Вы находитесь на странице: 1из 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

membrikan Berkat dan AnugerahNya bagi kami sehingga kami dapat

menyelesaikan penusunan Laporan Praktikum Difraksi Gelombang Cahaya ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan

praktikum ini. Oleh Karena itu kami sangat berterima kasih apabila ada kritik

atau saran yang membangun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan

nantinya dapat bermanfaat bagi penyusun serta kalangan pembaca pada

umumnya.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... 1
BAB I...................................................................................................... 2
PENDAHULUAN....................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................... 6
KAJIAN PUSTAKA..................................................................................... 6
BAB III................................................................................................... 13
METODE PENELITIAN............................................................................ 13
BAB IV.................................................................................................. 15
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................15
BAB V................................................................................................... 32
PENUTUP.............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 34

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Polarisasi oleh refleksi telah ditemukan pada 1808 oleh Etienne malus (1775-

1812). Malus, yang telah melakukan percobaan pembiasan ganda bekerja pada

saat bekerja pada teori efek, mengamati dari pengaturan cahaya matahari,

tercermin dari jendela yang dekat jendela, melalui kristal dari Islandia Spar.

Seperti dia diputar kristal, kedua gambar matahari bergantian menjadi lebih kuat

dan lebih lemah, tetapi tidak pernah ada pemadaman lengkap. Hampir sekaligus

dia berulang percobaan dikontrol kondisi di bawah, dan menemukan bahwa sudut

yang lengkap pemadaman yang tercermin ray adalah untuk memperoleh air dan

kaca. Polarimeter adalah perangkat untuk belajar yang transparan sampel antara

crossed polarizing perangkat. Jean-Baptiste Biot (1774-1862) mengembangkan

polarimeter di sebelah kanan, yang dibuat oleh Soliel / ca Duboscq Paris. 1850.

1850, Polarizer yang di sisi kanan menggunakan satu piring, dari kaca, sementara

di sebelah kiri analyzer menggunakan timbunan dari kaca piring. Sampel

dilaksanakan antara kedua perangkat. Ini adalah aparat di Dartmouth College.

Pada Polarimeter terdapat polarisator dan analisator. Polarimeter adalah Polaroid

yang dapat mempolarisasi cahaya, sedangkan anlisator adalah Polaroid yang dapat

menganalisa/mempolarisasikan cahaya. Polarimeter adalah dasar ilmiah alat yang

digunakan untuk melakukan pengukuran ini, walaupun ini istilah yang jarang

digunakan untuk menjelaskan sebuah polarimetry proses yang dilakukan oleh

komputer, seperti dilakukan di polarimetric sintetis kecepatan rana radar.

3
Polarimetry film yang tipis dan permukaan yang umum dikenal sebagai

ellipsometry. Polarimeter dapat digunakan untuk mengukur berbagai sifat optis

suatu material, termasuk bias-ganda linier, bias-ganda lingkar (juga mengenal

sebagai putar optis atau dispersi putar berhubung dengan mata), dikroisme linier,

dikroisme lingkar dan menyebar. Apabila cahaya melalui polarisator maka bidang

getar polarisator akan diserap atau dipadamkan sehingga cahaya yang dapat

melalui polarisator adalah cahaya yang mempunyai bidang getar Polarimeter.

Sebaliknya cahaya yang melalui analisator maka bidang getar polarisator akan

dipadamkan dan yang tinggal hanyalah cahaya yang mempunyai bidang getar

analisator. Polarimetry adalah pengukuran dan interpretasi dari polarisasi dari

garis gelombang, terutama electromagnetic gelombang, seperti gelombang radio

atau cahaya.. Polarimetry biasanya dilakukan pada gelombang electromagnetic

yang telah melalui perjalanan atau telah tercermin, refracted, atau diffracted oleh

beberapa bahan untuk menggambarkan bahwa objek. Polarimeter menjadi

penafsiran dan pengukuran dari polarisasi gelombang transversal, paling

khususnya gelombang elektromagnetis, seperti gelombang cahaya atau radio.

secara khas Polarimeter dilaksanakan pada atas gelombang elektromagnetis yang

sudah menempuh perjalanan melalui/sampai atau telah dicerminkan,

membelokkan, atau diffracted oleh beberapa material dalam rangka menandai

obyek itu. Beberapa arkais dan dalam beberapa saat ini digunakan. Yang paling

sensitif polarimeters didasarkan pada interferometers, sedangkan lebih

konvensional polarimeters adalah berdasarkan perjanjian yang polarizing filter,

gelombang piring atau perangkat lain. Dalam hubungan dengan Polarimeter

4
cahaya, maka cahaya dinyatakan sebagai gelombang elektromagnetik tang

transversal (tegak lurus dengan arah rambatnya). Cahaya umumnya mempunyai

bermacammacam panjang gelombang, di mana bila dibiaskan melalui prisma kaca

akan terurai menjadi beberapa warna cahaya yang dikenal sebagai spectrum. Itu

tiap-tiap warna cahaya disebut sebagai cahaya monokromatik. Dalam alat

Polarimeter ini cahaya monokromatik dihasilkan dengan menggunakan sodium

lamp (lampu natrium) di mana gas natrium pijar akan menghasilkan lampu warna

kuning. Cahaya monokromatik pada dasarnya mempunyai bidang getar yang

banyak sekali. Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus pada

bidang datar. Bidang getar yang banyak sekali ini secara mekanik dapat

dipisahkan menjadi dua bidang getar yang saling tegak lurus.

1.2. Tujuan
1. Memahami bahwa cahaya adalah gelombang transversal sehingga dapata

dipolarisasi.
2. Memahami cara kerja alat polarimeter
3. Menghitung daya putar spesifik dai larutan gula tebu dengan

menggunakan cahaya yang dipolarisasi.

1.3. Alat dan Bahan


1. Polarimeter
2. Tabung pemutar
3. Sumber cahaya monokromatis
4. Gelas aqua
5. Pipet tetes
6. Aquades
7. gula tebu
8. Tisu
9. Neraca digital

5
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. polarimeter

Polarimeter merupakan suatu alat yang tersusun atas polarisator dan

analisator. Polarimeter adalah Polaroid yang dapat mempolarisasi cahaya,

sedangkan anlisator adalah Polaroid yang dapat menganalisa/mempolarisasikan

cahaya.

7
Polarimetri adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada pengukuran

daya putaran optis dari suatu larutan. Daya putaran optis adalah kemampuan suatu

zat untuk memutar bidang getar sinar terpolarisir. Sinar terpolarisir merupakan

suatu sinar yang mempunyai satu arah bidang getar dan arah tersebut tegak lurus

terhadap arah rambatannya. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat

memutar bidang getar sinar terpolarisir. Zat yang optis ditandai dengan adanya

atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam senyawa organik, contoh : kuarsa (

SiO2 ), fruktosa.

Polarimeter dapat digunakan untuk :

1. Menganalisa zat yang optis aktif

2. Mengukur kadar gula

3. Penentuan antibiotik dan enzim

Syarat senyawa yang bisa dianalisa dengan polarimetri adalah :

1. Memiliki struktur bidang kristal tertentu ( dijumpai pada zat padat)

2. Memiliki struktur molekul tertentu atau biasanya dijumpai pada zat cair.

Struktur molekul adalah struktur yang asimetris, seperti pada glukosa.

Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis suatu zat

yang menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir. Pemutaran

bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa optis aktif ada 2 macam, yaitu :

8
1.Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum

jam.

2.Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran

jarum jam.

Jenis jenis polarimeter :

1. Spektropolarimeter

Merupakan satu jenis polarimeter yang dapat digunakan untuk mengukur

aktifitas optik dan besarnya penyerapan. Pada alat ini mula mula sinar berada

dari lampu akan melalui suatur monokromator dan melewati suatu polarisator

untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Polarisator ini berhubungan langsung

dengan modulator yang berguna untuk menghatur tingkat sinar yang terpolarisasi

secara elektris yang dapat diamati pada servo amplifier. Kemudian sinar melewati

sampel dan analisator sebelum mencapai tabung pengadaan sinar, dan dapat

dilakukan dengan pengamatan pada indikator.

2. Optical rotatory dispersion ( ORD )

Alat ini merupakan modifikasi dari spektropolarimeter, prinsipnya sama

dengan spektropolarimeter, tetapi terdapat perbedaan yaitu pada ORD ini sinar

diatur berdasarkan tingkat polarisasinya, yaitu pada frekuensi 12 Hz oleh motor

driven yang menyebabkan polarisator bergerak gerak dan membentuk sudut 1

atau 2 derajat atau lebih. Selain itu servoamplifiernya hanya dapat merespon pada

frekuensi 12 Hz sehingga servomotor akan mengatur analisator secara kontinu dan

servomotor juga memposisikan penderkorder untuk menghasilkan suatu grafik.

9
3. Circular Dichroism Apparatus ( CDA )

CDA ini merupakan modifikasi dari spektrofotometer konfensional yang

digunakan untuk menentukan dua serapan atau absorban. Nilai polarisasi sekular

ini dapat ditentukan dalam 2 langkah, yaitu yang pertama sinar harus mengalami

polarisasi bidang dan kedua yaitu sinar terpolarisasi tersebut diubah menjadi

komponen terpolarisasi sirkular kanan dan sirkular kiri. Untuk mengubah

komponen menjadi terpolarisasi sekular kanan dan kiri, dapat digunakan tiga tipe

alat, yaitu the Fresnel rhomb, modulator pockets elektro-optik dan modulator

tekanan photo-elastic.

4. Saccarimeter

Alat ini hanya dapat digunakan untuk menentukan kadar gula.

Sinar mempunyai arah getar atau arah rambat kesegala arah dengan variasi

warna dan panjang gelombang yang dikenal dengan sinar polikromatis. Untuk

menghasilkan sinar monokromatis, maka digunakan suatu filter atau sumber sinar

tertentu. Sinar monokromatis ini akan melewati suatu prisma yang terdiri dari

suatu kristal yang mempunyai sifat seperti layar yang dapat menghalangi jalannya

sinar, sehingga dihasilkan sinar yang hanya mempunyai satu arah bidang getar

yang disebut sebagai sinar terpolarisasi. Rotasi spesifik disimbolkan dengan []

sehingga dapat dirumuskan :

[] = / dc

Dimana :

10
= besar sudut yang terpolarisasi oleh suatu larutan dengan konsentrasi c

gram zat terlarut per mL larutan.

d = merupakan panjang lajur larutan ( dm )

c = merupakan konsentrasi ( gram/mL ).

Karena panjang gelombang yang sering digunakan adalah 589,3 nm yaitu

garis D lampu natrium dan suhu standar 20oC, maka []T ditulis menjadi [].

Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan adalah sebagai

berikut :

1. Jenis zat.

Masing masing zat memberikan sudut putaran yang berbeda terhadap

bidang getar sinar terpolarisir.

2. Panjang lajur larutan dan panjang tabung.

Jika lajur larutan diperbesar maka putarannya juga makin besar.

3. Suhu.

Makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini disebabkan

karena zat akan memuai dengan naiknya suhu sehingga zat yang berada dalam

tabung akan berkurang.

4. Konsentrasi zat

Konsentrasi sebanding dengan sudut putaran, jika konsentrasi dinaikkan maka

putarannya semakin besar.

5. Jenis sinar ( panjang gelombang)

11
Pada panjang gelombang yang berbeda zat yang sama mempunyai nilai

putaran yang berbeda.

6. Pelarut

Zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut yang

berbeda.

Komponen-komponen alat polarimeter adalah:

1. Sumber Cahaya monokromatis

Yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar monokromatis. Sumber cahaya

yang digunakan biasanya adalah lampu D Natrium dengan panjang gelombang

589,3 nm. Selain itu juga dapat digunakan lampu uap raksa dengan panjang

gelombang 546 nm.

2. Lensa kolimator

Berfungsi mensejajarkan sinar dari lampu natrium atau dari sumber cahaya

sebelum masuk ke polarisator.

3. Polarisator dan Analisator.

Polarisator berfungsi untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Sedangkan

analisator berfungsi untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi. Yang digunakan

sebagai polarisator dan analisator adalah prisma nikol. Prisma setengah nikol

merupakan alat untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan terang

gelap dan gelap terang.

12
4. Skala lingkar.

Merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan skalanya

dilakukan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur-baur.

5. Wadah sampel ( tabung polarimeter )

Wadah sampel ini berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang tertutup

dikedua ujungnya berukuran besar dan yang lain berukuran kecil, biasanya

mempunyai ukuran panjang 0,5 ; 1 ; 2 dm. Wadah sampel ini harus dibersihkan

secara hati-hati dan tidak bileh ada gelembung udara yang terperangkap

didalamnya.

6. Detektor.

Pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah mata,

sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detektor fotoelektrik.

Sinar monokromatis dari lampu natrium akan melewati lensa kolimator

sehingga berkas sinarnya dibuat paralel. Kemudian dipolarisasikan oleh prisma

kalsit atau prisma nikol polarisator. Sinar yang terpolarisasi akan diteruskan

keprisma setengah nikol untuk mendapatkan bayangan setengah dan akan

melewati sampel yang terdapat dalam tabung kaca yang tertutup pada kedua

ujungnya yang panjangnya diketahui. Sampel tersebut akan memutar bidang getar

sinar terpolarisasi ke kanan atau ke kiri dan dianalisa oleh analisator. Besarnya

sudut putaran oleh sampel dapat dilihat pada skala lingkar yang diiamati dengan

mata.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimen murni,

yaitu penelitian yang semua variable variable dalam penelitian dapat dikontrol

sepenuhnya

3.2. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Senin, 26 Oktober 2016 bertempat di

Laboratorium Gelombang dan Optik, yang berlokasi di Laboratorium Fisika,

Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Tadulako, Palu.

3.3. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum


2. Merangkai alat seperti pada gambar berikut

14
3. Mencuci bersih tabung pemutar, kemudian mengisi dengan air murni, dan

mengusahakan tidak sampai ada gelembung udara dan memasukkan ke dalam

polarimeter.
4. Menentukan titik paling terang pada detektor dengan cara memutar skala putar

analisator pada polarimeter.


5. Membaca nilai sudut ( ) pada skala putar analisator pada polarimeter dan

mencatat hasil yang diperoleh pada tabel pengamatan.


6. Mengulangi langkah 3-4 sebanyak 2 kali.
7. Mengisi tabung pemutar dengan larutan gula 1 gram + 20 ml air murni
8. Mengulangi langkah 3-4 sebanyak 3 kali.Mengisi tabung pemutar dengan

larutan gula 2 gram + 20 ml air murni


9. Mengulangi langkah 3-4 sebanyak 3 kali.
10. Mengisi tabung pemutar dengan larutan gula 3 gram + 20 ml air murni
11. Mengulangi langkah 3-4 sebanyak 3 kali.
12. Mencatat hasil pengamatan pada table hasil penagamatan.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

1. untuk pengamatan aquades murni

o Pengamat Sudut
1 I 115
2 II 108
3 III 100

2. untuk pengamatan aquades dan gula 1 gram

o Pengamat Sudut
1 I 103
2 II 85
3 III 84
3. untuk pengamatan aquades dan gula 2 gram

o Pengamat Sudut
1 I 35
2 II 116
3 III 100

4. untuk pengamatan aquades dan gula 3 gram

o Pengamat Sudut
1 I 106
2 II 84
3 III 101

16
Panjang tabung = 17,5 cm= 1,75x10-1m
Volume air = 20 ml= 2x10-5m
Nst neraca digital = 0,01 gram = 1x10-5 kg
Nst polarimeter = 0,01 gram = 1x10-5 kg

4.2. Analisa Data

1. Perhitungan Umum

a. Konsentrasi larutan

m1 1 x 103
k 1= = =50,00 kg/m3
V 1 2 x 105

m2 2 x 103
k 2= = =100,00 kg/m3
V 2 2 x 105

m3 3 x 103
k3 = = =150,00 kg /m3
V 3 2 x 105

b. Daya Putar Spesifik


1). Untuk larutan Aquades + gula 1 gram

Perlakuan I

103
1= = =11,77m2 /kg
l k 1 1,75 x 101 x 50

Perlakuan II

85
2= = =9,72 m2 /kg
l k 1 1,75 x 101 x 50

Perlakuan III

17
84
3= = =9,60 m2 /kg
l k 1 1,75 x 101 x 50

2). Untuk larutan aquades + gula 2 gram

Perlakuan I

35 2
1= = =2,00 m /kg
l k 2 1,75 x 101 x 100

Perlakuan II

116
2= = =6,63 m2 /kg
l k 2 1,75 x 101 x 100

Perlakuan III

100
3= = =11,43m2 /kg
l k 2 1,75 x 10 x 100
1

3). Untuk larutan aquades + gula 3 gram

Perlakuan I

18
106
1= = =4,04 m2 /kg
l k 3 1,75 x 101 x 150

Perlakuan II

84
2= = =3,20 m2 /kg
l k 3 1,75 x 10 x 150
1

Perlakuan III

101 2
3= = =3,85 m /kg
l k 3 1,75 x 10 x 150
1

2. Perhitungan Ralat

1). Konsentrasi Gula

k= |mk || m|+|V k || V |
k= |V1 || m|+|Vm ||V|
2

19
m=NST Neraca Digital=1 x 105 kg
1 6 3
V = NST Gelas Ukur=5 x 10 m
2

Untuk Larutan aquades + gula 1 gram

k 1=
| 1
2 x 105||1 x 10 5
|+
|
1 x 103 |
( 2 x 10 )
5 |
5 x 106|

k 1=0,50 kg /m3

KTPm= k 1=0,50 kg / m3

k1 0,50
KTPr= x 100 = x 100=1,00
k1 50

0,5
AB=1log
50

= 1log ( 0,01) = 1-(-2,00)=3,00 3 AB


kg
Pelaporan= ( k 1 k 1 ) 3
=( 5, 00 0 0, 0 5 0 ) 101 kg / m3
m

Larutan 2 gram gula + 20 ml aquades

| |
3
k 2=
|
1
2 x 10
5
|1 x 10
|5
|+
2 x 10
5
(2 x 10 )
|5 x 106|

3
k 2=0,50 kg /m

KTPm= k 2=0,50 kg /m 3

k2 0,50
KTPr= x 100 = x 100=0,50
k2 100

0,50
AB=1log =1log ( 0,005 )=1(2,30 ) =3,30 3 AB
100
kg 2 3
Pelaporan= ( k 2 k 2 ) 3
=( 1, 00 000 0,005 00 ) 10 kg/m
m

Larutan 3 gram gula + 20 ml aquades

20
k 3=
| 1
2 x 105
|1
|x 10 5
|+
|
3 x 103 |
5
(2 x 10 ) |
5 x 106|

k 3=0,50 kg /m3
3
KTPm= k 3=0,50 kg /m

k3 0,50
KTPr= x 100 = x 100=0,33
k3 150

0,50
AB=1log =1log ( 0,003 )=1(2,47)=3,47 3 AB
150
kg
Pelaporan= ( k 3 k 3 ) 3
=( 1, 50 000 0,005 00 ) 102 kg/m3
m

1. Daya Putar Spesifik


= | | | | | |


| |+

l
| l|+

k
| k|

=| |||+
1
lk |
l k ||l|+
2 |lk |

| k| 2

=NST Polarimeter =8,70 x 103 rad


3
l=NST Mistar=1 x 10 m

1) Larutan 1 gram gula + 20 ml aquades


- Perlakuan I
1= | 1
1
1,75 x 10 x 50 |
|8,70 x 103|+ 103
1 2
( 1,75 x 10 ) x 50||1 x 103|+
|
103
|
1,75 x 101 x 502 |
|0,5|

= |7,6 x 102| + |6,73 x 102| + |1,18 x 101|


m2 1
1=2,61 x 10
kg

m2 1
KTPm= 1=2,61 x 10
kg

21
1 2,61 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =2,22
1 11,77

2,61 x 101
AB=1log =2,65 3 AB
11,77

m2 ( m2
Pelaporan= ( 1 1 ) = 1,18 0,0261 ) x 10
kg kg

- Perlakuan II
2=
| 1
1
1,75 x 10 x 50 |
|8,70 x 103|+
| 85
1 2
( 1,75 x 10 ) x 50 |
|1 x 103|+ | 85
1
1,75 x 10 x 50
2||0,5|

|7,6 x 102| + |5,56 x 102| + |1,94 x 104|


2
m
2=1,32 x 101
kg

m2
KTPm= 2=1,32 x 101
kg
2 1,32 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =1,36
2 9,72

1,32 x 101
AB=1log =2,87 3 AB
9,72

m2 ( m2
Pelaporan= ( 2 2) = 9,72 0,132 )
kg kg

- Perlakuan III
3= | 1
1
1,75 x 10 x 50 |
|8,75 x 104|+
| 84
1 2
( 1,75 x 10 ) x 50 |
|1 x 103|+ | 84
1
1,75 x 10 x 50
2 |
|0,5|

|7,6 x 102| + |5,49 x 102| + |9,6 x 102|


2
1 m
3=2,27 x 10
kg

22
m2
KTPm= 3=2,27 x 101
kg
3 2,27 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =2,36
3 9,60

2,27 x 101
AB=1log =2,63 3 AB
9,60

m2 ( m2
Pelaporan= ( 3 3 ) = 9,60 0,227 )
kg kg

2) Larutan 2 gram gula + 20 ml aquades


- Perlakuan I
1= | 1
1
1,75 x 10 x 100 |
|8,70 x 103|+ 35
1 2|
( 1,75 x 10 ) x 100
|1 x 103|+
|35
1|
1,75 x 10 x 100
2
|0,5|
|
|1,52 x 101| + |8,70 x 102| + |2,00 x 105|
m2
1=2,39 x 101
kg

m2
KTPm= 1=2,39 x 101
kg
1 2,39 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =11,95
1 2,00

2,39 x 101
AB=1log =1,92 2 AB
2,00

m2 ( m2
Pelaporan= ( 1 1 ) = 2,0 0,24 )
kg kg

- Perlakuan II
2= | 1
1
1,75 x 10 x 100 |
|8,70 x 103|+
|
116
1 2
( 1,75 x 10 ) x 100
|1 x 103|+
| | 116
1,75 x 101 x 1002||0,5|

= |1,52 x 101| + |3,79 x 102| + |3,31 x 102|

23
m2
2=2,23 x 101
kg

m2
KTPm= 2=2,23 x 101
kg
2 2,23 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =3,36
2 6,63

2,23 x 101
AB=1log =2,47 2 AB
6,63
2 2
m ( m
Pelaporan= ( 2 2) = 6,6 0,22 )
kg kg

- Perlakuan III
3= | 1
1
1,75 x 10 x 100 |
|8,70 x 103|+
|
100
1 2
( 1,75 x 10 ) x 100
|1 x 103|+
| |100
1,75 x 101 x 1002||0,5|

|1,52 x 101| + |3,27 x 102| + |2,86 x 102|


m2
3=2,13 x 101
kg

m2
KTPm= 3=2,13 x 101
kg
3 2,13 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =1,86
3 11,43

2,13 x 101
AB=1log =2,76 3 AB
11,43

m2 ( m2
Pelaporan= ( 3 3 ) = 1,14 0,0213 ) x 10
kg kg

3) Larutan 3 gram gula + 20 ml aquades


- Perlakuan I
1= | 1
1
1,75 x 10 x 150 |
|8,70 x 103|+ 106
1 2 |
( 1,75 x 10 ) x 150
|1 x 103|+
1,75 x|106
10
1 |
x 150
2 |
|0,5|

|2,28 x 101| + |2,31 x 102|+|1,35 x 102|

24
m2
1=2,65 x 101
kg

m2
KTPm= 1=2,65 x 101
kg
1 2,65 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =6,55
1 4,04

2,65 x 101
AB=1log =2,18 2 AB
4,04
2 2
m ( m
Pelaporan= ( 1 1 ) = 4,0 0,26 )
kg kg

- Perlakuan II
2= | 1
1
1,75 x 10 x 150 |
|8,70 x 103|+
|
84
1 2
( 1,75 x 10 ) x 150
|1 x 103|+
| 84
|
1
1,75 x 10 x 150
2 |
|0,5|

|2,28 x 101| + |1,83 x 102| + |1,07 x 102|


2
m
2=2,57 x 101
kg

m2
KTPm= 2=2,57 x 101
kg
2 2,57 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =8,03
2 3,2

2,57 x 101
AB=1log =2,09 2 AB
3,2

m2 ( m2
Pelaporan= ( 2 2) = 3,2 0,26 )
kg kg

- Perlakuan III
3= | 1
1
1,75 x 10 x 150 |
|8,70 x 103|+
|
101
1 2
( 1,75 x 10 ) x 150
|1 x 103|+
1,75 x|101
10 |
1
x 150
2||0,5|

= |2,28 x 101| + |2,19 x 102| + |1,28 x 102|

25
m2
3=2,63 x 101
kg

m2
KTPm= 3=2,63 x 101
kg
3 2,63 x 101
KTPr= x 100 = x 100 =6,8
3 3,83

2,63 x 101
AB=1log =2,16 3 AB
3,83
2 2
m ( m
Pelaporan= ( 3 3 ) = 3,83 0,263 )
kg kg

4.2. pembahasan

Polarimeter merupakan suatu alat yang tersusun atas polarisator dan

analisator. Polarimeter adalah Polaroid yang dapat mempolarisasi cahaya,

sedangkan anlisator adalah Polaroid yang dapat menganalisa/mempolarisasikan

cahaya.

26
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui pola difraksi

gelombang cahaya, memahami bahwa cahaya adalah gelombang transversal

sehingga dapat dipolarisasi, memahami cara kerja alat polarimeter, dan

menghitung daya putar spesifik dari larutan gula tebu dengan menggunakan

cahaya yang dipolarisasi.

Dalam percobaan ini alat dan bahan yang digunakan yaitu tabung pemutar

sebagai tempat larutan, neraca digital digunsksn untuk menimbang gula, tisu

digunakan untuk membersihkan tabung pemutar, pipet tetes digunakan untuk

memindahkan larutan gula atau aquades ke dalam tabung pemutar, aquades

secukupnya sebagai larutan pelarut, gula sebagai yang akan diukur

konsentrasinya, Polarimeter digunakan untuk menganalisa zat yang optik aktif,

mengukur kadar gula, penentuan antibiotik dan enzim. Sumber cahaya

monokromatis dapat digunakan sebagai sumber cahaya yang terdiri atas satu

warna dan satu panjang gelombang. gelas aqua sebagai wadah untuk larutan.

Dalam percobaan ini adapun prosedur kerja yang dilakukan pengukuran

terhadap konsentrasi dan jenis larutan (gulaku) yaitu dengan cara membuat larutan

gula dengan massa yang berbeda yaitu 1 gram, 2 gram dan 3 gram. Masing-

masing dilarutkan dengan aquades 20 ml yang nantinya kan mempengaruhi sudut

putar dari jenis larutan tersebut. Gula atau biasa disebut dengan sukrosa

merupakan salah satu bahan optis aktif, aquades digunakan sebagai pembanding

yang merupakan bahan bukan optis aktif. Dalam percobaan ini kami memutar

skala putar analisator polarimeter dengan tujuan sudut pemutar bidang polarisasi

27
gula digunakan untuk menunjukan kadar atau konsentrasi gula dan daya putar

spesifik. Kemudian kami memasukkan aquades dan larutan ke dalam tabung

pemutar secara bergantian. Tabung tersebut diletakan dalam polarimeter diantara

polarisator yang dekat dengan sumber cahaya dan analisator yang dekat dengan

mata pengamat. Ketika sumber cahaya dinyalakan mata bisa melihat cahaya

melalui lubang pengamata polarimeter. Hal tersebut disebabkan sumber cahaya

yang tidak terpolarisasi kemudian memasuki polarimeter sehingga hanya ada satu

bidang getar saja (gelombang transversal) atau biasa diibaratkan dengan

gelomabng tali yang melalui satu celah. Kemudian ketika skala putar analisator

polarimeter diputar kekiri yang mula-mula tampak cahaya terang hingga sudut

tertentu cahaya tidak dapat teramati dari lubang pengamat polarimeter. Hal ini

terjadi karena posisi analisator tidak lagi melewatkan satu bidang getar atau suatu

gelombang transversal yang terbentuk oleh polarisator(tidak lagi terpolarisasi).

Sudut yang terbaca pada polarimter tidak menunjukkan bahwa posisi analisator

tegak lurus, kenyataannya bahwa memang keadaan ini telah tegak lurus

disebabkan oleh larutan optis aktifatau dalam polarimeter berfungsi sebagai

pemutar bidang geser sehingga cahaya yang melewati larutan optik mengalami

perputaran bidang polarisasi dan gelombang transversal tersebut tidak searah lagi

kejadian ini dapat diamati pada aquades yang terjadi dengan sudut 90. Semakin

tinggi konsentrasi larutan optis aktif maka pemutaran bidang polarisasi pun

terjadi sehingga sudut putar analisator diperoleh cukup kecil.

Pada percobaan ini prinsip kerja polarimeter adalah meneruskan sinar yang

mempunyai arah getar yang sama dengan arah polarisator. Larutan gula yang

28
merupakan larutan optis aktif berfungsi untuk membelokkan cahaya yang telah

melalui polarisator. Untuk menemukan sinar yang telah dibelokkan oleh larutan

gula, kita gunakan analisator yang sudutnya dapat diubah. Besarnya sudut yang

ditunjukkan analisator setelah menemukan sinar tersebut yang dinamakan sudut

putar. Setiap larutan mempunyai sudut putar yang berbeda-beda tergantung

konsentrasi dan jenis larutannya.

Dari hasil perhitungan konsentrasi serta daya putar spesifik yang telah kami

lakukan , dapat disimpulkan bahwa konsentrasi yang memiliki massa yang besar

atau kecil tidak mempengaruhi besarnya konsentrasi larutan yang dihasilkan,

sedangkan untuk daya putar spesifiknya semakin kecil massa larutan gula, maka

semakin besar nilai daya putar yang diperoleh.

Adapun ketidaktelitian pada percobaan ini dapat dilihat dari analisa data

dimana setiap perlakuannya masing-masing untuk jumlah gula yang berbeda

memiliki ketidaktelitian yang sama. Ketidaktelitian tersebut terletak pada

pengambilan data. Seharusnya pada percobaan ini besar sudut yang didapatkan

baik untuk perlakuan pertama sampai ketiga adalah sama, namun pada percobaan

ini besar sudutnya berbeda.

Gula digunakan karena larutan gula dapat memutar bidang polarisasi cahaya

sehingga terjadi pergeseran sudut polarisasi. Semakin konsentrasi gula dalam

larutan semakin besar sudut putar sumbu polarisasi. Adapun dalam percobaan ini

kesalahan yangterjadi yaitu disebabkan kurangnya ketelitian dari pengamat pada

saat mengamati cahaya dari lubang pengamat polarimeter selain itu kurangnya

29
keterampilan praktikan dalam menentukan sudut putar , dan alat yang digunakan

kurang baik kinerjanya sehingga menghasilkan data yang tidak akurat.

Pada percobaan ini dapat diketahui cahaya monokromatik terpolarisasi

sedangkan cahaya polikromatik tidak , itu dikarenakan cahaya monokromatik

termasuk gelombang transversal sehingga arah rambat gelombang pada cahaya

monokromatik tegak lurus .

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Cahaya monokromatik dapat terpolarisasi karena cahaya monokromatik

termasuk gelombang transversal yang arah rambatnya tegak lurus.

30
2. Prinsip kerja polarimeter adalah meneruskan sinar yang mempunyai arah

getar yang sama dengan arah polarisator. Sudut putar jenis bergantung

pada konsentrasi dan jenis larutannya.

3. Nilai daya putar spesifik yaitu

2
m
2
a) Larutan pertama = 10,36 m /kg dengan ktpm= 0,21 kg dan

ktpr = 1,96%

m2
b) Larutan kedua = 6,69 m2/kg dengan ktpm = 0,22 kg dan

ktpr = 5,72%

m2
2
c) Larutan ketiga = 3,69 m /kg dengan ktpm = 0,26 kg dan

ktpr = 7,13%

31
DAFTAR PUSTAKA

32
Anonim.(2012).Polarimetry,

[online].Tersedia:http://en.wikipedia.org/wiki/polarimetry. [diakses 29

0ktober 2016]

Anonim. (2014). Polarimeter ,[Online]. Tersedia:www.google.com/polarimeter

[29 oktober 2016]

Anonim.(2015).Polarimeter,

[online].Tersedia:www.google.com/asalusul_polarimeter1.PDF [29

oktober 2016]

Tim penyusun.(2016).Penuntun Praktikum Gelombang dan Optik. Palu :

Universitas Tadulako

33

Вам также может понравиться