Вы находитесь на странице: 1из 5

Residu Lambung

Aspirasi lambung merupakan prosedur untuk penilaian terhadap toleransi

asupan di mana lambung dihisap melalui selang nasogastrik atau orogastrik. Pada

neonatus, penilaian toleransi asupan (minum) didasarkan pada pengukuran

volume residu lambung preprandial(sebelum pemberian asupan) sebagai marker

yang signifikan dan objektif untuk mengevaluasi adanya intoleransi asupan

(Walter, 2002; Fletcher, 1994)

Ada beberapa definisi intoleransi asupan berdasarkan peningkatan

volume residu lambung baik dinamis maupun menetap yang telah banyak

digunakan Pada neonatus, interpretasi dari hasil aspirasi lambung ini dianggap

abnormal bila volume mencapai lebih dari 30 % dari total formula yang diberikan

3 sampai 4 jam sebelum aspirasi lambung dan memerlukan evaluasi lebih lanjut

(Dollberg 2000). Prosedur ini biasanya dilaksanakan setiap sebelum menyusui

untuk menentukan apakah pemberian formula sebelumnya dapat ditoleransi dan

dicerna dengan baik, untuk mengetahui adanya intoleransi minum (Gomella.

2004).

Aspirasi lambung yang normal pada neonatus adalah jika didapatkan

kurang dari 20% dari volume formula yang diberikan 3-4 jam sebelum

pengukuran, berupa formula tak tercena berwarna susu. (Gomella, 2004;

Dollberg 2000). Intoleransi asupan minum dinyatakan dengan peningkatan

volume residu lambung dinamis yakni lebih dari 20% dari volume asupan yang

telah diberikan 4 jam sebelumnya(dollberg, 1999), lebih dari 50% dari volume

asupan yang diberikan 3 jam sebelumnya (Rayyis,1999; Dollberg 2000) pada


pengukuran volume residu lambung setiap 3 jam. definisi yang banyak digunakan

untuk menyatakan toleransi asupan adalah adanya volume residu lambung 2 ml

formula tak tercerna (undigested formula), volume residu gaster 2 ml berwarna

hijau empedu (billious residual) ataupun volume residu gaster 3 ml berwarna

hijau. Tidak ada dari berbagai definisi tersebut yang dianggap lebih baik

dibanding yang lainnya pada suatu studi uji klinis (Silvestre, 1996)

Karakteristik dari jenis dan volume aspirasi lambung dapat memberikan

petunjuk klinis sebagai gejala yang penting mengenai adanya penyebab masalah

pada neonatus (Gomella, 2004):

1. Residu lambung warna hijau-empedu (bilious in colour)

Biasanya mengindikasikan suatu obstruksi dari lesi usus yang berlokasi

pada distal ampulla arteri. Tipe residu ini menunjukkan masalah yang serius,

terutama bila terjadi dalam 72 jam pertama setelah kelahiran.

a. Obstruksi usus Suatu studi mengemukakan bahwa 30% dari neonatus

dengan residu lambung berwarna hijau empedu yang didapatkan pada usia

72 jam pertama kelahiran mengalami obstruksi, dimana 20% dari neonatus

tersebut membutuhkan terapi pembedahan.

b. Necrolizing Enterocolitis (NEC)

terjadi pada neonatus kurang bulan, hanya 10% terjadi pada neonatus

cukup bulan

c. Meconium Plug

d. Penyakit Hirschprung

e. Malrotasi Usus
f. Volvulus

g. Illeus

h. Gangguan Pasase Usus

2. Residu lambung bukan warna hijau empedu(non bilious in color)

Formula minum yang tercerna maupun yang tidak tercema dapat

terlihat pada pemeriksaan aspirasi lambung jika pemberian minum

dilaksanakan terlalu agresif. Hal ini sering dijimpai terutama pada neonatus

kurang bulan dengan berat badan lahir rendah yang diberi formula dalam

jumlah sedikit saat pertama kali pemberian minum, kemudian diberikan

formula berikutnya dengan jumlah yang lebih besar dalam waktu yang terlalu

cepat.

a. Aspirasi lambung berupa formula tak tercerna (undigested formula) dapat

sering dijumpai pada neonatus, jika interval atau rentang waktu antara

pemberian minum terlalu pendek.

b. Aspirasi lambung berupa formula tercerna (digested formula) dapat

merupakan suatu gerjala ketrrlambatan waktu pengosongam lambung atau

volume pemberian formula yang terlalu banyak, dapat pula oleh karrna

osmolaritas formula yang meningkat dengan penambahan vitamin

didalamnya

c. Necrotozing enterocolitis

d. Stenosis pilorus

e. Struktur post NEC

f. Infeksi
g. Gangguan metabolism pada neonatus

h. Konstipasi sering terjadi terutama jika abdomen tampak penuh, namun

secara klinis dengan palpasi teraha sul serta tak adanya tinja dalam kurun

waktu 48 hingga 72 jam setelah kelahiran.

i. Sindrom adrenogenital

j. Hipoplasi adrenal

k. Intoleransi formula

beberapa neonatus mengalami intoleransi karbohidrat yang pada

umumnya memiliki proporsi utama dalam berbagai formula. Jika neonatus

mendapatkan formula yang mengandung laktosa seharusnya dilakukan

pemeriksaan ph tinja untuk mengetahui adanya intoleransi laktosa. Jika pH

tinja asam < 5,0, maka dinyatakan sebagai intoleransi laktosa, didukung

dengan adanya riwayat intoleransi susu pada keluarga namun gejala klinis diare

lebih sering daripada aspirasi lambung.

3. residu lambung warna coklat darah (bloody in colour)

Sering didapat pada penyakit seperti:

a. Trauma oleh karena sealng nasogastrik

b. Manifestasi darah ibu

c. Gangguan perdarahan antara lain gangguan vitamin k,DIC (disseminated

intravascular coagulation) dan penyakit koagulasi yang lain

d. Ulkus lambung

e. Asfiksia fetal berat

f. Necrotizing enterocolitis(NEC)
g. Medikasi

Beberapa onbat diketahui dapat menghentikan perdarahan lambung antara

lain tolazonine, indometacin dan kortikosteroid

Penilaian aspirasi lambung lebih dari 20% total formula yang diberikan

sebelumnya menurut jenis dan karakteristik residu lambung dapat disebabkan

oleh berbagai hal. Diperlukan pemeriksaan yang teliti secara klinis maupun

pemeriksaan penunjang.(walter, 2002; flecther 1994)

Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatiakan secara khusus pada

pemeriksaan abdomen. Menilai ada tidaknya distetensi abdomen atau eritema

pada kulit abdomen (secara signifikan menunjukkan gejala peritonitis), menilai

peristaltic usus, dimana ketidakadaan bunti peristaltic usus dapat menunjukkan

gejala ileus atau peritonitis, serta menilai ada tidaknya hernia, karena dapat

menyebabkan gangguan obstruksi usus (Gomela,2004)

Вам также может понравиться