Вы находитесь на странице: 1из 109

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Pada akhir abad ke-20, dunia kesehatan diserang dengan

munculnya penyakit yang sangat berbahaya dan ganas, yakni

penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).Acquired

Immunodeficiency Syndrome merupakan penyakit menular yang

disebabkan virus Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Penyebarannya sangat cepat keseluruh dunia. Sejak menjadi

epidemic sampai dengan tahun 2011, HIV telah menginfeksi lebih dari

60 juta laki-laki, perempuan, dan anak-anak dan yang menderita AIDS

telah mendekati angka 20 juta pada dewasa dan anak-anak.

Meskipun masyarakat Internasional telah merespon kejadian pandemi

HIV/AIDS, HIV berlanjut tersebar menyebabkan lebih dari 14.000

infeksi baru setiap hari.Saat ini AIDS menjadi penyebab kematian

utama di Afrika, dan di seperempat belahan dunia (WHO, 2013).

Indonesia mengalami peningkatan kasus HIV/AIDS, dan

sampai saat ini perbandingan kasus HIV/AIDS pada laki-laki dan

perempuan sebesar 61%:39 % . Meskipun jumlah kasus HIV /AIDS

pada laki laki lebih tinggi dibanding perempuan, tetapi karena cara

penularan terbanyak adalah melalui heteroseksual (52%), hal ini dapat


2

berdampak terjadinya penularan pada perempuan sehingga

perempuan menjadi kelompok yang paling rentan tertular HIV dari

pasangan atau suaminya sehingga nantinya bisa menularkan HIV

kepada anak-anak yang di kandungnya. Di Indonesia sampai dengan

2013 jumlah Layanan Pencegahan Penularan Dari Ibu Ke Anak

(PPIA) adalah 10.370, sementara untuk provinsi NTB pada 2013

adalah 9 (Kemenkes,2013).

Prevalensi secara nasional kasus HIV di Indonesia pada tahun


1
2014 sebesar 23,95 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan

prevalensi tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta (32.782), disusul

Jawa Timur (19.249), Papua (16.051), Jawa Barat (13.507), dan Bali

(9.637), sedangkan Prevalensi di Nusa Tenggara Barat sebesar 10,89

per 100.000 penduduk, dengan jumlah komulatif kasus (1.751). Di

Indonesia hingga September 2014 terdapat 150.296 Kasus dan AIDS

55.799 kasus 9.796 kasus di antaranya telah meninggal dunia. Jumlah

tersebut terdiri dari 30,001 laki-laki dan 16.149 perempuan, dengan

faktor resiko tertinggi adalah Heteroseksual (54%) (Ditjen PPM & PL

Kemkes RI, 2014).

Menurut data Klinik VCT RSUDP NTB, pada tahun 2012 jumah

kunjungan pemeriksaan HIV/AIDS sebanyak 716 orang dengan positif

HIV sebanyak 65 orang (9,07%), kemudian meningkat pada tahun

2013 dengan jumlah kunjungan 995 orang dan yang mengalami positif

HIV sebanyak 40 orang (4,02%). Sedangkan data pada bulan Januari-


3

Desember 2014 menunjukkan jumlah kunjungan sebanyak 1023orang

dengan jumlah kunjungan perempuan sebanyak 485 orang (47,4%)

dan jumlah kunjungan laki-laki sebanyak 538 orang (52,6%) yang

mengalami positif HIV sebanyak 36 orang (3,51%). Sementara untuk

jumlah kunjungan pasien wanita berdasarkan alasan datang tes untuk

tahun 2014 lebih didominasi oleh pasien rujukan sebanyak 418 orang

(86%), sedangkan pasien wanita yang datang dengan keinginan

sendiri sebanyak 67 orang (14%). Kemudian untuk data status

perkawinan pasien wanita yang datang dengan status kawin pada

tahun 2014 sebanyak 303 orang (62,5%), sedangkan yang datang

dengan status tidak kawin 182 orang (37,5%). (Register Klinik VCT

RSUD Provinsi NTB, 2014).

Data peningkatan infeksi pada perempuan menunjukkan tren

peningkatan dari tahun ke tahun yakni pada tahun 2010 dengan

jumlah infeksi (8.360), 2011 (9.265), 2012 (9.318) dan tahun 2013

(12.279) , sedangkan infeksi pada ibu rumah tangga sampai dengan

2013 berjumlah 6.230 (Kemenkes, 2013)

Menurut data Klinik VCT RSUD Provinsi NTB, data kunjungan

dari tahun ke tahun terus meningkat yang menunjukkankan bahwa

ancaman infeksi HIV kecenderungannya terus meningkat.Laju

epidemi HIV pada 2010-2014 berhasil ditekan, terutama pada

kelompok resiko. Namun, laju epidemi pada kelompok perempuan

tetap tinggi yang umumnya adalah ibu rumah tangga yang terinfeksi
4

dari suaminya atau perempuan yang tertular dari pasangannya.

Sehingga yang terpenting pada penanggulangan HIV/AIDS adalah

memperluas cakupan pemeriksaan, pengobatan, dan perlindungan/

pencegahan penularan (Laporan tahunan Klinik VCT RSUDP NTB

Tahun 2014).

Pencegahan dan pengobatan HIV sangat penting terutama di

lingkungan terdekat kita. Oleh karena itu di NTB, terdapat 7 klinik VCT

yang bertujuan sebagai pencegahan penularan dan pengobatan

HIV/AIDS, salah satunya di Kota Mataram yaitu Klinik VCT RSUDP

NTB yang berfungsi sebagai pusat konseling HIV dan juga merupakan

pusat rujukan pasien HIV dari klinik VCT lainnya di NTB.

Berdasarkan Penelitian Jef Gishard Kristo Kalalo(2012)

Mengenai Studi Penatalaksanaan Terapi Pada Penderita HIV/AIDS Di

Klinik VCT Rumah Sakit Kota Manado didapatkan hasil bahwa

HIV/AIDS paling banyak terjadi pada usia produktif yang berkisar

antara 20-29 tahun dengan persentase sebanyak 49,57 %

dikarenakan faktor resiko seperti berhubungan seksual yang tidak

aman (tanpa menggunakan kondom) dari penderita yang banyak

terjadi pada usia produktif, hal ini sesuai dengan laporan Kemenkes

(2013) bahwa infeksi HIV/AIDS tertinggi khususnya pada wanita

terjadi pada kelompok umur wanita usia subur yakni 15-49 tahun

(91,3%).
5

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apakah Ada Hubungan Antara Umur dan Status Perkawinan Wanita

Usia Subur Dengan Alasan Datang Tes HIV Di Klinik VCT RSUDP

NTB.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut Apakah ada hubungan umur

dan status perkawinan wanita usia suburdengan alasan datang tes

HIVdi Klinik VCT RSUD Provinsi NTB Tahun 2014 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan umur dan status perkawinan wanita

usia subur dengan alasan tes HIV di Klinik VCT RSUDP NTB Tahun

2014
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi umur pasien wanita usia subur yang datang tes

HIV di Klinik VCT RSUDP NTB tahun 2014


b. Mengidentifikasi status perkawinan wanita usia subur yang

datang tes HIV di Klinik VCT RSUDP NTB tahun 2014


c. Mengidentifikasi alasan datang Tes HIV wanita usia subur di

Klinik VCT RSUDP NTB tahun 2014


d. Menganalisis hubungan umur wanita usia subur dengan alasan

datang tes HIV di Klinik VCT RSUDP NTB tahun 2014


e. Menganalisis hubungan status perkawinan wanita usia subur

dengan alasan datang tes HIV di Klinik VCT RSUDP NTB tahun

2014
6

D. Manfaat

1. Bagi Instansi tempat penelitian (Klinik VCT RSUDP NTB)

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan menjadi sumber

informasi, sehingga rumah sakit meningkatkan penanggulangan

infeksi dan peneyebaran HIV/AIDS guna meningkatkan kesehatan

remaja dan ibu, sehingga dapat meningkatkan angka kunjungan

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat lebih meningkatkan kasadaran dan kewaspadaan terkait HIV

terhadap wanita usia subur yang melakukan kunjungan di fasilitas

kesehatan melalui deteksi dini faktor resiko dalam upaya

peningkatan derajat kesehatan remaja dan ibu.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai bahan bacaan dan refrensi dalam melakukan penelitian

selanjutnya, khususnya penelitian yang berhubungan dengan

infeksi HIV/AIDS

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan terkait HIV/AIDS. Agar masyarakat dapat lebih


7

tanggap dan sadar diri dengan resiko yang ada dalam dirinya,

sehingga dapat lebih awal diketahui dan mencegah penularan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. HIV/AIDS

a. Pengertian

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency

Syndrome. Jika diterjemahkan secara bahasa: Acquired artinya

didapat, jadi bukan merupakan penyakit keturunan, immuno

berarti sistem kekebalan tubuh, deficiency artinya kekurangan,

sedangkan syndrome adalah kumpulan gejala. AIDS (Acquired

Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala

penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara

bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human


8

Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit AIDS merupakan

istilah yang menunjukkan kondisi tubuh manusia yang sudah

terinfeksi HIV. Sebenarnya, AIDS bukan penyakit (disease)

tetapi merupakan suatu kumpulan dari berbagai kondisi yang

terjadi pada diri seseorang yang sudah terinfeksi HIV. Dengan

kata lain, lebih tepat jika AIDS disebut sebagai sindrom yang

merupakan kumpulan gejala-gejala berbagai penyakit dan

infeksi. Adapun orang yang terinfeksi HIV disebut sebagai

ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), dan Ohida (Orang yang

hidup dengan HIV/AIDS), yaitu Odha sendiri, keluarga serta

lingkungan. Tetapi belakangan istilah yang disepakati untuk

menyebutkan keduanya (Odha dan Ohida) adalah cukup

dengan Odha (Muhabessy, 2012).

b. Etiologi

HIV merupakan retrovirus penyebab penyakit defisiensi

imun ini. HIV ditemukan oleh Montagnier dkk pada tahun 1983.

Retrovirus merupakan suatu virus RNA yang mampu membuat

DNA dan RNA dengan pertolongan enzim, reverse

transcriptase yang kemudian7 disisipkan dalam DNA sel hospes

sebagai mesin genetik. Dengan demikian virus mampu

menggunakan mesin replikatif sel hospes untuk memproduksi,

baik dirinya maupun berbagai zat yang ternyata dapat

mentransformasikan sel hospes menjadi sel maligna.


9

Pertimbangan bahwa retrovirus sebagai virus tumor RNA,

dianggap sebagai kandidat virus penyebab AIDS yang paling

pantas, didasarkan atas beberapa alasan berikut:

1) Beberapa retrovirus mempunyai tropisma spesifik terhadap

limfosit T-Helper

2) Retrovirus adalah blood-borne

3) Beberapa retrovirus dapat menimbulkan imunodefisiensi

pada binatang,sebagai contoh ialah: virus leukemia felin

dapat menyebabkan imunodefisiensi pada kucing (feline-

AIDS) dan suatu ledakan spontan penyakit pada kera

(simian AIDS atau SAIDS) mempunyai persamaan dengan

AIDS yang disebabkan oleh suatu retrovirus.

4) Pada manusia suatu kelompok retovirus yang dikenal

sebagai human T-cellleukemia virus (HTLV) mempunyai

hubungan dengan keganasan darilimfosit T dan dapat

memproduksi sel-T secara berlebihan dan menyebab

kanleukemia (Yayasan Pelita Ilmu,2012).

c. Patogenesis

Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis

limfosit T helper/ induser yang mengandung marker CD 4 (sel

T4). Limfosit T4 merupakan pusat dan sel utama yang terlibat


10

secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi

fungsi-fungsi imunologik. Menurun atau hilangnya sistem

imunitas seluler, tejadi karena HIV secara selektif menginfeksi

sel yang berperan membentuk zat antibodi pada sistem

kekebalan tersebut, yaitu sel limfosit T4 setelah HIV mengikat

diri pada molekul CD 4, virus masuk kedalam target dan ia

melepas bungkusnya kemudian dengan enzym reverse

transcryptae ia merubah bentuk RNA agar dapat bergabung

dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak

akan mengundang bahan virus genetik. Infeksi HIV dengan

demikian akan menjadi irreversible dan berlangsung seumur

hidup (WHO, 2013).

Secara berlahan tetapi pasti limfosit T penderita HIV

semakin tertekan atau semakin menurun dari waktu ke waktu.

Sistem immun individu terhadap mikroorganisme patogen

berdasarkan jumlah limfosit T-CD 4 secara normal berkisar

600-1200 mm3, jika lebih rendah, imun tubuh mudah terserang

berbagai penyakit (WHO, 2013).

d. Manifestasi Klinis

Gambaran infeksi virus Acquired Immune Deficiency

Syndrome RelatedComplex (AIDS RC = ARC).

1) Pembesaran kelenjar getah bening


11

2) Panas badan sekitar 38C yang hilang timbul lebih dari 3

bulan, tanpa diketahui sebabnya (terutama malam hari).

3) Berat badan menurun lebih dari 10%.

4) Keadaan umum makin lemah

5) Nafsu makan berkurang

6) Dapat disertai Diare (sering buang air besar dan encer).

Manifestasi penyakit yang lebih serius

1) Penderita dapat tampak sakit berat dengan penampilan

badan kurus

2) Pembengkakan kelenjar hampir seluruh tubuh, leher, lipatan

paha dan yang tidak tampak

3) Infeksi jamur pada kulit

4) Terdapat tumor ganas seperti sarcoma

5) Timbul gejala klinis, sakit pada tenggorokan, sakit paru

disertai batuk darah, diare yang tidak dapat disembuhkan,

infeksi, jamur, dapat terkena sakit hati,ginjal dan sebagainya.

e. Tanda dan Gejala


12

Global Programme on AIDS dari Badan Kesehatan dunia

(WHO) mengusulkan Pembagian Tingkat Klinik Penyakit

Infeksi HIV sesudah mengadakan pertemuan di Geneva bulan

Juni tahun 1989 dan bulan penderita seropositif HIV dari 26

Pusat Perawatan yang berasal dari 5 benua. Pembagian tingkat

klinik infeksi HIV tersebut adalah sebagai berikut (WHO,2013)

Tingkat Klinik 1 (Asimptomatik/LGP):

1) Tanpa gejala sama sekali

2) Limfadenopati Generalisata Persisten (LGP): yakni

pembesaran kelenjar getah bening di beberapa tempat yang

menetap .

Pada tingkat ini pasien belum mempunyai keluhan dan

dapat melakukan aktivitasnya secara normal.

Tingkat Klinik 2 (Dini) :

1) Penurunan berat badan kurang dari 10%.

2) Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatitis

seboroika, prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulkus pada

mulut berulang, dan cheilitis angularis.

3) Herpes Zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir.


13

4) Infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya

sinusitis.

Pada tingkat ini, pasien sudah menunjukkan gejala tetapi

aktivitas tetap normal.

Tingkat Klinik 3 (Menengah) dengan tanda dan gejala:

1) Penurunan berat badan >10% berat badan.

2) Diare kronik > 1 bulan, penyebab tidak diketahui.

3) Panas tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan,

hilang timbul terus-menerus.

4) Kandidiasis mulut.

5) Bercak putih berambut di mulut.

6) Tuberkolosis paru setahun.

7) Infeksi bakteril yang berat, misalnya pneumonia.

Pada tingkat klinik 3, penderita biasanya berbaring di tempat

tidur lebih dari 12 jam sehari, selama sebulan terakhir.

Tingkat Klinik 4 (Lanjut) dengan tanda dan gejala:

1) Badan menjadi kurus.

2) Pnemonia Pneumosistis Karini.


14

3) Toksoplasmosis otak.

4) Kriptosporidiosis di luar paru.

5) Penyakit virus sitomegalo pada organ tubuh, kecuali di limpa,

hati atau kelenjar getah bening.

6) Mikosis (infeksi jamur) apa saja (misalnya histoplasmosis)

yang endemik menyerang banyak organ tubuh.

7) Limfoma.

8) Sarkoma kaposi.

9) Ensefalopati HIV, yaitu gangguan kognitif atau disfungsi

motorik yang mengganggu aktivitas sehari-hari, progresif

sesudah beberapa minggu atau beberapa bulan, tanpa dapat

ditemukan penyebabnya selain HIV.

f. Cara Penularan

Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada

penularan suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang

membawa agent, host yang rentan, tempat keluar kuman dan

tempat kuman masuk (port d entree).

Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel

lymfosit T dan sel otak sebagai organ sasarannya. Virus HIV

sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai vehikulum


15

yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan

kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh

yang terbuktii menularkannya diantaranya semen, cairan

vagina atau serviks, dan darah penderita. Banyak cara yang

diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini

cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui:

1. Transmisi seksual, penularan melalui hubungan seksual

baik homoseksual maupun heteroseksual merupakan

penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan

melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama

laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki.

Senggama berati kontak seksual penetrasi vaginal, anal

(anus/dubur), oral (mulut) antara dua individu. Risiko

tertinggi penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari

individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual langsung mulut

ke penis (zakar) atau mulut ke vagina, merupakan risiko

rendah tertular HIV. Tingkatan risiko tergantung pada jumlah

virus yang keluar dan masuk ke dalam tubuh seseorang

melalui pintu masuknya, seperti adanya luka kecil pada

alat kelamin, mulut, gusi, dan atau penyakit gigi dan mulut

yang diderita.

2. Transmisi non seksual, ada dua yaitu transmisi parental

yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya


16

(alat tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada

penyalahgunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum

suntik yang tercemar secara bersama-sama. Dapat juga

terjadi melalui jarum suntik yang dipakai oleh petugas

kesehatan. Sedangkan transmisi transplasental yaitu

penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak

mempunyai risiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi

sewaktu hamil, melahirkan, dan sewaktu menyusui.

Penularan melalui Air Susu Ibu (ASI) termasuk penularan

dengan risiko rendah. Selain itu juga penularan HIV/AIDS

dapat melalui transfusi darah/produk darah yang sudah

tercemar (Mahubessy, 2012).

g. Pencegahan

Dengan mengetahui cara penularan HIV/AIDS dan sampai saat

ini belum ada obat yang mampu memusnahkan HIV/AIDS

maka lebih mudah melakukan pencegahannya yaitu prinsip

ABCDE yaitu:

A = Abstinence

Puasa Seks, terutama bagi yang belum menikah

B = Be faithful
17

Setia hanya pada satu pasangan atau menghindari

berganti-ganti pasangan

C = use Condom

Gunakan kondom selalu bila sudah tidak mampu menahan

seks

D = No Drugs

Jangan gunakan narkoba

E = sterilization of Equipment

Selalu gunakan alat suntik steril

h. Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

Prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS dan Narkoba di

Indonesia (Mahubessy, 2012):


18

1) Setiap upaya penanggulangan HIV/AIDS dan narkoba

harus mencerminkan nilai-nilai sosio-budaya masyarakat

setempat.

2) Setiap kegiatan diharapkan untuk mempertahankan dan

memperkukuh ketahanan dan kesejahteraan keluarga serta

sistem dukungan sosial yang mengakar dalam masyarakat.

3) Pencegahan penularan HIV/AIDS dan penyalahgunaan

narkoba diarahkan kepada upaya pendidikan dan

penyuluhan untuk memantapkan perilaku.

4) Setiap orang berhak mendapatkan informasi yang benar

guna melindungi diri sendiri dan orang lain terhadap infeksi

HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba.

5) Setiap kebijakan, pelayanan dan kegiatan harus tetap

menghormati harkat dan martabat individu.

6) Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV/AIDS harus

didahului dengan penjelasan yang benar dan mendapat

persetujuan yang bersangkutan. Sebelum dan sesudah

pemeriksaan harus diberikan konseling yang memadai dan

hasil pemeriksaan wajib dirahasiakan.

7) Setiap pemberi layanan berkewajiban memberikan

pelayanan tanpa diskriminasi pada pengidap HIV/AIDS.


19

2. Voluntary Counselling and Testing (VCT)

a. Definisi

Konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang

menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan

HIV/AIDS, mencegah penularan HIV, mempromosikan

perubahan perilaku yang bertanggung jawab, pengobatan ARV

dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan

HIV/AIDS (Depkes RI, 2006).

VCT merupakan proses konseling pra testing, post testing

dan testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan

secara dini membantu orang mengetahui status HIV. Konseling

pra testing memberikan pengetahuan tentang HIV dan manfaat

testing, pengambilan keputusan untuk testing dan perencanaan

atas issue HIV yang akan dihadapi. Konseling post testing

membantu seseorang untuk mengerti dan menerima status

(HIV +) dan merujuk pada layanan dukungan (Dirjen P2PL,

2008).

b. Peran Konseling dan Tes Sukarela

Konseling dan Testing Sukarela yang dikenal sebagai

Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan salah satu

strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke

seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan.


20

1. Layanan VCT dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan klien

pada saat klien mencari pertolongan medik dan testing

yaitu dengan memberikan layanan dini dan memadai baik

kepada mereka dengan HIV positif maupun negatif.

Layanan ini termasuk konseling, dukungan, akses untuk

terapi suportif, terapi infeksi opurtunistik, dan ART.

2. VCT harus dikerjakan secara profesional dan konsisten

untuk memperoleh interfensi efektif dimana memungkinkan

klien,dengan bantuan konselor terlatih, menggali dan

memahami diri akan risiko terinfeksi HIV, mendapatkan

informasi HIV/AIDS, mempelajari status dirinya, dan

mengerti tanggung jawab untuk menurunkan perilaku

berisiko dan mencegah penyebaran infeksi kepada orang

lain guna mempertahankan dan meningkatkan perilaku

sehat.

3. Testing HIV dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dari

orang lain, setelah klien memahami berbagai keuntungan,

konsekuensi yang ada (Depkes RI, 2007).

c. Model Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Sukarela

(VCT)

Model Pelayanan VCT terdiri dari:


21

1. Mobile VCT (Penjangkauan dan Keliling) Layanan ini dapat

dilaksanakan oleh LSM atau layanan kesehatan yang

langsung mengunjungi sasaran kelompok masyarakat yang

memiliki perilaku berisiko atau berisiko tertular HIV/AIDS di

wilayah tertentu. Layanan ini diawali dengan survei atau

penelitian atas kelompok masyarakat di wilayah tersebut dan

layanan dukungan lainnya di daerah setempat.

2. Statis VCT (Klinik VCT tetap) Pusat Konseling dan Testing

HIV/AIDS Sukarela terintegrasi dalam sarana kesehatan dan

sarana kesehatan lainnya, artinya bertempat dan menjadi

bagian dari layanan kesehatan yang telah ada. Sarana

kesehatan harus memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan

masyarakat akan Konseling dan Testing HIV/AIDS, layanan

pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan terkait

dengan HIV/AIDS (Depkes RI, 2007).

d. Pemanfaatan Klinik VCT

Pemanfaatan merupakan kunjungan terhadap

penggunaan fasilitas kesehatan yang disediakan baik dalam

bentuk rawat jalan, inap, kunjungan rumah oleh petugas

kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dan

pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut. Kunjungan juga

berarti adanya kepercayaan pasien terhadap organisasi

penyelenggara pelayanan kesehatan untuk memenuhi


22

kebutuhannya. Besarnya tingkat kunjungan pasien ke fasilitas

pelayanan kesehatan dapat dilihat dari dimensi waktu, yaitu

harian, mingguan, bulanan dan tahunan (Indonesian Business

Coalition on AID, 2013).

Faktorfaktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan

kesehatan adalah :

1. Faktor sosiokultural, terdiri dari :

a) Norma dan nilai sosial dan keyakinan yang ada di

masyarakat

Norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada dimasyarakat

akan mempengaruhi seseorang dalam bertindak termasuk

dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

b) Teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan

Kemajuan teknologi di satu sisi dapat meningkatkan

pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti : transplantasi

organ, penemuan organorgan artificial serta kemajuan

dibidang radiologi. Sedangkan di sisi lain dapat

menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai


23

contoh dengan ditemukannya berbagai vaksin untuk

penyakit menular akan mengurangi pemanfaatan

pelayanan kesehatan.

2. Faktor Organisasional, terdiri dari :

a) Ketersediaan sumber daya, yaitu sumber daya yang

mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas, sangat

mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan.

b) Keterjangkauan lokasi, yakni berkaitan dengan tempat

dan waktu. Keterjangkauan tempat diukur dengan jarak

tempuh, waktu dan biaya.

c) Keterjangkauan sosial, yaitu konsumen memperhitungkan

sikap petugas kesehatan terhadap konsumen seperti

etnis, jenis kelamin, umur, ras, dan hubungan keagamaan.

3. Faktor interaksi konsumen dan petugas kesehatan, termasuk

di dalamnya

a) Faktor sosiodemografi, yaitu : umur, jenis kelamin, ras,

bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga, dan status

sosial ekonomi.

b) Faktor sosiopsikologi, yaitu: persepsi sakit, gejala sakit,

dan keyakinan terhadap perawatan medis atau dokter.


24

c) Faktor epidemiologis, yaitu :mortalitas, morbiditas, dan

faktor risiko.

3. Karakteristik Pasien Tes HIV/AIDS

a. Wanita Usia Subur

Adalah wanita yang berumur 15-49 tahun baik yang berstatus

kawin mau pun yang belum kawin atau janda (BKKBN, 2010)

1) Umur

Makin tua umur seseorang maka proses-proses

perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada

umur tertentu bertambahnya proses perkembangan tidak

secepat ketika berusia belasan tahun. Bertambahnya umur

seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya

pengetahuan yang diperoleh, tetapi pada umur-umur tertentu

atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau

pengingatan suatu pengetahuan akan berkurang

(Notoatmodjo, 2002).

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) dalam

Wawan dan dewi (2010), usia adalah umur individu yang terhitung

mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut

Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan


25

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercayai dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini

akan sebagai dari pengalaman dan kamatangan jiwa.

Pembagian umur menurut Mandal (2008), dari sudut kematian

maternal usia reproduksi dibagi dalam:

a) Dibawah 20 tahun masa menunda kehamilan

b) Usia 2035 tahun, masa mengatur keseburan atau aman untuk

hamil dan bersalin

c) Usia lebih dari 35 tahun, masa mengakhiri kehamilan atau masa

beresiko tinggi

Menurut Depkes RI (2007) dari sudut faktor resiko umur ibu

hamil dibagi dalam:

a) Reproduksi tidak sehat yaitu usia kurang dari 20 tahun dan lebih

dari 35 tahun

b) Reproduksi sehat yaitu usia 20 sampai 35 tahun

Jadi berdasarkan teori diatas pembagian kelompok umur

tersebut yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan

umur Wanita Usia Subur (WUS) yakni 15-49 tahun.

2) Status Perkawinan
26

Status perkawinan sangatlah penting tidak hanya

merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuburan

tetapi juga sebagai aturan sosial yang mengatur hubungan

seks heterogen. Dari segi agama, status perkawinan adalah

baik seperti juga di mata hukum (Simanjuntak. 2010)

Status perkawinan menunjukkan apakah seseorang

telah menikah atau belum menikah. Pernikahan Pada prinsip

dasarnya adalah meningkatkan hubungan sesorang untuk

lebih terikat. Keterikatan tersebut salah satunya dalam

hubungan seksual yang berhubungan dengan fungsi

reproduksi yaitu menghasilkan keturunan. Namun status

perkawinan telah menikah terkadang malah meningkatkan

seseorang untuk berprilaku seksual dengan banyak

pasangan.

Perkawinan dan kesetiaan perempuan tidak cukup untuk

melindungi mereka dari infeksi HIV di banyak negara.

Contohnya Wilayah Zimbabwe, Durban dan Suweo ( Afrika

Selatan) yang dilaporkan 66% populasinya hanya memiliki

satu pasangan hidup, 79 % tidak melakukan hubungan seks

paling kurang sampai mereka berusia 17 tahun (kira-kira

hampir sama dengan rata-rata hubungan seksual pertama di

kebanyakan negara di dunia). Namun, 40% perempuan muda

disana telah terinfeksi HIV meskipun mereka tetap setia


27

dengan satu pasangan saja. Di kolumbia, 72 % perempuan

dinyatakan positif terinfeksi HIV dan di Indi dilaporkan proporsi

yang signifikan kasus baru adalah perempuan yang telah

menikah dan terinfeksi oleh suami mereka yang sering

melakukan hubungan seks komersial ( WHO, 2013)

Dari laporan WHO dikatakan bahwa jumlah infeksi baru

yang cukup signifikan terjadi di kalangan perempuan hamil

yang sudah menikah dan ditularkan oleh suami mereka

(WHO, 2013)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Nursalam (2007)

menemukan bahwa resiko infeksi HIV 2 kali lebih besar terjadi

pada kelompok yang belum menikah.

4. Hubungan Umur Wanita dengan Alasan Tes HIV

Berdasarkan Penelitian Niniek Pratiwi dan Hari Basuki

(2011) Mengenai Hubungan Karektiristik Remaja Terkait Risiko

Penularan HIV/AIDS dan Prilaku Seks Tidak Aman Di

Indonesiadidapatkan hasil bahwa Hasil analisis menunjukkan ada

hubungan secara signifikan antara faktor umur, dan tempat

tinggal. Hal ini dapat dijelaskan bahwa masa remaja adalah

merupakan masa peralihan ( 10-19 tahun ) baik secara fisik, psikis

maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

kasus HIV ini sendiri umur yang paling beresiko adalah rentang
28

umur 20-29 tahun, 30-39 tahun, dan 40-49 tahun hal ini

dikrenakan ketiga kelompok umur tersebut mempunyai resiko

penularan yang lebih tinggi karena merupakan kelompok seksual

aktif. Pada masa ini adalah perpaduan antara perkembangan usia

psikologis dan usia biologis sehingga sangat dipengaruhi

multifaktor yang terjadi di berbagai bidang dalam masyarakat

bertambahnya kasus penyakit menular seksual terutama

HIVAIDS, kematian ibu muda yang masih sangat tinggi,

merebaknya praktek aborsi karena kehamilan yang tidak

diinginkan dan kecenderungan remaja masa kini untuk melakukan

hubungan seksual sebelum nikah. Masalah ini tidak dapat didekati

hanya dari aspek klinis oleh para ahli kedokteran. Inti persoalan

sesungguhnya terletak pada konteks sosial yang sangat kompleks

karena kesehatan reproduksi politik, sosial dan ekonomi dan

berhubungan erat dengan nilai, etika, agama dan kebudayaan.

Untuk itu diperlukan upaya dari berbagai pihak untuk menghadapi

masalah perilaku seksual remaja yang berisiko ini.

5. Hubungan Status Perkawinan Wanita dengan Alasan Tes HIV

Berdasarkan Penelitian Yuli Luthfiana (2012) Mengenai

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Berisiko

HIV/AIDS Pada Pekerja Bangunan Di Proyek World Class

University didapatkan hasil bahwa Proporsi analisis hubungan

status perkawinan dengan prilaku berisiko terhadap penyakit


29

HIV/AIDS kategori status perkawinan rata-rata pekerja sudah

menikah berjumlah 51,0% dan yang belum menikah berjumlah

49%. Hasil analisis hubungan status perkawinan dengan prilaku

berisiko terhadap penyakit HIV/AIDS diperoleh ada sebanyak 8

(16,3%) yang belum menikah berprilaku berisiko, sedangkan yang

menikah 11 (21,6%) yang mempunyai prilaku berisiko terhadap

penyakit HIV/AIDS.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,680 maka dapat

disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi belum menikah dan

menikah dengan prilaku berisiko terhadap penyakit HIV/AIDS

(Tidak ada hubungan yang signifikan antara status perkawinan

dengan prilaku berisiko terhadap penyakit HIV/AIDS).

B. Kerangka Konsep

UMUR
STATUS PERKAWINAN AlasanTes HIV

KELOMPOK RESIKO

TINGKAT PENDIDIKAN

PEKERJAAN

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Sumber: (Modifikasi dari Evi Jayanti, 2008)


30

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur wanita usia subur dengan alas an

datang tes HIV di Klinik VCT RSUP NTB.


2. Ada hubungan antara Status perkawinan wanita usia subur

dengan alasan dating tes HIV di Klinik VCT RSUP NTB.


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Klinik VCT RSUDP NTB.

Pemilihan lokasi tersebut dengan alasan sebagai berikut: Klinik

VCT RSUDP NTB merupakan pelayanan rujukan dan non rujukan

kasus Suspect HIV maupun HIV dan memiliki fasilitas pelayanan

yang memadai. Angka Kunjungan Pasien di Klinik VCT cenderung

meningkat yaitu:

a. Total angka kunjungan Klinik VCT periode Januari-Desember

2014 tercatat 1023 kunjungan dengan rincian pasien wanita

sebanyak 462 Orang.

b. Meningkatnya angka kunjungan di Klinik VCT setiap tahunnya,

yaitu pada tahun 2012 sebanyak 716 orang, tahun 2013

sebanyak 995 orang


2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2015
32

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Cross Sectional Karena penelitian ini bertujuan untuk memepelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan

cara pendekatan, observasi dan pengumpulan data sekaligus pada


28
suatu saat yang bersamaan (Notoatmodjo, 2008). Dalam penelitian ini

data diperoleh dengan cara melihat data register kunjungan pasien

yang ingin tes HIV di Klinik VCT RSUDP NTB.

C. Jenis Penelitian

Penelitian ini menurut jenisnya termasuk penelitian

observasional analitik yaitu peneliti hanya mengamati fenomena atau

obyek penelitian tanpa memberikan perlakuan tertentu dan peneliti

mencoba menarik suatu kesimpulan atau melihat pengaruh dari

fenomena atau obyek yang diteliti (Notoatmodjo, 2008).

D. Populasi dan Sampel:

1. Populasi
33

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh wanita usia subur

yang datang tes HIV di Klinik VCT RSUDP NTB Tahun 2014 yang

berjumlah 462 orang.

2. Sampel

a. Besar Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Notoatmodjo,

2002).

Sampel pada penelitian ini adalah semua populasi wanita

usia subur yang datang tes HIV di Klinik VCT RSUDP NTB tahun

2014 yang tercatat di Register sebanyak 459 Orang

b. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yaitu dengan Total Sampling

dimana sampel yang diambil adalah semua populasi wanita usia

subur yang datang Tes HIV di Klinik VCT RSUDP NTB periode

Januari-Desember 2014 yang tercatat di Register sebanyak 459

Orang

c. Kriteria pengambilan sampel

1) Kriteria inklusi
34

a) Wanita usia subur yang datang tes HIV di Klinik VCT

RSUDP NTB baik yang datang atas rujukan maupun

atas permintaan sendiri (non rujukan).

b) Wanita usia subur dengan status perkawinan baik kawin

maupun tidak kawin

2) Kriteria eksklusi

a) Wanita usia subur dengan status perkawinan baik cerai

mati maupun cerai hidup.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya yaitu

umur dan status perkawinan.

2. Variabel Dependen
35

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependennya adalah

alasan tes HIV.

F. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Umur Dan Status


Perkawinan Dengan Alasan Tes HIV.

Variabel Definisi Cara Parameter Skala


Operasional Pengukuran Data

Umur Usia Dengan cara 1. 15-19 Ordinal


Pengunjung Penelusuran Tahun
Saat buku register
MelakukanTes klinikVCT 2. 20-35
HIV Tahun

3. 36-49
Tahun

Status Status Dengan cara 1. Kawin Nominal


Perkawinan perkawinan Penelusuran
pengunjung buku register 2. Tidak
saat kliniki VCT Kawin
melakukan
Tes HIV

AlasanTes Gambaran Dengan cara 1. Rujuk Nominal


HIV alasan Penelusuran an
pengunjung buku register
untuk klinik VCT 2. Tidak
melakukan Rujukan
Tes HIV
36

G. Pengumpulan Data

Data tentang kunjugan tes HIV yang dikumpulkan dengan

menelusuri data di buku register Klinik VCT RSUDP NTB . Adapun

data yang dikumpulkan yaitu Umur, Status Perkawinan dengan Alasan

dating tes HIV .

Data sekunder

1. Data tentang jumlah pasien yang tes HIV di klinik VCT RSUDP

NTB tahun 2014 dikumpulkan dengan penelusuran buku register

2. Data tentang identifikasi umur , status perkawinan wanita dan

alasan datang tes HIV di klinik VCT RSUDP NTB tahun 2014

dikumpulkan dengan penelusuran buku register

3. Data tentang jumlah kunjungan wanita yang tes HIV di klinik VCT

RSUDP NTB tahun 2014 dikumpulkan dengan penelusuran buku

register

H. Pengolahan Data
37

Dalam pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus

ditempuh diantaranya adalah:

1. Editing

Kegiatan yang dilakukan ada tahap ini adalah dengan cara

mengoreksi kembali kebenaran seluruh data yang terkumpul. Data

yang telah terkumpul kemudian diperiksa ulang dan ditabulasikan

dalam tabel sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

2. Coding

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pemberian kode

numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

Kategori:

a. Umur diolah dan dikelompokkan menurut:

1) 15-19 tahun (kode 1)

2) 20-35 tahun (kode 2)

3) 36-49 tahun (kode 3)

b. Status perkawinan diolah dan dikelompokkan menurut:

1) Kawin (kode 1)
38

2) Tidak kawin (kode 2)

c. Alasan datang tes HIV diolah dan dikelompokkan menurut:

1) Rujukan (kode 1)

2) Tidak rujukan (kode 2)

3. Tabulating

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah memasukkan data

yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel. Kemudian di buat

distribusi frekuensi sederhana.

a. Data tentang hubungan umur dengan alasan datang tes HIV

akan diolah dengan menggunakan tabulasi silang (crosstab

b. Data tentang hubungan status perkawinan dengan alasan

datang tes HIV akan diolah dengan menggunakan tabulasi silang

(crosstab)

I. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

(Notoatmodjo, 2002).
39

a. Data tentang umur wanita usia suburdi sajikan dalam tabel

distribusi frekuensi

b. Data tentang status perkawinan wanita usia suburdisajikan

dalam tabel distribusi frekuensi

c. Data tentang alasan datang tes HIV disajikan dalam tabel

distribusi frekuensi

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis terhadap dua variabel dengan

tujuan mencari hubungan antara kedua variabel tersebut.

Dalam penelitian ini hubungan antara variabel umur dengan

alasan datang tes HIV dan hubungan antara variabel status

perkawinan dengan alasan datang tes HIV diolah menggunakan uji

Chi-Square Test karena semua variabel merupakan jenis variabel

kategori dengan skala nominal dan ordinal, dan dianalisis dengan

alat bantu program SPSS (Notoatmodjo, 2002).

Hasil perhitungan bila p value lebih kecil dari 0,05 maka H 0

ditolak bila p value lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima.

BAB IV
40

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB

a. Identitas Klinik VCT RSUDP NTB

Klinik VCT Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB adalah

Klinik VCT pertama yang dimiliki Rumah Sakit Umum Daerah

Provinsi NTB selaku rumah sakit pemerintah Provinsi Nusa

Tenggara Barat. Klinik VCT ini berdiri pada 1 Juli 2005

dikarenakan klasifikasi Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat adalah rumah sakit kelas B milik Pemerintah

Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat dan status kelas B ini

berlangsung sejak tahun 1987 atas dasar :Surat Keputusan

Menteri Kesehatan No. 41/Menkes/SK/1987 tanggal 21 Januari

1987 yang kemudian diperbaharui dengan Surat Keputusan

Menkes No. 1160/Menkes/SK/1993 tanggal 15 Desember 1993,

surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Nusa Tenggara Barat

No. 253 tanggal 8 November 1988, Perda Nomor 7 tahun 1995.

RSUD Provinsi NTB adalah unsur penunjang Pemerintah Provinsi

NTB yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Gubernur melalui Sekretaris Daerah dan secara teknis


41

operasional berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi NTB.

RSUD Provinsi NTB dipimpin oleh seorang Direktur dan dalam

melaksanakan tugasnya dibantu oleh tiga orang Wakil Direktur

yang berada dan bertanggung jawab kepada Direktur, oleh

karena klasifikasi dari Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB

adalah rumah sakit sakit kelas B yang berdasarkan peraturan

pemerintah yang mewajibkan pada rumah sakit dengan kelas


35
tersebut untuk memiliki Klinik VCT.

b. Ketenagaan

Untuk melaksanakan program program yang telah disusun

disesuaikan dengan fungsi dari Klinik VCT, dengan 10 karyawan

yang terdiri dari :

1) Tenaga medis seluruhnya 5 orang, terdiri dari:

a) Dokter Penanggung Jawab : 1 orang

b) Dokter umum : 1 orang

c) Konselor : 2 orang

d) Petugas Laboratorium : 1 orang

2) Tenaga Non Medis seluruhnya 5 orang, terdiri dari:

a) Administrasi : 1 orang

b) Pendamping LSM : 2 orang


42

c) Cleaning Service : 1 Orang

2. Gambaran Umum Sampel

a. Umur

Dalam penelitian ini, umur sampel dikatagorikan

menjadi:15-19 tahun, 20-35 tahun, dan 36-49 tahun. Untuk

mengetahui distribusi jumlah sampel berdasarkan umur di Klinik

VCT RSUDP NTB Tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Umur Wanita Dengan di Klinik RSUDP


NTB Tahun 2014

No Umur Wanita n %

1. 15-19 Tahun 83 18,1

2. 20-35 Tahun 286 62,3

3. 36-49 Tahun 90 19,6


43

Total 459 100,0

Sumber : Register Klinik VCT RSUDP NTB Tahun 2014

Dari Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa dari 459 orang sampel,

umur 20-35 tahun sebanyak 286 (62,3%) sampel, lebih banyak

dibandingkan dengan umur 36-49 tahun sebanyak 90 (19,6%)

sampel dan umur 15-19 tahun sebanyak 83 (18,1%)

b. Status Perkawinan

Dalam penelitian ini status perkawinan sampel

dikategorikan menjadi: Kawin dan Tidak kawin. Untuk mengetahui

distribusi jumlah sampel berdasarkan status perkawinan di Klinik

VCT RSUDP NTB Tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Status Perkawinan Wanita di Klinik


RSUDP NTB Tahun 2014
44

No Status Perkawinan n %

1. Kawin 278 60,6

2. Tidak Kawin 181 39,4

Total 459 100,0

Sumber : Register Klinik VCT RSUDP NTB Tahun 2014

Dari Tabel 4.2 diatas terlihat bahwa dari 459 orang sampel,

status kawin sebanyak 278 (60,6%) sampel, lebih banyak

dibandingkan dengan status tidak kawin sebanyak 181 (39,4%)

sampel.

c. Alasan Tes HIV

Dalam penelitian ini alasan Tes HIV sampel dikategorikan

menjadi: Rujukan dan Tidak rujukan. Untuk mengetahui distribusi

jumlah sampel berdasarkan alasan Tes HIV di Klinik VCT RSUDP

NTB Tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Alasan Tes HIV Wanita di Klinik RSUDP


NTB Tahun 2014

No Alasan Tes HIV n %


45

1. Rujukan 298 64,9

2. Tidak Rujukan 161 35,1

Total 459 100,0

Sumber : Register Klinik VCT RSUDP NTB Tahun 2014

Dari Tabel 4.3 diatas terlihat bahwa dari 459 orang sampel,

alasan tes dikarenakan rujukan sebanyak 298 (64,1%) sampel,

lebih banyak dibandingkan dengan tidak rujukan sebanyak 161

(35,1%) sampel.

d. Analisis Hubungan Umur Wanita Usia Subur dengan Alasan

datang tes HIV di Klinik VCT RSUDP NTB Tahun 2014

Untuk melihat hubungan Umur Wanita Usia Subur dengan

Alasan datang tes HIV dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hubungan Umur Wanita Usia Subur Dengan


Alasan Datang Tes HIV Di Klinik HIV di RSUDP
NTB Tahun 2014

Alasan Tes HIV

Jumlah
Tidak
No Umur Wanita Rujukan
Rujukan

n % n % n %
46

1. 15-19 Tahun 64 77,1 19 22,9 83 100

2. 20-35 Tahun 182 63,6 104 36,4 286 100

3. 36-49 Tahun 52 57,8 38 42,2 90 100

Total 298 64,9 161 35,1 459 100

p value = 0,02

Sumber : Register Klinik VCT RSUDP NTB Tahun 2014

Dari Tabel 4.4 di atas memperlihatkan bahwa presentase

kunjugan berdasarkan rujukan pada kelompok umur 15-19 tahun

sebanyak 77,1%, lebih besar dibandingkan rujukan pada

kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 63,6% dan lebih besar

dibandingkan kelompok umur 36-49 tahun sebanyak 57,8%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa baik pasien dari kelompok

umur 15-19 tahun, 20-35 tahun maupun 36-49 tahun sebagian

besar datang tes HIV berdasarkan rujukan.

Hasil analisis statistik dengan uji chi-square, didapatkan p

value yaitu 0,02 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa,

terdapat hubungan yang signifikan antara umur wanita usia subur

dengan alasan datang tes HIV.


47

e. Analisis Hubungan Status Perkawinan Wanita Usia Subur

dengan Alasan datang tes HIV di Klinik VCT RSUDP NTB

Tahun 2014

Untuk melihat hubungan Umur Wanita Usia Subur dengan

Alasan datang tes HIV dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Hubungan Status Perkawinan Wanita Dengan


Alasan Datang Tes HIV Di Klinik HIV di RSUDP
NTB Tahun 2014

Alasan Tes HIV

Jumlah
Status Tidak
No Rujukan
Perkawinan Rujukan

n % n % n %

1. Kawin 166 59,7 112 40,3 278 100

2. Tidak Kawin 132 72,9 49 27,1 181 100

Total 298 64,9 161 35,1 459 100

p value=0,04

Sumber : Register Klinik VCT RSUDP NTB Tahun 2014

Dari Tabel 4.5 di atas memperlihatkan bahwa persentase

kunjungan berdasarkan rujukan pada status tidak kawin sebanyak


48

72,9% lebih besar dibandingkan dengan rujukan pada status

kawin sebanyak 59,7%.Sehingga dapat disimpulkan bahwa baik

pasien dengan status perkawinan kawin maupun tidak kawin lebih

banyak datang tes HIV berdasarkan rujukan.

Hasil analisis statistik dengan uji chi-square, didapatkan p

value yaitu 0,04 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa,

terdapat hubungan yang signifikan antara umur wanita usia subur

dengan alasan datang tes HIV.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti akan

membahas sesuai tujuan peneliti adalah sebagai berikut :


1. Umur
Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 459 sampel terdapat

sebanyak 83 sampel (18,1% ) pasien dengan umur 15-19 tahun, 286

sampel pasien dengan umur 20-35 tahun ( 62,3 % ) dan pasien

dengan umur 36-49 tahun 90 orang ( 19,6 % ).


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

bahwa kelompok umur yang paling banyak datang ke Klinik VCT

adalah pasien dengan umur 20-35 tahun hal ini dikarenakan oleh

banyaknya pasien dalam kelompok umur tersebut yang datang

dengan rujukan maupun datang atas keinginan sendiri untuk

mengetahui status HIV dirinya.


Hal tersebut tidak terlepas dari intensitas mobile VCT

melakukan penjaringan ke tempat-tempat umum yang diindikasikan


49

terdapat banyak individu berisiko. Indikasi mobile VCT merujuk

pasien tersebut ke Klinik VCT adalah berdasarkan beberapa tahapan

test awal yang dilakukan terhadap pasien yakni pre tes, tes, dan post

tes, dari ketiga tahapan tersebut pasien diberikan wewenang untuk

memilih apakah bersedia melakukan test HIV atau tidak, jika pasien

bersedia maka pasien dirujuk ke klinik VCT untuk dilakukan test

darah guna mengetahui status HIV dirinya (Pedoman Pelayanan

Konseling dan Testing HIV/AIDS Sukarela, 2006)

Umur yang muda menyebabkan mereka belum memikirkan

efek dari penyakit HIV yang menyebabkan daya tahan menurun,

dikarenakan masa terjadi transmisi dan penjalaran virus pada kurun

waktu 5- 10 tahun. Seningga mereka belum memikirkan kondisi lain

setelah mereka dinyatakan positif HIV, maka semakin berfikir ulang

untuk melakukan setiap pemeriksaan ( Safitri, 2012 ).

Menurut pendapat Andersen (2002) umur merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan.

Menurut Ajzen (2005) rentang umur 15-20 tahun adalah tahapan

perkembangan fungsi kemampuan untuk mandiri dan belajar

mengontrol diri, sedangkan kelompok umur di atas 20 tahun

merupakan tahapan ketika intelektual individu mengarahkan

perkembangan seluruh aspek kepribadian menuju kematangan

diri.Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saptari

(2013), bahwa seseorang yang berada pada kelompok di atas 24


50

tahun lebih banyak memiliki sikap positif dan pengetahuan tinggi

terhadap pemanfaatan layanan kesehatan.

Pernyataan diatas sesuai dengan hasil penelitian yang

didapat yaitu kelompok umur pasien yang paling banyak datang ke

Klinik VCT untuk tes HIV dengan rujukan yakni kelompok umur 15-19

tahun, kemudian kelompok umur 20-35 tahun dan kelompok umur

36-49 tahun, sedangkan kelompok umur yang paling banyak datang

dengan keinginan sendiri adalah kelompok umur 35-49 tahun, 20-35

tahun dan 15-19 tahun. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Saptari (2013) mengenai Gambaran dan Faktor

Berhubungan dengan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan

Layanan VCT Di Kota Medan didapatkan hasil bahwa seseorang

yang berada pada kelompok di atas 24 tahun sebanyak (44%) lebih

banyak memiliki sikap positif dan pengetahuan tinggi terhadap

pemanfaatan layanan kesehatan. Dengan kata lain semakin

bertambahnya umur seseorang semakin tinggi pula kesadaran dan

pengetahuan yang dimiliki terhadap pemanfaatan layanan

kesehatan.

2. Status Perkawinan

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 459 sampel terdapat

sebanyak 278 sampel ( 60,6 % ) dengan status kawin, dan 181

sampel ( 39,4 % ) dengan status tidak kawin.


51

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

bahwa status perkawinan yang paling banyak datang ke Klinik VCT

adalah pasien dengan status kawin hal ini dikarenakan oleh

banyaknya pasien dengan status perkawinan kawin maupun tidak

kawin yang datang dengan rujukan maupun datang atas keinginan

sendiri untuk mengetahui status HIV dirinya.


Hal tersebut tidak terlepas dari intensitas mobile VCT

melakukan penjaringan ke tempat-tempat umum yang diindikasikan

terdapat banyak individu berisiko. Indikasi mobile VCT merujuk

pasien tersebut ke Klinik VCT adalah berdasarkan beberapa tahapan

test awal yang dilakukan terhadap pasien yakni pre tes, tes, dan post

tes, dari ketiga tahapan tersebut pasien diberikan wewenang untuk

memilih apakah bersedia melakukan test HIV atau tidak, jika pasien

bersedia maka pasien dirujuk ke klinik VCT untuk dilakukan tes

darah guna mengetahui status HIV dirinya. (Pedoman Pelayanan

Konseling dan Testing HIV/AIDS Sukarela, 2006)

Status perkawinan menunjukkan apakah seseorang telah

menikah atau belum menikah. Pernikahan Pada prinsip dasarnya

adalah meningkatkan hubungan sesorang untuk lebih terikat.

Keterikatan tersebut salah satunya dalam hubungan seksual yang

berhubungan dengan fungsi reproduksi yaitu menghasilkan

keturunan. Namun status perkawinan telah menikah terkadang lebih

meningkatkan seseorang untuk berprilaku seksual dengan banyak

pasangan.(Mandal,2008)
52

Perkawinan dan kesetiaan perempuan tidak cukup untuk

melindungi mereka dari infeksi HIV di banyak negara. Contohnya

Wilayah Zimbabwe, Durban dan Suweo ( Afrika Selatan) yang

dilaporkan 66% populasinya hanya memiliki satu pasangan hidup, 79

% tidak melakukan hubungan seks paling kurang sampai mereka

berusia 17 tahun (kira-kira hampir sama dengan rata-rata hubungan

seksual pertama di kebanyakan negara di dunia). Namun, 40%

perempuan muda disana telah terinfeksi HIV meskipun mereka tetap

setia dengan satu pasangan saja. Di kolumbia, 72 % perempuan

dinyatakan positif terinfeksi HIV dan di India dilaporkan proporsi yang

signifikan kasus baru adalah perempuan yang telah menikah dan

terinfeksi oleh suami mereka yang sering melakukan hubungan seks

komersial ( UNAIDS, 2005)

Pernyataan diatas sejalan dengan hasil penelitian yang

didapat yaitu status perkawinan pasien yang paling banyak datang

ke Klinik VCT untuk tes HIV baik dengan rujukan adalah pasien

dengan status tidak kawin, sedangkan dengan keinginan sendiri

adalah pasien dengan status kawin,hal ini menunjukkan adanya

kesadaran untuk mengetahui status HIV dirinya. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmawansyah (2011)

Mengenai Pemanfaatan Layanan VCT Pada Kelompok Resiko Tinggi

Tertular HIV/AIDS Di Kota Makasar didapatkan hasil bahwa terdapat

hubungan antara dukungan keluarga dan status perkawinan baik


53

kawin maupun tidak kawin yakni sebanyak (79,2%) dan (53,7%)

terhadap pemanfaatan klinik VCT pada kelompok berisiko.

3. Alasan Tes HIV

Berdasarkan hasil penelitian dengan total sampel 459 paling

sedikit didapatkan yang tidak rujukan sebanyak 161 orang (35,1%)

dan paling banyak yang rujukan yaitu sebanyak 298 orang (64,9%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

bahwa alasan tes HIV yang paling banyak datang ke Klinik VCT

adalah pasien dengan rujukan hal ini dikarenakan oleh banyaknya

pasien dengan rujukan yang berasal dari berbagai tempat seperti

rujukan yang berasal dari penjaringan yang dilakukan oleh mobile

VCT, Rumah Sakit milik pemerintah maupun swasta, sedangkan

pasien yang datang atas keinginan sendiri untuk mengetahui status

HIV dirinya berasal dari berbagai bangsal perawatan dan Poli rawat

jalan yang terdapat di lingkungan RSUD Provinsi NTB, sebagai

bagian dari pemeriksaan penunjang pasien.


Alasan datang tes HIV terkait dengan kesadaran masing-

masing individu untuk mengetahui status HIV dalam tubuhnya.

Alasan datang seseorang untuk melakukan tes HIV dapat

dipengaruhi oleh beberapa karakteristik seperti umur, tingkat

pendidikan,pekerjaan dan status perkawinannya. Hal tersebut

dikarenakan pemeriksaan status HIV masih dianggap hal yang tabuh

bagi sebagian orang sehingga dapat menimbulkan stigma negatif


54

bagi individu tersebut.Usia produktif merupakan kelompok yang

paling banyak ditemukan kasus HIV, yaitu mencapai 80 persen dari

total temuan kasus.(Indonesian Business Coalition on AID, 2013).

Pernyataan diatas sejalan dengan hasil penelitian yang

didapat yaitu alasan tes HIV pasien yang paling banyak datang ke

Klinik VCT untuk tes HIV yaitu dengan status rujukan,hal ini

menunjukkan masih rendahnya kesadaran untuk mengetahui status

HIV dirinya, hal ini tidak sesuai dengan semangat awal dibentuknya

Klinik VCT agar mudah dijangkau masyarakat atau individu yang

merasa dirinya berisiko sehingga dapat menimbulkan kesadaran

langsung dari dalam dirinya untuk mengetahui status HIV dirinya.

namun harus didorong oleh pihak terkait karena berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan umumnya pasien yang datang atas

keinginan sendiri telah memiliki pengetahuan pentingnya mengetahui

status HIV dirinya baik dari lingkungan sekitar yang termasuk

didalmnnya keluarga, dan teman maupun dari tenaga kesehatan.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Darmawansyah (2011) Mengenai Pemanfaatan Layanan VCT Pada

Kelompok Resiko Tinggi Tertular HIV/AIDS Di Kota Makasar

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara dukungan

keluarga dan tenaga kesehatan (80,4%) dan (77,8%) dalam

pemanfaatan klinik VCT karena hal tersebut dapat mengurangi

timbulnya stigma negatif yang justru tidak jarang datang dari

keluarga terdekat dan lingkungan sekitar.


55

4. Hubungan Umur Wanita Usia Subur dengan Alasan datang tes HIV

di Klinik VCT RSUP NTB Tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian dari 459 pasien yang datang

Tes HIV didapatkan kunjungan terbanyak berdasarkan rujukan pada

kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 77,1%, kelompok umur 20-35

tahun sebanyak 63,6% dan kelompok umur 36-49 tahun sebanyak

57,8%. Sedangkan kunjungan berdasarkan atas keinginan sendiri

terbanyak pada kelompok umur 35-39 tahun sebanyak 42,2%,

kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 36,4%, dan kelompok umur

15-19 tahun 22,9%.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi

square didapatkan p value yaitu 0,02 < 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur

wanita usia subur dengan alasan datang tes HIV.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

menggunakan uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara

umur dan alasan tes HIV di Klinik VCT RSUD Provinsi NTB, wanita

usia subur yang datang dengan rujukan paling banyak berasal dari

kelompok umur 15-19 tahun dan paling sedikit dari kelompok umur

36-49 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ermarini di

Provinsi Banten tahun 2013, didapatkan hasil analisis bahwa ada

hubungan bermakna antara umur >20 tahun dengan pemanfaatan

layanan VCT. Umur yang muda menyebabkan mereka belum


56

memikirkan efek dari penyakit HIV yang menyebabkan daya tahan

menurun dikarenakan masa terjadi transmisi dan penjalaran

penularan virus pada kurun waktu 5-10 tahun, sehingga enggan

tertarik untuk mengetahui status HIVnya. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Maharani (2012) mengenai

Gambaran Karakteristik dan Faktor Resiko Pada Pasien Klinik VCT

Rumah Sakit Kota Manado Tahun 2012 yang menyatakan bahwa

adanya kecenderungan pergeseran prilaku beresiko dari kelompok

seksual aktif (48%) beralih kepada kelompok usia muda (62%), hal

ini dikarenakan oleh prilaku seks bebas yang menjamur dikalangan

remaja.

Peran umur dalam penerimaan informasi sangatlah penting

dikarenakan masing-masing orang memiliki penerimaan yang

berbeda-beda. Namun, pengetahuan atau informasi yang diperoleh

bukan hanya melalui pendidikan formal,melainkan melalui informasi

yang tersedia secara masal dalam berbagai bentuk seperti, media

cetak, media elektronik maupun dari penyuluhan oleh tenaga

kesehatan. (Widodo,2005). Menurut Buku Program Klinik VCT RSUD

Provinsi NTB Tahun 2015, program Sosialisasi/Penyuluhan HIV dan

Mobile VCT dilaksanakan setiap minggu, 4 kali dalam sebulan di

berbagai tempat di Mataram seperti di tempat-tempat beresiko

(tempat PSK), di kampus, dan juga di kantor pemerintahan sehingga

masyarakat mendapat cukup informasi mengenai HIV/AIDS (Buku

Program Klinik VCT RSUDP NTB, 2015)


57

Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh jumlah sampel

yang cukup banyak dan karekteristik dari sampel yakni hanya diambil

yang sesuai dengan kategori umur wanita usia subur 15-49 tahun

maupun dari tempat penelitian yang mana pasien yang datang lebih

banyak dengan rujukan dibandingkan dengan atas keinginan sendiri

untuk melakukan tes HIV. Banyaknya WUS yang datang karena

rujukan dapat disebabkan oleh diadakannya Mobile VCT yang

melakukan penjaringan ke tempat-tempat umum yang diindikasikan

terdapat banyak individu berisiko di tempat tersebut tanpa

memandang umur dari individu tersebut.

Pernyataan diatas sesuai dengan teori yang

manapengetahuan adalah suatu proses mencari, mengamati,

membaca dan pemikiran ulang untuk kemudian di jadikan suatu

pengetahuan. Sehingga dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

seseorang yang memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS adalah

seseorang yang sudah mendapatkan suatu pemahaman dari hasil

pengamatan yang didapatkan dari membaca, melihat dan

mendengar informasi-informasi yang ada sebelumnya, untuk

kemudian dipikirkan kembali bagaimana bertindak dan berperilaku

agar terhindar dari bahaya HIV/AIDS (Jenit, 2013).

Pada kelompok beresiko dengan umur <20 tahun sangat

mungkin terpapar informasi yang terkait dengan keadaan dirinya

maka secara otomatis akan timbul keinginan untuk mengetahui lebih


58

jauh terkait informasi tersebut, akan tetapi kemauan atau keinginan

tersebut terhalang oleh masalah budaya atau kepercayaan di daerah

yakni seperti rasa malu dan adanya opini negatif atau mitos yang

berkembang dari masyarakat sekitar yang menganggap bahwa

pendidikan seks dan HIV/AIDS masih tabuh sehingga dapat

menimbulkan sikap diskriminasi dan stigmatisasi oleh mayarakat

(Ekawati, 2012) berdasarkan hasil penelitian diatas ditemukan

bahwa persentase kelompok umur <20 tahun merupakan kelompok

umur terbanyak datang dengan rujukan. Hal tersebut sejalan dengan

Penelitian Saptari (2013) di kota Medan, didapatkan bahwa

seseorang yang berada pada kelompok di atas 24 tahun sebanyak

(44%) lebih banyak memiliki sikap positif dan pengetahuan tinggi

terhadap pemanfaatan layanan kesehatan.

5. Hubungan Status Perkawinan Wanita Usia Subur dengan Alasan

datang tes HIV di Klinik VCT RSUP NTB Tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian dari 459 pasien yang datang Tes

HIV didapatkan kunjungan terbanyak berdasarkan rujukan pada

pasien dengan status tidak kawin sebanyak 72,9%dan pasien

dengan status kawin sebanyak 59,7%. Sedangkan kunjungan atas

keinginan sendiri terbanyak pada pasien dengan status kawin

sebanyak 40,3% dan pasien dengan status tidak kawin sebanyak

27,1%.
59

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi

square didapatkan p value yaitu 0,04< 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status

perkawinan wanita usia subur dengan alasan datang tes HIV.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

menggunakan uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara

status perkawinan dan alasan tes HIV di Klinik VCT RSUD Provinsi

NTB. Wanita usia subur yang datang dengan rujukan paling banyak

dengan status Tidak kawin (72,9%) termasuk didalamnya umur 15-

19 tahun (47%) dan 20-35 tahun (57%). Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Ermarini di Provinsi Banten tahun 2013, didapatkan hasil

analisis bahwa ada hubungan bermakna antara umur >20 tahun

dengan pemanfaatan layanan VCT. Umur yang muda menyebabkan

mereka belum memikirkan efek dari penyakit HIV yang

menyebabkan daya tahan menurun dikarenakan masa terjadi

transmisi dan penjalaran penularan virus pada kurun waktu 5-10

tahun. Hal ini terkait pula bahwa status perkawinan menunjukkan

apakah seseorang telah menikah atau belum menikah. Pernikahan

pada prinsip dasarnya adalah meningkatkan hubungan sesorang

untuk lebih terikat. Keterikatan tersebut salah satunya dalam

hubungan seksual yang berhubungan dengan fungsi reproduksi yaitu

menghasilkan keturunan. Namun status belum menikah terkadang

meningkatkan seseorang untuk lebih berprilaku seksual dengan


60

banyak pasangan, meskipun demikian status perkawinan telah

menikah dapat pula berprilaku seksual dengan banyak pasangan.

Hal tersebut memungkinkan individu untuk lebih mudah

tertular penyakit/infeksi. Sehingga individu yang belum menikah

cenderung untuk datang bukan karena keinginan sendiri melainkan

dengan rujukan setelah terjaring melalui mobile VCT dapat

disebabkan karena masalah budaya atau kepercayaan di daerah

yakni seperti rasa malu dan adanya opini negatif atau mitos yang

berkembang dari masyarakat sekitar yang menganggap bahwa

pendidikan seks dan HIV/AIDS masih tabu sehingga dapat

menimbulkan sikap diskriminasi dan stigmatisasi oleh mayarakat

(Ekawati, 2012).

Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut kurang

informasi atau pengetahuan, karena informasi bisa diperoleh dari

media massa, media cetak, media elektronik maupun

melaluipenyuluhan yang dilakukan pihak VCT dengan Mobile VCT.

Sehingga, hal inilah yang menyebabkan tingginya sampel yang

terjaring melalui Mobile VCT. Hal ini sesuai dengan penelitian

Oktarina dkk tahun 2006 dengan judul hubungan antara karakteristik

responden, keadaan wilayah dengan pengetahuan, sikap terhadap

HIV/AIDS pada masyarakat Indonesia tahun 2006 dengan hasil;

responden yang telah menikah hampir sama banyak (52,8%) dengan

yang menikah (47,2%) danhasil analisis secara statistik yang


61

signifikan didapatkan ada hubungan yang bermakna antara status

perkawinan dengan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai

HIV/AIDS (Oktarina, dkk. 2006).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian

Darmawansyah (2011), didapatkan hubungan antara status

perkawinan baik kawin maupun tidak kawin yakni sebanyak (79,2%)

dan (53,7%) terhadap pemanfaatan klinik VCT pada kelompok

berisiko. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Purnama Sidebang

di Tanjung Morawa, Medan tahun 2010 adalah ditemukan bahwa

proporsi penderita HIV/AIDS yang kawin lebih besar secara bermakna

pada perempuan. Pada analisis bivariat didapatkan hasil p value 0,000

< 0,05, ini berarti ada hubungan signifikan antara status

perkawinan dan penderita HIV/AIDS.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


62

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Sampel terbanyak pada kategori umur wanita usia subur terdapat

pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 286 (62,3%)

2. Sampel terbanyak pada kategori status perkawinan terdapat pada

kelompok kawin sebanyak 278 orang (60,6%)

3. Sampel terbanyak pada kategori alasan datang tes HIV terdapat

pada kelompok yang datang berdasarkan rujukan sebanyak 298

orang (64,9%)

4. Ada hubungan antara umur wanita usia subur dengan alasan

datang tes HIV di Klinik VCT RSUDP NTB Tahun 2014, (p value

=0,02)

5. Ada hubungan antara status perkawinan wanita usia subur dengan

alasan datang tes HIV di Klinik VCT RSUDP NTB Tahun 2014,

(p value =0,04)
63

54
B. Saran

1. Bagi Tempat Penelitian

Disarankan Bagi petugas pelayanan kesehatan khususnya

petugas di klinik VCT diharapkan dapat mengembangkan

sosialisasi klinik VCT melalui penyuluhan dalam berbagai kegiatan

di wilayah Puskesmas, Posyandu, dan meningkatkan sosialisasi

melalui media komunikasi seperti radio dan media massa serta

meningkatkan jumlah partisipasi orang terdekat pasien seperti

rekan sebaya, pasangan atau anggota keluarga agar dapat lebih

efektif dalam menjaring pasien khususnya pasien usia muda agar

menimbulkan kesadaran diri lebih dini, membangun sikap positif,

dukungan keluarga dan kesadaran diri untuk mengetahui status

HIV dirinya tanpa harus di rujuk terlebih dahulu.


2. Bagi Tenaga Kesehatan
Disarankan untuk lebih meningkatkan kasadaran dan

kewaspadaan terhadap wanita usia subur yang melakukan

kunjungan di fasilitas kesehatan melalui deteksi faktor resiko yang

ada dengan pengkajian anamnesa dalam upaya meningkatkan

derajat kesehatan remaja dan ibu.


3. Bagi Penelitian selanjutnya
Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan yang

berkaitan dengan HIV/AIDS agar dapat dikembangkan dengan


64

menggunakan kalimat terbuka dalam kuesioner dengan mengontrol

populasi yang lebih spesifik seperti sasaran peseta KB dan Ibu

hamil yang termasuk dalam lingkup profesi bidan, sehingga dapat

menggali lebih lanjut terkait faktor resiko yang dimiliki dan alasan

kesediaan melakukan tes HIV.


4. Bagi Masyarakat
Disarankan untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman yang berkenaan dengan informasi tentang penyakit

HIV/AIDS dan klinik VCT oleh karena itu diperlukan peran aktif

kelompok masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat dalam

sosialisasi keberadaan VCT bagi remaja, orang tua, dan orang

yang beresiko sehingga dapat meningkatkan sikap positif

masyarakat terhadap tes HIV dan mengurangi stigma dan

diskriminasi terhadap penyakit tersebut sehingga dapat

mengoptimalkan fungsi klinik VCT dalam pencegahan penularan

HIV dan skrining HIV/AIDS


65

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. 2005. Attitude, Personality And Behavior 2nd Edition. New


York:Open University Press, Mcgraw-Hill Education

Anastasya, Gifani. 2008. Karakteristik Penderita HIV/AIDS Di Pusat


Pelayanan Khusus (Pusyansus) Klinik Voluntary Counseling And
Testing (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas Sumatera
Utara, Medan

Andersen, R. 2002. A Behavioral Model Of Families Use Of Health


Services. 25. Center For Health Administrasi Studies, Research
Series. Diakses dari: www. Ssa.uchicago.edu.2014

BKKBKN, 2010. Profil Hasil Pendataan Keluarga 2010. Jakarta

Buku Register Klinik VCT RSU Provinsi, 2014. RSU Provinsi NTB.

Darmawansyah, 2011. Pemanfaatan Layanan VCT Pada Kelompok


Resiko Tinggi Tertular HIV/AIDS Di Makasar. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanudin. Sulawesi Selatan

Depkes RI, Dirjen PP dan PL., 2008. Pedoman Pelayanan Konseling


Dan Testing Secara Sukarela (Voluntary).
66

http://www.aids-ina.org/files/publikasi/panduanvct.pdf

Depkes RI., 2007. Komisi Penanggulangan AIDS Statistik Kasus


sampai dengan September 2007. http://www-aidsindonesia.or.id/

Ditjen PP & PL DepKes RI, 2014. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan


HIV/AIDS di Indonesia s/d Juni 2014. Jakarta.

Ekawati. 2012. Analisis Faktor pemanfaatan Layanan VCT Pada


Kelompok Beresiko dan Kelompok Rentan HIV/AIDS Di Manado.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam
Ratulangi.

Ermarini, Anggia. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pemanfaatan Layanan VCT Pada Populasi Beresiko Tinggi
HIV/AIDS Di Provinsi Banten Tahun 2013. Depok. Tesis. Magister
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia

Fauji, Ahmad. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Prilaku Ibu


Dalam Pemanfaatan Layanan Imunisasi Di Desa Beberan
Kecamatan Ciruas Banten. Skripsi Kesehatan Masyarakat.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Indonesian Business Coalition on AID, 2013. Development Jobs


Indonesia. http://www.devjobs-indonesia.blogspot.in. Diakses pada
tanggal 21 Desember 2014

Jef, G.K.K. 2012. Studi Penatalaksanaan Terapi Pada Penderita HIV/AIDS


Di Klinik VCT Rumah Sakit Kota Manado. Skripsi Program Studi
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sam Ratulangi, Manado

Jenit. 2013. Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS. Artikel Ilmiah Hasil


Penelitian Mahasiswa. Banyuwangi

Kemenkes R.I (2013). Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV


dari Ibu ke Bayi. Jakarta: kementrian kesehatan RI
67

Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan (2007). Peran Perempuan


Dalam Penanggulangan HIV AIDS. Jakarta : kementrian Negara
Pemberdayaan Perempuan

Laporan Tahunan Klinik VCT RSUP NTB, 2014. RSUP NTB

Lina, S. 2013. Pengalaman Hidup Perempuan Dengan HIV/AIDS Di Kota


Cimahi (Study Fenomenologi). Skripsi STIKES Jenderal Achmad
Yani, Cimahi

M. Nursalam, 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi


HIV/AIDS. Penerbit Salemba Medika.Jakarta.

Maharani, Lisa. 2012. Gambaran Karakteristik dan Faktor Resiko Pada


Pasien Klinik VCT Rumah Sakit Kota Manado. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi, Manado

Mahubessy, Yunita. 2012. Konsep dasar HVI/AIDS.


http://yunitamahube.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-
false-en-us-x-none.html.Diakses hari Kamis tanggal 25 Desember
2014.

Mandal, dkk. 2008. Kesehatan Reproduksi. Erlangga. Jakarta

Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rhineka


Cipta, Jakarta.

Niniek, L .P dan Hari, B. 2011. Hubungan Karakteristik Remaja Terkait


Risiko Penularan HIV-AIDS. Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya.

Oktarina, dkk. 2006. Hubungan antara Karakteristik Responden, Keadaan


Wilayah dengan Pengetahuan, Sikap Terhadap HIV/AIDS pada
Masyarakat Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.
12(4): Hal. 362-269.
68

Safitri, Nurmalia. 2013. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Niat


Untuk Memilih Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Bogor
Medical Center Tahun 2011. Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia.

Saptari, Adila Famida. 2013. Gambaran dan Faktor Berhubungan dengan


Partisipasi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Layanan VCT Di
Kota Medan Tahun 2013. Meda. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Sidebang, Purnama. 2010. Karakteristik Penderita HIV/AIDS Di


Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 Mei 2010. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Simanjuntak, Erledis. 2010. Analisis Faktor Resiko Penularan HIV/AIDS di


Kota Medan. Tesis Program Doktor Ilmu Lingkungan Di PPS
UNSRI. Palembang

UNAIDS, 2010. Global repport On Global AIDS Epidemic. WHO Library


Cataloguing

WHO. 2013. Global Summary Of The AIDS


Epidemic.http://www.who.in/hiv/data. Diakses pada tanggal
21Desember 2014

Widodo, dkk. 2005. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku tentang HIV/AIDS di


RSUPN Cipto Mangunkusumo. Majalah Kedokteran Indonesia 55
(10)

Wulansari, Ayu. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Niat Ibu


Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT (Voluntary Counseling
And Testing) Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang
Selatan. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta

Yuli, L. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku


Berisiko HIV/AIDS Pada Pekerja Bangunan Di Proyek World Class
University. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok
69

http://www.ypi.or.id/informasi/berita/8-tes-hiv-dan-vct.html. Diakses pada


tanggal 21 Desember 2014

MASTER TABEL

Alasan Datang Tes HIV

Umur
Hasil Tes Wanita Status Tidak
No Nama Rujukan
HIV Perkawinan Rujukan
(Tahun)
(Asal
(Sumber
Rujukan)
Informasi)

1. N - 24 Tidak Kawin Mobile Punia -

2. S" - 23 Tidak Kawin Mobile Punia -

3. H - 23 Tidak Kawin Mobile Punia -

4. M - 37 Kawin Mobile Sandik -


70

5. S - 36 Kawin Mobile Sandik -

6. M - 24 Kawin Mobile Sandik -

7. J - 29 Kawin Mobile Sandik -

8. S - 31 Kawin Mobile Sandik -

9. M - 36 Kawin Mobile Sandik -

10. N - 37 Kawin Mobile Sandik -

11. S - 41 Kawin Mobile Sandik -

12. F - 23 Tidak Kawin Mobile Sandik -

13. V - 24 Tidak Kawin Mobile Sandik -

14. Y - 20 Tidak Kawin Mobile Sandik -

15. R - 21 Tidak Kawin Mobile Pajang -

16. E + 32 Tidak Kawin RS. KSB -

17. R - 16 Tidak Kawin Mobile Pajang -

18. C - 15 Tidak Kawin Mobile Pajang -

19. Y - 15 Tidak Kawin Mobile Pajang -


71

20. D - 31 Kawin Mobile Pajang -

21. D - 25 Kawin Mobile Pajang -

22. R - 27 Kawin Mobile Pajang -

23. W - 20 Tidak Kawin Mobile Gubuk -


Batu

24. D - 23 Kawin Mobile Gubuk -


Batu

25. A - 19 Tidak Kawin Mobile Gubuk -


Batu

26. S - 25 Kawin Mobile Gubuk -


Batu

27. A - 25 Tidak Kawin Mobile Gubuk -


Batu

28. M - 45 Kawin Ruang Mawar -

29. N - 39 Kawin Ruang Mawar -

30. R - 24 Kawin Ruang Melati -

31. L - 22 Tidak Kawin - Teman

32. L - 23 Tidak Kawin - Teman


72

33. M - 20 Tidak Kawin - Teman

34. G - 24 Kawin Ruang -


Flamboyan

35. A - 49 Kawin Ruang -


Flamboyan

36. L - 25 Tidak Kawin Mobile -


Gomong

37. Y - 23 Tidak Kawin Mobile -


Gomong

38. F - 23 Tidak Kawin Mobile -


Gomong

39. R - 23 Tidak Kawin Mobile -


Gomong

40. P - 20 Tidak Kawin Mobile -


Gomong

41. N - 20 Tidak Kawin Mobile -


Gomong

42. E - 23 Tidak Kawin Mobile -


Gomong

43. U - 25 Tidak Kawin Mobile -


Gomong

44. A - 22 Tidak Kawin Mobile -


Gomong
73

45. J - 20 Tidak Kawin Mobile -


Gomong

46. R - 45 Kawin Ruang -


Flamboyan

47. D - 28 Kawin Ruang -


Flamboyan

48. M - 24 Tidak Kawin - Keluarga

49. N - 23 Tidak Kawin - Teman

50. N - 24 Tidak Kawin - Teman

51. W - 23 Kawin Mobile Kekalik -

52. D - 23 Tidak Kawin Mobile Kekalik -

53. S - 22 Tidak Kawin Mobile Kekalik -

54. N - 22 Tidak Kawin Mobile Kekalik -

55. N - 27 Kawin Mobile Kekalik -

56. S - 40 Kawin - Suami

57. H - 23 Tidak Kawin - Keluarga

58. G - 20 Tidak Kawin - Teman

59. N - 19 Kawin - Suami


74

(ODHA)

60. M - 19 Tidak Kawin RS.RISA -

61. M - 22 Tidak Kawin Mobile Kekalik -

62. B - 28 Kawin Mobile Kekalik -

63. J - 28 Kawin Mobile Kekalik -

64. N - 28 Kawin Mobile Kekalik -

65. N - 30 Kawin Mobile Kekalik -

66. N - 22 Tidak Kawin Mobile Kekalik -

67. N - 19 Tidak Kawin Mobile Pejeruk -

68. W - 27 Kawin Mobile Pejeruk -

69. S - 37 Kawin Mobile Pejeruk -

70. Z - 24 Tidak Kawin Mobile Pejeruk -

71. D - 23 Tidak Kawin Mobile Pejeruk -

72. W - 23 Tidak Kawin Mobile Pejeruk -

73. Y - 23 Tidak Kawin Mobile Pejeruk -

74. J - 28 Kawin - Suami


75

75. M - 23 Tidak Kawin Mobile Pejeruk -

76. N - 32 Kawin Mobile Pejeruk -

77. S - 21 Tidak Kawin Mobile Pejeruk -

78. K + 23 Kawin Ruang IGD -

79. U - 23 Tidak Kawin - Teman

80. R - 22 Tidak Kawin - Teman

81. A - 20 Tidak Kawin Mobile Gubuk -


Batu

82. R - 24 Tidak Kawin - Teman

83. S - 21 Tidak Kawin Ruang -


Flamboyan

84. E - 24 Tidak Kawin Ruang -


Flamboyan

85. W - 25 Tidak Kawin Ruang -


Flamboyan

86. S - 23 Tidak Kawin - Teman

87. Y - 19 Tidak Kawin - Teman


76

88. N - 23 Tidak Kawin - Teman

89. S - 22 Tidak Kawin - Teman

90. S - 20 Tidak Kawin - Teman

91. V - 22 Tidak Kawin - Teman

92. R - 30 Kawin Mobile Punia -

93. R - 35 Kawin Mobile Punia -

94. H - 35 Kawin Mobile Punia -

95. T - 35 Kawin Mobile Punia -

96. A - 27 Kawin - Keluarga

97. S - 21 Tidak Kawin - PMI

98. A - 45 Kawin Ruang VK -

99. W - 31 Kawin RSAD -

100. R - 20 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

101. R - 20 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

102. S - 45 Kawin Ruang -


77

Bugenvil

103. K - 24 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

104. T - 22 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

105. N - 20 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

106. S - 21 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

107. Y - 23 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

108. N - 24 Kawin - Suami


(ODHA)

109. N - 20 Tidak Kawin Mobile Gunung -


Sari

110. N - 20 Tidak Kawin Mobile Gunung -


Sari

111. L - 21 Kawin Mobile Gunung -


Sari

112. N - 22 Kawin Mobile Gunung -


Sari

113. D - 27 Kawin Mobile Gunung -


Sari
78

114. M - 29 Kawin Poli Paru -

115. E - 22 Tidak Kawin Mobile Gunung -


Sari

116. H - 21 Tidak Kawin Mobile Gunung -


Sari

117. W - 24 Tidak Kawin Poli Paru -

118. R - 21 Tidak Kawin - Teman

119. W - 24 Tidak Kawin - Teman

120. M - 35 Kawin Ruang Mawar -

121. S - 37 Kawin Ruang Mawar -

122. I - 40 Kawin Mobile Punia -

123. D - 24 Tidak Kawin Mobile Punia -

124. N - 19 Tidak Kawin Mobile Punia -

125. S - 20 Tidak Kawin Mobile Punia -

126. S - 20 Tidak Kawin Mobile Punia -

127. R - 45 Kawin Ruang Mawar -

128. S - 35 Kawin Mobile Punia -


79

129. R - 27 Kawin Mobile Punia -

130. S - 47 Kawin Mobile Punia -

131. R - 42 Kawin Mobile Punia -

132. U - 27 Kawin Mobile Punia -

133. M - 19 Tidak Kawin Mobile Punia -

134. M - 27 Kawin Ruang Mawar -

135. N - 19 Tidak Kawin Mobile Punia -

136. Y - 20 Tidak Kawin Mobile Punia -

137. N - 30 Kawin - Suami

138. S - 35 Kawin Mobile Pagutan -

139. A - 30 Kawin Mobile Pagutan -

140. M - 35 Kawin Mobile Pagutan -

141. N - 43 Kawin - Dokter

142. S - 25 Kawin - Konselor

143. M - 48 Kawin - Konselor


80

144. S - 21 Kawin Mobile Pagutan -

145. A - 24 Kawin Mobile Pagutan -

146. K - 20 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

147. B - 21 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

148. "S + 40 Kawin - Konselor

149. H - 19 Tidak Kawin Mobile Punia -

150. S - 23 Tidak Kawin Mobile Punia -

151. S - 21 Tidak Kawin Mobile Punia -

152. I - 19 Tidak Kawin Mobile Punia -

153. W - 22 Tidak Kawin Mobile Punia -

154. E - 22 Tidak Kawin Mobile Punia -

155. M - 39 Kawin Ruang Mawar -

156. T - 19 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

157. P - 19 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

158. H - 19 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

159. I - 19 Tidak Kawin Mobile Pagutan -


81

160. Y - 23 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

161. N - 21 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

162. S - 48 Kawin Mobile Punia -

163. N - 30 Kawin Mobile Punia -

164. N - 33 Kawin Mobile Punia -

165. M - 28 Kawin Mobile Punia -

166. A - 20 Tidak Kawin Mobile Punia -

167. D - 27 Kawin Mobile Punia -

168. K - 38 Kawin Mobile Punia -

169. D - 20 Tidak Kawin Mobile -


Gomong

170. E - 20 Tidak Kawin Mobile -


Gomong

171. R - 20 Tidak Kawin Poli Paru -

172. S - 38 Kawin Poli Khusus -

173. U - 28 Kawin Poli Khusus -


82

174. S - 27 Kawin Poli Khusus -

175. B - 35 Kawin Poli Paru -

176. D - 22 Kawin Mobile Gubuk -


Batu

177. A - 31 Kawin - Teman

178. U - 26 Tidak Kawin - Teman

179. M - 44 Kawin - Dokter

180. S - 23 Kawin - Teman

181. N - 23 Kawin - Suami

182. M - 23 Tidak Kawin Ruang -


Flamboyan

183. E - 23 Kawin Poli Hamil -

184. F - 33 Kawin Poli Hamil -

185. F - 27 Kawin Poli Hamil -

186. E - 24 Kawin Poli Hamil -

187. I - 32 Kawin - Suami


(ODHA)

188. Y - 24 Tidak Kawin Ruang -


83

Bugenvil

189. F - 27 Kawin Mobile Punia -

190. M - 20 Tidak Kawin Mobile Punia -

191. M - 20 Tidak Kawin Mobile Punia -

192. S - 20 Tidak Kawin Mobile Punia -

193. Z - 33 Tidak Kawin Mobile Punia -

194. R - 23 Tidak Kawin Mobile Punia -

195. D - 20 Tidak Kawin Mobile Punia -

196. I - 24 Tidak Kawin Mobile Punia -

197. M - 43 Kawin Mobile Punia -

198. J - 35 Kawin Mobile Punia -

199. N - 37 Kawin Mobile Punia -

200. S - 20 Kawin Mobile Punia -

201. L - 20 Kawin Mobile Punia -

202. R - 20 Kawin Mobile Punia -

203. H - 44 Kawin - Suami


84

204. N - 35 Kawin - Suami

205. A - 19 Tidak Kawin Mobile -


Rembige

206. A - 23 Tidak Kawin Mobile -


Rembige

207. P - 22 Tidak Kawin Mobile -


Rembige

208. N - 24 Tidak Kawin Mobile -


Rembige

209. A - 30 Kawin Mobile Gunug -


Sari

210. H - 32 Kawin Mobile Gunug -


Sari

211. H - 34 Kawin Mobile Gunug -


Sari

212. E - 36 Kawin Mobile Gunug -


Sari

213. P - 33 Kawin Mobile Gunug -


Sari

214. F - 23 Kawin Mobile Gunug -


Sari
85

215. E - 28 Kawin Mobile Gunug -


Sari

216. E - 28 Kawin Mobile Gunug Teman


Sari

217. I - 31 Kawin - Teman

218. L - 28 Kawin Poli Hamil -

219. A - 19 Kawin Poli Hamil -

220. M - 19 Kawin Poli Hamil -

221. F - 28 Kawin - Suami

222. N - 28 Kawin Ruang VK -

223. R - 31 Kawin Mobile Gubuk -


Batu

224. N - 28 Kawin Mobile Gubuk -


Batu

225. T - 28 Kawin Mobile Gubuk -


Batu

226. A - 25 Kawin Mobile Gubuk -


Batu

227. R - 26 Kawin Mobile Gubuk -


Batu
86

228. M - 26 Kawin Mobile Gubuk -


Batu

229. S - 25 Kawin Mobile Gubuk -


Batu

230. N - 22 Tidak Kawin - Teman

231. R - 21 Tidak Kawin - Dokter

232. L - 19 Tidak Kawin - Dokter

233. S + 22 Kawin - Suami

234. P - 43 Kawin Poli Hamil -

235. S - 37 Kawin Poli Hamil -

236. R - 41 Kawin Poli Hamil -

237. N - 35 Kawin Poli Hamil -

238. D - 29 Kawin Poli Hamil -

239. D - 20 Kawin Poli Hamil -

240. H - 27 Kawin Poli Hamil -

241. P - 21 Kawin Ruang -


Flamboyan

242. S - 40 Kawin RS.RISA -


87

243. T + 27 Kawin - Suami

244. D - 27 Kawin Poli Hamil -

245. H - 47 Kawin Ruang -


Bugenvil

246. D - 28 Kawin Poli Hamil -

247. L - 26 Kawin Poli Khusus -

248. M - 40 Kawin Mobile Punia -

249. A - 29 Kawin Mobile Punia -

250. S - 35 Kawin Mobile Punia -

251. E - 28 Kawin Mobile Punia -

252. Y - 25 Tidak Kawin Ruang ICU -

253. S + 32 Kawin Ruang Mawar -

254. S - 41 Kawin Mobile Kekait -

255. H - 27 Kawin Mobile Kekait -

256. S - 25 Kawin Mobile Kekait


88

257. S - 41 Kawin Mobile Kekait -

258. M - 29 Kawin Mobile Kekait -

259. R - 39 Kawin Mobile Kekait -

260. S - 27 Kawin Mobile Kekait -

261. R - 35 Kawin Mobile Kekait -

262. M - 36 Kawin Mobile Kekait -

263. S - 23 Kawin Mobile Kekait -

264. N - 37 Kawin Mobile -


Mataram

265. R - 41 Kawin Mobile -


Mataram

266. A - 48 Kawin Mobile -


Mataram

267. N - 47 Kawin Mobile -


Mataram

268. D - 37 Kawin Mobile -


Mataram

269. E - 29 Kawin Mobile -


Mataram

270. R - 34 Tidak Kawin Mobile -


89

Mataram

271. J - 29 Kawin Ruang Mawar -

272. S - 39 Kawin Ruang Mawar -

273. M - 29 Kawin Poli Paru -

274. R - 31 Kawin Poli Paru -

275. A - 39 Kawin Poli Paru -

276. R - 41 Kawin Mobile Sayang- -


sayang

277. S - 28 Kawin Mobile Sayang- -


sayang

278. I - 29 Kawin Mobile Sayang- -


sayang

279. S - 35 Kawin Mobile Sayang- -


sayang

280. M - 49 Kawin Poli Paru -

281. D - 29 Kawin Poli Paru -

282. N - 35 Kawin Mobile Sayang- -


sayang

283. S - 30 Kawin Mobile Sayang- -


90

sayang

284. Q - 25 Tidak Kawin - Teman

285. N - 38 Kawin Poli Paru -

286. K + 30 Kawin - Dokter

287. D - 29 Tidak Kawin Ruang -


Flamboyan

288. R - 28 Kawin Ruang VK -

289. S - 26 Kawin - Suami

290. N - 26 Tidak Kawin - Teman

291. R - 25 Kawin - Teman

292. M - 29 Kawin Mobile Punia -

293. N - 25 Kawin Mobile Punia -

294. N - 24 Kawin Ruang VK -

295. E - 32 Kawin Poli Hamil -

296. A - 33 Kawin Poli Paru -

297. F + 21 Tidak Kawin RS. RISA -


91

298. E - 20 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

299. E - 20 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

300. E - 20 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

301. N - 20 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

302. R - 20 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

303. R - 19 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

304. S - 19 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

305. T - 20 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

306. A - 19 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

307. F - 20 Tidak Kawin Mobile -


Mataram

308. W - 31 Kawin Mobile -


Rembiga

309. S - 40 Kawin Mobile -


92

Rembiga

310. R - 27 Kawin Mobile -


Rembiga

311. N - 29 Kawin Mobile -


Rembiga

312. A - 22 Tidak Kawin Mobile -


Rembiga

313. Y - 36 Kawin Mobile -


Rembiga

314. S - 38 Kawin Mobile -


Rembiga

315. S - 30 Kawin Mobile -


Rembiga

316. A - 41 Kawin Mobile -


Rembiga

317. M - 27 Kawin Mobile -


Rembiga

318. K - 49 Kawin Mobile -


Rembiga

319. Y - 49 Kawin Mobile -


Rembiga

320. R - 46 Kawin Mobile -


Rembiga
93

321. M - 38 Kawin Mobile -


Rembiga

322. N - 49 Kawin Mobile -


Rembiga

323. A - 43 Kawin Mobile -


Rembiga

324. A - 25 Kawin Mobile -


Rembiga

325. H - 39 Kawin Mobile -


Rembiga

326. Y - 22 Kawin Mobile -


Rembiga

327. M - 36 Kawin MobileRembiga -

328. M - 30 Kawin Mobile -


Rembiga

329. L - 49 Kawin Mobile -


Rembiga

330. M - 36 Kawin Mobile -


Rembiga

331. C - 48 Kawin Mobile -


Rembiga

332. D - 35 Kawin Poli Paru -


94

333. R - 26 Kawin Ruang Mawar -

334. E - 39 Kawin Ruang Mawar -

335. A - 23 Tidak Kawin Mobile -


Senggigi

336. C - 32 Tidak Kawin Mobile -


Senggigi

337. N - 25 Tidak Kawin Mobile -


Senggigi

338. W - 35 Tidak Kawin Mobile -


Senggigi

339. R - 28 Kawin Mobile -


Senggigi

340. T - 28 Kawin Mobile -


Senggigi

341. A - 22 Tidak Kawin - Teman

342. R - 26 Kawin Ruang


Flamboyan

343. D - 25 Tidak Kawin Mobile


Senggigi

344. M - 25 Tidak Kawin Mobile


Senggigi

345. R - 47 Kawin - Suami


95

(ODHA)

346. R - 38 Kawin Poli Paru -

347. R - 30 Kawin Mobile Gunung -


Sari

348. H - 40 Kawin Mobile Gunung -


Sari

349. N + 30 Kawin - Suami

350. A + 32 Kawin - Suami


(ODHA)

351. A - 31 Kawin - Suami

352. Y - 37 Kawin Ruang -


Bugenvil

353. Y - 35 Kawin Mobile Gunung -


Sari

354. F - 38 Kawin Mobile Gunung -


Sari

355. M - 37 Kawin Mobile Gunung -


Sari

356. S - 31 Kawin Mobile Gunung -


Sari

357. S - 30 Kawin Poli Paru -


96

358. M - 41 Kawin Poli Paru -

359. N - 29 Kawin Mobile -


Sekotong

360. E - 25 Tidak Kawin Mobile -


Sekotong

361. N - 27 Kawin Mobile -


Sekotong

362. K - 29 Kawin Mobile -


Sekotong

363. K - 31 Kawin Mobile -


Sekotong

364. S - 25 Kawin Mobile -


Sekotong

365. F - 25 Kawin Mobile -


Sekotong

366. A - 29 Kawin Mobile -


Sekotong

367. N - 35 Kawin Mobile -


Sekotong

368. N - 27 Kawin Mobile -


Sekotong

369. S - 35 Kawin Mobile -


Sekotong
97

370. Y - 35 Kawin Mobile -


Sekotong

371. A - 19 Kawin Poli Paru -

372. S - 39 Kawin Ruang -


Flamboyan

373. M - 48 Kawin Mobile -


Sekotong

374. A - 35 Kawin Mobile -


Sekotong

375. M - 40 Kawin Mobile -


Sekotong

376. S - 35 Kawin Mobile -


Sekotong

377. K - 48 Kawin Mobile -


Sekotong

378. H - 30 Kawin - Suami

379. M - 26 Kawin Ruang -


Bugenvil

380. E - 38 Kawin Ruang -


Flamboyan

381. M - 43 Kawin Ruang Mawar -

382. S - 29 Kawin Ruang Mawar -


98

383. R - 40 Kawin Ruang Mawar -

384. D - 23 Tidak Kawin - Teman

385. S - 33 Kawin Mobile Dasan -


Cermen

386. R - 27 Kawin Mobile Dasan -


Cermen

387. M - 30 Kawin Mobile Dasan -


Cermen

388. L - 35 Kawin Mobile Dasan -


Cermen

389. E - 35 Kawin Mobile Dasan -


Cermen

390. D - 28 Kawin Mobile Dasan -


Cermen

391. S - 47 Kawin Mobile Dasan -


Cermen

392. W - 27 Kawin Mobile Dasan -


Cermen

393. N - 34 Kawin Mobile Dasan -


Cermen

394. F - 29 Kawin Mobile Dasan -


99

Cermen

395. N - 40 Kawin Mobile Dasan -


Cermen

396. E - 26 Tidak Kawin Mobile Dasan -


Cermen

397. M - 40 Kawin Mobile Dasan -


Cermen

398. R - 23 Tidak Kawin - Dokter

399. K - 22 Tidak Kawin - Dokter

400. H - 30 Kawin RSAD -

401. R - 39 Kawin Mobile Sandik -

402. S - 23 Tidak Kawin Mobile Sandik -

403. M - 23 Tidak Kawin Mobile Sandik -

404. K - 40 Kawin MobileSandik -

405. M - 22 Kawin Ruang VK -

406. R - 25 Kawin Rua -

ng Bugenvil

407. N - 35 Kawin Poli Paru -


100

408. L - 22 Tidak Kawin - Teman

409. Q - 20 Tidak Kawin Mobile Sandik -

410. W - 20 Tidak Kawin Mobile Sandik -

411. A - 20 Tidak Kawin Mobile Sandik -

412. A - 26 Kawin Ruang VK -

413. R - 20 Kawin - Teman

414. R - 18 Tidak Kawin - Keluarga

415. N - 20 Tidak Kawin Ruang -


Bugenvil

416. H - 32 Kawin Mobile Sandik -

417. J - 44 Kawin Poli Paru -

418. L - 23 Tidak Kawin Poli Paru -

419. N - 31 Kawin Poli Paru -

420. S - 47 Kawin Ruang -


Bugenvil

421. N - 35 Kawin Ruang -


Bugenvil

422. S - 23 Tidak Kawin Ruang -


101

Bugenvil

423. I - 37 Kawin Poli Paru -

424. N - 22 Tidak Kawin Mobile Labuapi -

425. A - 20 Tidak Kawin Mobile Labuapi -

426. I - 27 Kawin - Teman

427. N - 29 Kawin Poli Paru -

428. L - 21 Kawin Mobile Labuapi -

429. M - 20 Kawin Mobile Labuapi -

430. N - 21 Kawin Mobile Labuapi -

431. N - 25 Tidak Kawin Mobile Kekait -

432. M - 24 Tidak Kawin Mobile Kekait -

433. R - 19 Tidak Kawin Mobile Kekait -

434. H - 23 Tidak Kawin Mobile Kekait -

435. Y - 22 Tidak Kawin Mobile Kekait -

436. Y - 15 Tidak Kawin Poli Paru -

437. P - 49 Kawin Poli Paru -


102

438. N - 33 Kawin Poli Paru -

439. S - 28 Kawin - Suami

440. S - 36 Kawin Ruang -


Bugenvil

441. P - 23 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

442. S - 21 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

443. P - 23 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

444. M - 20 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

445. N - 23 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

446. U - 22 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

447. W - 21 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

448. T - 22 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

449. W - 23 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

450. A - 15 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

451. L - 18 Tidak Kawin Mobile Punia -


103

452. L - 18 Tidak Kawin Mobile Punia -

453. I - 18 Tidak Kawin Mobile Pagutan -

454. S - 16 Tidak Kawin RS. HK -

455. A - 16 Tidak Kawin Mobile -


Rembige

456. M - 18 Tidak Kawin - Teman

457. E - 18 Tidak Kawin Poli Khusus -

458. F - 17 Tidak Kawin Ruang -


Bugenvil

459. R - 17 Tidak Kawin Ruang -


Bugenvil

HASIL OUTPUT SPSS


104

Frequencies

KELOMPOKUMUR

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 83 18.1 18.1 18.1

2 286 62.3 62.3 80.4

3 90 19.6 19.6 100.0

Total 459 100.0 100.0

STATUSPERKAWINAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 278 60.6 60.6 60.6

2 181 39.4 39.4 100.0

Total 459 100.0 100.0


105

ALASANDATANG

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 298 64.9 64.9 64.9

2 161 35.1 35.1 100.0

Total 459 100.0 100.0

Crosstabs
106

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kelompok umur *
459 100.0% 0 .0% 459 100.0%
ALASANDATANGTESHIV

kelompok umur * ALASANDATANGTESHIV Crosstabulation

ALASANDATANGTESHIV

1 2 Total

kelompok umur 1 Count 64 19 83

% within kelompok umur 77.1% 22.9% 100.0%

2 Count 182 104 286

% within kelompok umur 63.6% 36.4% 100.0%

3 Count 52 38 90

% within kelompok umur 57.8% 42.2% 100.0%

Total Count 298 161 459

% within kelompok umur 64.9% 35.1% 100.0%


107

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 7.637a 2 .022

Likelihood Ratio 7.971 2 .019

N of Valid Cases 459

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 29,11.

Crosstabs
108

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

STATUSPERKAWINAN *
459 100.0% 0 .0% 459 100.0%
ALASANDATANGTESHIV

STATUSPERKAWINAN * ALASANDATANGTESHIV Crosstabulation

ALASANDATANGTESHIV

1 2 Total

STATUSPERKAWINAN 1 Count 166 112 278

% within
59.7% 40.3% 100.0%
STATUSPERKAWINAN

2 Count 132 49 181

% within
72.9% 27.1% 100.0%
STATUSPERKAWINAN

Total Count 298 161 459

% within
64.9% 35.1% 100.0%
STATUSPERKAWINAN
109

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.408a 1 .004

Continuity Correctionb 7.838 1 .005

Likelihood Ratio 8.557 1 .003

Fisher's Exact Test .004 .002

N of Valid Casesb 459

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 63,49.

b. Computed only for a 2x2 table

Вам также может понравиться

  • Solusio Plasenta (
    Solusio Plasenta (
    Документ7 страниц
    Solusio Plasenta (
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Hiperemesis Gravidarum
    Hiperemesis Gravidarum
    Документ7 страниц
    Hiperemesis Gravidarum
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Perdarahan Pada Kehamilan (
    Perdarahan Pada Kehamilan (
    Документ4 страницы
    Perdarahan Pada Kehamilan (
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Hipertensi Dalam Kehamilan
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Документ19 страниц
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Mola Hidatidosa (
    Mola Hidatidosa (
    Документ6 страниц
    Mola Hidatidosa (
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Ket (
    Ket (
    Документ6 страниц
    Ket (
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Fase-Fase Persalinan Normal (
    Fase-Fase Persalinan Normal (
    Документ9 страниц
    Fase-Fase Persalinan Normal (
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Abortus (
    Abortus (
    Документ8 страниц
    Abortus (
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Kelainan Hasil Kehamilan
    Kelainan Hasil Kehamilan
    Документ52 страницы
    Kelainan Hasil Kehamilan
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Kelainan Hasil Kehamilan
    Kelainan Hasil Kehamilan
    Документ52 страницы
    Kelainan Hasil Kehamilan
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Emboli Air Tuban
    Emboli Air Tuban
    Документ5 страниц
    Emboli Air Tuban
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Kehamilan Lewat Waktu
    Kehamilan Lewat Waktu
    Документ7 страниц
    Kehamilan Lewat Waktu
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Документ8 страниц
    Bab I Pendahuluan
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ44 страницы
    Bab Ii
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Masalah Menyusui (BAYI)
    Masalah Menyusui (BAYI)
    Документ34 страницы
    Masalah Menyusui (BAYI)
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Masalah Menyusui (IBU)
    Masalah Menyusui (IBU)
    Документ31 страница
    Masalah Menyusui (IBU)
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Triani Yuliastanti, M.Kes
    Triani Yuliastanti, M.Kes
    Документ32 страницы
    Triani Yuliastanti, M.Kes
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Документ8 страниц
    Bab I Pendahuluan
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Artikel Perbedaan Peningkatan Berat Badan
    Artikel Perbedaan Peningkatan Berat Badan
    Документ13 страниц
    Artikel Perbedaan Peningkatan Berat Badan
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Pendarahan Post Partum
    Pendarahan Post Partum
    Документ39 страниц
    Pendarahan Post Partum
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Bab I Proposal
    Bab I Proposal
    Документ5 страниц
    Bab I Proposal
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Bab I Proposal
    Bab I Proposal
    Документ5 страниц
    Bab I Proposal
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Bab I Proposal
    Bab I Proposal
    Документ5 страниц
    Bab I Proposal
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Sap Macam2 KB
    Sap Macam2 KB
    Документ8 страниц
    Sap Macam2 KB
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Sap Rokok
    Sap Rokok
    Документ7 страниц
    Sap Rokok
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Denah Lokasi Dan Genogram
    Denah Lokasi Dan Genogram
    Документ2 страницы
    Denah Lokasi Dan Genogram
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Leafleat Balita
    Leafleat Balita
    Документ2 страницы
    Leafleat Balita
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Sap Balita
    Sap Balita
    Документ10 страниц
    Sap Balita
    eka asvisa
    Оценок пока нет
  • Sap Macam2 KB
    Sap Macam2 KB
    Документ8 страниц
    Sap Macam2 KB
    eka asvisa
    Оценок пока нет