Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
praktikum ini. Oleh Karena itu kami sangat berterima kasih apabila ada kritik
atau saran yang membangun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan
umumnya.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 1
BAB I...................................................................................................... 2
PENDAHULUAN....................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................... 6
KAJIAN PUSTAKA..................................................................................... 6
BAB III................................................................................................... 13
METODE PENELITIAN............................................................................ 13
BAB IV.................................................................................................. 15
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................15
BAB V................................................................................................... 32
PENUTUP.............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 34
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Polarisasi oleh refleksi telah ditemukan pada 1808 oleh Etienne malus (1775-
1812). Malus, yang telah melakukan percobaan pembiasan ganda bekerja pada
saat bekerja pada teori efek, mengamati dari pengaturan cahaya matahari,
tercermin dari jendela yang dekat jendela, melalui kristal dari Islandia Spar.
Seperti dia diputar kristal, kedua gambar matahari bergantian menjadi lebih kuat
dan lebih lemah, tetapi tidak pernah ada pemadaman lengkap. Hampir sekaligus
dia berulang percobaan dikontrol kondisi di bawah, dan menemukan bahwa sudut
yang lengkap pemadaman yang tercermin ray adalah untuk memperoleh air dan
kaca. Polarimeter adalah perangkat untuk belajar yang transparan sampel antara
polarimeter di sebelah kanan, yang dibuat oleh Soliel / ca Duboscq Paris. 1850.
1850, Polarizer yang di sisi kanan menggunakan satu piring, dari kaca, sementara
yang dapat mempolarisasi cahaya, sedangkan anlisator adalah Polaroid yang dapat
digunakan untuk melakukan pengukuran ini, walaupun ini istilah yang jarang
3
Polarimetry film yang tipis dan permukaan yang umum dikenal sebagai
sebagai putar optis atau dispersi putar berhubung dengan mata), dikroisme linier,
dikroisme lingkar dan menyebar. Apabila cahaya melalui polarisator maka bidang
getar polarisator akan diserap atau dipadamkan sehingga cahaya yang dapat
Sebaliknya cahaya yang melalui analisator maka bidang getar polarisator akan
dipadamkan dan yang tinggal hanyalah cahaya yang mempunyai bidang getar
yang telah melalui perjalanan atau telah tercermin, refracted, atau diffracted oleh
obyek itu. Beberapa arkais dan dalam beberapa saat ini digunakan. Yang paling
4
cahaya, maka cahaya dinyatakan sebagai gelombang elektromagnetik tang
akan terurai menjadi beberapa warna cahaya yang dikenal sebagai spectrum. Itu
lamp (lampu natrium) di mana gas natrium pijar akan menghasilkan lampu warna
banyak sekali. Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus pada
bidang datar. Bidang getar yang banyak sekali ini secara mekanik dapat
1.2. Tujuan
1. Memahami bahwa cahaya adalah gelombang transversal sehingga dapata
dipolarisasi.
2. Memahami cara kerja alat polarimeter
3. Menghitung daya putar spesifik dai larutan gula tebu dengan
5
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. polarimeter
cahaya.
7
Polarimetri adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada pengukuran
daya putaran optis dari suatu larutan. Daya putaran optis adalah kemampuan suatu
zat untuk memutar bidang getar sinar terpolarisir. Sinar terpolarisir merupakan
suatu sinar yang mempunyai satu arah bidang getar dan arah tersebut tegak lurus
terhadap arah rambatannya. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat
memutar bidang getar sinar terpolarisir. Zat yang optis ditandai dengan adanya
atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam senyawa organik, contoh : kuarsa (
SiO2 ), fruktosa.
2. Memiliki struktur molekul tertentu atau biasanya dijumpai pada zat cair.
Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis suatu zat
bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa optis aktif ada 2 macam, yaitu :
8
1.Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum
jam.
2.Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran
jarum jam.
1. Spektropolarimeter
aktifitas optik dan besarnya penyerapan. Pada alat ini mula mula sinar berada
dari lampu akan melalui suatur monokromator dan melewati suatu polarisator
dengan modulator yang berguna untuk menghatur tingkat sinar yang terpolarisasi
secara elektris yang dapat diamati pada servo amplifier. Kemudian sinar melewati
sampel dan analisator sebelum mencapai tabung pengadaan sinar, dan dapat
dengan spektropolarimeter, tetapi terdapat perbedaan yaitu pada ORD ini sinar
atau 2 derajat atau lebih. Selain itu servoamplifiernya hanya dapat merespon pada
9
3. Circular Dichroism Apparatus ( CDA )
digunakan untuk menentukan dua serapan atau absorban. Nilai polarisasi sekular
ini dapat ditentukan dalam 2 langkah, yaitu yang pertama sinar harus mengalami
polarisasi bidang dan kedua yaitu sinar terpolarisasi tersebut diubah menjadi
komponen menjadi terpolarisasi sekular kanan dan kiri, dapat digunakan tiga tipe
alat, yaitu the Fresnel rhomb, modulator pockets elektro-optik dan modulator
tekanan photo-elastic.
4. Saccarimeter
Sinar mempunyai arah getar atau arah rambat kesegala arah dengan variasi
warna dan panjang gelombang yang dikenal dengan sinar polikromatis. Untuk
menghasilkan sinar monokromatis, maka digunakan suatu filter atau sumber sinar
tertentu. Sinar monokromatis ini akan melewati suatu prisma yang terdiri dari
suatu kristal yang mempunyai sifat seperti layar yang dapat menghalangi jalannya
sinar, sehingga dihasilkan sinar yang hanya mempunyai satu arah bidang getar
[] = / dc
Dimana :
10
= besar sudut yang terpolarisasi oleh suatu larutan dengan konsentrasi c
garis D lampu natrium dan suhu standar 20oC, maka []T ditulis menjadi [].
Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan adalah sebagai
berikut :
1. Jenis zat.
3. Suhu.
Makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini disebabkan
karena zat akan memuai dengan naiknya suhu sehingga zat yang berada dalam
4. Konsentrasi zat
11
Pada panjang gelombang yang berbeda zat yang sama mempunyai nilai
6. Pelarut
Zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut yang
berbeda.
589,3 nm. Selain itu juga dapat digunakan lampu uap raksa dengan panjang
2. Lensa kolimator
Berfungsi mensejajarkan sinar dari lampu natrium atau dari sumber cahaya
sebagai polarisator dan analisator adalah prisma nikol. Prisma setengah nikol
12
4. Skala lingkar.
Wadah sampel ini berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang tertutup
dikedua ujungnya berukuran besar dan yang lain berukuran kecil, biasanya
mempunyai ukuran panjang 0,5 ; 1 ; 2 dm. Wadah sampel ini harus dibersihkan
secara hati-hati dan tidak bileh ada gelembung udara yang terperangkap
didalamnya.
6. Detektor.
kalsit atau prisma nikol polarisator. Sinar yang terpolarisasi akan diteruskan
melewati sampel yang terdapat dalam tabung kaca yang tertutup pada kedua
ujungnya yang panjangnya diketahui. Sampel tersebut akan memutar bidang getar
sinar terpolarisasi ke kanan atau ke kiri dan dianalisa oleh analisator. Besarnya
sudut putaran oleh sampel dapat dilihat pada skala lingkar yang diiamati dengan
mata.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
yaitu penelitian yang semua variable variable dalam penelitian dapat dikontrol
sepenuhnya
14
3. Mencuci bersih tabung pemutar, kemudian mengisi dengan air murni, dan
polarimeter.
4. Menentukan titik paling terang pada detektor dengan cara memutar skala putar
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
o Pengamat Sudut
1 I 115
2 II 108
3 III 100
o Pengamat Sudut
1 I 103
2 II 85
3 III 84
3. untuk pengamatan aquades dan gula 2 gram
o Pengamat Sudut
1 I 35
2 II 116
3 III 100
o Pengamat Sudut
1 I 106
2 II 84
3 III 101
16
Panjang tabung = 17,5 cm= 1,75x10-1m
Volume air = 20 ml= 2x10-5m
Nst neraca digital = 0,01 gram = 1x10-5 kg
Nst polarimeter = 0,01 gram = 1x10-5 kg
1. Perhitungan Umum
a. Konsentrasi larutan
m1 1 x 103
k 1= = =50,00 kg/m3
V 1 2 x 105
m2 2 x 103
k 2= = =100,00 kg/m3
V 2 2 x 105
m3 3 x 103
k3 = = =150,00 kg /m3
V 3 2 x 105
Perlakuan I
103
1= = =11,77m2 /kg
l k 1 1,75 x 101 x 50
Perlakuan II
85
2= = =9,72 m2 /kg
l k 1 1,75 x 101 x 50
Perlakuan III
17
84
3= = =9,60 m2 /kg
l k 1 1,75 x 101 x 50
Perlakuan I
35 2
1= = =2,00 m /kg
l k 2 1,75 x 101 x 100
Perlakuan II
116
2= = =6,63 m2 /kg
l k 2 1,75 x 101 x 100
Perlakuan III
100
3= = =11,43m2 /kg
l k 2 1,75 x 10 x 100
1
Perlakuan I
18
106
1= = =4,04 m2 /kg
l k 3 1,75 x 101 x 150
Perlakuan II
84
2= = =3,20 m2 /kg
l k 3 1,75 x 10 x 150
1
Perlakuan III
101 2
3= = =3,85 m /kg
l k 3 1,75 x 10 x 150
1
2. Perhitungan Ralat
k= |mk || m|+|V k || V |
k= |V1 || m|+|Vm ||V|
2
19
m=NST Neraca Digital=1 x 105 kg
1 6 3
V = NST Gelas Ukur=5 x 10 m
2
k 1=
| 1
2 x 105||1 x 10 5
|+
|
1 x 103 |
( 2 x 10 )
5 |
5 x 106|
k 1=0,50 kg /m3
KTPm= k 1=0,50 kg / m3
k1 0,50
KTPr= x 100 = x 100=1,00
k1 50
0,5
AB=1log
50
| |
3
k 2=
|
1
2 x 10
5
|1 x 10
|5
|+
2 x 10
5
(2 x 10 )
|5 x 106|
3
k 2=0,50 kg /m
KTPm= k 2=0,50 kg /m 3
k2 0,50
KTPr= x 100 = x 100=0,50
k2 100
0,50
AB=1log =1log ( 0,005 )=1(2,30 ) =3,30 3 AB
100
kg 2 3
Pelaporan= ( k 2 k 2 ) 3
=( 1, 00 000 0,005 00 ) 10 kg/m
m
20
k 3=
| 1
2 x 105
|1
|x 10 5
|+
|
3 x 103 |
5
(2 x 10 ) |
5 x 106|
k 3=0,50 kg /m3
3
KTPm= k 3=0,50 kg /m
k3 0,50
KTPr= x 100 = x 100=0,33
k3 150
0,50
AB=1log =1log ( 0,003 )=1(2,47)=3,47 3 AB
150
kg
Pelaporan= ( k 3 k 3 ) 3
=( 1, 50 000 0,005 00 ) 102 kg/m3
m
=| |||+
1
lk |
l k ||l|+
2 |lk |
| k| 2
m2 1
KTPm= 1=2,61 x 10
kg
21
1 2,61 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =2,22
1 11,77
2,61 x 101
AB=1log =2,65 3 AB
11,77
m2 ( m2
Pelaporan= ( 1 1 ) = 1,18 0,0261 ) x 10
kg kg
- Perlakuan II
2=
| 1
1
1,75 x 10 x 50 |
|8,70 x 103|+
| 85
1 2
( 1,75 x 10 ) x 50 |
|1 x 103|+ | 85
1
1,75 x 10 x 50
2||0,5|
m2
KTPm= 2=1,32 x 101
kg
2 1,32 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =1,36
2 9,72
1,32 x 101
AB=1log =2,87 3 AB
9,72
m2 ( m2
Pelaporan= ( 2 2) = 9,72 0,132 )
kg kg
- Perlakuan III
3= | 1
1
1,75 x 10 x 50 |
|8,75 x 104|+
| 84
1 2
( 1,75 x 10 ) x 50 |
|1 x 103|+ | 84
1
1,75 x 10 x 50
2 |
|0,5|
22
m2
KTPm= 3=2,27 x 101
kg
3 2,27 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =2,36
3 9,60
2,27 x 101
AB=1log =2,63 3 AB
9,60
m2 ( m2
Pelaporan= ( 3 3 ) = 9,60 0,227 )
kg kg
m2
KTPm= 1=2,39 x 101
kg
1 2,39 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =11,95
1 2,00
2,39 x 101
AB=1log =1,92 2 AB
2,00
m2 ( m2
Pelaporan= ( 1 1 ) = 2,0 0,24 )
kg kg
- Perlakuan II
2= | 1
1
1,75 x 10 x 100 |
|8,70 x 103|+
|
116
1 2
( 1,75 x 10 ) x 100
|1 x 103|+
| | 116
1,75 x 101 x 1002||0,5|
23
m2
2=2,23 x 101
kg
m2
KTPm= 2=2,23 x 101
kg
2 2,23 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =3,36
2 6,63
2,23 x 101
AB=1log =2,47 2 AB
6,63
2 2
m ( m
Pelaporan= ( 2 2) = 6,6 0,22 )
kg kg
- Perlakuan III
3= | 1
1
1,75 x 10 x 100 |
|8,70 x 103|+
|
100
1 2
( 1,75 x 10 ) x 100
|1 x 103|+
| |100
1,75 x 101 x 1002||0,5|
m2
KTPm= 3=2,13 x 101
kg
3 2,13 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =1,86
3 11,43
2,13 x 101
AB=1log =2,76 3 AB
11,43
m2 ( m2
Pelaporan= ( 3 3 ) = 1,14 0,0213 ) x 10
kg kg
24
m2
1=2,65 x 101
kg
m2
KTPm= 1=2,65 x 101
kg
1 2,65 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =6,55
1 4,04
2,65 x 101
AB=1log =2,18 2 AB
4,04
2 2
m ( m
Pelaporan= ( 1 1 ) = 4,0 0,26 )
kg kg
- Perlakuan II
2= | 1
1
1,75 x 10 x 150 |
|8,70 x 103|+
|
84
1 2
( 1,75 x 10 ) x 150
|1 x 103|+
| 84
|
1
1,75 x 10 x 150
2 |
|0,5|
m2
KTPm= 2=2,57 x 101
kg
2 2,57 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =8,03
2 3,2
2,57 x 101
AB=1log =2,09 2 AB
3,2
m2 ( m2
Pelaporan= ( 2 2) = 3,2 0,26 )
kg kg
- Perlakuan III
3= | 1
1
1,75 x 10 x 150 |
|8,70 x 103|+
|
101
1 2
( 1,75 x 10 ) x 150
|1 x 103|+
1,75 x|101
10 |
1
x 150
2||0,5|
25
m2
3=2,63 x 101
kg
m2
KTPm= 3=2,63 x 101
kg
3 2,63 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =6,8
3 3,83
2,63 x 101
AB=1log =2,16 3 AB
3,83
2 2
m ( m
Pelaporan= ( 3 3 ) = 3,83 0,263 )
kg kg
4.2. pembahasan
cahaya.
26
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui pola difraksi
menghitung daya putar spesifik dari larutan gula tebu dengan menggunakan
Dalam percobaan ini alat dan bahan yang digunakan yaitu tabung pemutar
sebagai tempat larutan, neraca digital digunsksn untuk menimbang gula, tisu
monokromatis dapat digunakan sebagai sumber cahaya yang terdiri atas satu
warna dan satu panjang gelombang. gelas aqua sebagai wadah untuk larutan.
terhadap konsentrasi dan jenis larutan (gulaku) yaitu dengan cara membuat larutan
gula dengan massa yang berbeda yaitu 1 gram, 2 gram dan 3 gram. Masing-
putar dari jenis larutan tersebut. Gula atau biasa disebut dengan sukrosa
merupakan salah satu bahan optis aktif, aquades digunakan sebagai pembanding
yang merupakan bahan bukan optis aktif. Dalam percobaan ini kami memutar
skala putar analisator polarimeter dengan tujuan sudut pemutar bidang polarisasi
27
gula digunakan untuk menunjukan kadar atau konsentrasi gula dan daya putar
polarisator yang dekat dengan sumber cahaya dan analisator yang dekat dengan
mata pengamat. Ketika sumber cahaya dinyalakan mata bisa melihat cahaya
yang tidak terpolarisasi kemudian memasuki polarimeter sehingga hanya ada satu
gelomabng tali yang melalui satu celah. Kemudian ketika skala putar analisator
polarimeter diputar kekiri yang mula-mula tampak cahaya terang hingga sudut
tertentu cahaya tidak dapat teramati dari lubang pengamat polarimeter. Hal ini
terjadi karena posisi analisator tidak lagi melewatkan satu bidang getar atau suatu
Sudut yang terbaca pada polarimter tidak menunjukkan bahwa posisi analisator
tegak lurus, kenyataannya bahwa memang keadaan ini telah tegak lurus
pemutar bidang geser sehingga cahaya yang melewati larutan optik mengalami
perputaran bidang polarisasi dan gelombang transversal tersebut tidak searah lagi
kejadian ini dapat diamati pada aquades yang terjadi dengan sudut 90. Semakin
tinggi konsentrasi larutan optis aktif maka pemutaran bidang polarisasi pun
Pada percobaan ini prinsip kerja polarimeter adalah meneruskan sinar yang
mempunyai arah getar yang sama dengan arah polarisator. Larutan gula yang
28
merupakan larutan optis aktif berfungsi untuk membelokkan cahaya yang telah
melalui polarisator. Untuk menemukan sinar yang telah dibelokkan oleh larutan
gula, kita gunakan analisator yang sudutnya dapat diubah. Besarnya sudut yang
Dari hasil perhitungan konsentrasi serta daya putar spesifik yang telah kami
lakukan , dapat disimpulkan bahwa konsentrasi yang memiliki massa yang besar
sedangkan untuk daya putar spesifiknya semakin kecil massa larutan gula, maka
Adapun ketidaktelitian pada percobaan ini dapat dilihat dari analisa data
pengambilan data. Seharusnya pada percobaan ini besar sudut yang didapatkan
baik untuk perlakuan pertama sampai ketiga adalah sama, namun pada percobaan
Gula digunakan karena larutan gula dapat memutar bidang polarisasi cahaya
larutan semakin besar sudut putar sumbu polarisasi. Adapun dalam percobaan ini
saat mengamati cahaya dari lubang pengamat polarimeter selain itu kurangnya
29
keterampilan praktikan dalam menentukan sudut putar , dan alat yang digunakan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
berikut :
30
2. Prinsip kerja polarimeter adalah meneruskan sinar yang mempunyai arah
getar yang sama dengan arah polarisator. Sudut putar jenis bergantung
2
m
2
a) Larutan pertama = 10,36 m /kg dengan ktpm= 0,21 kg dan
ktpr = 1,96%
m2
b) Larutan kedua = 6,69 m2/kg dengan ktpm = 0,22 kg dan
ktpr = 5,72%
m2
2
c) Larutan ketiga = 3,69 m /kg dengan ktpm = 0,26 kg dan
ktpr = 7,13%
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Anonim.(2012).Polarimetry,
[online].Tersedia:http://en.wikipedia.org/wiki/polarimetry. [diakses 29
0ktober 2016]
Anonim.(2015).Polarimeter,
[online].Tersedia:www.google.com/asalusul_polarimeter1.PDF [29
oktober 2016]
Universitas Tadulako
33