Вы находитесь на странице: 1из 15

KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN


DAN HUTAN TANAM INDUSTRI (HTI) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI
(DAS) SIAK

INFILLTRATION CAPACITY ON PLANTATION AND INDUSTRIAL


PLANTATION FORREST OF SIAK WATERSHED

Ari Sandhyavitri 1, Manyuk Fauzi2, Muhammad David 3, Arbaini4


1-3
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
5 Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293
4
Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau
Jl. Diponegoro No.22 A, Pekanbaru
Email : ari.sandhyavitri@gmail.com muhammad.david11@gmail.com

10 ABSTRACT
The change in land use may affect the availability of ground due the change of
infiltration in to the soil. One of the significant factors that can increase
infiltration rate is vegetation coverage. The purpose of this study is: (1) to
determine the infiltration rate of 4 type of vegetation land cover and (2) to
15 determine the land cover classification based on the average value of the
infiltration capacity. The research was conducted in 4 different land cover :
immature palm oil plantation, mature palm oil plantation, rubber plantation and
acacia Industrial plantation forest. Infiltration test for each land cover was
processed at 8 points on 4 soil types and the obtained data was processed using
20 Horton infiltration method. Based on analysis resulting using Horton infiltration
method, immature palm oil plantation with 0,54 cm/hour of infiltration capacity is
classified as group B (medium surface flow), oil palm plantation with 0,18
cm/hour of infiltration capacity as group C (between high and medium surface
flow), rubber plantation with 0,92 cm/hour of infiltration capacity as group A
25 (low surface flow), and acacia plantation area with 0,91 cm/hour of infiltration
capacity as group A (low surface flow). Based on the regression result between
the actual infiltration rate and Horton infiltration acquired a very real relation,
so that Horton infiltration method can be used to estimate infiltration rate of four
types of land cover in Siak Watershed.
30
Key words: Change in land use, Horton infiltration method, Infiltration
Capacity.
ABSTRAK
Perubahan tata guna lahan dapat mempengaruhi ketersediaan air tanah akibat dari
35 perubahan nilai infiltrasi yang masuk ke dalam tanah. Salah satu faktor signifikan
yang dapat meningkatkan nilai laju infiltrasi adalah vegetasi tutupan lahan. Tujuan
penelitian: (1) mengetahui nilai infiltrasi pada 4 vegetasi tutupan lahan di DAS
Siak (2) mengetahui klasifikasi tutupan lahan berdasarkan nilai rata-rata kapasitas
infiltrasi. Penelitian ini dilakukan pada lahan perkebunan kelapa sawit belum
40 menghasilkan, perkebunan kelapa sawit menghasilkan, perkebunan karet, dan HTI
akasia. Uji infiltrasi setiap tutupan lahan diambil 32 titik pada 4 jenis tanah dan
data diolah dengan metode Horton. Berdasarkan hasil perhitungan infiltrasi
Horton diperoleh kapasitas infiltrasi terkecil adalah pada tutupan lahan kelapa

1
KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

sawit menghasilkan dengan nilai 0,18 cm/jam dengan potensi aliran permukaan
45 antara tinggi dan sedang, sedangkan nilai kapasitas infiltrasi terbesar adalah pada
tutupan lahan perkebunan karet dengan nilai 0,92 cm/jam dengan potensi aliran
permukaan rendah. Berdasarkan uji regresi antara laju infiltrasi aktual dan laju
infiltrasi Horton diperoleh hubungan yang sangat nyata, sehingga metode infiltrasi
Horton dapat digunakan untuk memperkirakan laju infiltrasi pada keempat
50 tutupan lahan di DAS Siak.

Kata kunci: Perubahan Tata Guna Lahan, Infitrasi Horton, Kapasitas Infiltrasi.

55 PENDAHULUAN 80 terus mengalami peningkatan


Latar Belakang ternyata tidak selalu dianggap
Perubahan tata guna lahan sebagai sebuah hasil yang
dapat mempengaruhi ketersediaan air mengembirakan. Salah satu hal yang
tanah akibat perubahan nilai laju perlu menjadi perhatian adalah
60 infiltrasi yang masuk kedalam tanah. 85 pengaruh terhadap lingungan
Perubahan tata guna lahan dari terutama yang terkait dengan
semak belukar dan hutan menjadi terganggunya tata air. Perkebunan
perkebunan sawit di Provinsi Riau kelapa sawit, karet, dan HTI akasia
naik hampir 500% dari 556 ribu yang sifatnya monokultur dinilai
65 hektar menjadi 2,37 juta hektar 90 banyak sebagai penyebab
dalam periode 17 tahun dari tahun berkurangnya ketersediaan air tanah
1996 sampai tahun 2012 dan dapat menurunkan muka air
(Sandhyavitri dkk, 2014). Sedangkan tanah (Sandhyavitri dkk, 2014).
komposisi tutupan lahan DAS Siak Tabel 1. Tutupan Lahan DAS Siak
70 Provinsi Riau persentase tutupan
kelapa sawit 41,22%, pertanian
30,80%, untuk hutan turun menjadi
1,06% pada tahun 2013. Komposisi
tutupan lahan DAS Siak Provinsi
75 Riau pada tahun 2003 dan 2013
sebagai berikut.
Perkembangan perkebunan di 95
Sumber : Hasil Penafsiran Citra Landsat
wilayah DAS Siak seperti kelapa
Tahun 2003 dan 2013
sawit, karet dan HTI akasia yang

5 2
KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

Hasil penelitian Widodo TINJAUAN PUSTAKA


(2011), menemukan bahwa Konsep Hidrologi
100 perkembangan luas areal perkebunan Secara keseluruhan jumlah air
kelapa sawit berdampak nyata di planet bumi ini relatif tetap dari
terhadap lingkungan, diantaranya masa ke masa. Air di bumi
adalah semakin berkurangnya mengalami suatu siklus melalui
ketersediaan air. Fluktuasi debit DAS 150 serangkaian persitiwa yang
105 Siak semakin meningkat dari tahun berlangsung terus-menerus yang
2000 sampai dengan 2005, akibat disebut siklus hidrologi. Presipitasi
langsung dari tingginya fluktuasi yang jatuh ke bumi menyebar ke
selisih debit air sungai Siak berbagai arah dan dengan berapa
maksimum dengan minimum adalah 155 cara. Sebagian air hujan atau lelehan
110 dalam bentuk terjadinya banjir dan salju akan mengalir ke saluran atau
kekeringan dengan pola yang lebih sungai. Hal ini disebut
sering tiap tahunnya (Balai Wilayah aliran/limpasan permukaan. Jika
Sungai Sumatera III, Tahun 2011). permukaan tanah berporos, maka
160 sebagian air meresap ke tanah
Hal ini menunjukkan adanya
melalui peristiwa yang disebut
115 indikasi mulai terganggunya
infiltrasi. Sebagian lagi akan kembali
parameter kinerja DAS Siak, lebih
ke atmosfir melalui penguapan dan
spesifiknya perubahan angka
Koefisien Rezim Aliran (KRA) transpirasi oleh tanaman yang

sebagai dampak perubahan tutupan 165 disebut evapotranspirasi (Suripin,


2004)
120 lahan dari 5,8 sampai 7,2
Daerah Aliran Sungai (DAS)
(Sandhyavitri dkk, 2014).
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Tujuan
adalah daerah yang dibatasi oleh
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui nilai infiltrasi pada 170 punggung-punggung pegunungan
dimana air hujan yang jatuh didaerah
125 4 vegetasi tutupan lahan di DAS Siak
tersebut akan mengalir menuju
dan mengetahui klasifikasi tutupan
sungai utama pada suatu titik/ stasiun
lahan berdasarkan nilai rata-rata
yang ditinjau (Triatmodjo, 2009).
kapasitas infiltrasi.

3
10 KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

175 Asdak (1995) menyebutkan terhadap laju infiltrasi. Makin tinggi


bahwa daerah aliran sungai biasanya kadar air dalam tanah laju infiltrasi
dibagi menjadi daerah hulu, tengah, 210 dalam tanah tersebut semakin kecil.
dan daerah hilir. Daerah hulu Rumus yang digunakan untuk
dicirikan sebagai daerah konservasi, menghitung persentase kadar air
180 mempunyai serapan drainase yang adalah:
lebih tinggi, merupakan daerah
100 %
dengan kemiringan lereng lebih besar
(lebih besar dari 15%), bukan 215 Keterangan :
merupakan daerah banjir, pengaturan KA = Kadar air (%)
185 pemakaian air ditentukan oleh pola BB = Berat tanah basah (gr)
drainase. Sementara daerah hilir BK = Berat tanah kering (gr)
DAS merupakan daerah Infiltrasi
pemanfaatan, kerapatan drainase 220 Infiltrasi adalah aliran air
lebih kecil, merupakan daerah secara vertikal ke dalam tanah
190 dengan kemiringan kecil sampai melalui permukaan tanah. Air hujan
sangat kecil (kurang dari 8%), pada yang jatuh ke tanah sebagian akan
beberapa tempat merupakan daerah menjadi limpasan dan sebagian lagi
banjir (genangan air). 225 akan terinfiltrasi, air yang terinfiltrasi
Air Tanah mengalir secara lateral menjadi aliran
195 Air tanah terdapat pada lapisan antara (interflow) dan mengalir
jenuh air (aquifer), jumlah air tanah secara vertikal akan mencapai
yang terkandung dalam aquifer lapisan jenuh air (aquifer) menjadi
sangat tergantung dari formasi 230 aliran air tanah (baseflow).
geologi, porositas, dan pengisian Laju infiltrasi berkaitan dengan
200 kembali (recharge) dari pekolasi. banyaknya air per satuan waktu yang
Jumlah recharge dipengaruhi oleh: masuk melalui permukaan tanah.
a. Hujan Kapasitas infiltrasi dan laju infiltrasi
b. Sifat tutupan lahan ( tumbuhan)
235 dinyatakan dalam mm/jam atau
Kadar Air
cm/jam.
205 Sri Harto (1993) mengatakan
kelembaban tanah yang selalu
berubah setiap saat juga berpengaruh

4
KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

lapangan menggunakan alat


infiltrometer.
Infiltrometer merupakan suatu
265 tabung baja silindris pendek,
berdiameter besar (atau suatau batas
kedap air lainnya) yang mengitari
suatu daerah dalam tanah (Seyhan,
Gambar 1. Hubungan antara infiltrasi 1990). Ring infiltrometer utamanya
dengan aliran permukaan dan curah 270 digunakan untuk menetapkan
240 hujan infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi,
dan kapasitas infiltrasi.
Hubungan antara laju infiltrasi, aliran
Ukuran double ring
permukaan dan curah hujan. Pada
infiltrometer adalah ring
saat curah hujan di perkirakan
275 pegukur/ring dalam umunya
konstan, Infiltrasi yang terbesar
berdiameter 10-20 cm, sedangkan
245 terjadi di awal terjadinya hujan (fo),
ring bagian luar (ring
aliran permukaan baru terjadi setelah
penyangga/buffer ring) berdiameter
beberapa saat hujan berlangsung,
50 cm (Balai Besar Litbang
yaitu ketika laju hujan menjadi lebih
280 Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006).
tinggi dari laju infiltrasi. Laju aliran
Pada dasarnya tidak ada
250 permukaan pada akhirnya akan
perbedaan antara single ring
mencapai nilai maksimum yang
infiltrometer dan double, pengukuran
konstan, sementara itu nilai laju
dengan single ring infiltrometer
infiltrasi juga konstan seiring
285 dapat menggunakan lingkaran tengah
perubahan waktu.
double ring infitrometer. Hanya saja
255 Pengukuran Infiltrasi
yang membedakan kedua alat
Pengukuran infiltrasi ini
tersebut adalah pendekatanya dimana
dimaksudkan untuk memperoleh
untuk double ring infiltrometer, ring
gambaran tentang besaran dan laju
290 bagian luar bertujuan untuk
infiltrasi serta variasi sebagai fungsi
mengurangi pengaruh batas dari
260 waktu. Cara pengukuran yang dapat
tanah agar air tidak dapat menyebar
dilakukan adalah dengan pengukuran

5
15
KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

secara lateral dibawah permukaan Infiltrasi membagi curah hujan


tanah. 315 menjadi dua yaitu menyerap kedalam
285 Double ring infiltrometer tanah dan sisanya menjadi limpasan
terdiri dari dua ring yang memiliki atau terjadi penguapan. Perubahan di
fungsi berbeda, ring dalam befungsi permukaan tanah dapat
sebagai ring pengukur, dan ring luar mempengaruhi infiltrasi. Ketika
berfungsi sebagai ring penyangga. 320 intensitas curah hujan kurang dari
290 Selain itu ring bagian luar juga kapasitas infiltrasi, semua air
berfungsi untuk mengurangi mencapai tanah dapat menyerap.
pengaruh batas dari tanah agar air Tetapi jika intensitas hujan melebihi
tidak dapat menyebar secara lateral kapasitas infiltrasi, infiltrasi akan
dibawah permukaan tanah. 325 terjadi hanya pada tingkat kapasitas
295 Berdasarkan hasil pengukuran infiltrasi, dan air yang melebihi
di lapangan, laju infiltrasi dapat kapsitas infiltrasi akan menjadi
dihitung berdasarkan rumus : limpasan permukaan, atau menguap.
Secara umum, kapasitas infiltrasi
330 awal pada tanah yang kering tinggi
Keterangan : (Horton, 1940).
300 f : Laju infiltrasi (cm/jam) Model Horton dapat
H : Tinggi penurunan air dinyatakan secara matematis
dalam selang waktu mengikuti persamaan berikut :
tertentu (cm)
335
t : Waktu yang dibutuhkan
305 oleh air pada H untuk f = tingkat infiltrasi (cm/hari),
masuk ke tanah (menit) fc = tingkat infiltrasi setelah
Metode Horton konstan
Model Horton adalah salah 340 fo = kapasitas infiltrasi aktual
satu model infiltrasi yang terkenal awal
310 dalam hidrologi. Kapasitas infiltrasi k = -1/(m log 2,718)
berkurang seiring dengan e = 2,718
bertambahnya waktu hingga Klasifikasi Kapasitas Infiltrasi
mendekati nilai yang konstan. 345 Nilai laju infiltrasi yang

6
KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

diperoleh pengujian akan 370 besarnya jumlah dan kecepatan


diklasifikasikan kedalam Hydrologic limpasan permukaan dapat dicegah
Soil Group. Hasil klasifikasi ini bisa ataupun diminimalisir.
dijadikan input dalam program Tanaman yaang rendah seperti
350 SWAT (Soil and Water Assessment rumput atau semak belukar juga
Tool). 375 berfungsi untuk mencegah limpasan
Tabel 2. Hydrologic Soil Group air menghancurkan partikel tanah
menjadi partikel yang lebih kecil.
Penelitian yang dilakukan
hanya menganalisis laju infiltrasi
380 pada 4 vegetasi tutupan lahan yaitu
perkebunan kelapa sawit (tanaman
Sumber: Soil and Water Assessment Tools menghasilkan dan tanaman belum
355 Input / Output File Documentation
menghasilkan), pekebunan karet,dan
Beradasarkan SNI-03-2415- HTI (Hutan Tanam Industri).
1991 tentang Metode Pengukuran 385 Tanaman Kelapa Sawit
Banjir, tingkat infiltrasi di a. Tanaman kelapa sawit terbagi
klasifikasikan sebagai berikut. dua berdasarkan umur tanaman.
b. Tanaman Belum Menghasilkan
360 Tabel 3. Tabel klasifikasi tingkat (TBM)
infiltrasi 390 c. Tanaman Menghasilkan (TM)
Tanaman Karet

Tanaman karet memiliki nama


latin Hevea brasiliensis yang berasal
dari negara Brazil. Tanaman ini
395 merupakan sumber utama bahan
Tanaman atau Tumbuhan
karet alam dunia. Tanaman karet
Tanaman yang tumbuh dalam
merupakan pohon yang tumbuh
365 suatu kawasan hutan yang tidak
tinggi dan berbatang cukup besar.
terganggu sangat berperan dalam
Tinggi pohon dewasa mencapai 15-
mengurangi dan menghambat laju
400 25 meter.
limpasan permukaan, sehingga
Hasil penelitian Adhy (2004),
dampak negatif yang timbul akibat

20 7
KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

Laju infiltrasi pada kebun karet ditanam melebihi batas produktivitas


dengan jenis tanah lempung adalah alami, dengan kecepatan tumbuh dan
0,37 cm/menit. toleransi tinggi terhadap lahan
405 Hutan Tanam Industri Akasia terdegradasi. Kayu yang dihasilkan
Hutan Tanaman Industri (HTI) 415 dari perkebunan ini digunakan secara
adalah perkebunan kayu monokultur luas sebagai bahan bakar dan
skala besar yang ditanam dan konstruksi serta produksi kertas dan
dipanen untuk produksi bubur kertas. kain.
410 Salah satunya adalah akasia yang
METODOLOGI PENELITIAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Batas wilayah DAS Siak Provinsi Riau diperlihatkan pada Gambar 4
berikut ini.

425 Sumber: Citra Landsat 2013


Gambar 2. Wilayah DAS Siak Provinsi Riau
Secara geografis DAS Siak perkebunan kelapa sawit (tanaman
berada pada posisi antara 100O28 menghasilkan dan tanaman belum
BT 102O12 BT dan 0O20 LU menghasilkan), pekebunan karet, dan
430 1O16 LU. Penelitian dilakukan pada 435 HTI (Hutan Tanam Industri) akasia
4 vegetasi tutupan lahan yaitu terlihat pada (Ga mbar5).

8
25 KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

Gambar 3. Peta tutupan lahan DAS Siak


Pada peta tutpan lahan DAS
440 Siak, vegetasi tanaman yang
mendominasi adalah tutpan lahan
kelapa sawit, dengan persentase
41,22% dari seluruh luas wilayah
DAS Siak Provinsi Riau, sementara
445 itu luasan Hutan Tanam Industri
memiliki persentase 12,56%.
Titik lokasi penelitian
dilakukan pada DAS (Daerah Aliran
Sungai) Siak, Provinsi terdiri dari 32
450 titik, Masing masing tutupan lahan
terdapat 4 titik observasi dapat
dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 4. Lokasi Penelitian

9
KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

bagian dalam konstan. Laju infiltrasi


480 dapat dihitung berdasarkan rumus :

Keterangan :
f : Laju infiltrasi (cm/jam)
H : Tinggi penurunan air dalam
485 selang waktu tertentu (cm)
455 t : Waktu yang dibutuhkan oleh
Pengumpulan Data air pada H untuk masuk ke
Pengumpulan data didapatkan tanah (menit)
dengan cara pengujian di lapangan Selanjutnya dilakukan plotting
dan laboratorium. 490 antara waktu (h) sebagai sumbu x
460 Pengukuran Infiltrasi dengan laju infiltrasi aktual
Uji infiltrasi dilakukan di 32 (mm/jam) sebagai sumbu y, sehingga
titik, setiap tutupan lahan diambil 2 diperoleh grafik hubungan laju
titik pada 4 jenis tanah berdasarkan infiltrasi aktual terhadap waktu.
FAO atau UNESCO. 495 Setelah laju infiltrasi aktual
465 Adapun pengukuran laju diketahui, langkah berikutnya
infiltrasi, pertama ring infiltrometer menghitung laju infiltrasi Horton.
dimasukkan kedalam tanah dengan
kedalaman sekitar 5cm. Kemudian f = tingkat infiltrasi (cm/hari),
mistar dipasang pada ring dalam 500 fc = tingkat infiltrasi setelah
470 untuk mengukur besar penurunan air konstan
yang terjadi. Ring bagian luar fo = kapasitas infiltrasi aktual
kemudian diisi air hingga ketinggian awal
tertentu untuk mengurangi pengaruh k = -1/(m log 2,718)
aliran lateral yang terjadi selama 505 e = 2,718
475 pengukuran infiltrasi.
Pencatatan penurunan muka
air, dilakukan setiap 15 menit,
sampai penurunan air pada ring

10
30
KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

1. HASIL DAN PEMBAHASAN 540 Perbandingan Laju Infiltrasi Aktual


Kadar Air Tanah dengan Laju Infiltrasi Horton
Hasil pengujian kadar air tanah
515 pada 4 vegetasi tutupan lahan yaitu
tanaman sawit belum menghasilkan,
tanaman sawit menghasilkan,
tanaman karet, tanaman Hutan
Tanam Industri (HTI) akasia dapat
520 menunjukkan hasil pengujian kadar
air pada tiap jenis tanah, rentang
kadar air tanah pada pengujian
infiltrasi adalah 20% - 30%. Harto
(1993) mengatakan kelembaban
525 tanah yang selalu berubah setiap saat
juga berpengaruh terhadap laju
infiltrasi. Makin tinggi kadar air
dalam tanah laju infiltrasi dalam
tanah tersebut semakin kecil. Dengan
530 demikian, dapat dimengerti bahwa
jika dalam satu jenis tanah terjadi
infiltrasi, infiltrasinya semakin lama
semakin kecil.
Hasil Analisis Laju dan Kapasitas
535 Infiltrasi
Hasil analisis kapasitas
infiltrasi pada 4 vegetasi tutupan
menggunakan metode Horton
sebagai berikut.

545
Gambar 4. Perbandingan Laju
Infiltrasi Aktual dengan Laju
Infiltrasi Horton

11
KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

Gambar 4. menunjukkan nilai kapasitas infiltrasi 0,54 cm/jam.


550 regresi pada lahan sawit belum Sedangkan pada tutupan lahan
menghasilkan (TBM) diperoleh R2 = kelapa sawit yang sudah
0,968, lahan sawit menghasilkan menghasilkan dengan umur + 10
(TM) R2 = 0,926, Lahan karet R2 = 575 tahun, laju infiltrasi pada 15 menit
0,913, dan lahan hutan tanam pertama jauh lebih lambat yaitu
555 industri (HTI) R2 = 0,961. sebesar infiltrasinya lebih lambat 2,7
Seluruhnya menunjukkan adanya cm/jam dengan kapasitas infiltrasi
hubungan yang sangat nyata antara adalah 0,18 cm/jam.
laju infiltrasi aktual/observasi dengan 580 Laju infiltrasi untuk tutupan
laju infiltrasi Horton dan memiliki lahan karet dan tanaman HTI akasia
560 kecendrungan yang positif menunjukan laju infiltrasi yang tidak
(Budianto, et al). jauh berbeda, laju infiltrasi karet
Dari hasil analisis kapasitas pada interval 15 menit pertama lebih
infiltrasi tiap titik pada 4 vegetasi 585 besar, yaitu 13,8 cm/jam, sedangkan
tutupan lahan, kemudian diambil laju infiltrasi tanaman HTI aksia
565 nilai rata-rata dari kapasitas infiltrasi yaitu 13,7 cm/jam. Kapasitas
untuk tiap tutupan lahan. Tutupan infiltrasi lahan karet adalah 0,92
lahan kelapa sawit belum cm/jam, sedangkan kapasitas
menghasilkan (TBM) pada 1 5 590 infiltrasi pada tanaman HTI akasia
menit pertama memiliki laju adalah 0,91cm/jam.
570 infiltrasi sebesar 8 cm/jam dengan

Gambar 6. Kurva Laju Infiltrasi Rata-Rata dan Diagram Kapasitas Infiltrasi


Tutupan Lahan di DAS Siak

35 12
KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

595 Kapasitas infiltrasi di lahan konstan 5,4 mm/jam.


b. Tutupan lahan kelapa sawit
tanaman kelapa sawit TBM dan
menghasilkan dikelompokkan
TM, karet dan HTI akasia
630 ke dalam kelompok C dengan
diperoleh hasil pengukuran nilai
nilai konstan 1,8 mm/jam.
rata-rata kapasitas infiltrasi yang
c. Tutupan lahan perkebunan karet
600 berbeda, dimana pada lahan
dikelompokkan ke dalam
kelapa sawit menghasilkan
kelompok A dengan nilai
(TM) lebih kecil dari pada 3
635 konstan 9,2 mm/jam.
tutupan lahan lainnya yaitu 0,18 d. Tutupan lahan Hutan Tanam
cm/jam, lahan kelapa sawit Industri akasia dikelompokkan
605 belum menghasilkan yaitu 0,54 ke dalam kelompok A dengan
cm/jam, lahan karet yaitu 0,92 nilai konstan 9,1 mm/jam.
cm/jam dan HTI akasia yaitu 0,91 640 b. Klasifikasi Berdasarkan SNI-
cm/jam. 03-2415-1991
Klasifikasi Kapasitas Infiltrasi Beradasarkan SNI - 03 - 2415 -
610 Nilai Kapasitas infiltrasi yang 1991 tentang Metode Pengukuran
diperoleh pada pengujian akan Banjir, tingkat infiltrasi pada 4
diklasifikasikan berdasarkan : 645 tutupan lahan tersebut di
a. Klasifikasi Hydrologic Soil klasifikasikan sebagai berikut.
Group a. Tutupan lahan kelapa sawit
615 Pengklasifikasian empat belum menghasilkan (TBM)
tutupan lahan adalah berdasarkan dikelompokkan ke dalam
kriteria final constant infiltration 650 kelompok B, yaitu memiliki
yang dikelompokkan menjadi tipe A, potensi aliran permukaan
B, C, dan D dengan range nilai yang sedang.
b. Tutupan lahan kelapa sawit
620 telah ditentukan.
menghasilkan dikelompokkan
Berdasarkan pengelompokan
655 ke dalam kelompok C, yaitu
tersebut maka diperoleh :
memiliki potensi aliran
a. Tutupan lahan k elapa sawit
permukaan antara tinggi dan
belum menghasilkan (TBM)
sedang.
625 dikelompokkan ke dalam
c. Tutupan lahan perkebunan
kelompok B dengan nilai
660 Karet dikelompokkan ke dalam

13
40 KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

kelompok A yaitu memiliki menghasilkan (TM) diperoleh


potensi aliran permukaan 695 nilai rata-rata kapasitas infiltrasi
rendah. 0,18 cm/jam, (kelompok C),
d. Tutupan lahan Hutan Tanam
yaitu memiliki potensi aliran
665 Industri (HTI) akasia
permukaan antara tinggi dan
dikelompokkan ke dalam
sedang.
kelompok A yaitu memiliki 700 c. Kapasitas infiltrasi dari lahan
potensi aliran permukaan tanaman karet diperoleh nilai
rendah. rata-rata kapasitas infiltrasi 0,92
670 KESIMPULAN DAN cm/jam, (kelompok A) yaitu
REKOMENDASI memiliki potensi aliran
Kesimpulan 705 permukaan rendah.
d. Kapasitas infiltrasi dari lahan
Berdasarkan hasil analisis dan
tanaman Hutan Tanam Industri
pembahasan hasil penelitian yang
(HTI) Akasia diperoleh nilai
675 berjudul kapasitas infiltrasi pada
rata-rata kapasitas infiltrasi 0,91
tutupan lahan
710 cm/jam, (kelompok A) yaitu
perkebunan dan Hutan Tanam
memiliki potensi aliran
Industri (HTI) di Daerah Aliran
permukaan rendah.
Sungai (DAS) siak, dapat
e. Berdasarkan hasil uji regresi
680 disimpulkan sebagai berikut.
antara laju infiltrasi
Klasifikasi kapasitas infiltrasi
715 aktual/observasi dan laju
berdasarkan Hydrologic Soil Group
infiltrasi Horton diperoleh
dan SNI-03-2415-1991 tentang
hubungan yang sangat nyata,
Metode Pengukuran Banjir.
sehingga perhitungan infiltrasi
685 a. Kapasitas infiltrasi dari lahan
dengan metode Horton dapat
tanaman kelapa sawit belum
720 digunakan untuk memperkirakan
menghasilkan (TBM) diperoleh
laju infiltrasi pada 4 tutupan
nilai rata-rata kapasitas infiltrasi
lahan tersebut.
0,54 cm/jam, (kelompok B) yaitu
Rekomendasi
690 memiliki potensi aliran
Adapun rekomendasi yang
permukaan sedang.
725 dapat diberikan berdasarkan hasil
b. Kapasitas infiltrasi dari lahan
tanaman kelapa sawit

14
KAPASITAS INFILTRASI PADA TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DAN HTI

analisis pada penelitian ini antara


lain sebagai berikut :
1. Untuk penelitian selanjutnya agar
memperhatikan umur tegakan
730 tumbuhan agar hasil penelitian
lebih akurat.
2. Untuk penelitian selanjutnya agar
menggunakan alat uji infiltrasi
selain double ring infiltrometer
735 agar hasilnya dapat dibandingkan.
3. Pembukaan lahan untuk
perkebunan sawit dibatasi.

DAFTAR PUSTAKA
740 Jurnal

15
45

Вам также может понравиться