Вы находитесь на странице: 1из 36

Critical Thinking sebagai

landasan clinical reasoning


Dr. Dian Apriliana R, M.Med.Ed.
PENDAHULUAN
Clinical reasoning merupakan salah satu
ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang
dokter untuk memecahkan masalah klinis yang
dihadapinya.
Kemampuan clinical reasoning seorang dokter
dapat berkembang seiring dengan
pengalaman
Critical thinking ability berpengaruh terhadap
perkembangan kemampuan clinical reasoning
Critical Thinking
Schafersman (1991) menyatakan bahwa berfikir
kritis adalah berfikir dengan benar berdasarkan
pengetahuan yang relevan dan reliable, atau cara
fikir yang beralasan, relfektif, bertanggungjawab,
dan mahir.
Definisi Critical Thinking
John Dewey:
critical thinking adalah pertimbangan yang aktif dan
tepat serta berhati-hati atas keyakinan dan keilmuan
untuk mendukung kesimpulan
Ennis:

critical thinking adalah kegiatan berfikir yang


beralasan dan reflektif yang memfokuskan pada
apa yang diyakini dan apa yang akan dilakukan

(Fisher ,2001)
The APA (American Philosophical Association)
Consensus Definition
berfikir kritis sebagai keputusan yang memiliki
tujuan dan dilakukan sendiri oleh pelaku kegiatan
berfikir, sebagai hasil dari kegiatan interpretasi,
analisis, evaluasi dan inferensi serta penjelasan
dari pertimbangan yang didasarkan pada bukti,
konsep, metodologi, kriteriologi dan kontekstual,
yang kemudian melandasi keputusan yang dibuat
oleh orang tersebut.
Cognitive Skills dalam Critical Thinking

Critical thinking Metacognition


Interpretation Statement
Description
Analysis
Question
Evaluation Other form
Inference Inquisitive
representation
Systematic
Explanation Analytical
Self Open minded
Regulation Judicious
Truth seeking
Confident in
reasoning
Interpretation (Penafsiran)
adalah kemampuan untuk memahami dan
mengartikan secara cepat dan akurat atas
pengalaman, situasi, data, kejadian, kejadian, tata
cara, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria
yang bervariasi. Penafsiran meliputi keahlian
dalam menggolongkan dan menjelaskan arti.
Contoh:
mampu mengintepretasikan data hasil pemeriksaan
laboratorium normal/ abnormal
Kadar Hb = 11 gr/dL Normal/ abnormal?
membaca hasil pemeriksaan radiologi/ foto rontgen

Membaca artikel ilmiah mampu mengidentifikasi ide


utama dan ide tambahan dari penulis, tujuan penulis.
Analysis
adalah kemampuan untuk mengenali maksud dan
hubungan, sehingga dapat menyimpulkan secara
benar antara pernyataan, pertanyaan, konsep,
deskripsi, atau bentuk lainnya, yang ditujukan
untuk mengungkapkan pendapat, pengalaman,
alasan, informasi, atau pendapat. Termasuk
kemampuan untuk menganalisis ide, mendeteksi
argumen, dan menganalisis argumen merupakan
bagian dari analisis.
Evaluation
adalah kemampuan untuk menilai pernyataan yang
logis atau bentuk lainnya seperti perhitungan atau
deskripsi dari persepsi, pengalaman, situasi,
keputusan, atau pendapat seseorang, dan menilai
kebenaran secara logis atau dapat menyimpulkan
hubungan antara pernyataan, deskripsi,
pertanyaan atau bentuk lainnya.
Evaluation
Contoh:
membandingkan kelemahan dan kelebihan berbagai
pendapat
Menilai artikel atau sumber bacaan tersebut layak
dijadikan referensi atau tidak
Inferensi
adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan
memilih elemen yang dibutuhkan untuk menyusun
simpulan yang beralasan; untuk menduga dan
menegakkan diagnosis; untuk mempertimbangkan
informasi apa sajakah yang dibutuhkan dan untuk
memutuskan konsekuensi apa yang harus diambil
dari data, informasi, pernyataan, kejadian, prinsip,
opini, konsep, dan lain sebagainya
Subskill inferensi adalah mampu mengumpulkan
bukti, menyampaikan berbagai alternatif, dan
bukti, menyampaikan berbagai alternatif, dan
membuat simpulan/ menegakkan diagnosa.
Explanation
Adalah kemampuan untuk menjelaskan apa yang
difikirkannya serta bagaimana dan mengapa ia
sampai pada keputusan tersebut.
Contoh: mampu menjelaskan alasan yang mengacu
pada kriteria dan langkah mengapa ia mengambil
keputusan tersebut mampu menjelaskan
mengapa ia memberikan terapi mukolitik pada
pasien asthma yang ia tangani.
Self Regulation/ Reflection
kemampuan untuk selalu melihat ulang pada seluruh
dimensi critical thinking yang dilakukannya dan
mengeceknya berulang kali atas apa yang
dilakukannya pada keseluruhan kegiatan critical
thinking-nya tersebut.
Clinical Reasoning
Adalah proses kognitif yang terjadi ketika berbagai
informasi yang diperoleh dokter baik melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik atau melalui kasus
klinik yang diberikan pada mahasiswa kedokteran
disintesis dan diintegrasikan dengan pengetahuan
dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya oleh
dokter dan mahasiswa tersebut yang kemudian
dipergunakan untuk mendiagnosis dan menatalaksana
masalah pasien.
(Groves dkk, 2002)
Cevero (1988) & Harris (1993)
Clinical reasoning adalah pola berpikir seorang
klinisi untuk menempuh tindakan bijaksana
(memiliki dasar benar, dampak baik) dalam
arti melakukan tahapan tindakan terbaik
sesuai dengan konteks yang spesifik.

(Higgs & Jones, 2000)


Proses Clinical Reasoning dalam
Praktek
Faktor-faktor yang berpengaruh
1. Pengetahuan yang 6. Pengalaman menerima
terstruktur umpan balik yang
2. Kemampuan berpikir membangun (constructive
kritis feedback)
3. Kemampuan 7. Pengalaman terpapar
mengatur pola pikir masalah klinis
4. Kemampuan 8. Pengalaman menangani
melakukan pasien
kategorisasi
9. Kemampuan komunikasi
5. Kemampuan
interpersonal
melakukan refleksi
Bowen, 2006
Jenis Clinical Reasoning berdasarkan
proses analisis
Analytic Non Analytic
Jenis Clinical Reasoning Berdasarkan
Pola
Forward reasoning
Backward reasoning/ Hypothetico-deductive
reasoning
Illness script
Scheme Inductive Reasoning

(Anderson, 2006)
Forward Reasoning
Proses menetapkan hipotesis berdasarkan data
yang ada.
Dibutuhkan pengumpulan data informasi mengenai
pasien sebanyak-banyaknya
Digunakan pada kasus sederhana/ tunggal
Harus memiliki pengorganisasian pengetahuan
yang dimiliki oleh ahli
Kurang cocok digunakan oleh pemula
Contoh kasus
Seorang laki-laki usia 45 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan badan cepat lelah. Keluhan ini
dirasakan sejak 6 bulan terakhir, disertai mudah
mengantuk, sering kencing sehingga banyak minum
dan mudah lapar. Riwayat keluarga: ayah menderita
kencing manis. Hasil pemeriksaan gula darah puasa
300 gr/dL.
badan cepat lelah
mudah mengantuk
sering kencing (poly Hipotesis:
uri)
DM tipe I
banyak minum (poly
DM tipe II
dipsi)
mudah lapar
GD puasa >
200gr/dL
Backward reasoning/ Hypothetico-deductive reasoning

Diawali dengan penyusunan hipotesis berdasarkan


data/informasi awal
Selanjutnya hipotesis diuji dengan melakukan
penggalian informasi lebih dalam yang bersifat
terarah sehingga setiap data yang masuk akan
mempersempit hipotesis.
Metode ini cocok digunakan dalam pembelajaran
meningkatkan transfer analogi
Dapat digunakan oleh pemula, dimana
pengorganisasian pengetahuaannya belum
terbentuk dengan baik.
illness Script
diperkenalkan oleh Feltovich dan Barrows pada
tahun 1984
Menyocokan diagnosa kasus yang saat ini dijumpai
dengan kasus yang sudah pernah ditemui
sebelumnya karena memiliki kesamaan pola.
Tanpa ada proses analisis yang mendalam
Metode ini sering digunakan oleh expert
Scheme inductive reasoning
Skema ini bila digambarkan di atas kertas
menyerupai peta jalan.
Sering digunakan oleh ahli untuk menegakkan
diagnosa pada kasus yang kompleks (sudah muncul
berbagai komplikasi).
Kurang cocok bila digunakan oleh pemula
Aplikasi Critical thinking dalam clinical
reasoning
Cognitif Skills Alur penegakan diagnosa

Intepretating Menafsirkan hasil


(Penafsiran) anamnesis, pemeriksaan
fisis dan pemeriksaan
penunjang
Mengelompokan tanda
dan gejala
Cognitif Skills Alur penegakkan diagnosa

Analysis Menentukan hubungan/


kaitan antar tanda/gejala
yang satu dengan yang lain
Contoh: memikirkan apakah
hipertensi disebabkan
karena mekanisme
kompensasi atau mekanisme
patologis.
Alur penegakkan diagnosa
Cognitif skill

Evaluation Memutuskan apakah data


yang diperoleh sudah cukup
untuk menegakkan diagnosa.
Melakukan penajaman thd
hipotesa awal melakukan
pemeriksaan penunjang
untuk menguji hipotesa
Cognitif skill Alur penegakkan diagnosa

Inferensi Menegakkan diagnosa


Menetapkan terapi
Cognitif skill Alur Penegakkan Diagnosa

Explanasi Menjelaskan diagnosa


penyakit kepada pasien
dengan benar dan baik
serta etis
Cognitif skill Alur penegakan diagnosa

Self Melihat kembali/


regulation/ malakukan instrospeksi diri
refleksi apakah langkah-langkah/
tindakan yang dilakukan
sudah benar atau belum
Kesimpulan
Pengetahuan tentang ilmu kedokteran dasar
(anatomi, fisiologi, biokimia, histologi, dll) serta ilmu
kedokteran klinis berpengaruh terhadap
kemampuan penegakan diagnosis
Critical thingking merupakan landasan dalam
melakukan clinical reasoning
Clinical reasoning yang kuat akan menghasilkan
diagnosis yang presisi
Referensi
Anderson, K.J., 2006, Factors affecting the development of
undergraduate medical students clinical reasoning ability, A
Thesis, Medicine Learning and Teaching Unit Faculty of
Health Sciences University of Adelaide.
Bowen, J.L. 2006, Educational strategies to promote clinical
diagnostic reasoning, N Engl J Med; 355: 2217-25
Eva, K.W.,2005, What every teacher needs to know about
clinical reasoning, Med Educ.;39(1):98-106.
Hardin, L.E.,2002, Research in medical problem solving: A
review, JVME; 30(3): 227-232
Kassirer, J.P., 2010, Teaching clinical reasoning: case-based
and coached, Acad Med. 85:1118-1124.

Вам также может понравиться