Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
4,58,0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi
non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein. Percobaan kali ini,
sehingga akan mempengaruhi juga aktivitas dari enzim itu sendiri. Perubahan pH
berikut:
Warna
Waktu
(menit) pH pH
pH 8,0 pH 7,0 pH 6,8 pH 6,2 pH 5,4
7,4 5,0
Agak kebiru Coklat kemerah Biru
0 kecoklatan biru
biru an baning an pekat
Coklat
1 Keruh keruh keruh keruh keruh biru
muda
benin kebiru
2 bening bening bening bening keruh
g an
Cokla
benin
3 bening bening bening bening bening t
g
muda
benin
4 bening bening bening bening bening keruh
g
benin benin
5 bening bening bening bening bening
g g
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan pH optimum dari enzim
buffer dengan variasi pH yang berbeda-beda yaitu pH 8,0; 7,4; 7,0; 6,8; 6,2; 5,4;
5,0 agar dapat ditentukan pada pH berapa enzim bekerja dengan baik (pH
optimum dari enzim amilase) dan 1 tabung reaksi yang lain diisi dengan 5 mL
larutan iodin 0,01 M. Kemudian tabung reaksi yang berisi larutan buffer dengan
Larutan pati yang digunakan pada percobaan ini bertindak sebagai substrat,
sedangkan NaCl bertindak sebagai bahan pengaktif kerja enzim (aktivator) dan
juga untuk memberi kondisi yang sama dengan kondisi pada mulut. Kemudian,
dimasukkan 1 mL saliva encer pada tabung reaksi tersebut. Enzim amilase yang
digunakan diperoleh dari saliva segar yang telah diencerkan dengan air dengan
terlalu pekat, karena dalam jumlah yang terlalu kecil (tidak terlalu pekat), enzim
dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi
penyimpangan hasil akhir reaksinya. Pada tabung reaksi yang berisi larutan buffer
dengan pH 8,0 dan pH 7,4 ditambahkan dengan 1 mL asam asetat, hal ini
bertujuan untuk mengasamkan larutan tersebut karena enzim tidak dapat bekerja
pada pH basa.
tersebut digunakan karena suhu tubuh manusia kira-kira sebesar itu dan enzim
yang digunakan berasal dari saliva yang dikeluarkan dari tubuh manusia. Setelah
5 menit pertama, tabung reaksi yang berisi larutan buffer ditambahkan dengan 0,5
mL iodin yang ditandai dengan perubahan warna dari bening ke biru. Iodin pada
percobaan ini, berfungsi sebagai indikator membentuk kompleks yang berwarna
biru keunguan akibat adanya ikatan semu antara amilum dengan iodin dan dengan
Setelah itu, tabung-tabung reaksi tersebut dimasukkan kembali ke dalam oven dan
aktivitas enzim pada pH tersebut sangat lambat yang mengakibatkan enzim tidak
atau pH tinggi dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan
berdasarkan tabung mana yang paling cepat mengalami perubahan warna dari biru
Dapat dilihat dari hasil pengamatan, bahwa intensitas warna pada masing-
yang menghasilkan warna kebiruan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pati
amilopektin terikat pada iodium dan pH optimum agar suatu enzim dapat bekerja
dengan baik yaitu nilai pH yang berkisar antara 5,4 7,4. Pada tabung reaksi
berisi pati dengan pH 8,0; 7,4; 6,8; 6,2; 5,4; 5,0 memberikan warna agak bening
yang seharusnya menurut teori akan membentuk kompleks biru atau keunguan,
perubahan warna pada pH 8,0 seharusnya lebih lambat dibandingkan pada pH 7,4
dan perubahan warna pada pH 5,0 seharusnya lebih lambat daripada pH 5,4.
mengukur volume larutan yang digunakan atau alat-alat dan bahan yang
amilase. Selain keasaman atau pH, temperatur juga merupakan salah satu faktor
aktivitas dari enzim itu sendiri. Adapun temperatur yang digunakan ialah 0 C
berikut:
Amilase
Waktu Warna
10 +5 +5 +4 +4
15 +4 +4 +4 +3
20 +4 +3 +3 +3
25 +3 +3 +2 +2
30 +3 +2 +2 +2
35 +2 +1 +1 +1
40 +1 +1 - -
45 - - - -
Keterangan:
dalam 4 tabung reaksi, diisi masing-masing dengan 2,5 mL larutan pati 1% dan 4
tabung reaksi lainnya diisi dengan 0,5 mL saliva encer. Tiap-tiap tabung reaksi
yang berisi larutan pati dan saliva encer dipasangkan satu sama lain. Satu pasang
tabung reaksi pertama yang berisi larutan pati dan saliva encer dimasukkan ke
dalam air es (0C), satu pasang tabung reaksi kedua ditempatkan pada suhu kamar
(25C), satu pasang tabung reaksi ketiga dimasukkan ke dalam inkubator (38C),
dan satu pasang tabung reaksi keempat dimasukkan ke dalam air mendidih
(100C). Perlakuan ini dilakukan pada berbagai suhu agar dapat diketahui pada
suhu berapa (suhu optimum) enzim amilase bekerja dengan baik. Setelah 5 menit,
Setiap 5 menit, campuran larutan pati dan saliva encer ditetesi sebanyak 2 tetes
pada plat tetes yang sebelumnya telah diisi dengan 1 tetes larutan iodin 0,01 M.
Larutan iod pada plat tetes ini berfungsi untuk memberikan warna biru atau ungu
apabila pada contoh yang kita teteskan masih mengandung pati (amilum).
mendidih) dalam interval waktu 5 menit larutan berwarna biru, tetapi larutan pada
suhu 0 C, 25 C, dan 100 C pada menit ke-10 sampai dengan menit ke-60
larutan tetap berwarna biru. Sedangkan larutan yang ditempatkan pada inkubator
Berdasarkan data yang diperoleh baik dari tabel terlihat bahwa temperatur
inkubator (38C) menjadi bening setelah menit ke-35, ini menunjukkan aktivitas
data yang diperoleh, baik dari tabel maupun grafik terlihat bahwa temperatur
optimum dari enzim amilase adalah 38 C. Hal ini sesuai dengan teori, yang
mengatakan bahwa suhu optimum bagi suatu enzim agar dapat bekerja dengan
baik adalah pada suhu sekitar 38 C. Jadi dalam percobaan ini, suhu atau
Kesalahan dalam praktikum bisa saja terjadi, kesalahan ini mungkin dapat
disebabkan dari faktor sterilisasi alat dan kualitas bahan. Penggunaan alat bisa
Kualitas bahan juga menjadi alasan, dalam hal ini penggunaan iodium yang
mudah teroksidasi oleh udara hingga warna bahan itu berbeda dari sebelumnya
4.3 Reaksi
H OH H OH
n
CH2O CH2O
H O H I H O H
H H amilase
OH H OH H
O
O O
H OH H OH
I n
biru
CH2O
O H
H
H + nI2
OH H
OH OH
H OH
bening
penambahan amilum dengan iod yang akan membentuk kompleks yang berwarna
biru keunguan dengan adanya enzim amilase. Amilum akan terhidrolisis menjadi
enzimatis, setelah itu akan berubah menjadi bening yang menunjukkan adanya