Вы находитесь на странице: 1из 51

TUGAS ILMU UKUR TANAH

Oleh :
Dinanti Ginanda A.
111.150.028

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Ilmu Ukur Tanah

Ilmu Ukur Tanah adalah Bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai
keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah yang
relatif sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan buminya dapat
diabaikan.
Sedangkan Geodesi adalah ilmu yang mencakup kajian dan
pengukuran yang lebih luas, tidak sekedar pemetaan dan penentuan posisi di
darat, namun juga di dasar laut untuk berbagai keperluan (Helmert &
Torge,1880), juga penentuan bentuk dan dimensi bumi baik dengan
pengukuran di bumi dan dengan bantuan pesawat udara , maupun satelit dan
sistem informasinya. Selain itu, Geodesi juga didefinisikan sebagai disiplin
ilmu yang mempelajari pengukuran dan perepresentasian dari Bumi dan
benda-benda langit lainnya termasuk medan gaya beratnya masing-masing
dalam ruang tiga dimensi yang berubah dengan waktu

Gambar 1.1. Perbandingan Ilmu Ukur Tanah dalam Cangkupan Ilmu Geodesi
B. Pengertian peta
Peta adalah gambaran dari sebagian permukaan bumi pada bidang
datar dengan skala dan sistem proyeksi tertentu (Aryono Prihandito, 1998).

2
Selain itu, ada juga definisi Peta menurut ICA (International
Cartographic Association) adalah gambaran atau representasi unsur-unsur
ketampakan abstrak yang dipilih dari pemukaan bumi yang ada kaitannya
dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya
digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Untuk
memudahkan penentuan suatu wilayah, maka bumi dibatasi menjadi garis
bujur dan garis lintang.

Gambar 1.2 : Garis Lintang & Bujur pada Bumi

Informasi yang terdapat dalam peta:

1. Merupakan miniatur bentang alam dari daerah yang terpetakan

2. Jarak, arah, beda tinggi dan kemiringan dari satu tempat ke tempat
lainya

3. Arah aliran air permukaan dan daerah tangkapan hujan

4. Unsur-unsur atau obyek yang tergambar di lapangan

3
5. Perkiraan luas suatu wilayah

6. Posisi suatu tempat secara relatif

7. Jaringan jalan dan tingkat atau kelasnya

8. Penggunaan lahan, dll.

Berikut adalah penjelasan dari komponen-kompenen yang ada di Peta

Gambar 1.3. Komponen Peta

C. Jenis dan macam peta


Peta dapat digolongkan berdasarkan bentuknya yaitu:
1. Peta timbul, peta jenis ini menggambarkan bentuk permukaan bumi yang
sebenarnya, misalnya peta relief.
2. Peta datar (peta biasa), peta umumnya yang dibuat pada bidang datar, misalnya
kertas, kain atau kanvas.
3. Peta digital, peta digital adalah peta yang datanya terdapat pada suatu pita
magnetik atau disket, sedangkan pengolahan dan penyajian datanya menggunakan
komputer. Peta digital dapat ditayangkan melalui monitor komputer atau layar

4
televisi. Peta digital ini hadir seiring perkembangan teknologi komputer dan perlatan
digital lainnya.

Penyajian gambaran permukaan bumi pada suatu peta datar dapat


digolongkan dalam dua jenis bayangan grafis yaitu:
1.Peta Garis, bayangan permukaan bumi pada peta terdiri atas garis, titik, dan area
yang dilengkapi teks dan simbol sebagai tambahan informasi.
2.Peta Citra/Foto, bayangan permukaan bumi disajikan dalam bentuk citra/foto yang
merupakan informasi berasal dari sensor.

Berdasarkan jenis data yang disajikan, peta dapat digolongkan dalam


dua kelompok, yaitu peta topografi (topographic map) dan peta tematik
(thematic map)

1.Peta Topografi adalah peta yang menggambarkan semua unnsur yang Nampak di
permukaan bumi, baik unsur alam (seperti sungai, garis pantai, danau, kehutanan,
gunung,dll.) maupun unsur buatan manusia (seperti jalan, pemukiman, pelabuhan,
pasar, dll.), serta menggambarkan pula keadaan relief permukaan bumi. Dengan
demikian, di samping data planimetris berupa unsur unsur topografi di atas,
ditampilkan pula data data ketinggian seperti data titik tinggi, dan data kontur
topografi.

Contoh peta yang digolongkan sebagai peta topografi:


Peta planimetrik, peta yang menyajikan beberapa jenis unsur permukaan bumi
tanpa penyajian informasi ketinggian.

Peta kadaster/pendaftaran tanah, peta yang menyajikan data mengenai


kepemilikan tanah, ukuran, dan bentuk lahan serta beberapa informasi lainnya.

5
Peta bathimetrik, peta yang menyajikan informasi kedalaman dan bentuk
dasar laut.

2. Peta Tematik, peta yang menyajikan unsur/tema tertentu permukaan bumi sesuai
dengan keperluan penggunaan peta tersebut. Data tematik yang disajikan dapat dalam
bentuk kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang menyajikan unsur
unsur topografi berupa gambar atau keterangan, seperti jalan, sungai, perumahan,
nama daerah, dll. Data kuantatif adalah data yang menyajikan unnsur unsur topografi
yang menyatakan besaran tertentu, seperti ketinggian titik, nilai kontur, jumlah
penduduk, presentase pemeluk agama tertentu, dll.
Contoh peta yang digolongkan sebagai peta tematik:
Peta diagram, pada peta ini subyek tematik yang berelasi disajikan dalam
bentuk diagram yang proporsional.

Peta distribusi, pada peta ini menggunakan simbol titik untuk menyajikan
suatu informasi yang spesifik dan memiliki kuantitas yang pasti.

Peta isoline, pada peta ini menyajikan harga numerik untuk distribusi yang
kontinu dalam bentuk garis yang terhubung pada suatu nilai yang sama.

Jenis peta berdasarkan skalanya


1. Peta kadaster, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 100 sampai dengan
1 : 5.000. Contoh: Peta hak milik tanah.
2. Peta skala besar, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 5.000 sampai
dengan 1: 250.000. Contoh: Peta topografi
3. Peta skala sedang, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 250.000 sampai
dengan 1 : 500.000. Contoh: Peta kabupaten per provinsi.
4. Peta skala kecil, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 500.000 sampai
dengan 1 : 1.000.000. Contoh: Peta Provinsi di Indonesia.

6
5. Peta geografi, yaitu peta yang memiliki skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.
Contoh: Peta Indonesia dan peta dunia.

Berdasarkan sumber datanya, peta dapat dikelompokkan ke dalam dua


golongan peta
1. Peta induk adalah peta yang dihasilkan dari survey langsung di lapangan dan
dilakukan secara sistematis. Untuk melakukan pemetaan secara sistematis
diperlukan adanya pemmbakuan dalam metode pemetaan, sistem datum,
sistem proyeksi peta, ukuran lembar peta, skala peta, tata letak informasi tepi,
derajat ketelitian serta kelengkapan isi, serta pemmbakuan dalam kerangka
geometris (grid dan graticule). Peta induk ini dapat digunakan sebagai peta
dasar untuk pemetaan topografi, maka peta ini dapat digolongkan pula sebagai
peta dasar (base map). Peta dasar adalah peta yang dijadikan acuan dalam
pembuatan peta lainnya, khususnya acuan untuk kerangka geometrisnya.
2. Peta turunan adalah peta yang dibuat (diturunkan) berdasarkan acuan peta
yang sudah ada, sehingga survey langsung di lapangan tidak diperlukan. Peta
ini tidak dapat digunakan sevaai peta dasar untuk pemetaan topografi.

Jenis peta berdasarkan keadaan objek

1. Peta dinamik, yaitu peta yang menggambarkan labil atau meningkat.


Misalnya peta transmigrasi atau urbanisasi, peta aliran sungai, peta perluasan
tambang, dan sebagainya.
2. Peta stasioner, yaitu peta yang menggambarkan keadaan stabil atau tetap.
Misalnya, peta tanah, peta wilayah, peta geologi, dan sebagainya.

Berdasarkan fungsi atau kepentingannya, peta dapat dibedakan


menjadi:
1. Peta geografi dan topografi;
2. Peta geologik, hidrologi, dan hidrografi;

7
3. Peta lalu lintas dan komunikasi;
4. Peta yang berhubungan dengan kebudayaan dan sejarah, misalnya: peta
bahasa, peta ras;
5. Peta lokasi dan persebaran hewan dan tumbuhan;
6. Peta cuaca dan iklim;
7. Peta ekonomi dan statistik.

D. Cara membuat peta


1. Menentukan daerah dan tema peta yang akan dibuat
2. Mencari dan mengumpulkan data
3. Menentukan data yang akan digunakan
4. Mendesain simbol data dan simbol peta
5. Membuat peta dasar
6. Mendesain komposisi peta (lay out peta), unsur peta dan kertas
7. Pencetakan peta
8. Lettering dan pemberian symbol
9. Reviewing
10. Editing
11. Finishing

E. Kegunaan peta
1. Menunjukan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi
2. Memperlihatkan Ukuran dan arah suatu tempat di permukaan bumi
3. Menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi
4. Membantu mengetuhi kondisi suatu daerah
5. Menyajikan data potensi suatu wilayah
6. Alat analisis
7. Alat untuk mempelajari fenomena geografi di permukaan bumi

F. Sistem Koordinat

Posisi suatu titik di permukaan bumi pada prinsipnya dinyatakan dalam


suatu sistem koordinat tertentu, baik yang berdimensi bidang datar (dua
dimensi, 2D) maupun berdimensi ruang (tiga dimensi, 3D). Sistem koordinat
suatu titik tergantung kepada beberapa hal, antara lain:
Titik asal (titik nol) sistem koordinat

8
Orientasi dari sistem salib sumbu
Parameter dari sistem koordinat
Sitem Koordinat tidak hanya memberikan deskripsi kuantitatif tentang posisi,
tapi juga pergerakan (trayektori) suatu titik untuk menjamin adanya
konsistensi dan standarisasi, perlu ada suatu sistem dalam menyatakan
koordinat sehingga memudahkan untuk menentukan suatu posisi tertentu
Parameter Sistem Koordinat

Gambar 1.4. Parameter Sistem Koordinat

Sistem koordinat pada peta dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Sistem Koordinat 2 Dimensi


Sistem Koordinat Kartesian Dua Dimensi merupakan sistem
koordinat yang terdiri dari dua salib sumbu yang saling tegak
lurus, biasanya sumbu X & Y
Sistem Koordinat Polar merupakan koordinat suatu titik yang
mendefinisikan fungsi dari arah dan jarak dari titik ikatnya.
2. Sistem Koordinat 3 Dimensi
Sistem Koordinat Kartesian 3 Dimensi, pada prinsipnya sama
dengan yang dua dimensi, namun hanya menambahkan satu sumbu
lagi yakni sumbu Z, yang ketiganya saling tegak lurus

9
Sistem Koordinat Bola, Posisi suatu titik dalam ruang , selain
didefinisikan dengan sistem kartesian 3 dimensi, dapat juga
didefinisikan dalam sistem koordinat bola (Prinsip dasarnya sama
dengan koordinat polar, yaitu sudut dan jarak)
Sistem Koordinat Ellipsoida, untuk pendefinisian bentuk bumi
sangatlah susah. Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih
menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Istilah ini sinonim
dengan istilah spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk
bumi. Karena bumi tidak uniform, maka digunakan istilah geoid
untuk menyatakan bentuk bumi yang menyerupai ellipsoid tetapi
dengan bentuk muka yang sangat tidak beraturan.

(H. Frick, 1979) dan (S. Wongsotjitro, 1980)

G. Pengertian datum

Datum geodetik atau referensi permukaan atau georeferensi adalah parameter


sebagai acuan untuk mendefinisikan geometri ellipsoid bumi. Datum geodetik diukur
menggunakan metode manual hingga yang lebih akurat lagi menggunakan satelit.

Parameter datum geodetic


Parameter utama, yaitu setengah sumbu panjang ellipsoid (a),
setengah sumbu pendek (b), dan penggepengan ellipsoid (f).
Parameter translasi, yaitu yang mendefinisikan koordinat titik
pusat ellipsoid (Xo,Yo,Zo) terhadap titik pusat bumi.
Parameter rotasi, yaitu (x, y, z) yang mendefinisikan arah
sumbu-sumbu (X,Y,Z) ellipsoid.
Parameter lainnya, yaitu datum geodesi global memiliki besaran
yang banyak hingga mencakup konstanta-konstanta yang

10
merepresentasikan model gaya berat bumi dan aspek spasial
lainnya.

Dalam penetapan datum harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut


(Kahar, J 2008):

1. Menetapkan ellipsoid putaran sebagai bidang acuan hitungan


geodetic dengan menetapkan setengah sumbu panjang a dan
pegepengan f,
2. Menentukan koordinat awal (, , h)
3. Menentukan azimuth dari titik datum ke titik jaringan geodetic
lainnya,
4. Mengukur jarak dari titik datum ke titik jaringan geodetic lainnya
itu

Gambar 1.4. Parameter Datum pada Bumi

H. Datum Horizontal

Datum horizontal adalah datum geodetik yang digunakan untuk pemetaan


horizontal. Dengan teknologi yang semakin maju, sekarang muncul
kecenderungan penggunaan datum horizontal geosentrik global sebagai
penggganti datum lokal atau regional.

11
I. Datum Vertikal

Datum vertikal adalah bidang referensi untuk sistem tinggi ortometris. Datum
vertikal digunakan untuk merepresentasikan informasi ketinggian atau
kedalaman. Biasanya bidang referensi yang digunakan untuk sistem tinggi
ortometris adalah geoid.

BAB 2
Sistem Koordinat
A. Proyeksi Peta
Pengertian Proyeksi Peta:
Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk
menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang
secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan
distorsi sesedikit mungkin.

Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan


antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Proyeksi diartikan sebagai
metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu
menjadi bentuk dimensi yang sistematik.

Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi


atau ellipsoid. Istilah ini sinonim dengan istilah spheroid yang digunakan
untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi tidak uniform, maka digunakan
istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang menyerupai ellipsoid tetapi
dengan bentuk muka yang sangat tidak beraturan.

12
Di dalam melakukan kegiatan proyeksi peta, ada beberapa hal yang
tidak boleh terabaikan, yaitu :
1. Peta Harus Equivalen, yaitu peta harus sesuai dengan luas
sebenarnya di permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala
2. Peta Harus Equidistan, yaitu peta harus mempunyai jarak-jarak
yang sama dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi setelah
dikalikan dengan skala
3. Peta Harus Konform, yaitu bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada
peta harus dipertahankan sesuai dengan bentuk sebenarnya di
permukaan bumi (Slamet Basuki, 2006)
Sistem proyeksi peta di Indonesia

Indonesia telah mengenal dan menggunakan berbagai sistem proyeksi peta,


yang hingga saat ini sistem proyeksi tersebut masih dapat dijumpai dalam beberapa
lembar peta topografi skala sedang dan kecil. Sistem proyeksi tersebut adalah
Proyeksi Lambert (di Indonesia dikenal dengan nama Proyeksi Polyder), Proyeksi
Mercator, dan Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM).

B. Jenis-Jenis Proyeksi Peta


Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan
pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik.
Pertimbangan Ekstrinsik
Terdapat beberapa jenis bidang proyeksi yang digunakan untuk menggambar
peta, yaitu proyeksi azimuthal, kerucut, dan silinder.
Proyeksi Azimutal
Proyeksi Azimutal ini bidang proyeksinya berupa bidang datar.
Proyeksi zenital ini sesuai digunakan untuk memetakan daerah kutub,
namun akan mengalami penyimpangan yang besar jika digunakan
untuk menggambarkan daerah yang berbeda di sekitar khatulistiwa.
Proyeksi Kerucut
Proyeksi Kerucut ini bidang proyeksinya berupa kerucut. Proyeksi
seperti ini sesuai digunakan untuk menggambarkan daerah yang
berada pada lintang tengah seperti pada negara negara di Eropa

13
Proyeksi Silinder
Proyeksi Silinder ini bidang proyeksinya berupa silinder. Proyeksi
seperti ini sangat baik untuk memetakan daerah yang berada di daerah
khatulistiwa, dan tidak sesuai digunakan untuk memetakan daerah
yang berada di sekitar kutub.
(Aryono Prihandito, 1988)

Gambar 2.1. Jenis Bidang Proyeksi

Persinggungan bidang proyeksi dengan bola bumi:

Proyeksi Tangen: Bidang proyeksi bersinggungan dengan bola bumi.

Proyeksi Secant: Bidang Proyeksi berpotongan dengan bola bumi.

Proyeksi "Polysuperficial": Banyak bidang proyeksi.

Posisi sumbu simetri bidang proyeksiterhadap sumbu bumi:

14
Proyeksi Normal (Polar) : Sumbu simetri bidang proyeksi
berimpit dengan sumbu bumi
Proyeksi Miring (Oblique) : Sumbu simetri bidang proyeksi
membentuk sudut terhadap sumbu bumi
Proyeksi Transversal (Equatorial) : Sumbu simetri bidang proyeksi
tegak lurus terhadap sumbu bumi

Pertimbangan Intrinsik Sifat asli yang dipertahankan:

Proyeksi Ekuivalen: Luas daerah dipertahankan, yaitu luas pada peta


setelah disesuaikan dengan skala peta = luas di asli pada muka bumi.

Proyeksi Konform: Bentuk daerah dipertahankan, sehingga sudut-


sudut pada peta dipertahankan sama dengan sudut-sudut di muka
bumi.

Proyeksi Ekuidistan: Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan


dengan skala peta sama dengan jarak asli di muka bumi.

Cara penurunan peta:

Proyeksi Geometris: Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral.


Proyeksi Matematis: Hasil dari proyeksi diturunkan dalam peta dengan
perhitungan matematis
Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta di peroleh dengan cara
proyeksi dan sebagian lainnya dengan cara matematis

C. Proyeksi Polyder

Sistem proyeksi ini termasuk ke dalam sistem proyeksi Lambert, yaitu sistem
proyeksi kerucut normal conform. Artinya sistem proyeksi menggunakan bidang
kerucut sebagai bidang proyeksi, dengan kedudukan normal, dan sifat distorsinya

15
conform. Kedudukan bidang proyeksi tersebut dapat disinggungkan dengan bidang
ellipsoid, tetapi dapat pula dipotongkan. Bila bidang proyeksi disinggungkan dengan
ellipsoid, akan terdapat satu lingkarang singgung berupa lingkaran parallel, dan
disebut lingkaran parallel standar. Sistem proyeksi ini disebut sebagai Proyeksi
Polyder.
Termasuk kedalam sistem proyeksi kerucut normal conform, artinya
sistem proyeksi menggunakan bidang kerucut sebagai bidang proyeksi,
dengan kedudukan normal, dan sifat distorsinya conform (proyeksi peta
yang mempertahankan besarnya sudut, sehingga sudut pada bidang
lengkung akan sama dengan sudut pada bidang proyeksinya). Kedudukan
bidang proyeksi tersebut dapat disinggungkan dengan bidang elipsoid,
tetapi dapat pula dipotongkan. Bila bidang proyeksi disinggungkan
dengan ellipsoid, akan terdapat satu lingkaran singgung berupa lingkaran
paralel, dan disebut sebagai lingkaran paralel standar. Sistem Proyeksi ini
disebut sebagai Proyeksi Polyeder.
Bila bidang proyeksi dipotongkan dengan ellipsoid, maka akan terdapat
dua lingkaran potong berupa lingkaran paralel, sistem proyeksi ini disebut
sebagai Proyeksi Lambert Conical Orthomorphic (LCO).
Dalam sistem Proyeksi Polyeder ini, lingkaran-lingkaran paralel
diproyeksikan menjadi lingkaran-lingkaran konsentris dengan puncak
kerucut sebagai pusatnya. Puncak kerucut tersebut merupakan proyeksi
dari titik kutub, sedangkan garis lengkung meridian diproyeksikan
menjadi garis-garis lurus yang konvergen ke pusat lingkaran paralel.

16

Gambar 2.2 : Proyeksi Polyder

Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :


Paralel standar : dimulai dari I ( 0 = 650 LU) sampai LI ( 0
=1050 LU)
Meridian standar : dimulai dari 1 ( 0 =1150 BT) sampai 96 ( 0
=1950 BT)
Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian
nol Jakarta ( Jakarta =10648 27,79 BT)

Kerugian proyeksi polyeder:


Untuk pemetaan daerah luas harus sering pindah bagian derajat,
memerlukan tranformasi koordinat.
Grid kurang praktis karena dinyatakan dalam kilometer fiktif.
Tidak praktis untuk peta skala kecil dengan cakupan luas.
Kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km.

17
D. Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)

Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan proyeksi silinder


transversal conform, artinya bidang proyeksinya berupa silinder yang mempunyai
kedudukan transversal, serta sifat distorsinya conform. Bidang silinder tersebut
dipotongkan terhadap bidang elopsoid, sehingga terjadi dua garis potong.
Dengan ketentuan sebagai berikut:

Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang
disebut meridian standar dengan faktor skala 1.

Lebar zone 6 dihitung dari 180 BB dengan nomor zone 1 hingga ke


180 BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian
tengah sendiri.

Perbesaran di meridian tengah = 0,9996.

Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84 LU dan 80 LS.

Pada Gambar 96 berikut ditunjukkan perpotongan silinder terhadap bola


bumi dan gambar XYZ menujukkan penggambaran proyeksi dari bidang
datum ke bidang proyeksi

18
.

Gambar 2.3. Proyeksi & Pembagian Zona Global

Pada kedua gambar tersebut, ekuator tergambar sebagai garis lurus dan
meridianmeridian tergambar sedikit melengkung. Karena proyeksi UTM
bersifat konform, maka paralel-paralel juga tergambar agak melengkung
sehingga perpotongannya dengan meridian membentuk sudut siku. Ekuator

19
tergambar sebagai garis lurus dan dipotong tegak lurus oleh proyeksi meridian
tengah yang juga terproyeksi sebagai garis lurus melalui titik V dan VI. Kedua
garis ini digunakan sebagai sumbu sistem koordinat (X,Y) proyeksi pada setip
zone.

Sistem grid pada proyeksi UTM terdiri dari garis lurus yang sejajar
meridian tengah. Lingkaran tempat perpotongan silinder dengan bola bumi
tergambar sebagai garis lurus. Pada daerah I, V, II dan III, VI, IV gambar
proyeksi mengalami pengecilan, sedangkan pada daerah IA, IIB, IIIC dan
IVD mengalami perbesaran.

Garis tebal dan garis putus - putus pada gambar menunjukkan proyeksi
lingkaranlingkaran melalui I, II, III dan IV yang tidak mengalami distorsi
setelah proyeksi.

Pembagian Zona Dalam Koordinat UTM

Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona


bujur. Zona 1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur
Barat dan 180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir di tempat
berawalnya zona 1. Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 (derajat) atau
sekitar 667 kilometer.
Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang
masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km. Zona lintang
dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada zona X
yang terletak pada koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf (I) dan (O) tidak
dipergunakan dalam penamaan zona lintang. Dengan demikian penamaan
setiap zona UTM adalah koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan kode
huruf (garis lintang). Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada zona 47M
dan 48M, Kabupaten Jember terletak di zona 49M.

20
Berikut ini adalah beberapa kelebihan koordinat UTM :

Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar bujur 6 .

Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan rumus


yang sama untuk setiap zona di seluruh dunia.

Penyimpangannya cukup kecil, antara... -40 cm/ 1000m sampai dengan 70


cm/ 1000m.

Setiap zona berukuran 6 bujur X 8 lintang (kecuali pada lintang 72 LU-84


LU memiliki ukuran 6 bujur X 12 lintang).

Gambar 2.4. Zona UTM di Indonesia

21
D. Peta topografi dan peta rupa bumi
Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan
detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern.
Sebuah peta topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang
tergabung untuk membentuk keseluruhan peta.
E. Pengertian skala

Skala peta adalah angka perbandingan antara panjang suatu objek atau jarak
antara dua titik di peta, dengan panjang atau jarak antara dua titik tersebut di
lapangan.Skala peta dapat dinyatakan dalam dua cara, yaitu secara grafis dan
numeris. Kedua jenis skala ini pada umumnya dicantumkan bersama sama dalam
suatu peta, sehingga skala yang satu dapat dijadikan pembanding untuk skala lainnya.
Skala peta dapat dinyatakan dalam dua acara, yaitu secara grafis dan numeris. Kedua
jenis skala ini pada umumnya dicantumkan secara bersama-sama dalam suatu peta,
sehingga skala yang satu dapat dijadikan pembanding untuk skala lainnya.
Skala Grafis, adalah suatu bentuk penyajian skala peta diatas garis
lurus yang mempunyai panjang tertentu, dan pada sisi garis yang satu
dituliskan panjang garis tersebut di peta (dalam satuan cm) serta pada
sisi yang lain dituliskan panjang garis tersebut di lapangan (dalam
satuan km), sehingga kedua panjang garis tersebut mempunyai
perbandingan yang sesuai dengan angka perbandingan skala peta
tersebut.

Gambar 2.5. Skala Grafis


Skala Numeris, merupakan penyajian skala peta dengan menuliskan
langsung besaran skala tersebut.

22
F. Pembagian Lembar Peta

Informasi di muka peta dan informasi di tepi peta merupakan


suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, sebab informasi tepi peta
tersebut merupakan bagian peta yang memberikan penjelasan
mengenai informasi yang disajikan pada muka peta. Secara umum,
informasi tepi peta ini dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan,
yaitu (Riadika M., 1975) :

23
1. Informasi di daerah tepi peta
2. Informasi di daerah batas peta

Gambar 2.7. Tata Letak Peta

Berikut ini adalah contoh kedua informasi tersebut digunakan dalam


Peta Rupa Bumi Indonesia Terbitan Bakosurtanal.
Informasi di daerah tepi peta,
1. Nama Lembar (Judul Peta)
Biasanya diambil dari nama daerah terpenting atau terbesar yang
ada di dalam lembar peta tersebut.
2. Nomor Lembar
Memberikan petunjuk tentang kedudukan lembar peta dalam
setiap seri pemetaan.
3. Nomor Seri
Seri peta topografi umumnya dibuat/direncanakan berdasarkan
skala peta.

24
4. Edisi Peta
Edisi peta selalu berhubungan dengan tanggal atau tahun
penerbitan. Contoh: Edisi I-1991.
5. Skala Numeris
Merupakan keterangan tentang skala peta yang disajikan dalam
bentuk huruf dan angka.
6. Skala Grafis
Merupakan keterangan tentang skala peta yang disajikan dalam
bentuk gambar garis lurus yang mempunyai panjang tertentu.
7. Satuan Ketinggian
Merupakan keterangan mengenai satuan untuk ketinggian yang
digunakan dalam peta.
8. Simbol/legenda
Merupakan informasi tepi peta yang menggambarkan unsur-
unsur topografi dalam bentuk simbol dan warna tertentu, sesuai
dengan bentuk/warna yang digunakan dalam muka peta.
9. Petunjuk Letak Peta
Digambarkan dalam bentuk diagram yang menyatakan hubungan
lembar tersebut dengan lembar yang berdampingan.
10. Diagram Lokasi
Digunakan untuk mengetahui lokasi areal pemetaan dalam
hubungannya dengan daerah di sekitarnya.
11. Keterangan tentang proyeksi peta, sistem grid, datum
(horisontal dan vertikal), satuan tinggi, selang kontur,
parameter translasi untuk transformasi koordinat.
12. Petunjuk Pembacaan Koordinat Geografi
13. Petunjuk Pembacaan Koordinat UTM
14. Keterangan Arah Utara
Tiap lembar peta memuat keterangan tentang arah utara, yaitu
a. Arah utara sebenarnya, yaitu arah utara meridian suatu titik
ke kutub utara
b. Arah utara grid, yaitu arah ke jurusan utara dari grid utara-
selatan
c. Arah utara magnet, yaitu arah ke jurusan kutub magnet utara
Ditunjukan pula besaran sudut penyimpangan ketiga arah diatas,
yaitu:

25
a. Deklinasi magnet, adalah sudut antara utara grid dengan
utara sejati
b. Konvergensi grid, adalah sudut antara utara grid dengan utara
sejati
15. Keterangan Garis Batas Daerah Administrasi
Keterangan ini harus disertai dengan catatan tentang landasan
hukum mengenai penggambaran garis batas tersebut.
16. Keterangan Penerbit
17. Keterangan Riwayat Peta
Merupakan catatan tentang asal usul pemetaan tersebut, terutama
mengenai sumber data, metode pemetaan, tahun
pengumpulan/pengolahan data, serta keterangan lainnya yang
berhubungan dengan pemetaan ini.
18. Catatan Hak Cipta
19. Keterangan Pelaksanaan Pemetaan
20. Diagram Pembagian Daerah Administrasi
Merupakan diagram yang menggambarkan pembagian daerah
administrasi, dengan unit terkecil kecamatan.
21. Singkatan
Contoh: gunung disingkat g, sungai disingkat s, dll
22. Informasi Tepi Tambahan
Keterangan yang dianggap perlu dan sebaiknya disajikan bila
keadaan ruang masih memungkinkan. Contoh: Diagram
Kompilasi (diagram berbentuk persegi panjang sama dengan
bentuk muka peta dan didalamnya dicantumkan sumber data
dalam penyusunan/kompilasi peta tersebut misalnya: foto
udara,dll)

Informasi di daerah batas,


1. Koordinat Geografi, digunakan untuk menyatakan koordinat
titik sudut muka peta dan disajikan dalam satuan derajat dan
menit.
2. Nilai Graticule, ditulis setiap satu menit pada keempat sisi muka
peta tersebut. Nilai graticule ini digunakan untuk memudahkan
pembaca peta dalam menaksir koordinat geodetis suatu titik di
muka peta.

26
3. Koordinat UTM, digunakan untuk menyatakan koordinat titik
sudut muka peta dan disajikan dalam satuan meter.
4. Nilai Grid, ditulis setiap 500 meter pada keempat sisi muka peta
tersebut. Nilai grid ini digunakan untuk memudahkan pembaca
peta dalam menaksir koordinat UTM suatu titik di muka peta.
5. Arah Tujuan, arah tujuan jalan raya atau jalan kereta api yang
terpotong oleh garis batas peta sangat penting untuk disajikan,
sehingga dapat membantu pengguna peta untuk mengetahui
tujuan selanjutnya dari jalan tersebut. Arah tujuan ini ditulis
dengan huruf yang sangat kecil di bagian batas peta
6. Nama Unsur Topografi, nama dari suatu unsur topografi yang
besar dan memanjang, seperti pegunungan atau sungai yang
terpotong oleh garis peta sangat penting untuk ditulis lengkap.

Graticule dan Grid


Posisi suatu permukaan bumi dapat dinyatakan dalam dua bentuk
penyajian,yaitu:
1. Koordinat geodetis (koordinat geografis), adalah sistem koordinat
ruang (tiga dimensi) dari suatu titik yang dibangun oleh dua unsur
yaitu unsur lintang (L) dan bujur (B).
2. Koordinat cartesius dua dimensi, adalah sistem koordinat bidang
datar dari suatu titik yang dibangun oleh dua unsur koordinat,
yaitu unsur absis (X) dan ordinat (Y).

Bujur, yaitu besaran sudut antara bidang meridian suatu titik dengan bidang
meridian acuan yang mempunyai bujur 0o (Meridian Greenwich). Harga bujur
mempunyai nilai 0o-180o BB dan 0o-180o BT.
Lintang, yaitu besaran sudut antara garis normal yang melalui suatu titik dengan
bidang ekuator. Harga lintang mempunyai nilai 0o-90o LU dan 0o-90o LS
90o LS

27
Pada sistem koordinat geodetis ini dikenal beberapa istilah yang
berhubungan dengan sistem koordinat tersebut, yaitu
1. Garis Normal, garis yang ditarik melalui suatu titik di bidang
elipsoid dan mempunyai arah tegak lurus terhadap bidang elipsoid
tersebut.
2. Lengkungan Meridian, lengkungan tempat kedudukan titik-titik
yang mempunyai bujur yang sama, bentuknya berupa lengkung
(tidak lingkaran) setengah elips.
3. Lingkaran Paralel, lingkaran tempat kedudukan titik-titik yang
mempunyai lintang yang sama.
4. Lingkaran Ekuator, suatu bagian dari lingkaran paralel yang
titik-titiknya mempunyai lintang 0o . Bidang ekuator adalah
bidang yang dibuat melalui lingkaran ekuator.
Lengkungan meridian dan lingkaran paralel apabila diproyeksikan
terhadap bidang proyeksi tertentu akan membentuk suatu jaringan
garis-garis berupa kisi dan disebut sebagai graticule.
Sistem koordinat kartesian 2D dibangun oleh dua unsur koordinat,
yaitu absis (X) dan ordinat (Y). Dalam sistem koordinat 2D ini
dikenal pula jaringan kisi yang disebut grid. Grid merupakan jaringan
garis-garis lurus berarah barat-timur yang berpotongan secara tegak
lurus dengan jaringan garis lurus berarah utara-selatan sehingga
membentuk kisi. Bentuk grid ini selalu tetap, tidak bergantung pada
sistem proyeksi peta.

G. Arah Utara Peta

Arah utara dalam suatu peta merupakan informasi penting untuk


mempelajari situasi peta dengan cara menyesuaikan arah utara peta
dengan arah utara di lapangan, sehingga dapat dijadikan pedoman
dalam menentukan arah-arahnya. Dalam peta topografi, arah utara

28
disajikan dalam bentuk diagram yang terdiri atas arah utara peta (arah
utara grid), arah utara sebenarnya (arah utara geodetis) dan arah utara
magnet. Ketiga arah tersebut tidak berhimpit, tetapi mempunyai sudut
penyimpangan tertentu, karena sudut penyimpangan tersebut relatif
kecil untuk dapat digambarkan, maka dalam praktiknya dilakukan
perbesaran gambar sudut, sehingga ketiga arah utara tersebut dapat
disajikan di atas peta dengan jelas.

Arah utara peta (grid north) adalah arah utara sejajar arah utara
sumbu-Y dari sistem koordinat kartesius. Arah ini pada diagram
biasanya diberi notasi Ug, serta digambarkan di peta sejajar arah utara
sumbu-Y tersebut.
Arah utara sebenarnya (true north), adalah arah dari suatu titik
ke kutub utara geodetis, karena pada umumnya garis penghubung
suatu titik dengan kutub utara merupakan garis lengkung meridian,
maka arah utara sebenarnya digambarkan sebagai arah garis singgung
lengkungan meridian di titik yang bersangkutan. Biasanya diberi
notasi bintang bersudut lima.
Arah utara magnet (magnetic north), adalah arah menuju kutub
utara magnet seperti jarum utara kompas yang sudah bebas dari
gangguan atraksi lokal.

H. Deklinasi Magnet

Deklinasi magnet adalah suatu penyimpangan arah utara magnet dengan arah utara
sebenarnya. Besar penyimpangan ini sangat bervariasi antara suatu tempat dengan
tempat lainnya, serta antara waktu tertentu dan lainnya. Besaran deklinasi disajikan
dalam suatu peta deklinasi magnet yang hanya berlaku selama periode waktu tertentu

29
saja. Di dalam peta tersebut dicantumkan lokasi atau koordinat geodetis suatu daerah,
nilai deklinasi magnet pada tahun tertentu yang digambarkan berupa garis kontur,
serta nilai perubahan tahunan deklinasi magnet.

1. Jika arah utara dari jarum magnetik menunjuk ke sisi barat dari true meridian,
maka disebut declination west.
2. Jika arah utara dari jarum magnetik menunjuk ke sisi timur dari true meridian,
maka disebut declination east.

Gambar Deklinasi magnetik

30
BAB 3
POSISI HORIZONTAL

A. Pengertian Jarak dan Metode Pengukuran Jarak


Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah
posisi melalui suatu lintasan tertentu.
Jarak dibagi menjadi 3 yaitu
Jarak horizontal atau jarak mendatar adalah jarak antara dua titik yang
diproyeksikan pada bidang horizontal
Jarak miring adalah jarak yang diukur langsung antara dua titik yang
elevasi atau ketinggiannya berbeda
Jarak vertikal adalah jarak antara dua titik yang diproyeksikan pada
bidang vertikal

Jarak antara dua buah titik di permukaan bumi dalam ilmu ukur tanah adalah
jarak dalam bidang horizontal, yang merupakan jarak terpendek antara dua
buah titik tersebut. Jarak dapat diukur atau ditentukan dengan berbagai alat
dan cara atau metode, yang pemilihannya tergantung dari alat yang tersedia
dan tujuan pengukuran serta tingkat ketelitian yang diisyaratkan. Adapun cara
pengukuran jarak dapat diuraikan seperti bagan berikut.

31
Gambar 1. Bagan Pengukuran Jarak
Metode Pengukuran Jarak
Pengukuran Jarak Langsung
Peralatan yang digunakan dalam pengukuran langsung antara lain:
i. Pita ukur baja, fiberglass, plastik, kain atau campuran
ii. Pegas ukur yang terbuat dari plat/pita baja dan dilengkapi
dengan pegas pengukur ketegangan
iii. Rantai ukur yang terbuat dari kawat baja
iv. Kayu ukur
Alat-alat bantu antara lain berupa :
i. Yalon atau anjir
ii. Pen ukur yang terbuat dari kawat baja
iii. Benang dan unting-unting
iv. Klinometer atau helling meter atau abney level
v. Jepitan penarik
vi. Pegas pengukur ketegangan
vii. Cermin atau prisma penyiku

32
Gambar 2. Yalon atau Anjir Gambar 3. Klinometer

Pelaksanaan pengukuran jarak dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu:


i. Pelurusan arah antara dua titik yang akan diukur
ii. Pelaksanaan pengukuran jaraknya sendiri
Berikut adalah penjelasan singkat tentang pelurusan & pelaksanaan pengukuran
a. Pelurusan
Pelurusan dilakukan apabila pegukuran tidak dapat dilakukan dengan sekali
membentangkan pita ukur karena jarak yang diukur melebihi panjang pita ukur dan
atau permukaan tanah tidak mendatar, shg jarak tsb perlu dipenggal agar setiap
penggalan dpt dilakukan pengukuran jarak dengan sekali membentangkan pita ukur
dan pita ukur dapat ditarik hingga mendatar.
b. Pelaksanaan Pengukuran
-Minimal dilakukan dua orang
-Dengan menggunakan pita ukur dan pen ukur, maka angka panjang pita ukur dibaca
orang kedua, data dicatat
-Untuk medan miring, terlebih dulu dilakukan pelurusan dan pembuatan penggal-
penggal.
-Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, maka dilakukan pengukuran pergi (a b)
dan pengukuran pulang ( b a), yang biasanya hasil tidak sama dan hasilnya dirata-
rata.
-Rasio ketelitian pengukuran jarak adalah selisih pergi dan pulang dibagi dengan
jarak rata-rata. Ketelitian berkisar 1:500 smpai 1:300
Pengukuran sudut miring
Pengukuran sudut miring sangat diperlukan dalam memperoleh informasi jarak
(D) dan beda tinggi (BT) secara tidak langsung. Alat yang biasanya digunakan adalah
abney level, yang penggunaannya dengan membidik langsung pada puncak obyek
yang diinginkan kemudian menggerakkan niveau yang dihubungkan dengan
penunjuk skala hingga berada pada posisi tengah benang. Hasilnya dapat dibaca
langsung pada penunjuk skala tersebut.

33
Pengukuran Beda Tinggi (BT)
Pengukuran beda tinggi antara dua titik di lapangan dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu cara langsung dengan menggunakan alat ukur yang dipasang
mendatar, serta cara tidak langsung dengan mengukur panjang miringnya dan
sudut yang terbentuk terhadap lereng.
-Pengukuran dengan waterpass instrumen
1. Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi
Pada waterpass pengukuran jarak memiliki rumus :
D = 100. (Ca Cb)
Untuk pengukuran beda tinggi (BT) antar dua titik dapat dihitung berdasarkan tinggi
alat dan nilai kurva tengah, sehingga dirumuskan menjadi :

BT = TA-Ct

2. Pembacaan sudut horizontal


Sudut arah adalah sudut horizotal yang dibentuk oleh perpotongan suatu garis
dengan meridian bumi (utara-selatan) . dalam pengukuran , untuk menyatakan
besarnya sudut dikenal dua cara yaitu : bearing dan azimuth.
Bearing merupakan sudut arah yang diukur dari utara atau selatan magnet bumi
ke titik lain searah atau berlawanan dengan arah putaran jarum jam dengan sudut
kisaran antara 0- 90. Azimut merupakan sudut arah yang diukur dari utara magnet
bumi ke titik yang lain searah jarum jam. Sehingga mempunyai kisaran attara 0-360
Pengukuran Tidak Langsung
Pengukuran jarak optis termasuk dalam pengukuran jarak tidak Iangsung, jarak
disini didapat melalui proses hitungan. Pengukuran jarak optis dilakukan dengan

34
alat ukut theodolit, BTM, sipat datar dan Iainnya karena pada alat-alat tersebut
dilengkapi dengan benang-benang stadia pada diafragma.
Pengukuran jarak dan beda tinggi secara optis
Dalam pengukuran jarak dilapangan dibutuhkan alat alat sbb :
a. meteran
b. pen ukur / jallon
c. pesawat waterpass dengan dibantu rambu ukur / baak ukur
b. Cara melakukan pengukuran jarak
Pertama tama dua orang dalam satu kelompok
menentukan titik A dan B sejauh yang diinginkan, kemudian diberi
tanda yang tidak mudah hilang / terhapus oleh apapun, misal :
jallon, pen ukur, dsb. Setelah itu titik nolk dari meteran itu
diletakkan / diimpitkan di titik A, meteran ditarik dan di
rentangkan ( usahakan meteran tidak terhalang apapun dan datar )
sampai ke titik B. Sehingga dapat diketahui berapa jarak titik A
ketitik B tersebut.
c. Cara mengukur beda tinggi
Cara untuk mengukur beda tinggi antara titik BM ke A.
Bila pesawat waterpass telah memenuhi syarat, maka pesawat
diletakkan di tengah tengah titik BM dan A. Setelah itu pesawat
dihadapkan ke titik BM dan kita tembak / baca BA, BT, & Bbnya,
kemudian dinamakan bacaan belakang. Selanjutnya pesawat
diputar searah jarum jam di arahkan ke titik A, sehingga
didapatkan bacaan Ba, BT, & BB dan dinamakan bacaan muka.
Kemudian dilakukan ke titik selanjutnya dengan cara yang sama.
B. Pengertian Sudut, Arah, dan Azimut
Sudut adalah besaran rotasi suatu ruas garis dari satu titik pangkalnya
ke posisi yang lain. Sudut adalah istilah yang sangat penting dan memiliki
beberapa definisi:
1.Bentuknya terbuat dari 2 garis lurus yang bertemu disebuah titik
2.Membuat jarak di antara 2 garis tersebut
3.Jumlah ukuran 2 jarak pada busur
4.Titik sudut adalah ujung kedua garis itu akan membentuk sebuah

35
Sudut
Sudut juga dibagi menjadi beberapa diantaranya
o Sudut horizontal adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan
dua buah garis horizontal atau sudut yang diukur pada bidang
horizontal
o Sudut vertikal adalah sudut yang dibentuk oleh dua garis
vertikal atau sudut yang diukur pada bidang vertikal
o Sudut zenith adalah sudut vertikal yang dimulai atau angka
nolnya dari arah atas
o Sudut nadir adalah sudut vertikal yang dimulai atau nolnya dari
arah bawah
o Sudut miring adalah sudut vertikal yang dimulai atau nolnya
dari arah mendatar
o Sudut azimut adalah sudut yang dimulai dari arah Utara atau
Selatan bergerak searah jarum jam sampai di arah yang
dimaksud
Arah adalah hubungan antara dua titik yang menimbulkan tujuan tertentu.
Biasanya arah dalam peta adalah arah mata angin.
Azimut adalah sudut yang dimulai dari utara berputar searah jarum
jam ke titik yang dituju.Azimut sering juga disebut Whole Circle Bearing
(WCB), yaitu bearing North East yang dihitung terhadap satu lingkaran
penuh. Back azimuth (BAz) adalah besar sudut kebalikan dari
foreazimuth (FAz).

Besarnya azimut antara 00-3600.


Back azimuth (BAz) adalah besar sudut kebalikan dari fore azimuth (FAz).

jika FAz<1800 maka BAz = FAz + 1800


jika FAz>1800 maka BAz = FAz 1800

CONTOH
Hitunglah back azimut dari azimut berikut ini:

36
Azimut: Back azimut:
OA = 540 AO = 540 + 1800 = 2340
OB = 1330 BO = 1330 + 1800 = 3130
OC = 2110 CO = 2110 1800 = 310
OD = 3340 DO = 3340 1800 = 1540

Gambar 4. Belahan Bumi (Azimut)

C. Kerangka Peta (Poligon)

37
Pengukuran awal dari pekerjaan pemetaan adalah pengadaan titik-titik
kerangka dasar pemetaan (TKDP) yang cukup merata di daerah yang akan
dipetakan. TKDP ini akan dijadikan ikatan dari detil-detil yang merupakan obyek
dari unsur-unsur yang ada di permukaan bumi yang akan digambarkan dalam
peta. Apabila kerangka peta ini baik, dalam arti bentuk, distribusi dan
ketelitiannya sesuai dengan yang diharapkan, maka bisa diharapkan bahwa peta
yang akan dihasilkan juga baik. Namun sebaliknya, apabila kerangka dasar
pemetaannya tidak baik, peta yang dihasilkan juga diragukan kualitasnya.

Kerangka dasar (control) dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu kerangka


horizontal (planimetris) dan kerangka vertical (tinggi). Kerangka dasar pemetaan
horizontal bermacam-macam, pemilihan dan pemakaiannya ditentukan oleh
banyak faktor, antara lain luas daerah yang dipetakan, ketersediaan peralatan, dan
kemudahan perhitungan.

Gambar 1. Jaringan triangulasi


Kerangka peta yang umum dipakai dalam bidang geodesi dapat dibuat dengan
cara sebagai berikut:
-Triangulasi, yaitu cara penentuan posisi horizontal banyak titik, dengan cara
menghubungkan titik satu dengan lainnya sehingga membentuk jaringan atau
rangkaian segitiga. Selanjutnya pada setiap segitiga diukur ketiga sudutnya.
-Trilaterasi, cara ini sama dengan triangulasi, namun yang diukur adalah jarak semua
sisi-sisinya.
-Rangkaian segitiga, yang diukur semua sudut-sudutnya dan jarak sebuah sisinya.

38
-Jaringan segitiga, yang diukur semua sudut-sudutnya dan jarak sebuah sisinya.
-Poligon atau traverse
-Pemotongan ke muka
-Pemotongan ke belakang

Dalam bidang pengukuran tanah atau plane surveying, cara polygon


umumnya lebih disukai daripada cara yang lain, karena kerangka ini memiliki banyak
keuntungannya, antara lain sebagai berikut:
-Bentuknya mudah disesuaikan dengan daerah yang akan dipetakan
-Pengukurannya sederhana
-Peralatannya mudah didapat
-Perhitungannya mudah

Poligon atau Traverse


Poligon berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gonos yang berarti sudut.
Secara harafiah, polygon berarti sudut banyak. Namun arti yang sebenarnya ada;ah
rangkaian titik-titik secara berurutan, sebagai kerangka dasar pemetaan.
Sebagai kerangka dasar, posisi atau koordinat titik-titik polygon harus
diketahui atau ditentukan secara teliti. Karena akan digunakan sebagai ikatan detil,
pengukuran polygon harus memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu.

Macam Macam Poligon


Poligon ada bermacam-macam. Polygon dibedakan berdasarkan kriteria tertentu,
antara lain:
a. atas dasar titik ikat: terikat sempurna, terikat sepihak, bebas
(tanpa ikatan)
b. atas dasar bentuk: terbuka, tertutup, bercabang.
c. Atas dasar alat yang digunakan untuk pengukuran: polygon
teodolit (polygon sudut) dan polygon kompas.

39
d. Atas dasar penyelesaian: polygon hitungan (numeric) dan
polygon grafis.
e. Atas dasar tingkat ketelitian: tingkat I, tingkat II, tingkat
III, tingkat IV (rendah).
f. Atas dasar hirarkhi dalam pemetaan: polygon utama
(induk) dan polygon cabang (anakan/ray)

-Poligon Lepas
Poligon terbuka tanpa ikatan adalah poligon yang diukur dengan tidak diketahui
koordinat titik tetap dan tidak diketahui pula azimut pada salah satu sisi poligon
tersebut.
Poligon tersebut dihitung dengan orientasi sembarang dan koordinat lokal
( sembarang ). Tidak ada koreksi sudut dan koordinat.

Keterangan gambar :
d1, d2, d3, ......: panjang sisi-sisi poligon yang diukur
1, 2, 3,......: sudut-sudut poligon yang diukur
Perhitungan koordinat titik poligon :
X2 = X1 + d12 Sin 12
Y2 = Y1 + d12 Cos 12
-Poligon memanjang terikat sepihak

Poligon terbuka terikat sepihak adalah poligon yang satu ujungnya ( awal atau akhir )
terikat pada koordinata titik tetap atau terikat pada sudut jurusan ( azimut ).

40
Poligon tersebut sering dipakai pada pengukuran dengan cabang atau rasi yang
terikat pada poligon utama. Poligon tersebut dihitung dengan orientasi lokal, tidak
ada koreksi sudut dan koreksi koordinat.

Keterangan gambar :
12 : azimut awal sisi poligon
1, 2, 3,........: sudut-sudut poligon yang diukur
d1, d2, d3,........: panjang sisi poligon yang diukur
A : titik tetap yang diketahui koordinatnya
Perhitungan koordinat titik poligon :
X2 = X1 + d12 Sin 12
Y2 = Y1 + d12 Cos 12
Demikian pula untuk perhitungan koordinat titik-titik yang lain, dengan cara dan
prinsip yang sama seperti di atas.

-Poligon memanjang terikat sempurna

Poligon terbuka terikat sempurna, adalah dimana kedua ujung poligon diawali dan
diakhiri pada titik tetap serta azimuth awal dan azimuth akhir telah diketahui secara
pasti. Poligon terbuka terikat sempurna merupakan poligon terbaik karena adanya
kontrol koordinat.

41
Keterangan Gambar. :
A, B, C, D = titik-titik ikat yang telah diketahui koordinatnya.
AB, CD = azimuth sisi poligon yang telah diketahui
koordinatnya.
d 12, d 23, .. = panjang sisi poligon
1, 2, 3, ...= sudut-sudut hasil ukuran
-Poligon tertutup

Poligon tertutup adalah polygon yang bentuk geometrinya berupa loop tertutup
dimana pengukuran diawali dan diakhiri di titik yang sama. Dengan demikian pada
polygon tertutup koordinat awal sama dengan koordinat akhir. Polygon tertutup
sering digunakan untuk mengukur batas-batas daerah pemetaan situasi.

Keterangan:

42
1, 2, 3, ..., n : titik kontrol poligon
D12, D23,..., Dn1 : jarak pengukuran sisi poligon
S1, S2, S3, ..., Sn : sudut

D. Perhitungan dan Penggambaran Poligon


Metode numeris/matematis

Cara ini disebut juga dengan interpolasi linier. Pada dasarnya menggunakan dua
titik yang diketahui posisi dan ketinggiannya, hanya saja hitungan interpolasinya
dikerjakan secara numeris (eksak) menggunakan perbandingan linier terhadap
jaraknya. Tujuan interpolasi adalah untuk meletakkan titik dengan ketinggian tertentu
(sesuai ketinggian kontur yang akan ditarik) pada garis antara 2 titik tinggi yang telah
ada.
Metode grafis

Metode ini banyak disukai karena penggambarannya lebih cepat. Biasanya


digunakan untuk peta skala menengah dan kecil, yang ketelitian ketinggian tidak
banyak dituntut. Namun untuk peta-peta teknik yang berskala besar, metode ini
sebaiknya dihindari. Setelah titik-titik tinggi sesuai dengan interval kontur ditentukan
posisinya, kemudian ditarik garis yang melalui titik-titk dengan ketinggian yang
sama, sehingga terbentuk peta kontur.Pada setiap kontur ditulis ketinggiannya dan
setiap lima kontur atau angka kelipatan tertentu, garis kontur dibuat agak tebal.

Langkah penggambaran kontur adalah sebagai berikut:


1. Tentukan skala jarak untuk menggambar denah dan skala tinggi untuk
menggambar potongan kontur.
2. Menggambar letak titik-titik tinggi yang akan digambar konturnya.
3. Menentukan koefisien garis tinggi yang akan digambar konturnya.
4. Interpolasi kontur dengan prinsip perbandingan antara segitiga kecil dan segitiga
besar, sehingga dapat dicari jarak titik dengan ketinggian tertentu.
5. Ketinggian titik lainnya dihitung satu persatu sehingga ditemukan lokasi titiknya.

43
6. Menghubungkan tinggi titik-titik yang sama.

E. Peralatan Mengukur Jarak dan Sudut


Theodolit

Tedolit adalah alat yang dirancang untuk mengukur sudut secara cermat dan teliti.
Pengukuran tersebut berupa sudut pada bidang vertikal maupun bidang horizontal.
Pengukuran teodolit yang dilengkapi dengan pembacaan rambudapat digunakan
untuk menentukan jarak dan beda tinggi.
Walaupun secara umum semua teodolot mempunyai mekanisme kerja yang sama,
namun pada tingkatan tertentu terdapat perbedaan, baik penampilan maupun bagian
dalam atau kontruksinya. Teodolit dapat diklasifikasikan atas dasar beberapa hal,
antara lain:
a. Atas dasar kontruksi sumbu I-nya (sumbu vertical)
1.Teodolit repetisi (sumbu ganda)
2.Teodolit reiterasi (sumbu tunggal)
b. Atas dasar tingkat ketelitiannya
1.Rendah, bacaan terkecil 20
2.Menengah, bacaan terkecil 1
3.Tinggi, bacaan terkecil 1
Catatan: Teodolit produksi pabrik Wild-Heerbrugg di Switzerland tipe
T0 dan T1 juga disebut teodolit dengan tingkat ketelitian rendah (low
order theodolite). Untuk tipe T2 disebut teodolit universal (universal
theodolite) dan tipe T3 dan T4 disebut teodolit geodesi (geodetic
theodolite).
c. Atas dasar bacaan lingkaran
1.Berupa garis lurus dan nonius, dengan ciri-ciri antara lain bacaan
terbuka/langsung, walaupun ada pula yang tertutup, lingkaran dibuat
dari metal.
2.Mikrometer, dengan ciri-ciri menggunakan sistem optis, lingkaran
terbuat dari bahan tembus sinar, sistem bacaannya ada yang tunggal
ada pula yang koinsiden.
3.Digital, (manual, dan elektronik), digital manual, dan digital
elektronik.

44
d. Atas dasar kegunaan
1.Teodolit bangunan
2.Teodolit stadia (engineer)
3.Teodolit presisi

Teodolit bangunan adalah teodolit yang sederhana, teodolit stadia (engineer)


utamanya digunakan untuk pengukuran polygon dan triangulasi dimensi kecil dan
pematokan (setting out), sedangkan teodolit presisi adalah teodolit yang digunakan
untuk pengukuran triangulasi orde II dan III dan pematokan teliti serta peralatan
khusus untuk triangulasi orde I dan beberapa aplikasi dengan ketelitian lainnya.
Apabila klasifikasi teodolit berdasarkan pada kegunaan, ketelitian pengukuran
menjadi factor penentu utama. Kriteria penentu di sini didasarkan pada standar
deviasi atau simpangan baku pengukuran arah dengan posisi teropong biasa dan luar
biasa. Atas dasar kriteria ini, klasifikasi teodolit di beberapa negara tidak sama. Ada
negara yang membedakan teodolit dalam tiga tingkatan dan ada juga dalam enam
tingkatan.
Teodolit presisi rendag didesain untuk pengukuran bangunan sederhana,
pematokan, dan pemetaan pada areal yang relative sempit atau terbatas. Oleh
karenanya, alat tipe ini pada umumnya kecil, ringan, dan pengoperasiannya
sederhana. Diameter atau garis tengah lingkaran horizontalnya antara 50-80mm, dan
lingkaran vertikalnya 40-70mm. Perbesaran bayangan teropong antara 17-20x, sistem
bacaannya sederhana (garis lurus, garis lurus dan skala, nonius) dan pada produksi
yang baru ada yang menggunakan mikroskop dengan bacaan terkecil sampai 1 mgon
(10) dan bacaan menitnya dengan perkiraan. Tipe ini cukup dengan mikroskop
pembacaan, namun ada pula yang dua buah. Beberapa teodolit jenis ini, kotak
pembawa bagian bawahnya berlaku pula sebagai plat dasar (tatakan) yang dapat
dihubungkan langsung dengan kepala statip dengan pen pengunci maupaun baut
instrument. Kadang-kadang ada yang tidak dilengkapi dengan nivo tabung alhidade
horizontal, sehingga untuk membuat sumbu I vertical hanya dengan mengatur nivo
kotak saja.
e. Atas dasar ada atau tidaknya boussole/kompas
1.Teodolit boussole (teodolit kompas)

45
2.Teodolit offset boussole
3.Teodolit tanpa boussole
f. Atas dasar sistem senteringnya
1.Sentering mekanis (unting-unting)
2.Sentering optis
3.Sentering tongkat (teleskopik)
4.Sentering laser
g. Atas dasar piranti bacaannya
1.Bacaan langsung pada piringa (vernier theodolite)
2.Bacaan melalui sistem optis (optical theodolite)
Dengan kemajuan teknologi, selain telah dibuat teodolit elektronik, telah
dibuat pula teodolit laser, sehingga dapat dipakai pada temoat-tempat yang gelap,
seperti dalam terowongan, tambang bawah tanah, serta total station, dan juga sudah
ada teodolit robotic. Walaupun alat teodolit didesain untuk pengukuran sudut, namun
dapat dipakai pula untuk pengukuran jarak secara optis dan beda tinggi secara
trigonometric dengan cepat (tachymetry).

EDM

EDM (electronic distance meter) merupakan alat pengukur jarak tak langsung
dengan keteltian yang tinggi dan jangkauan yang cukup jauh dengan menggunakan

46
prinsip perambatan gelombang elektromagnetik. EDM dapat dikelompokkan menjadi
dua tipe, yaitu tipe yang menggunakan gelombang mikro atau gelombang radio,
disebut Microwave Distance Measurement (MDM), dan tipe yang menggunakan
gelombang cahaya, disebut Electrooptic Distance Measurement (EDM).
Pada umumnya tipe MDM mempunyai kemampuan jangkau yang cukup jauh,
hingga beberapa puluh kilometer, dengan pemantul atau reflector aktif, sedangkan
tipe EDM mempunyai jarak jangkauan yang lebih pendek, dari beberapa puluh meter
sampai beberapa kilometer dan menggunakan reflector pasif, sehingga EDM lebih
cocok untuk pengukuran-pengukuran yang relative pendek yang umumnya berkaitan
dengan survei rekayasa. Tipe EDM bentuknya kecil dan ringan, sehingga dapat
dipasang di atas teodolit sehingga pengukuran sudut dan jarak dapat dilakukan
bersama-sama sebagaimana takheometer biasa.
Tipe EDM dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1.Menggunakan gelombang cahaya tampak, yang mempunyai panjang gelombang
3,6x10-7 7,8x10-7 m.
2.Menggunakan gelombang inframerah yang mempunyai panjang gelombang
7,8x10-7 3,4x10-4 m.
3. Menggunakan sinar LASER (Light Amplification through Simulated Emition
of Radiation)

EDM

47
Sejarah Singkat
Dibandingkan dengan pengukuran langsung menggunakan pita ukur, pegas ukur
dan yang lain, pengukuran jarak elektronik tergolong masih baru. Hali ini erat
kaitannya dengan perkembangan teknologi eletronika. Pemakaian secara umum dan
boleh dikatakan murah, baru dimulai sekitar tahun1970-an.
Penemuan pertama PJE dengan sinar tampak atau cahaya, berkaitan erat dengan
seorang ilmuan kebangsaan Swedia bernama E. Bergstrand. Beliau dalah seorang
yang pertama kali mendisain geodiameter yang merupakan kependekan darigeodetic
distance meter untuk keperluan perhitungan kecepatan cahaya pada tahun 1943.
Geodiameter NASM-2 baru digunakan secara kormasial pada tahun 1950, yang
diproduksi oleh pabrik kimia AGA di Swedia.
Dengan geodiameter pertama ini, jarak yang jauh hanya pada diukur pada malam
hari. Tepapi pada saat sekarang, geodiameter model 600 dan B sudah dipakai secara
luas di dunia untuk mengukur jarak yang jauh(long range) dalam survey geodesi.
Tipe MDM pertama dibuat oleh T.L Wadley pada Instetute of Telecommunication
Research di Afrika Selatan pada tahun 1954. pada tahun 1957, alat ini dipublikasikan
dengan nama telurometer. Telurometer mempunyai jarak jangkau yang lebih jauh
daripada jarak jangkau geodiameter dan dipakai secara luas di dunia sampai
diperkenalkan PJE dengan sinar LASER pada tahun 1960-an.
Prototype pertama PJE jarak pendek (berkaitan dengan ditemukannya diode
pendar) muncul pada decade 1960-an(telulometer MA-100 tahun 1965, Zeiss SM-11
pada tahun 1967). Alat-aalat tersebut baru dipasarkan secara bebas pada tahun 1968
untuk Wild/SercelDistomat DI-10, tahun 1969 untuk telulometer MA-100, dan tahun
1970 untuk Zeiss SM-11.
PJE jarak pendek dengan sinar infra merah sekarang berkembang pesat dan
banyak digunakan dalam berbagai macam survey, sedangkan yang jarak jauh hanya
digunakan dalam survey kerangka geodesi. Alat ukur PJE yang paling teliti hingga
saat ini bernama mikometer dibuat oleh K.D.Froome dan R.H Bradsell pada tahun
1961 di Laboratorium fisika Nasional Tedington (U.K) dan baru dipasarkan pada
awal 1973. Pada jarak pendek, ketelitian alat mencapi 0.2 mm.

48
ETS

Electronic Total Station (ETS) merupakan alat pengukur jarak dan sudut (sudut
horisontal dan sudut vertikal) secara otomatis. ETS dilengkapi dengan chip memori,
sehingga data pengukuran sudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian di-
download dan diolah secara computerize.Tujuan penggunaan ETS adalah mengurangi
kesalahan (dari manusia) misalnya kesalahan pembacaan dan kesalahan pencatatan
data, aksesibilitas ke sistem berbasis computer, mempercepat proses, dan memberikan
kemudahan (ringkas).

Total Station memiliki kemampuan untuk merekam dan mengumpulkan data hasil
pengukuran jarak dan sudut pada alat perekam, yang nantinya dapat diproses dengan
menggunakan perangkat lunak komputer di akhir survey. Untuk akurasi yang optimal,
maka digunakan prisma, yaitu suatu alat yang dapat merefleksikan gelombang cahaya
yang kembali ke perangkat pengukuran untuk menentukan pengukuran. Dalam
keadaan di mana akurasi tidak begitu diharuskan secara di maksimum, maka total
station dapat digunakan dalam modus reflectorless dimana alat tersebut dapat
memperoleh fitur pengukuran jarak tanpa menggunakan prisma.

Total stasiun tidak hanya digunakan untuk pengukuran dan mengumpulkan


data survey, tetapi juga bisa digunakan untuk menetapkan posisi desain. Dengan
menggunakan prisma pada tiang pipa (dan biasanya offsider an), surveyor dapat
menentukan dimana pasak perlu ditempatkan setelah sebelumnya data desain
dimasukan terlebih dahulu ke alat memori total station atau secara manual satu per
satu data desain. Kegiatan ini lebih dikenal dengan sebutan Staking Out yaitu
pekerjaan penerapan data desain pada lokasi yang sebenarnya.

49
Total Station memiliki fasilitas-fasilitas berikut:
Mengukur sudut horisontal dan vertikal
Pengukuran Jarak Elektronik (EDM)
Perekam data elektronik
Built-in program / add-ons untuk tugas yang berbeda
Membantu dalam menetapkan desain
Membantu dalam melintasi atau menentukan arah
Membantu dalam menentukan koordinat geometri
Mengumpulkan data untuk perhitungan luas suatu daerah
Melakukan dasar / laser scanning lambat operasi

ETS

50
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Slamet. 2011. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Utoyo, Bambang. 2007. Geografi. Bandung: PT Setia Purna Ivens.
Wongsotjitro, Suetomo. 1994. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Ansyari, Isya. 2013. Ilmu Ukur Tanah.
http://learnmine.blogspot.co.id/2013/04/ilmu-ukur-tanah.html
Anonim. 2015. Peta.https://id.wikipedia.org/wiki/Peta
Anonim. 2012. Jenis Jenis Peta.
http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2012/08/jenis-jenis-peta.html
Subagio. 2002. Pengetahuan Peta. Penerbit ITB. Bandung.
Pandang, Adi. 2011. Komponen Pemetaan.
https://adipandang.wordpress.com/2011/08/27/komponen-pemetaan/
Anonim. 2010. Ilmu Ukur Tanah.
http://belajar-teknik-sipil.blogspot.co.id/2010/03/ilmu-ukur-tanah.html

51

Вам также может понравиться