Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Emilase

Umumnya pH optimum untuk aktivitas enzim amilase berkisar antara pH

4,58,0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi

non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein. Percobaan kali ini,

dilakukan uji pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase. Keasaman atau pH

merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi konformasi enzim

sehingga akan mempengaruhi juga aktivitas dari enzim itu sendiri. Perubahan pH

lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam

membentuk kompleks enzim substrat. Enzim akan mempunyai aktivitas paling

besar pada pH optimumnya. Berdasarkan percobaan ini diperoleh data sebagai

berikut:

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Warna
Waktu
(menit) pH pH
pH 8,0 pH 7,0 pH 6,8 pH 6,2 pH 5,4
7,4 5,0
Agak kebiru Coklat kemerah Biru
0 kecoklatan biru
biru an baning an pekat
Coklat
1 Keruh keruh keruh keruh keruh biru
muda
benin kebiru
2 bening bening bening bening keruh
g an
Cokla
benin
3 bening bening bening bening bening t
g
muda
benin
4 bening bening bening bening bening keruh
g
benin benin
5 bening bening bening bening bening
g g
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan pH optimum dari enzim

amilase. Ke dalam 7 tabung reaksi, diisi masing-masing dengan 5 mL larutan

buffer dengan variasi pH yang berbeda-beda yaitu pH 8,0; 7,4; 7,0; 6,8; 6,2; 5,4;

5,0 agar dapat ditentukan pada pH berapa enzim bekerja dengan baik (pH

optimum dari enzim amilase) dan 1 tabung reaksi yang lain diisi dengan 5 mL

larutan iodin 0,01 M. Kemudian tabung reaksi yang berisi larutan buffer dengan

variasi pH ditambahkan dengan 2,5 mL larutan pati 1% dan 1 mL NaCl 0,1 M.

Larutan pati yang digunakan pada percobaan ini bertindak sebagai substrat,

sedangkan NaCl bertindak sebagai bahan pengaktif kerja enzim (aktivator) dan

juga untuk memberi kondisi yang sama dengan kondisi pada mulut. Kemudian,

dimasukkan 1 mL saliva encer pada tabung reaksi tersebut. Enzim amilase yang

digunakan diperoleh dari saliva segar yang telah diencerkan dengan air dengan

perbandingan 1:9. Pengenceran dilakukan agar enzim yang didapatkan tidak

terlalu pekat, karena dalam jumlah yang terlalu kecil (tidak terlalu pekat), enzim

dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi

penyimpangan hasil akhir reaksinya. Pada tabung reaksi yang berisi larutan buffer

dengan pH 8,0 dan pH 7,4 ditambahkan dengan 1 mL asam asetat, hal ini

bertujuan untuk mengasamkan larutan tersebut karena enzim tidak dapat bekerja

pada pH basa.

Tabung-tabung ini ditempatkan pada inkubator bersuhu 38 C, suhu

tersebut digunakan karena suhu tubuh manusia kira-kira sebesar itu dan enzim

yang digunakan berasal dari saliva yang dikeluarkan dari tubuh manusia. Setelah

5 menit pertama, tabung reaksi yang berisi larutan buffer ditambahkan dengan 0,5

mL iodin yang ditandai dengan perubahan warna dari bening ke biru. Iodin pada
percobaan ini, berfungsi sebagai indikator membentuk kompleks yang berwarna

biru keunguan akibat adanya ikatan semu antara amilum dengan iodin dan dengan

adanya enzim amilase, amilum akan terhidrolisis menjadi disakarida yang

kemudian akan terhidrolisis membentuk 2 molekul glukosa secara enzimatis.

Setelah itu, tabung-tabung reaksi tersebut dimasukkan kembali ke dalam oven dan

dibiarkan sampai semua larutan kembali menjadi tidak berwarna.

pH 7,0 perubahan warna terjadi sangat lambat. Ini membuktikan bahwa,

aktivitas enzim pada pH tersebut sangat lambat yang mengakibatkan enzim tidak

mudah terhidrolisis menjadi glukosa sehingga perubahan warnanya juga lambat.

Suatu enzim mempunyai aktivitas paling besar pada pH optimumnya, pH rendah

atau pH tinggi dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan

mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. Aktivitas enzim amilase dilihat

berdasarkan tabung mana yang paling cepat mengalami perubahan warna dari biru

menjadi tidak berwarna. Perubahan yang terjadi menandakan adanya proses

enzimatik, yaitu enzim amilase menghidrolisis amilum menjadi satuan glukosa

dengan memutuskan ikatan glikosidanya.

Tabel 3. pH dan Waktu Perubahan BiruKkeunguan menjadi Bening

pH Waktu (menit) 1/T (detik)


8,0 1 0
7,4 1 0
7,0 1 0
6,8 1 0
6,2 1 0
5,4 2 0,5
5,0 4 0,25

Dapat dilihat dari hasil pengamatan, bahwa intensitas warna pada masing-

masing tabung berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan grafik


yang diperoleh, terlihat bahwa pH optimum dari enzim amilase adalah pH 7,4

yang menghasilkan warna kebiruan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pati

amilopektin terikat pada iodium dan pH optimum agar suatu enzim dapat bekerja

dengan baik yaitu nilai pH yang berkisar antara 5,4 7,4. Pada tabung reaksi

berisi pati dengan pH 8,0; 7,4; 6,8; 6,2; 5,4; 5,0 memberikan warna agak bening

yang seharusnya menurut teori akan membentuk kompleks biru atau keunguan,

perubahan warna pada pH 8,0 seharusnya lebih lambat dibandingkan pada pH 7,4

dan perubahan warna pada pH 5,0 seharusnya lebih lambat daripada pH 5,4.

Kesalahan ini mungkin disebabkan karena kurangnya ketelitian praktikan dalam

mengukur volume larutan yang digunakan atau alat-alat dan bahan yang

digunakan telah terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak diinginkan.

4.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Pada percobaan ini, diuji pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim

amilase. Selain keasaman atau pH, temperatur juga merupakan salah satu faktor

yang sangat mempengaruhi konformasi enzim sehingga akan mempengaruhi juga

aktivitas dari enzim itu sendiri. Adapun temperatur yang digunakan ialah 0 C

(dalam air es), 25 C (suhu kamar), 38 C, dan 100 C (air mendidih).

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai

berikut:

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim

Amilase
Waktu Warna

(menit) Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV


(0 oC) (25 oC) (38 oC) (100 oC)
5 +5 +5 +5 +5

10 +5 +5 +4 +4

15 +4 +4 +4 +3

20 +4 +3 +3 +3

25 +3 +3 +2 +2

30 +3 +2 +2 +2

35 +2 +1 +1 +1

40 +1 +1 - -

45 - - - -

Keterangan:

+5 = briu pekat +4 = Biru +2 = Agak biru muda

- = Bening +3 = Biru muda +1 = Bening

Percobaan ini akan ditentukan suhu optimum dari enzim amilase. Ke

dalam 4 tabung reaksi, diisi masing-masing dengan 2,5 mL larutan pati 1% dan 4

tabung reaksi lainnya diisi dengan 0,5 mL saliva encer. Tiap-tiap tabung reaksi

yang berisi larutan pati dan saliva encer dipasangkan satu sama lain. Satu pasang

tabung reaksi pertama yang berisi larutan pati dan saliva encer dimasukkan ke

dalam air es (0C), satu pasang tabung reaksi kedua ditempatkan pada suhu kamar

(25C), satu pasang tabung reaksi ketiga dimasukkan ke dalam inkubator (38C),

dan satu pasang tabung reaksi keempat dimasukkan ke dalam air mendidih

(100C). Perlakuan ini dilakukan pada berbagai suhu agar dapat diketahui pada
suhu berapa (suhu optimum) enzim amilase bekerja dengan baik. Setelah 5 menit,

masing-masing tabung reaksi tersebut ditambahkan 3 tetes saliva encer (1:9).

Setiap 5 menit, campuran larutan pati dan saliva encer ditetesi sebanyak 2 tetes

pada plat tetes yang sebelumnya telah diisi dengan 1 tetes larutan iodin 0,01 M.

Larutan iod pada plat tetes ini berfungsi untuk memberikan warna biru atau ungu

apabila pada contoh yang kita teteskan masih mengandung pati (amilum).

Pengujian ini dilakukan sebanyak 12 kali pada interval waktu 5 menit.

Suhu 0 C (air es), 25 C (suhu kamar), 38 C (inkubator), dan 100 C (air

mendidih) dalam interval waktu 5 menit larutan berwarna biru, tetapi larutan pada

suhu 0 C, 25 C, dan 100 C pada menit ke-10 sampai dengan menit ke-60

larutan tetap berwarna biru. Sedangkan larutan yang ditempatkan pada inkubator

(38 C) menjadi bening setelah menit ke-35.

Tabel 4. Nilai Temperatur yang Menunjukkan Perubahan Biru ke Bening

Temperatur ( C ) Waktu (t) (menit) 1/T (detik)


0 C 40 0,025
25 C 35 0,028
38 C 35 0,028
100 C 35 0,028

Berdasarkan data yang diperoleh baik dari tabel terlihat bahwa temperatur

optimum dari enzim amilase adalah 38 C. Larutan yang ditempatkan pada

inkubator (38C) menjadi bening setelah menit ke-35, ini menunjukkan aktivitas

enzim lebih cepat dibandingkan pada suhu 0 C, 25 C, dan 100 C. Berdasarkan

data yang diperoleh, baik dari tabel maupun grafik terlihat bahwa temperatur

optimum dari enzim amilase adalah 38 C. Hal ini sesuai dengan teori, yang

mengatakan bahwa suhu optimum bagi suatu enzim agar dapat bekerja dengan
baik adalah pada suhu sekitar 38 C. Jadi dalam percobaan ini, suhu atau

temperatur yang optimum sangat menentukan aktivitas enzim.

Kesalahan dalam praktikum bisa saja terjadi, kesalahan ini mungkin dapat

disebabkan dari faktor sterilisasi alat dan kualitas bahan. Penggunaan alat bisa

dipastikan masih belum sempurna sehingga mempengaruhi pengumpulan data.

Kualitas bahan juga menjadi alasan, dalam hal ini penggunaan iodium yang

mudah teroksidasi oleh udara hingga warna bahan itu berbeda dari sebelumnya

dan mempengaruhi hasil pengamatan.

4.3 Reaksi

Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah:


CH2O CH2O
O H O H
H H
H H
OH H OH H + nI2
O O O

H OH H OH
n

CH2O CH2O

H O H I H O H
H H amilase
OH H OH H
O
O O

H OH H OH
I n
biru

CH2O
O H
H
H + nI2
OH H
OH OH

H OH
bening

Reaksi diatas menunjukkan adanya perubahan warna yang terjadi saat

penambahan amilum dengan iod yang akan membentuk kompleks yang berwarna

biru keunguan dengan adanya enzim amilase. Amilum akan terhidrolisis menjadi

disakarida yang kemudian akan terhidrolisis membentuk 2 molekul glukosa secara

enzimatis, setelah itu akan berubah menjadi bening yang menunjukkan adanya

penguraian pati menjadi glukosa.

Вам также может понравиться