Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pendahuluan
Peningkatan tenologi nformasi dan komunikasi, khususnya
melalui kegiatan telekomunikasi secara terus menerus mengubah
perekonomian local, nasional, regional, dan internasional menjadi jaringan
ekonomi berjaringan yang merupakan dasar bagi terbentuknya
masyarakat informasi (Information society). Peningkatan aktivitas social
dan ekonomi masyarakat dunia telah memasuki suatu masyarakat yang
berorientasi pada informasi. Setiap perkembangan dan peningkatan suatu
teknologi tentunya mengakibatkan banyaknya penyalah gunaan yang
dilakukan oleh pengguna teknologi tersebut maka hal itu memerlukan
instrument hukum, baik kaidah, asas-asas termasuk kelembagaan dan
prosesnya. Peran teknologi informasi daan komunikasi dalam
perkembangan kebudayaan (civilization) menjadi factor yang tidak dapat
diiabaikan dalam pembentukan hukum yang memadai.
Media massa adalah salah satu hal yang saat ini memilki
pengaruh yang besar dan sangat penting di era informasi ini. Media
massa memiliki kemappuan yang maha dahsyat untuk mempengaruhi
khalayak. Banyak hal bisa terjadi karena media massa. Media massa
dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat cepat, dibuktikan
dengan munculnya new media yang merupakan hasil dari perkembangan
teknologi dan komunikasi. Bila tidak ada hukum yang mengatur media
massa maka kebebasan berpendapat dan berekspresi akan menjadi
kebebasan yang tidak bertanggung jjawab. Sesuai dengan fungsi hukum,
yaitu (a) menyelesaikan masalah (b) mengendalikan masyarakat (c)
menggerakan perubahan masyarakat.[1] Semua kegiatan yang kita
lakukan ada hukum yang jelas yang mengaturnya. Dan hukum yang
mengatur media massa memberikan jaminan dan perlindungan
kehormatan atas pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, harta benda,
serta memberikan rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Cyberlaw di Indonesia
Cyberlaw adalah hukum yang mengatur segala kegiatan
teknologi dan informasi. Cyberlaw mengatur kegiatan-kegiatan
dalam cyberspace, antara lain:
1. Hak cipta (copyright)
2. Merek (trademark)
3. Fitnah atau pencemaran nama baik (defamation)
4. Privacy
5. Duty of Care
6. Criminal Liability
7. Procedural Issues
8. Elektronic Contract &Digital Signatures
9. Electronic Commerce
10. Electronic Government
11. Pornography
12. Pencurian (theft)
Sehubungan dengan semakin banyak kegiatan-kegiatan di
cyberspace ,maka disusunlah regulasi yang mengatur tentang tentang
kegiatan di cyberspace. UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) . UU
ITE terdiri dari 13 Bab dan 54 Pasal yang merupakan rezim hukum baru
untuk mengatur kegiatan cyberspace di Indonesia. Beberapa aspek-aspek
penting yang diatur didalam UU ITE adalah sebagi berikut:
1. Aspek yuridiksi, digunakan pendekatan prinsip perluasan yuridiksi
(Extra Territorial Yurisdiction) dikarenakan transaksi elektronik memiliki
kharakteristik lintas territorial dan tidak dapat menggunakan pendekatan
hukum konvensional.
2. Aspek pe buktian elektronik (e-evidence), alat bukti elektronik
merupakan alat bukti yang memiliki akibat hukum yang sah di muka
pengadilan.
3. Aspek informasi dan perlindungan konsumen, pelaku usaha yang
menawarkan produk melalui media elektronik wajib menyediakan
informasi yang lengkap dan benar, berkaitan dengan syarat-syarat
kontrak, produsen dan produk yang ditawarkan.
4. Aspek transaksi elektronik , kegiatan transaksi elektronik dapat
dilakukan baik dalam lingkup public maupun privat dan transaksi
elektronik yang dituangkan dalam kontrak elektronik mengikat para pihak
serta para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum yang berlaku
bagi transaksi elektronik internasional yang dibuatnya.
5. Aspek perlindungan privasi, penggunaan setiap informasi melalui
media elektronik yang emnyangkut data tentang pribadi seseorang harus
dilakukan atas persetujuan dari orang yang bersangkutan kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.
6. Dan lain-lain
Secara teori, peraturan hukum itu akan selalu terlambat mengikuti
perkembangan zaman karena sifatnya yang kaku (Rigid). Namun, pada
dasarnya semua peraturan itu akan menjadi efektif jika masyarakat mau
menerapkannya , termasuk media pers. kekuatan politik di Indonesia
sudah tidak membuat media berpihak pada media independen. Tidak bisa
dipungkiri kekuatan partai politik mempengarugi berita yang ditampilkan
media. Contoh nya, metro TV yang dimiliki Surya Paloh dari Nasional
Demokrat. Meskipun tidak melanggar hukum, tapi sesungguhnya norma
etika dalam masyarakat sudah dicederai, karena sekecil apapun,
keberpihakan itu pasti terlihat.
Untuk kondisi Indonesia saat ini, Hukum Media apakah mungkin
bersifat Lex Specialis? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut kita perlu
mengetahui lex specialis itu apa. Asas Lex Specialis Derogat Lex
Generalis. Asas ini bermakna bahwa ketentuan yang bersifat khusus
mengesampingkan ketentuan yang bersifat umum. Asas ini hanya dapat
dijadikan acuan apabila derajat perundang-undangan tersebut sama.
[21] Atau bisa diartikan hukum yang bersifat khusus mengesampingkan
hukum yang bersifat umum. Jadi, menurut saya jawaban atas pertanyaan
tadi mungkin saja, karena ada UU pers, contohnya, dalam KUHP diatur
mengenai pelecehan nama baik. Seandainya media melakukan pelecehan
nama baik, yang dipakai kan UU Pers bukan KUHP.