancara
spiritual atau sebagai makhluk yang utuh kepada salah satu kepala ruang bangsal
yang didalamnya terdapat unsur biologis, yang berkerja di RS PKU Muhammadiyah
psikologis, sosial dan spiritual3. Sering kali, Bantul menjelaskan bahwa dalam
perawat dan penyelenggara pelayanan pemenuhan spiritual care untuk pasien
kesehatan lainnya gagal mengenali dimensi masih belum terlaksana secara sempurna,
spiritual dari klien mereka, karena hanya beberapa tindakan saja yang sudah
spiritualitas tidak bersifat cukup ilmiah dilakukan seperti pengkajian spiritual,
yang memiliki banyak definisi dan sulit mengajak berdoa pasien dan mengajarkan
untuk diukur. beribadah saat sedang sakit, dalam
Perawatan spiritual dapat membantu pemenuhan spiritual care pada pasien
pasien untuk mengeksplorasi strategi untuk masih belum terlalu mendalami tentang
mengatasi penyakit mereka serta spiritual care.
memungkinkan pasien menemukan makna Dari data tersebut maka penulis
dan tujuan hidup. Perawatan spiritual harus tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang
diintegrasikan dalam pendidikan gambaran pemenuhan kebutuhan spiritual
keperawatan dan praktik keperawatan, care pada pasen rawat inap di bangsal RS
sehingga memungkinkan pemberian PKU Muhammadiyah Bantul
perawatan yang holistik4. Menurut Undang- METODE
Undang Republik Indonesia No 38 Tahun Penelitian ini merupakan penelitian
2014 tentang Keparawatan pada Pasal 30 non-eksperimental dengan rancangan studi
Butir 1 menjelaskan bahwa perawat yang digunakan yaitu cross sectional yang
bertugas dan berwenang dalam pemberian bersifat deskriptif analitik. Penelitian ini
pelayanan secara holistik. dilakukan di RS PKU Muhammadiyah
spiritualitas merupakan faktor Bantul Yogyakarta.
penting untuk pemulihan, dan diyakini Populasi dalam penelitian adalah
bahwa kerusakan spiritual dapat subjek yang memenuhi kriteria-kriteria
menyebabkan kerusakan pada seluruh yang telah ditetapkan. Populasi dalam
komponen kehidupan manusia5. Suatu penelitian ini adalah perawat yang bekerja
elemen kesehatan berkualitas adalah untuk di bangsal rawat inap RS PKU
menunjukkan kasih sayang kepada klien Muhammadiyah Bantul Yogyakarta.
sehingga terbentuk hubungan saling Jumlah populasi dari penelitian ini adalah
percaya yang diperkuat ketika pemberi 106 perawat. Teknik pengambilan sampel
perawatan dengan menghargai dan pada penelitian ini menggunakan teknik
mendukung kesejahteraan spiritual klien. simple random sampling.
Kesejahteraan spiritual dari individu dapat

5
Pemenuhan kebutuhan spiritual responden (88%), dan laki-laki
care diukur menggunakan kuesioner dari seabanyak 10 responden (12%).
Iranmanesh et al yang telah dimodfikasi Karakteristik responden berdasarkan
jabatan yaitu kepala ruang sebanyak 6
dan sudah dilakukan uji validitas dan uji
responden (7%), perawat primer
reliabilitas. Kuesioner pemenuhan sebanyak 24 responden (29%), dan
kebutuhan spiritual care terdiri dari 23 perawat asosiet sebanyak 54 reponden
pertanyaan yang terdiri dari 4 komponen (64%).
yaitu; menemui pasien sebagai seseorang 2. Analisis Univariat
manusia yang memilik arti dan harapan, a. Pemenuhan Spiritual Care oleh
menemui pasien sebagai seseorang manusia Perawat
dalam hal hubungan, menemui pasien Tabel 2 Distribusi frekuensi
sebagai seorang yang beragama, menemui pemenuhan kebutuhan spiritual care
pasien sebagai manusia dengan otonomi. oleh perawat kepada pasien rawat
Analisi data yang digunakan adalah anailis inap RS PKU Muhammadiyah
univariat. Bantul Yogyakarta.
HASIL PENELITIAN Frekuensi Persentase Mean
1. Karakteristik Responden Baik 42 50%
87
Tabel 1 Distribusi frekuensi Cukup 42 50%
(Baik)
karakteristik responden berdasarkan Total 84 100%
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
perawat di RS PKU Muhammadiyah Berdasarkan hasil penelitian
Bantul Yogyakarta Bulan April-Mei pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa
2016. pemenuhan kebutuhan spiritual care
Perawat oleh perawat kepada pasien rawat
Karakteristik Bangsal inap di RS PKU Muhammadiyah
No Bantul Yogyakarta adalah sama
Responden N (%)
(84) dalam kategori baik dan cukup yang
1. Usia masing-masing sebanyak 42
20-40 84 100 responden dengan persentase 50%,
kemudian tidak terdapat atau 0%
2. Jenis pemenuhan siritual care kurang.
Kelamin Kemudian hasil perhitungan
Laki laki 10 12 deskriptif statistik pada mean atau
Perempuan 74 88 rata-rata total skor kuesioner
pemenuhan kebutuhan spiritual care
3. Jabatan menunjukkan angka 87 atau
Kepala Ruang 6 7 kategori baik.
Perawat 24 29 b. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Primer Care pada Komponen Menemui
Perawat 54 64 Pasien Sebagai Seorang yang
Asosiet Memiliki Arti dan Harapan
Berdasarkan tabel diatas dapat Tabel 3 Distribusi frekuensi
diketahui bahwa karakteristik perawat pemenuhan kebutuhan spiritual care
berdasarkan usia keseluruhan adalah kepada pasien rawat inap di RS
antara 20-40 tahun. Karakteristik PKU Muhammadiyah Bantul
berdasarkan jenis kelamin sebagian Yogyakarta berdasarkan komponen
besar adalah perempuan, sebanyak 74 menemui pasien sebagai seorang
yang memiliki arti dan harapan
6
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Cukup 15 17,9% Baik 57 67,9%
Kurang 69 82,1% Cukup 24 28,6%
Total 84 100% Kurang 3 3,6%
Berdasarkan tabel 3 pada Total 84 100%
komponen menemui pasien sebagai Berdasarkan tabel 5
seorang yang memiliki arti dan menunjukkan bahwa pada
harapan, sebanyak 15 responden komponen menemui pasien sebagai
(18%) adalah cukup, sedangkan 69 orang yang beragama, sebanyak 57
responden (82%) adalah kurang. responden (68%) adalah baik,
c. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual kemudian sebanyak 24 responden
Care pada menemui pasien (29%) adalah cukup, dan sebanyak
sebagai seorang manusia dalam 3 responden (3%) adalah kurang.
hal hubungan e. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Tabel 4 Distribusi frekuensi Care pada menemui pasien
pemenuhan kebutuhan spiritual care sebagai manusia dengan otonomi
kepada pasien rawat inap di RS Tabel 6 Distribusi frekuensi
PKU Muhammadiyah Bantul pemenuhan kebutuhan spiritual care
Yogyakarta berdasarkan komponen kepada pasien rawat inap di RS
menemui pasien sebagai seorang PKU Muhammadiyah Bantul
manusia dalam hal hubungan Yogyakarta berdasarkan komponen
Frekuensi Persentase menemui pasien sebagai manusia
Baik 57 67,9% dengan otonomi
Cukup 24 28,6% Frekuensi Persentase
Kurang 3 3,6% Baik 50 59,5%
Total 84 100% Cukup 29 34,5%
Berdasarkan tabel 4 Kurang 6 6%
menunjukkan bahwa pada Total 84 100%
komponen menemui pasien sebagai
manusia dalam hal hubungan, Berdasarkan tabel 6
sebanyak 4 responden (5%) adalah menunjukkan bahwa pada
cukup, sedangkan 80 responden komponen menemui pasien sebagai
(95%) adalah kurang. manusia dengan otonomi, sebanyak
50 responden (59,5%) adalah baik,
d. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual kemudian sebanyak 29 responden
Care pada menemui pasien (34,5%) adalah cukup, dan sebanyak
sebagai orang yang beragama 6 responden (6%) adalah kurang.
Tabel 5 Distribusi frekuensi PEMBAHASAN
pemenuhan kebutuhan spiritual care 1. Karakteristik Responden
kepada pasien rawat inap di RS Berdasarkan hasil distribusi
PKU Muhammadiyah Bantul frekuensi karakteristik responden yang
Yogyakarta berdasarkan komponen telah dijabarkan dalam tabel 1 dari total
menemui pasien sebagai orang yang 84 responden memiliki rentang antara
beragama 20-40 tahun. Usia dalam penelitian ini
termasuk usia produktif karena
kisarannya antara 15-59 tahun, artinya
dalam usia produktif, perawat tersebut
memiliki kemampuan untuk melakukan
aktivitas yang rutin (Badan Koordinasi
Keluarga Berancana Nasional, 2013).

7
Menurut Fadare et al (2014) dari dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis
penelitian yang dilakukan dengan tenaga kesehatan tersebut terdapat
responden usia antara 37-41 tahun, usia kepala ruang yang bertanggung jawab
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap menjemen pelayanan
dalam pemberian perawatan paliatif. keperawatan di ruang rawat tersebut.
Pasien dengan perawatan paliatif Peran dan fungsi masing-masing tenaga
biasanya memiliki kerentanan terhadap kesehatan sesuai dengan kemapuannya
masalah disetrss sipiritual, oleh karena dan terdapat tanggung jawab yang jelas
itu dengan adanya perawatan yang dalam sistem pemberian asuhan
produktif hal ini dapat mengurangi keperawatan. Kemudian tugas dari
adanya distress spiritual pada pasien. perawat asosiet sendiri adalah
Hasil distribusi frekuensi melakukan tindakan keparawatan
karakteristik responden berdasarkan kepada klien sesuai rencana asuhan
jenis kelamin menunjukkan bahwa keperawatan.
sampel dalam penelitian ini sebagian Menurut Sitoru (2006) pada
besar berjenis kelamin perempuan yaitu model praktik keperawatan profesi
sebanyak 74 responden (88%). tingkat satu dijelaskan bahwa minimal
Peneletian yang dilakukan oleh pendidikan perawat asosiet adalah DIII
Abbasiah (2011) juga menunnjukan keperawatan. Menurut Nursalam
bahwa sebagian besar jenis kelamin (2013), tingkat pendidikan adalah level
dalam responden penelitiannya adalah atau tingkat suatu proses yang berkaitan
perempuan. Perawat perempuan pada dalam mengembangkan semua aspek
umumnya mempunyai kelebihan kepribadian manusia yang mencakup
dibandingkan dengan perawat laki-laki pengetahuan, nilai dan sikap serta
yaitu terletak pada kesabaran, ketelitian, keterampilan semakin tinggi pendidikan
tanggap, kelembutan, naluri dalam seseorang akan mempengaruhi
mendidik, merawat, mengasuh, pengetahuan yang lebih baik. Perawat
melayani serta membimbing dengan minimal pendidikan DIII dalam
dibandingkan dengan laki-laki yang penelitian ini dapat mempengaruhi
memiliki sifat lebih praktis Ardiana pemenuhan kebutuhan spiritual care
(2013) dalam Novi (2015). Perawat menjadi baik,dikarenakan pada tahap
perempuan yang memiliki kelebihan pendidikan DIII merupakan tingkat
seperti kesabaran, ketelitian, tanggap, pendidikan tinggi, perawat dengan
kelembutan, naluri dalam mendidik, tingkat pendidikan akan melakukan
merawat, mengasuh, melayani serta praktik keperawatan holistik yang
membimbing pasien akan dapat efektif dan efisien, dengan tingkat
membuat pasien merasa lebih nyaman pendidikan yang baik akan memebrikan
dengan adanya kepekaan dari perawat konstribusi yang baik dalam praktik
tersebut, sehingga spiritualitas dari keperawatan sehingga dalam
pasien perlahan-lahan akan membaik. pemenhuan kebutuan spiritual care
Karakteristik responden pasien dapat terpenuhi secara maksimal.
berdasarkan jabatan sebagian besar 2. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
adalah perawat asosiet sebanyak 54 Oleh Perawat
responden (64%). Menurut Sitoru Berdasarkan hasil penelitian pada
(2006) menjelaskan dalam Model tabel 2, menunjukkan bahwa
Praktik Keperawatan Profesional pemenuhan kebutuhan spiritual care
(MPKP), terdapat beberapa jenis tenaga oleh perawat kepada pasien rawat inap
kesahatan yang memberikan asuhan di RS PKU Muhammadiyah Bantul
keperawatan yaitu Clinical Care Yogyakarta adalah sama, dalam
Manager (CCM), Perawat Primer (PA),

8
kategori baik dan cukup masing-masing Bantul yaitu terwujudnya rumah sakit
sebanyak 42 responden (50%). Islmai yang mempunyai keunggulan
Data tersebut menunjukkan bahwa kompetitif global dan menjadikan
terdapat 42 responden (50%) kebanggaan umat, serta tujuan rumah
pemenuhan kebutuhan spiritual care sakit untuk menjadi media dakwah
oleh perawat adalah baik, hal ini bisa Islami melalui pelayanan kesehatan dan
dilatar belakangi oleh faktor pendidikan tujuan lainnya adalah untuk
dari perawat, berdasarkan jumlah terwujudnya pelayanan prima yang
responden terbanyak adalah perawat holitistik sesuai dengan perkembangan
yang memiliki minimal pendidikan DIII ilmu pengetahuan. Adanya visi dan
keperawatan. Kemudian seperti yang tujuan tersebut akan memberikan
dijelaskan Arini (2015) dalam tunggung jawab kepada seluruh perawat
penelitiannya menyatakan bahwa yang bertugas di RS PKU
tingkat pendidikan DIII merupakan Muhammadiyah Bantul, sehingga
tingkat pendidikan tinggi. Perawat secara sadar perawat harus memberikan
dengan pendidikan yang cukup baik pemenuhan kebutuhan spiritual care
akan melakukan praktik keperawatan kepada pasien.
yang efektif dan efisien dengan tingkat Selain itu data tersebut
pendidikan yang cukup akan menunjukkan bahwa 42 responden
memberikan konstribusi yang baik (50%) pemenehuan kebutuhan spiritual
dalam praktik keperawatan sehingga care oleh perawat adalah cukup.
dalam pemenhuan kebutuan spiritual Keadaan ini dikarenakan pelayanan
care pasien dapat terpenuhi. yang diberikan oleh perawat kepada
Tingkat spiritualitas yang baik dari pasien hanya sebagai tugas rutin yang
perawat juga dapat mempengaruhi setiap harinya dijalankan oleh perawat
pemenuhan kebutuan spiritual care oleh seperti memberikan obat, infus dan
perawat. Seseorang atau individu yang kegiatan lain sesuai prosedur. Menurut
mempunyai spiritualitas yang sangat Purwaningsih, et al (2013) menjelaskan
baik dapat memberikan pengaruh yang bahwa perawat belum memiliki waktu
positif terhadap pelayanan kesehatan khusus untuk pasien misalnya hanya
kepada klien khususnya dalam untuk berbincang dengan pasien dan
pemenuhan kebutuhan spiritual care. didukung oleh penelitian Khairini
Hal ini terjadi karena pengalaman (2012) perawat juga belum memiliki
positif dari kualitas spiritualitas yang waktu khusus untuk pasien misalnya
dirasakan akan menumpah (spill over) hanya untuk berbincang dengan pasien,
ke lingkungan sekitarnya (Mulyono, dan dalam penelitiannya menyebutkan
2011). Perawat akan memberitahukan bahwa 3 dari 4 perawat jarang
pengalaman baik tentang mengunjungi pasien kecuali saat
spiritualitasnya dan refleksi dipanggil oleh keluarga. Keadaan ini
kebahagiannya dapat dilihat dan membuat suatu kebutuhan spiritual care
dirasakan oleh kliennya. Pasien yang yang dilakukan oleh perawat belum
merasa bahagia atau puas dengan terlaksana secara maksimal.
palayan dari perawat dapat Perawat belum optimal dalam
meningkatkan spiritualias pasien itu memenuhi kebutuhan spiritual care
sendiri dan menjadikan dirinya merasa pasien hal ini dikarenakan kurangnya
lebih baik. penerapan keperawatan spiritual oleh
Faktor lain yang dapat perawat dan belum adanya panduan
mempengaruhi pemenuhan spiritual yang bisa dijadikan acuan untuk
care manjadi baik adalah visi dari pengkajian perawatan spiritual pada
rumah sakit RS PKU Muhmmadiyah pasien. Hal ini sejalan dengan

9
pernyataan MLanzh (2007) yang memberikan perawatan spiritual,
menyatakan bahwa salah satu faktor perawat harus memahami spiritual
yang menyebabkan kurangnya mereka sendiri sehingga ia dapat
keterampilan perawat dalam penerapan merasakan dan memberdayakan diri
keperawatan spiritual adalah kurangnya untuk memberi dukunguan terhadap
literatur atau buku-buku mengenai kebutuhan spiritual klien. Oleh karena
keparawatan spiritual. Keadaan ini itu perawat yang belum mengetahui
menjadi sebuah keterbatasan dalam tentang makna spiritual akan kesulitan
pemenuhan spiritual care oleh perawat. dalam pemenuhan kebutuhan spiritual
Perawat PKU Muhammadiyah care kepada pasien.
Bantul saat ini masih bergantung pada 4. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
kerohaniawan untuk memenuhi dalam Komponen Menemui Pasien
kebutuhan spiritual care pasien, Sebagai Seorang Manusia dalam Hal
perawatan spiritual care sepenuhanya Hubungan
harus dilakukan oleh perawat karena Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
perawat adalah orang yang paling sering bahwa pada komponen menemui pasien
menamui pasien dan memahami serta sebagai manusia dalam hal hubungan,
mengetahui apa yang sedang sebanyak 80 responden (95%) adalah
dibutuhkan oleh pasien dengan adanya kurang. Dalam menciptakan hubungan
buku panduan atau litaratur tentang yang harmonis dilakukan secara jujur
spiritual care yang dimiliki oleh dan terbuka, tidak dibuat buat.
perawat, hal ini dapat memudahkan Kepercayaan antara perawat dan pasien
perawat untuk melakukan perawatan dijalin sejak awal pasien datang ke
spirtual secara mandiri dan lebih baik. rumah sakit yaitu dengan cara
3. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual berkomunikasi dengan komunikasi
dalam Komponen Menemui Pasien terapeutik, mendorong keterlibatan atau
Sebagai Seorang yang Memiliki Arti interaksi pasien dengan keluarga atau
dan Harapan orang terdekat, memberikan privasi dan
Berdasarkan tabel 3 pada waktu untuk menjalankan aktivitas
komponen menemui pasien sebagai spiritual, memberikan kesempatan
seorang yang memiliki arti dan harapan, pasien untuk mengukapkan perasaannya
sebanyak 69 responden (82%) adalah dan menyediakan perlengkapan ibadah.
kurang. Arti menurut Kamus Besar Namun hal tersebut adalah kompetensi
Bahasa Indonesia adalah maksud yang keperawatan yang jarang dilaksanakan
terkandung dalam perkataan atau di rumah sakit. Hasil penelitian ini
kalimat. Makna spiritualitas ini yang sesuai dengan hasil penelitian yang
seringkali perawat salah dilakukan oleh Suparmi (2007) dan
mengartikannya, karena Menurut Rohman (2009) yang menunjukkan
Baladacchino (2006) dalam bahwa aspek spiritual belum mendapat
penelitiannya menemukan bahwa perhatian yang cukup oleh perawat,
banyak perawat belum memahami yang dibuktikan oleh hasil observsi
secara jelas dan mengalami terhadap 30 pasien, sebanyak 79%
kebingungan antara konsep spiritual dan pasien menyatakan tidak mendapatkan
religius karena dalam hubungan pasien pendampingan spiritual oleh perawat.
dan perawat spiritualitas dinyatakan Kurangnya pemenuhan kebutuhan
dalam berbagai bidang spiritual atau spiritual care pada komponen ini juga
tema yaitu harapan, pertumbuhan, dapat dipengaruhi oleh beban kerja
kekuatan, otoritas dan keyakinan. perawat yang tinggi. Seperti yang
Menurut Saputra (2014) dalam dijelaskan oleh Hariyono et al (2012)
penelitiannya menjelaskan bahwa untuk beban kerja yang berlebihan dapat

10
menyebabkan menurunnya moral dan 6. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
motovasi perawat pada saat sedang dalam Komponen Menemui Pasien
bekerja di Rumah Sakit. Hubungan serta Sebagai Manusia dengan Otonomi
interaksi perawat dan pasien ini akan Berdasarkan tabel 6 menunjukkan
sangat kurang ketika perawat memiliki bahwa pada komponen menemui pasien
beban kerja yang tinggi, sehingga sebagai manusia dengan otonomi,
keharmonisan antara perawat dan pasien sebanyak 50 responden dengan
akan berkurang yang membuat persentase 59,5% adalah baik.
spiritualitas pada pasien sulit untuk Keperawatan sebagain sebuah profesi
membaik. memiliki otonomi sendiri dimana
5. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual perawat bisa bisa bertindak dan
dalam Komponen Menemui Pasien memutuskan sesuatu sesuai dengan area
Sebagai Orang Yang Beragama keperawatannya. Hasil penelitian ini
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan menunjukan bahwa pemenuhan
bahwa pada komponen menemui pasien kebutuhan dalam komponen ini adalah
sebagai orang yang beragama, sebanyak baik hal ini dapat dilatar belakangi oleh
57 responden (68%) adalah baik. kecerdasan spiritual. Oleh karena itu
Sebagai seorang yang beragama kecerdasan spiritual menjadi sumber
perawat harus bisa menerapkan nilai- kekuatan seseorang untuk menemukan
nilai Islami dalam tindakan makna dirinya dan menentukan
keperawatan. Seperti yang ada pada visi keputusan. Hal ini dukung oleh
dan misi dari RS PKU Muhammadiyah penelitian Khotimah (2014) dimana
Bantul Yogyakarta yaitu dengan visi terdapat hubungan positif kecerdasan
terwujudnya rumah sakit Islami yang spiritual dengan otonomi perawat
mempunyai keunggulan kompetitif profesional.
global dan menjadikan kebanggaan Salah satu kriteria utama bagi
umat, kemudian dengan misi berdakwah kecerdasan spiritual yang tinggi adalah
melalui pelayanan kesehatan yang menjadi apa yang disebut mandiri di
berkualitas dengan mengutamakan lapangan. Itu berarti mampu berdiri
peningkatan kepuasan pelanggan serta mempertahankan pendapatnya di depan
peduli pada kaum dhuafa. banyak orang, berpegang pendapat yang
Tujuan dari visi dan misi tersebut tidak diterima orang lain jika itu
supaya menjadi media dakwah Islam memang benar-benar memang diyakini
melalui pelayanan kesehatan, (Zohar dan Marshall, 2010). Hal ini
Meningkatkan derajat kesehatan menunjukkan betapa kuatnya hubungan
masyarakat, terutama kau dhuafa antara kecerdasan spiritual dengan
melalui pelayanan kesehatan yang keputusan sesuai dengan apa yang
Islami dan berstandar mutu diyakini atau sesuai dengan batasan
internasional, dan terwujudnya profesional dalam pemenuhan
pelayanan prima yang holistik sesuai kebutuhan spiritual care.
dengan perkembangan ilmu C. Keterbatasan Penelitian
pengetahuan. Dengan adanya visi misi a. Kekuatan penelitian
tersebut membuat seluruh perawat harus 1) Kuesioner yang digunakan telah
dapat menerapakannya dalam kegiatan dilakukan uji validitas, sehingga
keparawatan sehari-hari di rumah sakit, instrumen yang digunakan valid
hal ini akan memberikan suatu hal yang dan reliabel.
positif kepada pasien dalam pemenuhan 2) Penelitian ini merupakan jenis
kebutuhan spiritual care. penelitian survei dengan jumlah
sampel 84 responden.

11
b. Kelemehan penelitian Fadare, J.O., Obimakinde, A.M., Oloagun,
1) Metode pengambilan data yang D.o., Afolayan, J.M., Olatunya , O.,
dilakukan dengan menggunakan & Ogunpide, O.K. (2014).
kuesioner saja sehingga Perception of Nurses about
kemungkinan hasil data yang Palliative Care: Experiencefrom
diperoleh ada kecenderungan South-West Nigeria. Annals Of
responden untuk menjawab Medical and Health Sciences
pertanyaan tidak sesuai dengan Research. http://www.amhsr.org/te
kenyataan yang mereka alami, mp/AnnMedHealthSciRes45723-
2) Peneliti tidak mengamati 2542368_004222.pdf 7 Juni 2016
keadaan situasional, jadi peneliti Sitorus, R., & Yulia. (2006) Model Praktik
kesulitan untuk mengetahui Keperawatan Profesional di Rumah
efektif tidaknya pengisian Sakit; Penataan Struktur & Proses
kuesioner. (Sistem) Pemberian Asuhan
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan di Ruang Rawat.
Perry, Anne G, Potter, Particia A. (2010). Jakarta: EGC
Fundamental of Nursing. Vol 2. Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu
Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika. Keperawatan : Pendekatan Praktis.
Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu Edisi 3. Jakarta. Salemba Medika.
Keperawatan : Pendekatan Praktis. Mulyono, W.A. (2011). Penerapan
Edisi 3. Jakarta. Salemba Medika. spiritualitas di tempat kerja di RSI F
Hamid, A.Y. (2008). Asuhan Keperawatan dan hubungannya dengan kepuasan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC kerja perawat. Jurnal Keperawatan
Baldacchino D.R. (2006) Nursing Soedirman, 6(2), 94-102.
Competencis for Spiritual Care: http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.p
Jurnal of Clinical Nurising. hp/jks/article/view/333 diakses 17
Baldacchino, D.R. (2011) Teaching On juni 2016.
Spiritual Care: The Percaived Asmaningrum, N., Purwaningsih A. M. E.,
Impact On Qualified Nurses. Nurse Wantiyah. (2013). Hubungan
Education In Perilaku Caring Perawat dengan
Practice. http://search.proquest.com/ Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
docview/1034990780/fulltextPDF/1 pada Pasien Rawat Inap di Rumah
52661E5C36C45B8PQ/3?accountid Sakit Umum Kaliwates PT Rolas
=38628. 30 Mei 2015 Nusantara Medika Jember. Jember
Seyedrasooly A, Rahmani A, Zamanzedeh MLanz, C. (2007). Teaching Spiritual Care
A, Reza N.A, Jasemi M. (2014). in a Public Institution: Legal
Association Between Perception of Implication, Standards of Pratice,
Prognosis and Spiritual Well-Being and Ethical Obligation.
Among Cancer Patiens. Journal of http://search.proquest.com/docview/
Caring Sciences, 2(1), 47-55. 223114748/fulltextPDF diakses 17
Hamid, A. Y. (2000). Buku ajar aspek Juni 2016
spiritual dalam keperawatan. Baldacchino D.R. (2006) Nursing
Jakarta: Widya Medika. Competencis for Spiritual Care:
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Jurnal of Clinical Nurising.
Nasioanal (2013). Penduduk Usia Saputra, H. 2014. Hubungan Penerapan
Produktif dan Asuhan Keperawatan dengan
Ketenagakerjaan. http://kepri.bkkbn pemenuhan Kebutuhan Spiritual
.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx? pasien di Ruang Rawat Inap Kelas
ID=144. 3 June 2016\ III RS PKU Muhuammadiyah
Yogyakarta. Yogyakarta

12
Haryono, W., Suryani, D,. Wulandari, Y.
(2012) Hubungan Antara Beban
Kerja, Stres Kerja dan Tingkat
Konflik Dengan Kelelahan Kerja
Perawat di Rumah Sakit Islam
Yogyakarta PDHI. Yogyakarta
Zohar, D. & Marshall, I. 2010. SQ:
Kecerdasan Spiritual. Bandung:
Mizan

13

Вам также может понравиться