Вы находитесь на странице: 1из 21

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Reproduksi Wanita


2.1.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan
organ genitalia interna. Organ genitalia eksterna adalah bagian untuk
sanggama, sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi,
tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh
kembang janin.
Gambar 2.1. Anatomi Genitalia Eksterna Wanita

Dikutip dari: Netter, f.h., 2010. Atlas of Human Anatomy fifth edition. USA;
Saunders Elsevier.

Universitas Sumatera Utara


6

Organ Genitalia Eksterna


Vulva atau pudenda
Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari
pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia
minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra,
berbagai kelenjar dan struktur vascular.
Mons veneris (mons pubis)
Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas
simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan.
Pada perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas
simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.
Labia mayora
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri,
lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan
yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora
bertemu dan membentuk kommisura posterior.Labia mayora analog dengan
skrotum pada pria.
Labia minora (nymphae)
Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah
dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris
membentuk preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk
frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan
membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi labia minora mengandung
banyak glandula sebasea dan juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir
kecil sangat sensistif.
Klitoris
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium
klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang

Universitas Sumatera Utara


7

menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan


yang dapat mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif.
Vestibulum
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke
belakang dan dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir
kecil dan di belakang oleh perineum (fourchette).
Introitus Vagina
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.
Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara.
Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.
Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan
diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan
otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini.
Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di
daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma
urogenitalis meliputi muskulus transverses perinea profunda, otot
konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang menutupinya.

Universitas Sumatera Utara


8

Gambar 2.2. Anatomi Uterus

Dikutip dari: Paulsen, F. & Waschke, J. 2010. Sobotta. Munchen: Elsevier.

Organ Genitalia Interna


Vagina (Liang Sanggama)
Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus.
Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-
masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina
sebelah dalam yang berlipat-lipat dinamakan rugae. Di tengah-tengahnya ada
bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Lipatan ini memungkinkan
vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian
lunak jalan-lahir. Di vagina tidak didapatkan kelenjar bersekresi.
Vagina dapat darah dari (1) arteri uterine, yang melalui cabangnya ke
serviks dan vagina memberikan darah ke vagina bagian tengah 1/3 atas; (2)
arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya memberikan darah ke
vagina bagian 1/3 tengah; (3) arteria hemoroidalis mediana dan arteria
pedundus interna yang memberikan darah ke bagian 1/3 bawah.

Universitas Sumatera Utara


9

Uterus
Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan
belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya
terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar
diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam
keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk
sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut
dengan serviks uteri). Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri dan
(3) serviks uteri.
Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang
terdapat di dinding uterus (2) pars ismikia, merupakan bagian medial tuba
yang sempit seluruhnya; (3) pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk
sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi; dan (4) infundibulum,
yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunya
fimbria
Ovarium (indung telur)
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri.
Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri
dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan
ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm
(Prawirohardjo, 2010).

2.2. Keputihan (Fluor Albus)


2.2.1. Definisi Keputihan
Leukorea (Keputihan) adalah semua pengeluaran cairan dari genitalia yang
bukan darah. Keputihan merupakan keluhan yang paling banyak dikemukakan oleh
wanita yang memeriksakan diri ke puskesmas, poliklinik, rumah sakit, maupun

Universitas Sumatera Utara


10

kepada dokter swasta. Leukorea bukanlah penyakit tersendiri tetapi manifestasi klinis
(Manuaba,2003).

2.2.2. Etiologi dan Klasifikasi


Keputihan terbagi dua macam yaitu :
Fisiologis (normal)
- Menjelang atau sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke
10-16 menstruasi
- Melalui rangsangan seksual
- Pada saat hamil
- Bayi baru lahir kira-kira 10 hari, hal ini karena pengaruh hormon esterogen
dan progesteron sang ibu.
Patologis (abnormal)
- Karena infeksi genitalia
- Benda asing, khususnya pada anak-anak
- Peserta KB IUCD
- Tumor Jinak
- Manifestasi klinis keganasan (Manuaba, 2009).
Keputihan itu sendiri bisa mengandung tissue fluid, debris sel, karbohidrat,
laktobasilus dan asam laktat.
Sumber keputihan dilihat dari anatomi organ reproduksi adalah:
- Vulva : Kelenjar vestibulum dan kelenjar kulit vulva
- Vagina :Umumnya deskuamasi sel epitel yang mengandung glikogen lalu
laktobasilus memetabolisme glikogen tersebut menjadi asam laktat.
- Serviks: Mukosa yang alkali disekresikan secara berlebihan dan encer selama
ovulasi (Hart dan Norman, 2000).

Universitas Sumatera Utara


11

2.2.3. Patogenesis
Derajat pH yang baik untuk menghambat bertumbuhnya mikroorganisme yaitu
4,5. Keputihan diakibatkan oleh perubahan pH disekitar alat genital yang awalnya
bersifat asam menjadi lebih basa. PH asam pada genital wanita berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan alat genital terhadap patogen-patogen didaerah tersebut, pH
yang berubah menjadi basa tidak hanya menyebabkan patogen bisa menginvasi
daerah genital tetapi juga flora-flora normal yang ada pada daerah genital menjadi
bersifat patogen. Adanya keadaan ini menyebabkan vagina mengeluarkan sekret yang
tergantung kepada penyebab ataupun mikroorganisme yang menyebabkan keputihan
(Sibagariang, 2010).

2.2.4. Tampilan Klinis (Clinical Features)


Volume : Kebutuhan memakai tampon yang berkelanjutan memperlihatkan
pengeluaran keputihan yang berlebihan.
Onset : Onset yang tiba-tiba artinya infeksi. Onset bisa juga berhubungan
dengan akhir kehamilan, pil kontrasepsi, efek antibiotik atau akibat perilaku seksual.
Warna : Warna keputihan normal itu putih bening. Keputihan yang berwarna
kuning kehijauan mengindikasikan infeksi bakteri pyogenik, umumnya disertai
dengan bau yang tidak sedap. Merah atau coklat gelap mengindikasikan darah.
Iritasi : Beberapa keputihan bisa mengelupas vulva tapi hanya kandida dan
trikomonas yang menyebabkan gatal (Hart dan Norman, 2000).

Universitas Sumatera Utara


12

Tabel 2.1. Karakteristik Keputihan

Dikutip dari: Swarts, M.H., 2007. Textbook of Physical Diagnosis:History and


Examination. Amsterdam: Elsevier.

2.2.5. Manifestasi Klinis


Gejala klinis jika menderita keputihan patologis adalah sebagai berikut :
- Gatal
- Keputihan bergumpal
- Dispareunia
- Keputihan berbau dan berbuih
- Campur darah
- Kontak berdarah (Manuaba,2009).

2.2.6. Pemeriksaan Penunjang


Keputihan bukan penyakit tetapi gejala penyakit, sehingga sebab yang pasti
perlu ditetapkan. Oleh karena itu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar
tersebut. Pasien seharusnya diyakinkan bahwa ada keputihan normal dan terapi tidak
diperlukan.

Universitas Sumatera Utara


13

Hampir 20% dari semua pasien yang datang berobat ke klinik ginekologi
mengeluh keputihan indikasinya adalah infeksi. Agen infeksinya dibagi dalam 3
grup:
1. Pada 90% kasus infalamasi biasanya ringan dan disebabkan oleh
a. Candida albicans
b. Gardnerella vaginalis
c. Trichomonas vaginalis
2. Sisanya 10% lagi lebih serius. Mereka bisa menyebabkan nyeri yang sakit, lesi
yang seperti tumor, penyebaran ke pelvis atau bisa menyebabkan infeksi menyeluruh.
3. Chalmydia trachomatis adalah penyebab terbanyak morbiditas ginekologi (Hart
dan Norman, 2000).

Keputihan dapat juga menjadi penuntun diagnostik terhadap kemungkinan


keganasan yang dapat berasal dari :
- Karsinoma tuba fallopi
- Karsinoma endometrium
- Karsinoma serviks uteri
- Karsinoma genitalia bagian bawah
Keputihan sebagai gejala penyakit dapat ditentukan melalui berbagai pertanyaan
yang mencakup kapan dimulai, berapa jumlahnya, apa gejala penyertanya (gumpalan
atau encer, ada luka di sekitar alat kelamin, pernah disertai darah, ada bau busuk,
menggunakan AKDR), adakah demam, rasa nyeri di daerah kemaluan. Dan untuk
memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan yang mencakup pemeriksaan fisik
umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium rutin, dan pemeriksaan terhadap
leukorea.
Pemeriksaan terhadap keputihan mencakup pewarnaan Gram (untuk infeksi
bakteri), preparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur),

Universitas Sumatera Utara


14

kultur/pembiakan (menentukan jenis bakteri penyebab), dan pap smear ( untuk


menentukan adanya sel ganas).
Pada wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya
pengeluaran cairan keputihan sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan khusus atau
rutin sehingga dapat menetapkan secara dini penyebab keputihan (Manuaba,2009).

2.2.7. Manajemen untuk wanita < 25 tahun


Tabel 2.2. Manajemen Keputihan

Dikutip dari: Public Health England, 2013. Management and laboratory diagnosis of
Abnormal Vaginal Discharge Quick Reference Guide for Primary Care [diakses
tanggal 30 Mei 2015].

Tatalaksana Keputihan :
Trichomonas : Metronidazole 400-500 mg oral, 2/ hari selama 5-7 hari.
atau
Metronidazole 2 gr oral, dosis tunggal
B.vaginosis : Intravaginal metronidazol gel, 1/hari selama 5 hari
atau
Intravaginal clindamycin cream (2%), 1/hari selama 7hr
atau

Universitas Sumatera Utara


15

Clindamycin 300 mg oral , 2/ hari selama 7 hari


V.candidiasis : Fluconazole 150 mg oral, single dose
Itraconazole 200 mg oral, 2/ hari untuk 1 hari
Clotrimazole vaginal tablet 500 mg sekali atau 200 mg 1/hari
selama 3 hari (Sherrard, Donders dan White, 2011).
Pencegahan
Berbagai pencegahan yang dilakukan akan berguna untuk mengurangi insidensi
keputihan, dimana keputihan merupakan penyakit yang hampir pernah dialami oleh
setiap wanita. Pencegahan/edukasi yang dapat diberikan yaitu:
1. Menyeka daerah kelamin dari depan ke belakang
2. Mencuci daerah kelamin dengan air hangat
3. Menghindari sabun atau produk kesehatan feminim
4. Menghindari krim steroid (kecuali diresepkan)
5. Memakai celana dalam katun
6. Menghindari pemakaian celana ketat
7. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar
vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel halus
yang mudah terselip disana-sini dan akhirnya mengandung jamur dan
bakteri untuk bersarang ditempat itu.
8. Jaga kesterilan alat vital. Penggunaan tisu basah atau produk pantyliner
harus betul-betul steril.
9. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian (Koronek dan Muhammad
dalam Putriani, 2012).

2.3. Masa Remaja (Masa Adolesensi)


Masa Remaja (Masa Adolesensi) adalah suatu fase perkembangan yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari
masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial. Jika dipandang dari aspek psikologis dan sosialnya,

Universitas Sumatera Utara


16

masa remaja adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas.
Pubertas itu sendiri ditekankan kepada proses biologis yang pada akhirnya mengarah
kepada kemampuan bereproduksi (IDAI, 2005).
Buku-buku Pediatri pada umumnya mendefiniskan remaja apabila telah
mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-
laki. WHO mendefiniskan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun.
Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja
adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah (IDAI,
2005).
Masa Remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masing masing ditandai
dengan isu-isu biologis,psikologik dan sosial, yaitu: Masa Remaja Awal (10-12
tahun), Menengah (13-15 tahun) dan Akhir (16-19 tahun). Masa Remaja Awal
ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik.
Pada saat yang sama penerimaan dari kelompok sebaya sangatlah penting. Masa
Remaja Menengah ditandai dengan hampir lengkapnya pubertas, timbulnya
keterampilan-keterampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap
datangnya masa dewasa dan keinginan untuk memapankan jarak emosional dan
psikologis dengan orang tua.Masa Remaja Akhir ditandai dengan persiapan untuk
peran sebagai seorang dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan
internalisasi suatu sistem nilai pribadi.

2.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja


2.4.1. Pertumbuhan Remaja
Perlu diketahui pertumbuhan dan perkembangan somatik remaja ditandai dengan
beberapa ciri khas yaitu :
- Pertama, perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pubertas.
Perubahan hormonal secara kulitatif dan kuantitatif terjadi antar masa
prepubertas dan dewasa. Akibatnya terjadi pertumbuhan yang cepat dari berat

Universitas Sumatera Utara


17

dan panjang badan, perubahan dalam komposisi tubuh dan jaringan tubuh dan
timbulnya ciri-ciri seks primer dan sekunder yang menghasilkan
perkembangan boy into a man dan girl into a woman
- Kedua, perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan
berakhirnya, kecepatan dan sifatnya, tergantung dari masing-masing individu.
Karena itu umur yang normal saat tercapainya suatu perubahan dalam
pertumbuhan tidak dapat di tentukan dengan pasti melainkan menggunakan
umur rata-rata anak.
- Ketiga, meskipun terdapat variasi umur saat timbulnya perubahan-perubahan
selama pubertas tetapi setiap remaja mengikuti urutan yang sama dalam
pertumbuhan somatik.

Gambar 2.3.Urutan kejadian yang berhubungan dengan pubertas pada anak


perempuan.

Dikutip dari: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2002. Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja Buku Ajar I. Jakarta: Sagung Seto.
- Keempat, timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi somatik
dari aktivitas gonad yang dipakai oleh Tanner untuk menentukan Sex
Maturity Rating (SMR), dikenal sebagai Stadium Tanner: SMR 1-5

Universitas Sumatera Utara


18

Tabel 2.3. Stadium Maturitas Seks anak perempuan

Stadium Rambut Pubis Payudara

1 Pra-pubertas Pra-pubertas

2 Jarang, sedikit berpigmen, lurus Payudara dari papilla menonjol sebagai


batas medial labia bukit kecil, diameter areola bertambah

3 Lebih hitam, mulai keriting, Payudara dan areola membesar. Tidak


jumlah bertambah ada pemisahan garis bentuk

4 Kasar, keriting, banyak tetapi lebih Areola dan papilla membentuk bukit
sedikit daripada orang dewasa kedua

5 Segitiga wanita dewasa. Menyebar Bentuk dewasa, papilla menonjol, areola


ke permukaan medial paha merupakan bagian dari garis bentuk
umum payudara

Dikutip dari: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2002. Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja Buku Ajar I. Jakarta: Sagung Seto.
2.4.2. Perkembangan Remaja
Masa remaja menurut cara perkembangannya dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
1. Masa remaja awal dengan cirri khas antara lain: ingin bebas, lebih dekat dengan
teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya,
2. Masa remaja tengah, dengan cirri khas antara lain: mencari identitas diri, timbul
keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, mempunyai
rasa cinta yang mendalam.
3. Masa remaja akhir dengan cirri khas antara lain: mampu berpikir abstrak, lebih
selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat
mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.

Universitas Sumatera Utara


19

2.4.3. Perubahan Kejiwaan


Pada masa remaja perubahan kejiwaan lebih lambat dari fisik dan labil meliputi:
1. Perubahan emosi: sensitif (mudah menangis,cemas,tertawa dan frustasi),
mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah
berkelahi
2. Perkembangan inteligensia: mampu berpikir abstrak dan senang member
kritik, ingin mengetahui hal-hal baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba
hal yang baru.
Ciri perubahan ini sangat penting diketahui agar penanganan masalah dapat dilakukan
dengan baik. Dari segi kesehatan reproduksi, perilaku ingin mencoba hal-hal baru di
dorong oleh rangsangan seksual yang jika tidak dibimbing dengan baik dapat
membawa remaja, khususnya remaja perempuan terjerumus dalam hubungan seks
pranikah dengan segala akibatnya.

2.5. Konsep Perilaku


Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(mahluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas
dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain:
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis. Perilaku (manusia)
adalah semua kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku manusia merupakan pencerminan dari berbagai unsur kejiwaan yang
mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut atau cemas, dan sebagainya. Oleh karena
itu perilaku manusia dipengaruhi atau dibentuk dari faktor-faktor yang ada dalam diri
manusia atau unsur kejiwaannya. Meskipun demikian, faktor lingkungan merupakan
faktor yang berperan serta mengembangkan perilaku manusia.
Lingkungan terdiri atas lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosial atau
budaya. Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal
manusia dengan semua tantangan hidup yang harus dihadapinya. Lingkungan sosial

Universitas Sumatera Utara


20

atau budaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia.


Yang termasuk lingkungan sosial atau budaya adalah sosial ekonomi, sarana dan
prasarana sosial, pendidikan, tradisi, kepercayaan, dan agama.
Perilaku mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah (domain) kognitif.
Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek
diluar dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan
menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang
diketahuinya tadi. Setelah rangsangan tadi diketahui dan disadari sepenuhnya, akan
timbul tanggapan lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap rangsangan.

2.6. Domain Perilaku


Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku.Faktor penentu atau determinan perilaku sulit untuk dibatasi
karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal.
Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,
yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya
Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya , ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek, yakni aspek
fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis
yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci perilaku
manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan,
keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun

Universitas Sumatera Utara


21

demikian, pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang
menentukan perilaku seseorang.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan
totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau
resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan
perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang
sangat luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikolog pendidikan membagi perilaku
manusia itu kedalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni: a)kognitif (cognitive),
b)afektif (affective), c)psikomotor (psychomotor) Dalam perkembangannya, teori
Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
1.Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior)
2.Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Menurut Allport
(1954), sikap ada 3 komponen yaitu:
a. Kepercayaan(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak
Ketiga komponen diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude).

Universitas Sumatera Utara


22

3.Tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinan, antara lain adalah fasilitas.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau
bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoadmodjo, 2007).

2.7. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Sehat Terhadap


Penanganan dan Pencegahan Keputihan
Perilaku manusia mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif. Subjek
atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek di luar
dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan
menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang
diketahuinya tadi. Setelah rangsangan tadi diketahui dan disadari sepenuhnya, akan
timbul tanggapan lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap rangsangan.
Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan (overt behavior). Menurut penelitian Notoadmojo (1990),
perilaku yang dilandasi pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan yang tanpda
dilandasi pengetahuan.
Perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus yang
berhubungan dengan konsep sehat, sakit dan penyakit. Bentuk operasional perilaku
kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga wujud, yaitu:
1. Perilaku dalam wujud pengetahuan yakni tanggapan dengan mengetahui situasi
atau rangsangan dari luar yang berupa konsep sehat, sakit dan penyakit.
2. Perilaku dalam wujud sikap yakni tanggapan batin terhadap rangsangan dari
luar yang dipengaruhi faktor lingkungan fisik yaitu kondisi alam, biologi yang

Universitas Sumatera Utara


23

berkaitan dengan mahluk hidup lainnya; dan lingkungan sosial yakni


masyarakat sekitarnya.
3. Perilaku dalam wujud tindakan yang sudah nyata, yakni berupa perbuatan
terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

Ada ahli yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari :
1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
pemeliharaan kesehatan (behavior mention)
2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya ( social support)
3. Ada atau tidaknya informasi kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of
information)
4. Otonomi pribadi dari orang yang bersangkutan dalam hal mengambil keputusan
untuk bertindak (personal autonomy)
5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action
situation).

Penyebab seseorang berperilaku kesehatan atau tidak ada empat yaitu:


1. Pikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, perspeksi, sikap,
kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap kesehatan.
2. Perilaku kesehatan dari orang lain yang menjadi panutan cenderung akan
dicontoh.
3. Sumber data yang mencakup fasilitas kesehatan, uang, waktu, tenaga, jarak
ke fasilitas kesehatan akan berpengaruh positif maupun negatif terhadap
perilaku kesehatan seseorang.
4. Kebudayaan yang terbentuk dalam jangka waktu lama sebagai akibat
kehidupan masyarakat bersama, akan berubah baik secara cepat maupun
lambat sesuai dinamika masyarakat. Kelompok masyarakat yang terbiasa
bersih akan menunjang perilaku kesehatan indvidu dan masyarakat
(Budiharto, 2010).

Universitas Sumatera Utara


24

2.8. Kerangka Teori


Menurut Lawrence Green perilaku ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau orang lain yang menjadi panutan
(Notoadmodjo, 2007 ; Budiharto 2010).

B= f (PF,EF,RF)

Dimana:
B = Behaviour RF = Reinforcing factors
PF = Predisposing factors f = fungsi
EF = Enabling factors

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan


ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku.

Universitas Sumatera Utara


25

Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Persepsi
Keinginan

Faktor Pendukung
Ketersediaan fasilitas
Keterjangkauan pelayanan Perubahan
Perubahan perilaku Perilaku
Kemampuan petugas
Dukungan pemerintah
Keterpaparan informasi

Faktor Pendorong
Keluarga
Guru
Idola
Tenaga Kesehatan
Media
Tokoh Masyarakat

Dikutip dari: Notoadmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta.

Universitas Sumatera Utara

Вам также может понравиться