Вы находитесь на странице: 1из 9

Akuntansi : SURAT BERHARGA YANG DITERBITKAN

Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)


SBPU adalah surat berharga yang diterbitkan dan ditandatangani oleh nasabah, yang pada
umumnya dilakukan sebagai jaminan atas pelunasan hutang nasabah kepada bank bersangkutan
yang diperdagangkan di pasar uang.
Surat Berharga Pasar uang (SBPU) yang Diperdagangkan adalah
1. Surat sanggup (surat aksep atau promes) yang berupa :
a. Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank atai
lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) untuk membiayai kegiatan tertentu.
b. Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank.
2. Surat Wesel, dapat berupa :
a. Surat wesel yang ditarik oleh suatu bank dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi
tertentu penarik atau pihak tertarik adalah nasabah bank atau LKBB
b. Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank atau LKBB dan diaksep oleh bank atau LKBB dalam
rangka pemberian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.

Perdagangan SBPU dengan Bank Indonesia


Khusus untuk perdagangan SBPU dengan BI, SBPU harus berjangka waktu pendek dengan
minimal 30 hari dan bernilai nominal minimal Rp 25.000.000 yang selanjutnya berkelipatan Rp
5.000.000 dengan maksimum Rp 10.000.000.000. SPBU yang diterbitkan tidak dalam rangka
kredit yang sebagian atau seluruh dananya berasal dari BLBI, penjualannya dilakukan dengan
cara lelang dengan system diskonto.
Perdagangan harus ditegaskan dengan cara outright atau repurchase agreement (repo),
outright merupakan cara jual beli SBPU atas dasar sisa jatuh waktu SBPU yang bersangkutan.
Repurchase agreement adalah transaksi perdagangan SBPU yang mensyaratkan penjual membeli
kembali SBPU sesuai jangka waktu yang diperjanjikan.

Akuntansi Surat berharga Diterbitkan Dicatat pada saat penerbitan, penjualan dan pelunasan. Saat
penerbitan bank sebernarnya baru mendapat pengakuan hutang dari nasabah atau bank lain yang
selanjutnya menjadi asset.bank yang sewaktu-waktu dapat dijual untuk memenuhi likuiditas
bank. Sebagai asset bank, maka bank mencatat sebesar harga nominal. Harga nominal ini sebesar
nilai kewajiban nasabah kepada bank.
Penjualan surat berharga akan diterima sebesar harga jualnya. Selisih nilai tunai dan nilai nominal
dicatat sebagai diskonto SBPU yang belum diamortisasi. Dipihak lain. Harus mengkredit
rekening surat berharga yang diterbitkan yang diposisikan sebagai hutang. Sedangkan
diskontoyang telah diperhitungkan harus diamortisasi setiap akhir bulan hingga SBPU itu jatuh
tempo serta dikenakan pajak 15 %.

Contoh : misalnya awal September 2011 seorang nasabah Bank Mitra Niaga Semarang
mempunyai pinjaman kepada bank sebesar Rp 100.000.000. Pinjaman tersebut telah diangsur
sampai Februari 2012 sebesar Rp 15.700.000 dengan perincian angsuran pokok Rp 12.000.000
dang angsuran bunga Rp 3.700.000. Setelah angsuran itu ternyata nasabah tersebut tidak lancar
dalam melunasi kreditnya sehingga nasabah tersebut dengan iktikad baik membuat surat sanggup
untuk melunasi sisa kreditnya beserta tunggakan bunga yang telah mencapai Rp 4.800.000.
Bunga promes 18% per tahun dan berjangka waktu 90 hari. Penerbitan surat berharga ini
terhitung tanggal 1 Mei 2012. Pada 31 Mei 2012 Bank Mitra Niaga menjualnya ke Bank
Indonesia dengan diskonto 16% per tahun. Hasil penjualannya langsung didebitkan ke rekening
Giro Bank Indonesia milik Bank Mitra Niaga.

Perhitungan untuk menentukan nilai nominal promes/SPBU adalah :


Keterangan Jumlah ( Rp)
Plafon Kredit untuk Nasabah 100.000.000
Pembayaran Angsuran Pokok 12.000.000
Outstanding Credit 88.000.000
Tunggakan Bunga Kredit 4.800.000
Nilai Tagihan Bank terhadap Nasabah 92.800.000
Bunga Promes Diperhitungkan = Rp 92.800.000 x 18% x 4.176.000
(90/360)
Nominal SBPU 96.976.000

Pencatatan penerbitan promes atau SBPU pada tanggal 1 Mei 2012 adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


1/5/2012 Dr. Surat Berharga Diterbitkan 96.976.000
Cr. Kredit yang Diberikan 88.000.000
Cr. Pendapatan Bunga 4.800.000
Cr. Bunga SBPU Diterima 4.176.000
Dimuka

Bunga SBPU yang diterima di muka harus diamortisasi setiap akhir bulan , dengan demikian
pencatatan amortisasi dilakukan :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


31/5-2012 Dr. Bunga SBPU Diterima Dimuka 1.392.000
Cr. Pendapatan Bunga 1.184.000
Cr. Hutang Pajak 208.800

30/6-2012 Dr. Bunga SBPU Diterima Dimuka 1.392.000

Cr. Pendapatan Bunga 1.184.000

Cr. Hutang Pajak 208.800

31/7-2012 Dr. Bunga SBPU Diterima Dimuka 1.392.000

Cr. Pendapatan Bunga 1.184.000

Cr. Hutang Pajak 208.800

Catatan : Pajak dihitung 15% x Rp 1.392.000 = Rp 208.000

Surat berharga promes yang telah dikuasi bank ini, selanjutnya dijual 31 Mei 2012 oleh Bank
Mitra Niaga ke Bank Indonesia dengan diskonto 16%. Untuk mencatat penjualan surat berharga
ini perlu menentukan harga tunainya dan besarnya diskonto SBPU dalam rupiah sebagai berikut :
Keterangan Jumlah (Rp)
Nominal SBPU 96.976.000
Harga Tunai = (Rp 96.976.000 x 360)/(360 + (16% x 60)) 94.457.143
Diskonto SBPU 2.518.857
Pencatatan transaksi ini adalah :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit


(Rp)
31/5- Dr. Giro Bank Indonesia 94.457.143
2012
Dr. Diskonto SBPU Belum 2.518.857
Diamortisasi
Cr. Surat Berharga SBPU 96.976.000

Diskonto sebesar Rp 2.518.857 adalah untuk 60 hari atau dua bulan. Dengan demikian bank
melakukan amortisasi pada akhir bulan kedua dan ketiga.
Tanggal Rekening Debit Kredit
(Rp) (Rp)
30/6- Dr. Biaya Bunga SBPU 1.259.428
2012
Cr. Diskonto SPBU Belum 1.259.428
Diamortisasi

31/7- Dr. Biaya Bunga SBPU 1.259.428


2012
Dr. Surat Berharga SPBU 96.976.00
0
Cr. Diskonto SPBU Belum 1.259.428
Diamortisasi
Cr. Giro bank Indonesia 96.976.00
0

Pada tanggal 31 Mei 2012 Bank Mitra Niaga di samping melakukan amortisasi diskonto SBPU
juga membukukan pelunasan SBPU yang dijual ke BI atas beban Giro BI yang dimiliki Bank
Mitra Niaga sebesar Rp 96.976.000, sebab SBPU telah jatuh tempo. Pelunasan SBPU ke Bank
Indonesia tidak lepas dari realisasi kesanggupan (akseptasi) nasabah debitur yang melunasi
promes yang diterbitkan kepada Bank Mitra Niaga Semarang. Untuk itu pada 31 Mei 2012, Bank
Mitra Niaga juga mencatat pelunasan tersebutdari nasabahnya.
Tanggal Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
31/7- Dr. Kas 96.976.000
2012
Cr. Surat Berharga Diterbitkan 96.976.000

Dengan melakukan transaksi di pasar uang, seperti diilustrasikan di atas sebenarnya Bank Mitra
Niaga telah memperoleh keuntungan berupa pendapatan bunga bersih sebagai berikut :
Perhitungan Pendapatan bunga bersih :

Keterangan Jumlah (Rp)


Pendapatan Bunga Surat Berharga dari Nasabah 4.176.000
Pajak Bunga 15% x Rp4.176.000 626.400
Pendapatan Bunga Setelah pajak 3.549.600
Biaya Bunga SBPU Dibayar Ke Bank Indonesia 2.518.857
Pendapatan Bunga Bersih 1.030.743

A. JENIS KREDIT YANG DIBERIKAN


1. Jenis Kredit Menurut Bentuknya

a. Kredit Rekening Koran


Debitur diberi hak untuk menarik dana dalam rekening korannya sampai dengan sebesar
plafond yang ditetapkan bank. Pelunasan pokok kreditdilaksanakan pada saat jatuh tempo,
dengan bunga kredit secara umumdihitung secaraharian berdasarkan baki debet (outstanding
credit) ataudengan nilai rata-rata baki debet setiap bulannya.

b. Installment Loan
Kredit ini adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya dilakukan secara teratur menurut
jadwal waktu yang telah disepakati antara bank dengan debitur, dengan nilai konstan selama
berlangsungnya masa kredit tersebut. Pada kredit Installment angsuran pokok meningkat dan
angsuran bunga menurun, sehingga total angsuran menjadi konstan sepanjang masa kredit.

2. Jenis Kredit Menurut Jangka Waktunya


a. Kredit Jangka Pendek
Kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun.

b. Kredit Jangka Menengah


Kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai dengan 3 tahun.

c. Kredit Jangka Panjang


Kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. Misalnya kredit perumahan,
kredit kendaraan.

3. Jenis Kredit Menurut Kegunaannya


a. Kredit Modal Kerja
Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membiayai modal kerja usaha, misalnya untuk
pembelian barang dagangan.

b. Kredit Investasi
Kredit yang diberikan untk membiayai investasi suatu usaha misalnya kredit untuk pembangunan
pabrik, pembelian mesin dan penyiapan infranstruktur lainnya.
c. Kredit Konsumsi
Kredit yang diberikan untuk keperluan konsumsi. Kredit ini sering disebut dengan personal
loan. Contoh : Kredit Pemilikan Rumah (KPR), KreditPemilikan Mobil (KPM).

pembelian rumah dengan fasilitas KPR btn. Harga rumah 700.000.000.00. biaya balik nama dan
lain lain15.000.000 nasabah diwajibkan membayar uang muka 100.000.000, biaya balik nama
dan angsuran perdana. Dengan demikian nilai kpr adalah 600.000.000
Pertanyaannya berapa angsuran perbulan bila nasabah mengambil jangka waktu kpr 3 tahun
dengan bunga 24%.
Penyelesaian:
Angsuran pokok (a) = 600.000.000/36
=16.666.666,67
Angsiran 1 = 600.000.000*0,02
=12.000.000
Angsuran bunga 2 = (600.000.000-16.666.666,67)*0,02
= 11.666.666,67
Angsuran bunga 3 = (600.000.000-(16.666.666,67*2))*0,02
=11.333.333,33
Angsuran bunga 4 = seterusnya
Dengan demikian total angsuran pokok dan bunga perbulan adalah sebagai berikut
Angsuran pokok dan bunga 1 = Rp16.666.666,67+12.000.000
= Rp 28.666.666,67
Angsuran pokok dan bunga 2 = Rp 16.666.666,67+11.666.666,67
= Rp 28.333.333,33
Angsuran pokok dan bunga 3 = Rp 16.666.666,67+.
Dengan demikian angsuran total dengan pendekatan sliding rate adalah menurun selama periode
krerdit

AKUNTANSI PERKREDITAN
Tanggal 25 April 2012 Anita mengajukan permohonan kredit kepada Bank Musi Plg sebesar
Rp.50 juta. Aplikasi kredit disetujui tgl 1 Mei 2012, jk waktu 5 tahun, bunga 20%. Biaya provisi
dan komisi 0,25%, biaya materai Rp.10.000,-, biaya penggantian barang cetakan Rp.5.000,-,
biaya administrasi Rp.10.000,-, biaya notaris dan PPAT Rp.300.000,-, biaya asuransi kredit
Rp.10.000,. Bunga dengan sliding rate. Pada saat yg sama dicairkan kredit Rp.50 juta, ditransfer
ke cabang Prabumulih Rp.20 juta dan dikreditkan ke rekening Anita Rp.20 juta dan sisanya
tunai.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
1 Mei 2012 Kredit yang diberikan 500.000.000
RAK. CAbang Cirebon 20.000.000
Giro Anita Firdaus 20.000.000
Provisi dan Komisi 250.000
Persediaan Bea Material 10.000
Giro Notaris 300.000
Pendatan Administrasi 100.000
Persediaan Barang Cetakan 5.000
Premi Asuransi Kredit 100.000
Kas 9.235.000
1 Juni 2012 Giro Anita Firdaus 1.666.666,66
Kredit yang Diberikan 833.333,33
Pendapatan Bunga Kredit 833.333,33

1 Juli 2012 Giro Anita Firdaus 1.652.778,33


Kredit yang Diberikan 833.333,33
Pendapatan Bunga Kredit 819.445,00

PERLAKUAN AKUNTANSI KREDIT BUNGA


Perlakuan akuntansi bunga kredit tergantung kualitas kredit, bila kredit lancar bank dapat
menerapkan accrual basic. Artinya bank dpt mencatat pendapatan bunga pada saat pelaporan.
Bunga yg belum jatuh tempo dicatat sbg piutang bunga. Namun bagi kredit yg bermasalah (DPK,
kurang lancar, diragukan, macet), maka pendapatan bunga diperlakukan sebagai cash basic.
Dengan demikian pendapatan bunga yg belum dibayar debitur, dicatat dlm rekening administratif
(kontijensi tagihan)

Contoh:
Pada tanggal 15 Desember 2011 Anita tidak membayar angsuran kredit. Kredit tsb sudah masuk
kelompok kurang lancar, maka pd tgl 31 Desember saat membuat laporan keu, dicacat tunggakan
angsuran s/d 31 Desember 2011. Tanggal 15 Januari 2012 Anita melunasi angsuran bulan
Desember dan membayar angsuran bulan Januari 2012 dengan denda Rp.230.000,-.Buat jurnal
tanggal pelaporan dan saat pembayaran.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
RAR. Tunggakan Bunga dalam
31 Des 2011 13.671.750,08
Penyelesaian

RAR. Tunggakan Bunga


15 Jan 12 13.671.750,08
dalam Penyelesaian

Kas 44.329.715,06
Kredit yang Diberikan 26.251.090,77
Pendapatan Bunga 18.078.624,29
Pendapatan Lain-lain-
230.000,00
Penalty
Bila kredit tersebut masih tergolong lancar atau dalam perhatian khusus, maka bank
menggunakan accrual basis yaitu:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
31 Des 2011 Piutang Usaha 13.671.750,08
Pendapatan Bunga 13.671.750,08

15 Jan 2012 Kas 44.329.715,06


Kredit yang Diberikan 26.251.090,77
Pendapatan Bunga 4.406.874,22
Piutang Usaha 13.671.750,08
Pendapatan Lain-lain-
230.000,00
Penalty

Вам также может понравиться