Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, karena Penulis dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul Epilepsi Bukan Penyakit Menular ,
suatu permasalahan yang sering dilupakan oleh banyak orang. Padahal dapat
menimbulakan permasalahan yang cukup besar.
Makalah ini di susun berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah
penulis lakukan dengan mencari informasi di berbagai media, salah satunya
internet. Makalah ini di susun untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca
mengenai penyakita epilepsi dan untuk kembali mengingatkan masyarakat untuk
tidak menjauhi penderita epilepsi.Selain itu semoga setelah membaca makalah
ini masyarakat tahu bahwa epilepsi bukan penyakit menular.
Dalam penyelesaian Makalah ini banyak kesulitan yang Penulis temui,
seperti adanya perbedaan pendapat pada setiap sumber yang Penulis temui .
Namun Penulis berusaha untuk menutupi kesulitan dalam pembuatan Makalah
ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak pihak yang telah
membantu menyusun Makalah ini dari awal sampai akhir, kepada guru
pembimbing Ibu Endang Widiastuti ,dan tidak lupa pula kepada teman teman.
Penulis berharap Makalah ini dapat memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia, dan bermanfaat bagi pembaca,dan bagi adik adik kelas.Penulis
berusaha menyusun Makalah ini dengan sebaik mungkin, dan apabila dalam
penyusunan Makalah ini ada kesalahan dan kekurangan, penulis mengharapkan
saran dan kritik nya.
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Voltage-gated
convulsions
Kanal Kalsium CACNA1A, CACNB4 Episodic ataxia tipe
2
Juvenile absence
epilepsy
seizure on
awakening
Ligand-gated
lobe epilepsi
Pada kanal ion yang normal terjadi keseimbangan antara masuknya ion
natrium (natrium influks) dan keluarnya ion kalium (kalium efluks) sehingga
terjadi aktivitas depolarisasi dan repolarisasi yang normal pada sel neuron
(gambar 1A). Jika terjadi mutasi pada kanal Na seperti yang terdapat pada
generalized epilepsy with febrile seizures plus, maka terjadi natrium influks yang
berlebihan sedangkan kalium refluks tetap seperti semula sehingga terjadi
depolarisasi dan repolarisasi yang berlangsung berkali-kali dan cepat atau terjadi
hipereksitasi pada neuron (gambar1B). Hal yang sama terjadi pada benign
familial neonatal convulsion dimana terdapat mutasi kanal kalium sehingga
terjadi efluks kalium yang berlebihan dan menyebabkan hipereksitasi pada sel
neuron (gambar 1C)
Gambar 2. hippokampus2
Pada sklerosis hippocampus terjadi sprouting akson mossy-fiber balik ke
lapisan molekular dalam (karena sel pyramidalis berkurang). Mossy fibers yang
aberant ini menyebabkan sirkuit eksitatori yang rekuren dengan cara membentuk
sinaps pada dendrit sel granula dentatus sekelilingnya. Di samping itu
interneuron eksitatori yang berada di gyrus dentatus berkurang (yang secara
normal mengaktivasi interneuron inhibitori), sehingga terjadi hipereksitabilitas
(gambar 3).
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Epilepsi Umum
a. Major
Grand mal (meliputi 75% kasus epilepsi) meliputi tipe primer dan sekunder
Epilesi grand mal ditandai dengan hilang kesadaran dan bangkitan tonik-tonik.
Manifestasi klinik kedua golongan epilepsi grand mal tersebut sama, perbedaan
terletak pada ada tidaknya aura yaitu gejala pendahulu atau preiktal sebelum
serangan kejang-kejang. Pada epilepsi grand mal simtomatik selalu didahului
aura yang memberi manifestasi sesuai dengan letak focus epileptogen pada
permukaan otak. Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu,
mencium bau-bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu,
sakit kepala dan sebagainya. Bangkitan sendiri dimulai dengan hilang kesadaran
sehingga aktivitas penderita terhenti. Kemudian penderita mengalami kejang
tonik. otot-otot berkontraksi sangat hebat, penderita terjatuh, lengan fleksi dan
tungkai ekstensi. Udara paru-paru terdorong keluar dengan deras sehingga
terdengar jeritan yang dinamakan jeritan epilepsi. Kejang tonik ini kemudian
disusul dengan kejang klonik yang seolah-olah mengguncang-guncang dan
membanting-banting tubuh si sakit ke tanah. Kejang tonik-klonik berlangsung 2
-- 3 menit. Selain kejang-kejang terlihat aktivitas vegetatif seperti berkeringat,
midriasis pupil, refleks cahaya negatif, mulut berbuih dan sianosis. Kejang
berhenti secara berangsur-angsur dan penderita dalam keadaan stupor sampai
koma. Kira-kira 45 menit kemudian penderita bangun, termenung dan kalau
tak diganggu akan tidur beberapa jam. Frekuensi bangkitan dapat setiap jam
sampai setahun sekali.
b. Minor :
Elipesi petit mal yang sering disebut pykno epilepsi ialah epilepsi umum
yang idiopatik. Meliputi kira-kira 3 -- 4% dari kasus epilepsi. Umumnya timbul
pada anak sebelum pubertas (4 -- 5tahun). Bangkitan berupa kehilangan
kesadaran yang berlangsung tak lebih dari 10 detik. Sikap berdiri atau duduk
sering kali masih dapat dipertahankan Kadang-kadang terlihat gerakan alis,
kelopak dan bola mata. Setelah sadar biasanya penderita dapat melanjutkan
aktivitas semula. Bangkitan dapat berlangsung beberapa ratus kali dalam sehari.
Bangkitan petit mal yang tak ditanggulangi 50% akan menjadi grand mal. Petit
mal yang tidak akan timbul lagi pada usia dewasa dapat diramalkan berdasarkan
4 ciri : Timbul pada usia 4 -- 5 tahun dengan taraf kecerdasan yang normal,
harus murni dan hilang kesadaran hanya beberapa detik, mudah ditanggulangi
hanya dengan satu macam obat, Pola EEG khas berupa gelombang runcing dan
lambat dengan frekuensi 3 per detik. Bangkitan mioklonus Bangkitan berupa
gerakan involunter misalnya anggukan kepala, fleksi lengan yang teijadi
berulang-ulang. Bangkitan terjadi demikian cepatnya sehingga sukar diketahui
apakah ada kehilangan kesadaran atau tidak. Bangkitan ini sangat peka terhadap
rangsang sensorik. Bangkitan akinetik. Bangkitan berupa kehilangan kelola
sikap tubuh karena menurunnya tonus otot dengan tiba-tiba dan cepat sehingga
penderita jatuh atau mencari pegangan dan kemudian
dapat berdiri kembali. Ketiga jenis bangkitan ini (petit mal, mioklonus dan
akinetik) dapat terjadi pada seorang penderita dan disebut trias Lennox-Gastaut.
Spasme infantil. Jenis epilepsi ini juga dikenal sebagai salaamspasm atau
sindroma West. Timbul pada bayi 3 -- 6 bulan dan lebih sering pada anak laki-
laki. Penyebab yang pasti belum diketahui, namun selalu dihubungkan dengan
kerusakan otak yang luas seperti proses degeneratif, gangguan akibat trauma,
infeksi dan gangguan pertumbuhan. Bangkitan dapat berupa gerakan kepala
kedepan atau keatas, lengan ekstensi, tungkai tertarik ke atas, kadang-kadang
disertai teriakan atau tangisan, miosis atau midriasis pupil, sianosis dan
berkeringat. Bangkitan motorik. Fokus epileptogen terletak di korteks motorik.
Bangkitan kejang pada salah satu atau sebagian anggota badan tanpa disertai
dengan hilang kesadaran. Penderita seringkali dapat melihat sendiri gerakan otot
yang misalnya dimulai pada ujung jari tangan, kemudian ke otot lengan bawah
dan akhirnya seluruh lengan. Manifestasi klinik ini disebut Jacksonian marche
a. Bangkitan sensorik
I. Bangkitan Parsial
kesadaran
b. Dengan automatisme
b. Dengan automatisme
A. Bangkitan lena
B. Bangkitan mioklonik
C. Bangkitan tonik
D. Bangkitan atonik
E. Bangkitan klonik
F. Bangkitan tonik-klonik
III. Bangkitan epileptik yang tidak tergolongkan
Idiopatik
Idiopatik
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Epilepsi merupakan suatu gangguan kronik yang tidak hanya ditandai oleh
berulangnya kejang, tetapi juga berbagai implikasi medis dan
psikososial.Epilepsi dapat diklasifikasikan menurut 2 cara yaitu pada serangan
dan sindrom epilepsi.
Prinsip pengobatan epilepsi adalah : mengurangi serangan untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita, terapi diberikan sedini mungkin setelah
diagnosa pasti, pilihan OAE sesuai dengan jenis epilepsi, obat diudpayakan
tunggal, dosis minimal yang efektif m (Uf, biaya terjangkau dan terapi harus
berdasarkan evidense based clinical practice.
Pada pasien dengan banyak tipe serangan, pengobatan OAE dapat ditunda
jika ada interval yang panjang diantara serangan-serangan tersebut atau jika tipe
serangan diketahui jinak. Pengobatan dengan OAE dilakukan sampai penderita
bebas serangan selama minimal 2 tahun, lalu dapat dihentikan secara bertahap
dalam waktu dari 6-12 bulan.
Status epileptikus merupakan suatu keadaan darurat, serangan timbul sangat
sering sehingga pasien tidak pernah sadar.
Kejang yang berlangsung lebih dari 20-30 menit dapat menimbulkan
kerusakan otak akibat hipoksia. Keadaan ini ditambah lagi dengan beberapa
keadaan yang kurang menguntungkan misalnya hiperpireksia dan hipotesa yang
akan menimbulkan kerusakan diserebelum. Epilepsi tidak menular dan bisa
disembuhkan, maka jangan menjauhi penderita epilepsi.
B. Saran
Karena bukan penyakit menular dan bisa disembuhkan, menurut dr Hardiono,
penting untuk mengabarkan kepada semua orang untuk tidak mengucilkan
penyandang epilepsi. Penyakit ini bisa diobati dan dikendalikan, supaya
penyandangnya bisa menjalani hidup seperti kebanyakan orang lainnya.
Perlu dihilangkan anggapan-anggapan mistis yang membayangi penyakit
epilepsi. Ada yang memberi label kemasukan roh jahat, kesurupan, diguna-guna,
atau bahkan kutukan. Persepsi salah semacam ini bisa menekan dan membuat
penyandangnya depresi sehingga membahayakan keberhasilan perawatan.
Amat disarankan untuk memberikan perawatan sedini dan setuntas mungkin
bagi balita yang ditengarai menyandang penyakit epilepsi agar bisa diatasi
sesegera mungkin.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Vol 2 EdisiVI,
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta