Вы находитесь на странице: 1из 69

MAKALAH

MENGANALISIS PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


PESERTA DIDIK YANG DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL,
MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X-B
SMA HANG TUAH TARAKAN

Disajikan untuk memenuhi ujian akhir semester mata kuliah Perkembangan dan Psikologi
Pendidikan yang diampu oleh
Nurmala R., M.Pd.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK COTAN

Deswitha Paramitha Sari NPM.15.601040.001

Dessy Natalia Silitonga NPM.15.601040.021

Charolina JD NPM.15.601040.043

Muhammad Ogi A NPM.15.601040.013

Mutmainnah NPM.15.601040.067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan observasi
perkembangan dan pertumbuhan peserta didik sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Pembuatan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Psikologi Pendidikan yang telah diberikan. Selain itu, juga
dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa lain dalam rangka pemahaman
materi mengenai Perkembangan dan Pertumbahan Peserta Didik Dalam
Aspek Kecerdasan Emosional, Sikap, dan Motivasi yang digunakan
dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya laporan ini kami buat
berdasarkan referensi dari berbagai sumber terkait dengan
Perkembangan Psikologi Pendidikan khususnya pada Perkembangan
dan Pertumbuhan Peserta Didik Dalam Aspek Kecerdasan Emosional,
Sikap, dan Motivasi. Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada :
1 Ibu Nurmala. R, S.Pd,. M.Pd. selaku Dosen Pengampuh mata
kuliah Perkembangan Psikologi Pendidikan.
2 Pihak sekolah SMA Hang Tuah Tarakan yang telah memberikan
izin dan kesempatan untuk melaksanakan observasi di sekolah
tersebut.
3 Siswa-siswi kelas X-B SMA Hang Tuah Tarakan yang telah
meluangkan waktu.
4 Orang tua penulis yang telah membantu dalam hal materiil
sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

2
Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca untuk pembuatan laporan selanjutnya.

Tarakan, 9 November 2016

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................. 4
BAB I....................................................................................................... 6
PENDAHULUAN....................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang................................................................................ 6
1.2 Rumusan Masalah............................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 8
1.5 Metode Penelitian............................................................................. 9
1.5.1 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................9
1.5.2 Metode Penentuan Sampel...........................................................9
1.5.3 Jenis dan Sumber Data..............................................................10
1.5.4 Metode Pengumpulan Data........................................................10
1.5.5 Metode Pengolahan Data...........................................................11
BAB II.................................................................................................... 12
KAJIAN TEORI....................................................................................... 12
KECERDASAN EMOSIONAL................................................................12
2.1 Definisi Kecerdasan Emosional.........................................................12
2.2 Kedudukan Kepentingan Kecerdasan Emosional................................13
2.3 Peran Kecerdasan Emosional dalam Perkembangan Peserta Didik........14
2.4 Hubungan serta Penerapan Kecerdasan Emosional dalam Pembelajaran
Peserta Didik....................................................................................... 15
SIKAP BELAJAR..................................................................................16
2.5 Definisi Sikap................................................................................. 16
2.6 Proses dan Komponen Sikap............................................................18
2.7 Faktor- Faktor yang mempengaruhi Sikap..........................................20
2.8 Teori Teori Tentang Sikap...............................................................21
2.9 Hubungan Sikap dengan Perilaku......................................................22
MOTIVASI BELAJAR............................................................................ 22
2.10 Definisi Motivasi Balajar.................................................................22
2.11 Konsep Motivasi............................................................................23
2.12 Pentingnya Motivasi dalam Belajar..................................................23
2.13 Jenis dan Sifat Motivasi..................................................................24

4
2.14 Upaya Peningkatan Motivasi dalam Belajar.......................................30
BAB III................................................................................................... 37
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................37
3.1 Hasil......................................................................................... 37
3.2 Pembahasan.................................................................................44
PENUTUP.............................................................................................. 66
4.1 Kesimpulan................................................................................ 66
4.2 Saran........................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................70
LAMPIRAN............................................................................................. 71

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap murid khususnya di sekolah menengah atas memiliki


perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut
menyangkut kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, persepsi,
sikap, kemampuan, kecerdasan emosional, minat, latar belakang
kehidupan dalam keluarga dan lain-lain. Perbedaan ini cenderung
akan mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam pencapaian
hasil belajar. Dalam laporan ini penulis akan membahas tiga aspek
kecerdasan dalam perkembangan dan pertumbuhan peserta didik
yaitu kecerdasan emosional, sikap, dan motivasi .
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan,
memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan
emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh
yang manusiawi. Kecerdasan emosional merupakan faktor sukses
yang menentukan prestasi dalam organisasi, termasuk pembuatan
keputusan, kepemimpinan, terobosan teknis dan strategies,
komunikasi yang terbuka dan jujur, teamwork atau team kerja dan
hubungan saling mempercayai, loyalitas konsumen, serta
kreativitas dan inovasi.
Sikap merupakan kecenderungan individu untuk merespon
dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam
lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk
mendekat atau menghindar, positif atau negatif terhadap berbagai
keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan
sebagainya (Howard dan Kendler, 1974;Gerungan, 2000).
Motivasi adalah perilaku yang ingin mencapai tujuan tertentu
yang cenderung untuk menetap. Motivasi juga merupakan

6
kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan perilaku
yang tetap ke arah tujuan tertentu. Motivasi bisa berasal dari
dalam diri seseorang atau pun dari luar dirinya. Motivasi yang
berasal dari dalam diri seseorang disebut motivasi instrinsik, dan
yang berasal dari luar adalah motivasi ekstrinsik.
Oleh karena itu, untuk lebih memahami konsep
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dalam aspek
kecerdasan emosional, sikap, dan motivasi maka penulis
melakukan observasi dan wawancara mengenai pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik terhadap siswa kelas X-B SMA Hang
Tuah Tarakan yang akan dibahas dalam laporan ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosional?


2. Mengapa kecerdasan emosional sangat penting?
3. Bagaimana peranan kecerdasan emosional terhadap
perkembangan?
4. Bagaimana hubungan serta penerapan kecerdasan emosional
dalam pembelajaran peserta didik?
5. Apa yang dimaksud dengan sikap?
6. Apa saja proses dan komponen sikap?
7. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi sikap?
8. Apa saja teori teori tentang sikap?
9. Bagaimana hubungan sikap dengan perilaku?
10. Apa pengertian motivasi belajar?
11. Apa saja konsep dari motivasi belajar?
12. Apa pentingnya motivasi dalam belajar?
13. Apa jenis dan sifat dalam motivasi belajar?
14. Bagaimana upaya peningkatan motivasi belajar?

7
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian kecerdasan emosional.


2. Untuk mengetahui pentingnya kecerdasan emosional dalam
perkembangan peserta didik.
3. Untuk mengetahui peran kecerdasan emosional terhadap
perkembangan peserta didik.
4. Untuk mengetahui hubungan serta penerapan kecerdasan
emosional dalam proses pembelajaran peserta didik.
5. Untuk mengetahui definisi dari sikap.
6. Untuk mengetahui proses dan komponen sikap.
7. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi sikap
8. Untuk mengetahui teori teori tentang sikap.
9. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan perilaku.
10. Untuk mengetahui pengertian dari motivasi belajar.
11. Untuk mengetahui konsep dari motivai belajar.
12. Untuk mengetahui pentingnya motivasi dalam pembelajaran.
13. Untuk mengetahui jenis dan sifat dalam motivasi belajar.
14. Untuk mengetahui upaya peningkatan dalam motivasi belajar.

1.4 Manfaat Penelitian

Laporan ini sangat bermanfaat sekali bagi penulis, karena:


a. Memberikan kesempatan kepada penulis (mahasiswa) untuk
mempelajari, mengamati, dan mengkaji suatu permasalahan yang
dihadapi oleh siswa.
b. Melatih kita dalam membuat suatu karya tulis agar terbiasa dan
lebih baik.
c. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa (penulis) untuk
lebih mengenal calon anak didiknya dalam berbagai aspek yang ada
dalam diri mereka dan masalah yang mereka hadapi, khususnya anak
yang berkesulitan belajar.

8
d. Sebagai pedoman untuk pembelajaran.
e. Sebagai motivasi untuk melakukan suatu observasi, wawancara
atau membaca buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan
anak atau siswa.
Tidak hanya bagi penulis, laporan ini juga bermanfaat bagi pembaca,
karena:
a. Mengetahui akan masalah yang dihadapi seorang siswa yang
mungkin kita tidak menyadarinya.
b. Lebih mendekatkan pembaca khususnya orang tua dengan
anaknya, dengan memberikan perhatian, kesempatan dan motivasi
bagi mereka.
c. Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kepedulian akan masalah yang
dihadapi oleh siswa.

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Observasi dan wawancara dilakukan pada:


Waktu : 7.30 09.00 WITA
Hari, tanggal : Kamis, 17 November 2016
Tempat : Ruang kelas X-B SMA Hang Tuah Tarakan
Jl. Marthadinata Rt.13 No.30, Kecamatan
Tarakan Tengah, Kota Tarakan, Kalimantan
Utara

1.5.2 Metode Penentuan Sampel

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan


kelas dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah
pendekatan deskriptif. Apabila datanya telah terkumpul lalu

9
diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu kuantitatif yang
berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam
kata-kata atau simbol. Data kualitatif yang berbentuk kata-kata
tersebut disisihkan untuk sementara, karena akan sangat berguna
untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari
analisis data kuantitatif (Arikunto, 2006). Sehingga dalam penelitian
ini diperlukan dulu data kuantitatif yang berbentuk angka, setelah
itu baru diperjelas dengan kata-kata

1.5.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah data


primer merupakan suatu metode pengumpulan data yang
bersifat pengamatan langsung di lapangan yang diperoleh dari
peserta didik kelas X-B SMA Hang Tuah Tarakan, di kelas X-B
SMA Hang Tuah Tarakan sebagai responden melalui wawancara
menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan sesuai
dengan kebutuhan data yang diinginkan. Data ini mengenai
identitas peserta didik, kcerdasan emosional, sikap, dan
motivasi peserta didik di kelas X-B SMA Hang Tuah Tarakan.

1.5.4 Metode Pengumpulan Data

1. Survey
Survey adalah prosedur dimana peneliti memberikan
angket atau skala pada satu sampel untuk mendeskripsikan
sikap, opini, perilaku, atau karakteritik responden.

2. Angket
Angket atau kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

10
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab.

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah untuk memperoleh data
langsung dari lokasi penelitian, foto foto, video, dan data
penelitian yang relevan.

1.5.5 Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah selama proses


pengumpulan data dan setelah pengumpulan data. Penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu
penelitian dengan maksud untuk memberikan penggambaran
ataupun pengindraan mengenai situasi atau kejadian-kejadian
dengan mencari informasi faktual yang mendetail untuk
memecahkan masalah secara sistematis dan akurat.

11
BAB II

KAJIAN TEORI

KECERDASAN EMOSIONAL

2.1 Definisi Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ


(bahasa Inggris: emotional quotient) adalah kemampuan seseorang untuk
menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan
oranglain di sekitarnya.Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan
terhadap informasi akan suatu hubungan.Sedangkan, kecerdasan
(intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid
akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai
tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ). Sebuah penelitian
mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting
daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap
kesuksesan seseorang(Maliki.2009:15).
Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari
kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan
mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang
lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara
emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk
memotivasi diri.
Kecerdasan emosional dapat dikatakan sebagai kemampuan
psikologis yang telah dimiliki oleh tiap individu sejak lahir, namun tingkatan
kecerdasan emosional tiap individu berbeda, ada yang menonjol da nada
pula yang tingkat kecerdasan emosional mereka rendah. Istilah
kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh
dua orang psikolog, yakni Peter Salovey dan John Mayer. Salovey dan
Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional (EQ) adalah Himpunan

12
bagian dari kecerdasan social yang melibtkan kemampuan memantau
perasaan social yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-
milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing
pikiran dan tindkan (Shapiro, 1998: 8). Menurut psikolog lainnya, yaitu
Bar-on (Goleman, 2000: 180), mendefiniskan kecerdasan emosional
sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi, dan social yang
mempengaruhi kemampuan seseorang unuk berhasil dalam mengatasi
tuntutan dan tekanan lingkungan. Sedangkan Goleman (2002: 512),
memandang kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our
emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression)
melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri,
empati, dan keterampilan sosial
Jadi dapat diartikan bahwa Kecerdasan Emosi atau Emotional
Quotation (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan,
kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk
mengatur dan mengendalikannya.Kecerdasan emosi dapat juga diartikan
sebagai kemampuan Mental yang membantu kita mengendalikan dan
memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang menuntun
kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut.
Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi
atau perasaan tetapi juga mampu memahami apa makna dari rasa
tersebut. Dapat melihat diri sendiri seperti orang lain melihat,serta mampu
memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan oleh orang lain
dapat kita rasakan juga.

2.2 Kedudukan Kepentingan Kecerdasan Emosional

Menurut Alan Mortiboys Peter Salovey dan Jack Mayer (1990)


Kecerdasan emosional (EQ) meliputi:

13
1. kemampuan untuk merasakan secara akurat, menilai dan
mengekspresikan emosi;
2. kemampuan untuk mengakses dan/atau menghasilkan perasaan ketika
ia bersedia berpikir;
3. kemampuan untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional;dan
4. Memampuan untuk mengatur emosi untuk mempromosikan
pertumbuhan emosi dan intelektual.
Kecerdasan emosi merupakan kecerdasan vital manusia yang
sudah semestinya terus dilatih, dikelola dan dikembangkan secara intens.
Karena kecerdasan emosi memiliki kesinambungan yang cukup erat
dengan kualitas hidup manusia, dimana kecerdasan emosi berkait erat
dengan adanya jiwa yang sehat. Sehingga dari jiwa yang sehat tersebut
manusia sebagai spesies yang rentan mengalami ketidak bahagiaan akan
memiliki peluang jauh lebih besar di dalam memperoleh hidup
bahagia.Orang yang mampu mengendalikan kecerdasan emosional yang
dimilikinya akan memiliki peluang yang lebih baik untuk bisa sukses dan
dipastikan lebih tenang dalam menyelesaikan permasalahan yang
tergolong rumit.

2.3 Peran Kecerdasan Emosional dalam Perkembangan Peserta Didik

Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan atau


masa transisi antara masa anak ke masa dewasa.Pada masa ini individu
mengalami perkembangan yang pesat mencapai kematangan fisik, sosial,
dan emosi.Pada masa ini dipercaya merupakan masa yang sulit, baik bagi
remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingkungannya.
Perubahan-perubahan fisik yang dialami remaja juga menyebabkan
adanya perubahan psikologis. Hurlock (1973: 17) disebut sebagai
periode heightened emotionality, yaitu suatu keadaan dimana kondisi
emosi tampak lebih tinggi atau tampak lebih intens dibandingkan dengan
keadaan normal. Emosi yang tinggi dapat termanifestasikan dalam
berbagai bentuk tingkah laku seperti bingung, emosi berkobar-kobar atau
mudah meledak, bertengkar, tak bergairah, pemalas, membentuk

14
mekanisme pertahanan diri. Emosi yang tinggi ini tidak berlangsung terus-
menerus selama masa remaja. Dengan bertambahnya umur maka emosi
yang tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil.
Kecerdasan emosional juga berkaitan dengan arah yang positif jika
remaja dapat mengendalikannya, memang dibutuhkan proses agar
seseorang dapat mencapai tingkat kecerdasan emosional yang mantap.

2.4 Hubungan serta Penerapan Kecerdasan Emosional dalam


Pembelajaran Peserta Didik

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja.


Faktor tersebut antara lain Kepribadian, lingkungan, pengalaman,
kebudayaan, dan pendidikan. Pendidikan merupakan variabel yang
sangat berperan dalam perkembangan emosi individu. Perbedaan individu
juga dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi atau keadaan
individu yang bersangkutan.
Sehubungan dengan hal tersebut orang yang memiliki kecerdasan
emosional yang baik diharapkan dapat menampilkan sikap berpikir yang
tercermin dari cara berpikir yang logis, cepat, mempunyai kemampuan
abstraksi yang baik, mampu mendeteksi, menafsirkan, menyimpulkan,
mengevaluasi, dan mengingat, menyelesaikan masalah dengan baik,
bertindak terarah sesui dengan tujuan,Serta tingkat kematangan yang baik
ketenangan. Hal tersebut berkaitan juga dengan kemampuan inteljensia
yang baik (IQ).
Apabila dikaitkan dengan prestasi belajar,maka kecerdasan
emosional merupakan salah satu faktor yang juga turut menentukan
prestasi. Individu yang memiliki IQ yang tinggi diharapkan akan
menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, karena IQ seringkali dianggap
modal potensial yang memudahkan seseorang dalam belajar. Maka
seringkali muncul anggapan bahwa IQ merupakan faktor yang menunjang
prestasi belajar yang baik.Bahkan ada sebagian masyarakat yang

15
menempatkan IQ melebihi porsi yang seharusnya. Mereka menganggap
hasil tes IQ yang tinggi merupakan jaminian kesuksesan belajar
seseorang sebaliknya IQ yang rendah merupakan vonis akhir bagi individu
bahwa dirinya tidak mungkin mencapai prestasi belajar yang baik
anggapan semacam ini tidaklah tepat, karena masih banyak faktor yang
ikut menentukan prestasi,terutama EQ serta SQ (Spiritual quotient)
Anggapan yang tidak tepat tersebut bisa berdampak tidak baik bagi
individu karena dapat melemahkan motivasi siswa dalam belajar yang
justru dapat menjadi awal dari kegagalan yang seharusnya tidak perlu
terjadi.Untuk itu, perlu ditanamkan dalam benak siswa bahwa kesuksesan
belajar tidak hanya ditentukan dengan kecerdasan yang dimiliki, tetapi
juga bagaimana mengendalikan diri sendiri.
Penerapan kecerdasan emosional dalam pembelajaran peserta
didik dalam penting untuk dilakukan.Dimana peserta didik diarahkan
secara perlahan untuk mengembangkan, mengasah serta mengendalikan
emosi yang di miliki, sehingga berdampak baik bagi kehidupan siswa
tersebut, baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, dalam
bidang akademis maupun non akademis.

SIKAP BELAJAR

2.5 Definisi Sikap

Dibawah ini pengertian Sikap Menurut para Ahli:


1. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap
sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif
(ravorably) atau secara negatif (untavorably) terhadap obyek obyek
tertentu.
2. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa
sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional ,
emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.

16
3. La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola
perilaku , tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap
adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
4. Soetarno (1994) sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa
diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap
diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga,
norma dan lain-lain.
5. Menunit G.W Alport dalam (Tri Rusmi Widayatun, 1999 :218) sikap
adalah kesiapan seseorang untuk bertindak.
6. Tri Rusmi Widayatun memberikan pengertian sikap adalah keadaan
mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu
pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
7. Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) mengemukakan lima pengertian sikap,
yaitu:
a. sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan
perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan
cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda,
orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.
b. sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau
kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan
diinginkan,mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus
dihindari.
c. sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik
kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.
d. sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan.

17
e. sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi
merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
8. Sri Utami Rahayuningsih (2008) Sikap (Attitude) adalah :
1. Berorientasi kepada respon : sikap adalah suatu bentuk dari perasaan,
yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan
tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek.
2. Berorientasi kepada kesiapan respon : sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon suatu
pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri
dari situasi sosial yang telah terkondisikan
3. Berorientasi kepada skema triadic : sikap merupakan konstelasi
komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi
dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek di
lingkungan sekitarnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri
dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam
kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga
memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif
terhadap obyek atau situasi.

2.6 Proses dan Komponen Sikap

Secara umum, dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3


komponen yakni: kognitif, afektif, dan kecenderungan tindakan (Morgan
dan King, 1975;Krech dan Ballacy, 1963, Howard dan Kendler 1974,
Gerungan, 2000).
1. Komponen kognitif
Aspek sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap
obyek atau subyek. Informasi yang masuk ke dalam otak manusia, melalui

18
proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan menghasilkan nilai baru yang
akan diakomodasi atau diasimilasikan dengan pengetahuan yang telah
ada di dalam otak manusia. Nilai nilai baru yang diyakini benar, baik,
indah, dan sebagainya, pada akhirnya akan mempengaruhi emosi atau
komponen afektif dari sikap individu.
2. komponen afektif
Aspek ini Dikatakan sebagai perasaan (emosi) individu terhadap
obyek atau subyek, yang sejalan dengan hasil penilaiannya.
3. komponen kecenderungan bertindak
Berkenaan dengan keinginan individu untuk melakukan perbuatan
sesuai dengan keyakinandan keinginannya. Sikap seseorang terhadap
suatu obyek atau subyek dapat positif atau negatif. Manifestasikan sikap
terlihat dari tanggapan seseorang apakah ia menerima atau menolak,
setuju atau tidak setuju terhadap obyek atau subyek. Komponen sikap
berkaitan satu dengan yang lainnya. Dari manapun kita memulai dalam
analisis sikap, ketiga komponen tersebut tetap dalam ikatan satu sistem.
komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak
merupakan suatu kesatuan sistem, sehingga tidak dapat dilepas satu
dengan lainnya. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama
membentuk sikap dan Ketiga komponen kognitif, afektif, dan
kecenderungan bertindak secara bersama- sama membentuk sikap.

2.7 Faktor- Faktor yang mempengaruhi Sikap

1. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

19
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara
komoponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang
dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi
setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita
kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan
mempengaruhi pembentkan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang
tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
4. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya
sikap terhadap hal tersebut.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu.
6. Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi yang
berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.

2.8 Teori Teori Tentang Sikap

1. Teori Keseimbangan
Pada teori ini fokusnya terletak pada upaya individu untuk tetap
konsisten dalam bersikap dalam hidup yang melibatkan hubungan-

20
hubungan antara seseorang dengan dua objek sikap.Dan dalam bentuk
sederhana, ketiga elemen tersebut dihubungkan dengan : sikap favorable
( baik, suka, positif ) dan sikap Unfavorable ( buruk, tidak suka, negatif ).
2. Teori Konsistensi kognitif Afektif
Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana seseorang
berusaha membuat kognisi mereka konsisiten dengan afeksinya dan
penilaian seseorang terhadap suatu kejadian akan mempengaruhi
keyakinannya. Sebagai contoh: Tidak jadi makan direstoran X karena
temannya bilang bahwa restoran tersebut tidak halal padahal di belum
pernah kesana.
3. Teori Ketidaksesuaian
Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana individu
menyelataskan elemen elemen kognisi, pemikiran atau struktur
( Konsonansi selaras ) dan disonasi atau kesetimbangan yaitu pikiran
yang amat menekan dan memotivasi seseorang untuk
memperbaikinya.dimana terdapat 2 elemen kognitif dimana disonasi
terjadi jika kedua elemen tidak cocok sehingga menganggu logika dan
penghargaan. Sebagai contoh Misalnya: Merokok membahayakan
kesehatan konsonansi dengan saya tidak merokok; tetapi disonansi
dengan perokok.
Cara mengurangi Disonansi:
a. Merubah salah satu elemen kognitif, yaitu dengan mengubah sikap
agar sesuai dengan perilakunya. Misalnya : stop merokok
b. Menambahkan satu elemen kognitif baru. Misalnya: tidak percaya rokok
merusak kesehatan
4. Teori Atribusi
Pada teori ini fokusnya terletak paad bagaimana individu
mengetahui akan sikapnya dengan mengambil kesimpulan sendiri dan
persepsinya tentang situasi. Pada teori ini implikasinya adalah perubhan
perilaku yang dilakukan seseorang menimbulkan kesimpulan pada orang

21
tersebut bahwa sikapnya telah berubah. Sebagai contoh memasak setiap
kesempatan baru sadar kalu dirinya suka menyukai/ hobi memasak.

2.9 Hubungan Sikap dengan Perilaku

Sikap yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh


terhadap perilaku individu. Pengaruh tersebut terletak pada individu
sendiri terhadap respon yang ditangkap ,kecenderungan individu untuk
melakukan tindakan dipengaruhi oleh berbagai faktor bawaan dan
lingkungan sehingga menimbulkan tingkah laku.

MOTIVASI BELAJAR

2.10 Definisi Motivasi Balajar

Motivasi berasal dari kata lain MOVERE yang berarti dorongan


atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving
force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-
faktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang
mempengaruhi motif disebut motivasi. Michel J. Jucius menyebutkan
motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau
diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki.Menurut
Dadi Permadi, motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat
sesuatu, baikyang positif maupun yang negatif.
Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang
timbul pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu. Motivasi juga bisa dalam bentuk usaha - usaha
yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu
tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Motivasi
mempunyai peranan starategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak

22
ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi, tidak ada motivasi berarti
tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka
prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga
harus diterangkan dalam aktivitas sehari-hari.

2.11 Konsep Motivasi

Konsep motivasi yang dijelaskan oleh suwanto adalah sebagai berikut


1. Model Tradisional
Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerja meningkat perlu
diterapkan sistem insentif dalam bentuk uang atau barang kepada
pegawai yang berprestasi.
2. Model Hubungan Manusia
Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerjanya meningkat adalah
dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa
berguna dan penting.
3. Model Sumber Daya Manusia
Pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau
barang tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang
berarti.

2.12 Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Penelitian psikologi banyak menghasilkan teori-teori motivasi


tentang perilaku. Subjek terteliti dalam motivasi ada yang berupa hewan
da nada yang berupa manusia. Penelit yang menggunakan hewan adalah
tergolong peneliti biologis dan behavioris. Peneliti yang menggunakan
terteliti manusia adalah peneliti kognitif. Temuan ahli-ahli tersebut
bermanfaat untuk bidang industry, tenaga kerja, urusan pemasaran,
rekruting militer, konsultasi, dan pendidikan. para ahli berpendapat bahwa
motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum, insting,

23
dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi. Motivasi belajar
penting bagi siswa dan guru.
Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir
2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, bila
dibandingkan dengan teman sebaya
3. Mengarahkan kegiatan belajar
4. Membesarkan semangat belajar
5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar
Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru.
Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa
bermanfaat bagi guru, sebagai berikut:
1. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa
untuk belajar sampai berhasil
2. Digunakan sebagai strategi mengajar belajar, karena motivasi
belajar siswa di kelas bermacam-macam
3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara
bermacam-macam peran, seperti sebagai penasihat, fasilitator,
instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau guru
pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai
dengan perilaku siswa.
4. Memberi peluang guru untuk untuk kerja rekayasa pedagogis

2.13 Jenis dan Sifat Motivasi

Motivasi sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat.


Para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat
kekuatan tersebut. Perbedaan pendapat tersebut umumnya didasarkan
pada penelitian tentang perilaku belajar pada hewan. Meskipun mereka
berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya, tetapi mereka umumnya

24
seoendapat bahwa motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yatu,
motivasi primer dan motivasi sekunder.

1. Jenis Motivasi

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif


dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis, atau
jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga
perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Mc
Dougall misalnya, berpendapat bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran
tentang tujuan, perasaan subjektif, dan dorongan mencapai kepuasan.
Tingkah laku insting dapat diaktifkan, dimodifikasi, dipicu secara spontan,
dan dapat diorganisasikan. Diantara insting yang penting adalah
memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok,
mempertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun, dan kawin.
(Koeswara, 1989; Jalaluddin Rachman; 1991). Ahli lain, Freud
berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri, yaitu tekanan, sasaran,
objek, dan sumber. Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu
untuk bertingkah laku. Semakin besar energi dalam insting, maka tekanan
terhadap individu semakin besar. Sasaran insting adalah kepuasan atau
kesenangan. Kepuasan tercapai, bila tekanan energi pada insting
berkurang. Menurut Freud, energy bekerja memelihara keseimbangan
fisik. Insting bekerja sepanjang hidup. Yang mengalami perubahan adalah
cara pemuasan atau obyek pemuasan. Tingkah laku individu yang
memuaskan insting dapat secara lansung atau dengan menekan.
Penekanan insting tersebut tidak menghilangkan energy. Penekanan
insting tersebut diupayakan masuk alam tidak sadar. Tingkah laku
manusia sedemikian kompleks, ada yang dapat dikenali motivasi dari
alam sadarnya, da nada pula yang berasal dari alam tak sadarnya
(Koeswara, 1989; Sumadi Suryabrata, 1991).
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari.. hal ini berbeda
dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik

25
pada makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang
harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang
harus belajar bekerja. bekerja dengan baik merupakan motivasi
sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia memperoleh gaji
berupa uang. Uang tersebut merupakan penguat motivasi sekunder. Uang
merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan baik.
Menurut beberapa ahli, manusia adalah makhluk social.
Perilakunya tidak hanya terpengaruh oleh factor biologis saja, tetapi juga
factor-faktor social. Perilaku manusia terpengaruh oleh tiga komponen
penting seperti afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah
aspek emosional. Komponen tersebut terdiri dari motif social, sikap, dan
emosi. Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan
pengetahuan. Komponen konatif adalah terkait dengan kemauan dan
kebiasaan bertindak (Jalaluddin Rachmat, 1991; Sumadi Suryabrata,
1991).
Motivasi social atau motivasi sekunder memegang peranan penting
bagi kehidupan manusia. Para ahli membagi motivasi sekunder tersebut
menurut pandangan yang berbeda-beda. Misalnya Thomas dan Znaniecki
menggolongkan motivasi sekunder menjadi keinginan-keinginan seperti
berikut:
1. Memperoleh pengalaman baru
2. Untuk mendapat respons
3. Memperoleh pengakuan
4. Memperoleh rasa aman
Perilaku juga terpengaruh oleh emosi. Emosi menunjukkan adanya
sejenis kegoncangan seseorang. Kegoncangan tersebut disertai proses
jasmani, perilaku, dan kesadaran. Emosi memiliki fungsi sebagai:
1. Pembangkit energi misalnya, karena dicemoohkan orang menjadi
berusaha keras sehingga berhasil.
2. Pemberi informasi pada orang lain, seperti rasa sedih terlukis
dalam wajah.

26
3. Pembawa pesan dalam berhubungan dengan orang lain, seperti
pembicara yang bersemangat menimbulkan semangat kerja, dan
4. Sumber informasi tentang diri seseorang, seperti pemerolehan rasa
sehat
Perilaku juga terpengaruh oleh adanya pengetahuan yang
dipercaya, pengetauan yangdipercaya tersebut adakalanya berdasarkan
akal, ataupun tak berdasarkan akal sehat. Pengetahuan tersebut dapat
mendorong terjadinya perilaku. Sebagai ilustrasi, orang tetap merokok
dengan motivasi yang berbeda. Ada yang ingin menunjukkan kejantanan,
ada yang mengisi waktu luang, ada pula yang ingin menimbulkan
kreativitas, meskipun mereka ini juga menyadari akan bahaya rokok.
Perilaku juga terpengaruh oleh kebiasaan dan kemauan.
Kebiasaan merupakan perilaku menetap, berlangsung otomatis.
Kemungkinan besar, perilaku tersebut merupakan hasil belajar. Kemauan
merupakan tindakan mencapai tujuan secara kuat. Kemauan seseorang
timbul karena adanya:
1. Keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan
2. Pengetahuan tentang cara memperoleh tujuan
3. Energy dan kecerdasan
4. Pengeluaran yang tepat untuk mencapai tujuan
Dengan kata lain, kebiasaan dan kemauan seseorang mempertinggi motif
untuk berperilaku. Motivasi belajar diperkuat dengan adanya sikap, emosi,
kesadaran, kebiasaan, dan kemauan (Sumadu Suryabrata, 1991; Singgih
Gunarsa, 1990; Monks, Konoers, Siti Rahayu, 1989).

2. Sifat Motivasi

Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri, yang


terkenal sebagai motivasi internal, dan dari luar seseorang yang dikenal
sebagai motivasi eksternal. Di samping itu, juga bisa membedakan
motivasi instrinsik dan karena orang tersebut senang melakukannya.
Sebagai ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia ingin

27
mengetahu kisah tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang
mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa
tersebut menamatkan sebuah buku, maka ia mencari buku lain, dalam hal
ini, motivasi instrinsik tersebut telah mengarah pada timbulnya motivasi
berprestasi. Menurut Monks motivasi berprestasi telah muncul pada saat
anak berusia balita. Hal ini berarti motivasi instrinsik perlu diperhatikan,
sebab disiplin diri merupakan kunci keberhasilan belajar. (Monks, Knoers,
Siti Rahayu, 1989; 161-164).
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang,
yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu,
karena adanya dorongan dari luar seperti adanya hadiah, atau
menghindari hukuman. Dalam hal ini motivasi ekstrinsik juga dapat
berubah menjadi motivasi instrinsik.
Pada tempatnya diketahui bahwa para ahli ilmu jiwa memberi
tekanan yang berbeda-beda pada motivasi. Akibatnya saran tentang
pembelajaran juga berbeda-beda. McDougall dan Freud menekankan
pentingnya motivasi instrinsik. Skinner dan Bandura menekankan
pentingnya motivasi ekstrinsik. Maslow dan Rogers menunjukkan bahwa
kedua motivasi tersebut sama pentingnya.
Motivasi ekstrinsik banyak dilakukan di sekolah dan di masyarakat.
Hadiah dan hukuman sering digunakan untuk meningkatkan kegiatan
belajar. Jika siswa belajar dengan hasil yang sangat memuaskan, maka ia
akan memperoleh hadiah dari guru atau orangtua. Sebaliknya, jika hasil
belajar tidak baik, atau memperoleh nilai kurang, maka ia akan meperoleh
peringatan atau hukuman dari guru atau orangtua. Peringatan tersebut
tidak menyenangkan siswa. Motivasi belajar meningkat, sebab siswa tidak
senang memperoleh peringatan dari guru atau orangtua. Dalam hal ini,
hukuman dan juga hadiah, dapat merupakan motivasi ekstinsik bagi siswa
untuk belajar dengan bersemangat. (Siagia, 1989; Monks, Knoers, Siti
Rahayu, 1989; Biggs 7 Telfer;1987; Winkel, 1991).

28
Ada baiknya juga memperhatikan pandangan Maslow dan Rogers
yang mengakui pentingnya motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Menurut
Maslow setiap individu bermotivasi untuk mengaktualisasi diri. Ia
menemukan 15 ciri orang yang mampu mengaktualisasi diri. Ciri tersebut
adalah:
1. Berkemampuan mengamati suatu realistis secara efisien, apa
adanya dan terbatas dari subjektivitas
2. Dapat menerima diri sendiri maupun orang lain secara sewajarnya
3. Berperilaku spontan, sederhana, dan wajar
4. Terpusat pada masalah atau tugasnya
5. Memiliki kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi
6. Memiliki kebebasan dan kemadirian terhadap lingkungan dan
kebudayaannya; ia mampu mendisiplinkan diri aktif, dan
bertanggungjawab atas dirinya
7. Dapat menghargai dengan rasa hormat dan dan penuh gairah
8. Dapat mengalami pengalaman puncak, seperti terwujud dalam
kreativitas, penemuan, kegiatan intelektual, atau kegiatan
persahabatan
9. Memiliki rasa keterikatan, solidaritas kemanusiaan yang tinggi
10. Dapat menjalin hubungan pribadi yang wajar
11. Memiliki watak terbuka dan bebas prasangka
12. Memiliki standar kesusilaan tinggi
13. Memiliki rasa humor terpelajar
14. Memiliki kreativitas dalam bidang kehidupan, seperti dalam
pengetahuan, kesenian, atau keterampilan hidup tertentu, dan
15. Memiliki otonomi tinggi
Motivasi mengaktualisasi diri tersebut berjalan sesua dengan
kemampuan setiap orang. Upaya memuaskan kebutuhan aktualisasi diri
tersebut tentu saja tidak mudah. Sebagai ilustrasi, dapat diperhitungkan
betapa sulitnya seorang anak desa, yang berjuang sepanjang hayat, yang

29
dikemudian hari diberi kepercayaan memimpin negara, bangsa oleh
seluruh rakyat.
Motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik dapat dijadikan titik
pangkal rekayasa pedagogis guru. Pada tempatnya guru mengenal
adanya motivasi-motivasi tersebut. Untuk mengenal motivasi yang
sebenarnya, guru perlu melakukan penelitian. Ini berarti bahwa guru SMP
dan SMA, sesuai tuntutan profesi guru, sebaiknya belajar meneliti sambil
praktetk mendidik di sekolah.
Ada kalanya guru menghadapi siswa yang belum memiliki motivasi
belajar yang baik. Dalam hal ini sebaiknya guru berpegang pada motivasi
ekstrinsik. Dengan menggunakan penguat berupa hadiah atau hukuman.
Sebaiknya guru memperbaiki disiplin diri siswa dalam beremansipasi.

2.14 Upaya Peningkatan Motivasi dalam Belajar

Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Motivasi belajar


tersebut ada yang instrinsik, atau ekstrinsik. Penguatan motivasi-motivasi
belajar tersebut berada ditangan para guru pendidik dan anggota
masyarakatlai. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi
belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib belajar. Orangtua
bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.
1. Unsur-unsur yang mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar ada di dalam diri siswa. Dalam kerangka pendidikan
formal, motivasi belajar tersebut ada dalam jaringan rekayasa pedagogis
guru. Dengan tindakan pembuatan persiapan mengajar, pelaksanaan
belajar-mengajar, maka guru menguatkan motivasi belajar siswa.
Sebaliknya, dilihat dari segi emansipasi kemandirian siswa, motivasi
belajar semakin meningkat pada tercapainya hasil belajar. Motivasi belajar
merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya
terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa.
Sebagai ilustrasi, keinginan anak untuk membaca majalah misalnya,

30
terpengaruh oleh kesiapan alat-alat indera untuk mengucap kata.
Keberhasilan mengucap kata dari symbol pada huruf-huruf mendorong
keinginan menyelesaikan tugas membaca. (Monks, 1989; Singgih
Gunarsa, 1990).
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti
keinginan belajar berjalan, makan makanan yang lezat, berebut
permainan, dan lain sebagainya. Keberhasilan mencapai keinginan
tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari cita-
cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan
akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-
cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan
dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi
pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat
mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi
cita-cita. Keinginan berlangsung sesaat atau dalam jangka waktu singkat,
sedangkan kemauan dapat berlangsung dalam waktu yang lama.
Kemauan telah disertai dengan penghitungan dengan akal sehat. Cita-cita
dapat berlangsung dalam waktu yang sangat lama, bahkan sepanjang
hayat. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar instrinsik maupun
ekstrinsik. Sebab tercapainya cita-cita akan memwujudkan aktualisasi diri.
(Monks, 1989: 241-260; Schein, 1991: Singgih Gunarsa, 1990: 183-199).
b. Kemampuan siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau
kecakapan mencapainya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa
kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-
tugas perkembangan.
c. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi jasmani dan rohani mempengaruhi
motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-

31
marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa
yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah menguatkan perhatian.
Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa akan berpengaruh
pada motivasi belajar.
d. Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat
tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan.Sebagai
anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan
sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang
nakal, perkelahian antarsiswa, akan mengganggu kesungguhan belajar.
Oleh sebab itu, kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup,
ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang
aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar
mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran
yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman
dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku
belajar.Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan
tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan
budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televise, dan film
semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut
mendinamiskan motivasi belajar. Oleh sebab itu, guru professional
diharapkan mampu memanfaatkan semua itu agar tercipta kondisi dinamis
yang bagus bagi pembelajaran dan untuk memotivasi belajar.
f. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Guru adalah seorang pendidik yang professional dan juga seorang
pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnyha mengharuskan dia
belajar sepanjang hayat. Sebagai pendidik, guru dapat memilih dan
memilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik
tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa. Partisipasi dan

32
teladan perilaku yang baik merupakan salah satu upaya membelajarkan
siswa. Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar
sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut:
1. Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah
2. Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan
3. Membina belajar tertib pergaulan
4. Membina belajar tertib lingkungan sekolah.
5. Disamping itu, upaya pembelajaran secara individual tiap guru
menghadapi anak didiknya meliputi:
6. Pemahaman tentang diri siswa dalam rangka kewajiban tertib
belajar
7. Pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara
tepat guna
8. Mendidik cinta belajar.
Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan
luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga,
lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda lainnya. Guru
professional dituntut menjalin kerja sama pendagogis dengan pusat-pusat
pendidikan tersebut. Upaya mendidikkan belajar tertib hidup merupakan
kerjasama sekolah dan luar sekolah.
Perilaku belajar merupakan salah satu perilaku. Seorang anak yang
membaca iklan surat kabar dengan keinginan mencari sekolah yang
benar, akan memperoleh kepuasan karena ia memperoleh informasi yang
benar. Perilaku membaca pada anak pencari informasi sekolah berbeda
dengan perilaku membaca kedua anak tersebut berbeda. Demikian halnya
dengan motif belajar pada siswa yang sedang membaca buku pelajaran.
Membaca dengan motivasi mencari sesuatu. Guru di sekolah
menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam motivasi belajar.
Oleh karena itu peran guru mengingatkan motivasi belajar cukup banyak.
a) Optimalisasi penerapan prinsip belajar

33
Perilaku belajar di sekolah telah menjadi pola umum. Dari segi
perkembangan, ada siswa yang semula hanya ikut-ikutan, suka bermain,
belum mengerti faedah belajar. Dengan tugas-tugas sekolahnya,
kemudian mereka mulai menyenangi belajar. Bermain-main merupakan
hal yang menyenangkan bagi bagian besar siswa. Siswa akan menyadari
bahwa bermain, belajar sungguh-sungguh, pemberian motivasi belajar,
belajar giat, istirahat, belajar lagi, dan kemudian bekerja adalah pola
perilaku kehidupan yang wajar bagi anggot amasyarakat.;
Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan
bahan belajar. Untuk dapat membelajarkan, atau mengajarkan bahan
pelajaran dipersyaratkan:
Guru telah mempelajari bahan pelajaran
Guru telah memahami bagian-bagian yang mudah, sedang, dan sukar
Guru telah menguasai cara-cara mempelajari bahan, dan
Guru telah memahami sifat bahan pelajaran tersebut.
b) Optimalisasi unsur dinamis belajar dam pembelajaran
Seorang siswa akan belajar dengan seutuh pribadinya. Peranan
kemauan, pikiran, perhatian, fantasi, dan kemampuan yang lain tertuju
pada belajar. Meskipun demikian ketertujuan tersebut tidak selamanya
berjalan lancar. Ketidaksejajaran tersebut disebabkan oleh kelelahan
jasmani atau mentalnya, ataupun naik turunnya energy jiwa. Pada suatu
saat perasaan siswa kecewa, dan akibatnya kemauan belajar menurun.
Atau walaupun perasaannya kecewa, ia dapat mengatasinya, dan kemuan
dan semangat belajar diperkuat. Sebaliknya, lingkungan yang berupa
teman belajar, surat kabar, radio, majalah, televise, guru, orangtua juga
akan memperngaruhinya. Ada teman belajar yang putus asa, ada pula
yang tegar. Unsur-unsur lingkungan tersebut ada yang mendorong, da
nada pula yang menghambat kegiatan belajar. Keputusan akan belajar
giat, ataupun menangguhkan belajar, ada pada diri siswa sendiri.
Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih
memahami keterbatasan waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah

34
tentang menilai kesempatan belajar. Oleh karena itu, guru dapat
mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri
siswa dan yang ada di lingkungan siswa. Upaya optimalisasi tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan
belajar yang dialaminya
2. Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga
terwujud tindak belajar
3. Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar
memberi kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam
belajar
4. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar,
media-media yang menggangu pemusatan perhatian belajar harus
dicegah
5. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira
terpusat pada perilaku belajar; pada tingkat ini guru
memberlakukan upaya belajar merupakan aktualisasi diri siswa
6. Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya
diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan
c) Optomalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
Perilaku belajar siswa merupakan rangkaian tindak-tindak belajar
setiap hari. Perilaku belajar setiap hari bertolak dari jadwal pelajaran
sekolah.
Guru adalah penggerak perjalanan belajar bagi siswa. Sebagai
penggerak, maka guru perlu memahami dan mencatat kesukaran-
kesukaran siswa. Sebagai fasilitator belajar, guru diharapkan memantau
tingkat kesukaran pengalaman belajar, dan segera membantu mengatasi
kesukaran belajar. bantuan mengatasi kesukaran belajar perlu diberikan
sebelum siswa putus asa. Guru wajib menggunakan pengalaman belajar
dan kemapuan siswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi
pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:

35
a. Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya; tiap membaca
bahan belajar siswa mencatat hal-hal yang sukar, catatan hal-hal
yang sukar tersebut selanjutnya diserahkan kepada guru
b. Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa
c. Guru memecahkan hal-hal yang sukar dengan mencari cara
memecahkannya
d. Guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidik keberanian
mengatasi kesukaran
e. Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran
f. Guru memberi kesempatan kepada siswa yang mampu
memecahkan masalah untuk membantu rekan-rekannya yang
mengalami kesukaran
g. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi
kesukaran belajarnya sendiri

36
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Dari survey yang telah dilakukan di SMA Hang Tuah Tarakan kelas
X-B pada tanggal 17 November 2016 di peroleh hasil sebagai berikut :

3.1.1 Hasil Kecerdasan Emosional

Mencari X (Rata-Rata):

X
xi
= n

2854
X = 30

X = 95,13

Mencari Simpangan Baku :

XiX

2



s=

s=8.34

37
X + 1.s = 103.47

X - 1.s = 86.79

Responde
Skor Kategori Kecerdasan
n
1 89 95.13 > 89 86.79 Rendah
2 85 85 < 86.79 Sangat Rendah
3 105 105 103.47 Sangat Tinggi
103.47 > 103
4 103 Tinggi
95.13
5 106 106 103.47 Sangat Tinggi
6 99 103.47 > 99 95.13 Tinggi
7 101 103.47 > 101 95.13 Tinggi
8 105 105 103.47 Sangat Tinggi
9 90 95.13 > 90 86.79 Rendah
10 102 103.47 > 102 95.13 Tinggi
11 95 95.13 > 95 86.79 Rendah
12 91 95.13 > 91 86.79 Rendah
13 82 82 < 86.79 Sangat Rendah
14 84 84 < 86.79 Sangat Rendah
15 88 95.13 > 88 86.79 Rendah
16 79 79 < 86.79 Sangat Rendah
17 93 95.13 > 93 86.79 Rendah
18 96 103.47 > 96 95.13 Tinggi
19 97 103.47 > 97 95.13 Tinggi
20 92 95.13 > 92 86.79 Rendah
21 105 105 103.47 Sangat Tinggi
22 106 106 103.47 Sangat Tinggi
23 101 103.47 > 101 95.13 Tinggi
24 88 95.13 > 88 86.79 Rendah
25 88 95.13 > 88 86.79 Rendah
26 93 95.13 > 93 86.79 Rendah
27 85 85 < 86.79 Sangat Rendah
28 104 104 103.47 Sangat Tinggi
29 93 95.13 > 93 86.79 Rendah

38
30 109 109 103.47 Sangat Tinggi

3.1.2 Hasil Motivasi Belajar

Mencari X (Rata-Rata):

X
xi
= n

2589
X = 30

X = 86.3

Mencari Simpangan Baku :

XiX

2



s=

s=9.51

X + 1.s = 95.81

X - 1.s = 76.79

Responden Skor Kategori Motivasi


1 86 86.3 > 86 76.79 Rendah
2 76 76 < 76.79 Sangat Rendah
3 99 99 95.81 Sangat Tinggi

39
4 83 86.3 > 83 76.79 Rendah
5 92 95.81 > 92 86.3 Tinggi
6 76 76 < 76.79 Sangat Rendah
7 86 86.3 > 86 76.79 Rendah
8 79 86.3 > 79 76.79 Rendah
9 67 76 < 76.79 Sangat Rendah
10 96 96 95.81 Sangat Tinggi
11 89 95.81 > 89 86.3 Tinggi
12 97 97 95.81 Sangat Tinggi
13 78 86.3 > 78 76.79 Rendah
14 88 95.81 > 88 86.3 Tinggi
15 79 86.3 > 79 76.79 Rendah
16 73 73 < 76.79 Sangat Rendah
17 111 111 95.81 Sangat Tinggi
18 91 95.81 > 91 86.3 Tinggi
19 92 95.81 > 92 86.3 Tinggi
20 91 95.81 > 91 86.3 Tinggi
21 89 95.81 > 89 86.3 Tinggi
22 79 86.3 > 79 76.79 Rendah
23 92 95.81 > 92 86.3 Tinggi
24 79 86.3 > 79 76.79 Rendah
25 81 86.3 > 81 76.79 Rendah
26 76 76 < 76.79 Sangat Rendah
27 80 86.3 > 80 76.79 Rendah
28 100 100 95.81 Sangat Tinggi
29 92 95.81 > 92 86.3 Tinggi
30 92 95.81 > 92 86.3 Tinggi

3.1.3 Hasil Sikap Belajar

Mencari X (Rata-Rata):

X
xi
= n
2279
X = 30
X = 76

Mencari Simpangan Baku :

40
XiX

2



s=
s=7.11

X + 1.s = 83.11

X - 1.s = 68.89

Responden Skor Kategori Sikap Belajar


1 77 83.11 > 77 76 Baik
2 66 66 < 68.89 Tidak Baik
3 86 83.11 > 86 76 Baik
4 75 76 > 75 68.89 Cukup Baik
5 76 83.11 > 76 76 Baik
6 70 76 > 70 68.89 Cukup Baik
7 76 83.11 > 76 76 Baik
8 66 66 < 68.89 Tidak Baik
9 79 83.11 > 79 76 Baik
10 86 83.11 > 86 76 Baik
11 75 76 > 75 68.89 Cukup Baik
12 79 83.11 > 79 76 Baik
13 85 85 83.11 Sangat Baik
14 77 83.11 > 77 76 Baik
15 75 76 > 75 68.89 Cukup Baik
16 66 66 < 68.89 Tidak Baik
17 75 76 > 75 68.89 Cukup Baik
18 66 66 < 68.89 Tidak Baik
19 76 83.11 > 76 76 Baik
20 70 76 > 70 68.89 Cukup Baik
21 85 85 83.11 Sangat Baik
22 81 83.11 > 81 76 Baik
23 75 76 > 75 68.89 Cukup Baik
24 69 76 > 69 68.89 Cukup Baik
25 75 76 > 75 68.89 Cukup Baik
26 64 64 < 68.89 Tidak Baik
27 75 76 > 75 68.89 Cukup Baik

41
28 76 83.11 > 76 76 Baik
29 94 94 83.11 Sangat Baik
30 84 84 83.11 Sangat Baik

42
3.2 Pembahasan

3.2.1 Kecerdasan Emosional

1. Siswa Responden Ke-1

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 89 dan memiliki nilai rata-rata 2,97 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Rendah karena skor
nilainya kurang dari 95,13 namun lebih dari sama dengan 86,79.

2. Siswa Responden Ke-2

Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor


nilai 85 dan memiliki nilai rata-rata 2,83 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Sangat Rendah
karena skor nilainya kurang dari 86,79.

3. Siswa Responden Ke-3

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 105 dan memiliki nilai rata-rata 3,5 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Sanggat Tinggi
karena skor nilainya lebih dari sama dengan 103,47.

4. Siswa Responden Ke-4

43
Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor
nilai 103 dan memiliki nilai rata-rata 3,43 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Tinggi karena skor
nilainya kurang dari 103,47 namun lebih dari sama dengan 95,13.

5. Siswa Responden Ke-5

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 106 dan memiliki nilai rata-rata 3,53 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Sangat Tinggi karena
skor nilainya lebih dari sama dengan 103,47.

6. Siswa Responden Ke-6

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 99 dan memiliki nilai rata-rata 3,3 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Tinggi karena skor
nilainya kurang dari 103,47 namun lebih dari sama dengan 95,13.

7. Siswa Responden Ke-7

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 101 dan memiliki nilai rata-rata 3,37 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Tinggi karena skor
nilainya kurang dari 103,47 namun lebih dari sama dengan 95,13.

8. Siswa Responden Ke-8

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 105 dan memiliki nilai rata-rata 3,5 dari 30 pertanyaan. Jadi,

44
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa dapat
kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Sangat Tinggi karena
skor nilainya lebih dari sama dengan 103,47.

9. Siswa Responden Ke-9

Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor


nilai 90 dan memiliki nilai rata-rata 3 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Rendah karena skor
nilainya kurang dari 95,13 namun lebih dari sama dengan 86,79.

10. Siswa Responden Ke-10

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 102 dan memiliki nilai rata-rata 3,4 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Tinggi karena skor
nilainya kurang dari 103,47 namun lebih dari sama dengan 95,13.

11. Siswa Responden Ke-9

Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor


nilai 95 dan memiliki nilai rata-rata 3,17 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Rendah karena skor
nilainya kurang dari 95,13 namun lebih dari sama dengan 86,79.

12. Siswa Responden Ke-12

Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor


nilai 91 dan memiliki nilai rata-rata 3,03 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini

45
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Rendah karena skor
nilainya kurang dari 95,13 namun lebih dari sama dengan 86,79.

13. Siswa Responden Ke-13

Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor


nilai 82 dan memiliki nilai rata-rata 2,73 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Sangat Rendah
karena skor nilainya kurang dari 86,79.

14. Siswa Responden Ke-14

Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor


nilai 84 dan memiliki nilai rata-rata 2,8 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Sangat Rendah
karena skor nilainya kurang dari 86,79.

15. Siswa Responden Ke-15

Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor


nilai 88 dan memiliki nilai rata-rata 2,93 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Rendah karena skor
nilainya kurang dari 95,13 namun lebih dari sama dengan 86,79.

16. Siswa Responden Ke-16

Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor


nilai 79 dan memiliki nilai rata-rata 2,63 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Sangat Rendah
karena skor nilainya kurang dari 86,79.

17. Siswa Responden Ke-17

46
Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor
nilai 93 dan memiliki nilai rata-rata 3,1 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Rendah karena skor
nilainya kurang dari 95,13 namun lebih dari sama dengan 86,79.

18. Siswa Responden Ke-18

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 96 dan memiliki nilai rata-rata 3,2 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Tinggi karena skor
nilainya kurang dari 103,47 namun lebih dari sama dengan 95,13.

19. Siswa Responden Ke-19

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 97 dan memiliki nilai rata-rata 3,23 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Tinggi karena skor
nilainya kurang dari 103,47 namun lebih dari sama dengan 95,13.

20. Siswa Responden Ke-20

Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor


nilai 92 dan memiliki nilai rata-rata 3,07 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Rendah karena skor
nilainya kurang dari 95,13 namun lebih dari sama dengan 86,79.

21. Siswa Responden Ke-21

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 105 dan memiliki nilai rata-rata 3,5 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini

47
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Sangat Tinggi karena
skor nilainya lebih dari sama dengan 103,47.

22. Siswa Responden Ke-8

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 106 dan memiliki nilai rata-rata 3,53 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Sangat Tinggi karena
skor nilainya lebih dari sama dengan 103,47.

23. Siswa Responden Ke-23

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 101 dan memiliki nilai rata-rata 3,37 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Tinggi karena skor
nilainya kurang dari 103,47 namun lebih dari sama dengan 95,13.

24. Siswa Responden Ke-24

Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor


nilai 88 dan memiliki nilai rata-rata 2,93 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Rendah karena skor
nilainya kurang dari 95,13 namun lebih dari sama dengan 86,79.

25. Siswa Responden Ke-25

Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor


nilai 88 dan memiliki nilai rata-rata 2,93 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Rendah karena skor
nilainya kurang dari 95,13 namun lebih dari sama dengan 86,79.

26. Siswa Responden Ke-26

48
Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor
nilai 93 dan memiliki nilai rata-rata 3,1 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Rendah karena skor
nilainya kurang dari 95,13 namun lebih dari sama dengan 86,79.

27. Siswa Responden Ke-27

Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor


nilai 85 dan memiliki nilai rata-rata 2,83 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Sangat Rendah
karena skor nilainya kurang dari 86,79.

28. Siswa Responden Ke-28

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 104 dan memiliki nilai rata-rata 3,47 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Sangat Tinggi karena
skor nilainya lebih dari sama dengan 103,47.

29. Siswa Responden Ke-29

Pada angket kecerdasan emosional Siswa ini memiliki skor


nilai 93 dan memiliki nilai rata-rata 3,1 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Rendah karena skor
nilainya kurang dari 95,13 namun lebih dari sama dengan 86,79.

30. Siswa Responden Ke-30

Pada angket kecerdasan emosional siswa ini memiliki skor


nilai 109 dan memiliki nilai rata-rata 3,63 dari 30 pertanyaan. Jadi,
dapat kita lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini

49
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang Sangat Tinggi karena
skor nilainya lebih dari sama dengan 103,47.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan


bahwa nilai skor rata-rata Kecerdasan Emosional siswa-siswi
kelas X-B SMA Hang Tuah Tarakan adalah 95,1 yang artinya
siswa-siswi tersebut memiliki tingkat Kecerdasan Emosional
yang dikategorikan Rendah.

3.2.2 Motivasi Belajar

1. Siswa Responden Ke-1

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 86


dan memiliki nilai rata-rata 2,87 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Rendah karena skor nilainya kurang
dari 86,3 namun lebih dari sama dengan 76,79.

2. Siswa Responden Ke-2

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 76


dan memiliki nilai rata-rata 2,53 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Sangat Rendah karena skor nilainya
kurang dari 76,79.

3. Siswa Responden Ke-3

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 99


dan memiliki nilai rata-rata 3,3 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki

50
tingkat motivasi belajar yang Sangat Tinggi karena skor nilainya
lebih dari sama dengan 95,81.

4. Siswa Responden Ke-4

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 83


dan memiliki nilai rata-rata 2,77 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Rendah karena skor nilainya kurang
dari 86,3 namun lebih dari sama dengan 76,79.

5. Siswa Responden Ke-5

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 92


dan memiliki nilai rata-rata 3,07 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Tinggi karena skor nilainya kurang
dari 95,81 namun lebih dari sama dengan 86,3.

6. Siswa Responden Ke-6

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 76


dan memiliki nilai rata-rata 2,53 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Sangat Rendah karena skor nilainya
kurang dari 76,79.

7. Siswa Responden Ke-7

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 86


dan memiliki nilai rata-rata 2,87 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Rendah karena skor nilainya kurang
dari 86,3 namun lebih dari sama dengan 76,79.

8. Siswa Responden Ke-8

51
Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 79
dan memiliki nilai rata-rata 2,63 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Rendah karena skor nilainya kurang
dari 86,3 namun lebih dari sama dengan 76,79.

9. Siswa Responden Ke-9

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 67


dan memiliki nilai rata-rata 2,23 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Sangat Rendah karena skor nilainya
kurang dari 76,79.

10. Siswa Responden Ke-10

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 96


dan memiliki nilai rata-rata 3,2 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Sangat Tinggi karena skor nilainya
lebih dari sama dengan 95,81.

11. Siswa Responden Ke-11

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 89


dan memiliki nilai rata-rata 2,97 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Tinggi karena skor nilainya kurang
dari 95,81 namun lebih dari sama dengan 86,3.

12. Siswa Responden Ke-12

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 97


dan memiliki nilai rata-rata 3,23 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki

52
tingkat motivasi belajar yang Sangat Tinggi karena skor nilainya
lebih dari sama dengan 95,81.

13. Siswa Responden Ke-13

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 78


dan memiliki nilai rata-rata 2,6 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Rendah karena skor nilainya kurang
dari 86,3 namun lebih dari sama dengan 76,79.

14. Siswa Responden Ke-

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 88


dan memiliki nilai rata-rata 2,93 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Tinggi karena skor nilainya kurang
dari 95,81 namun lebih dari sama dengan 86,3.

15. Siswa Responden Ke-15

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 79


dan memiliki nilai rata-rata 2,63 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Rendah karena skor nilainya kurang
dari 86,3 namun lebih dari sama dengan 76,79.

16. Siswa Responden Ke-16

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 73


dan memiliki nilai rata-rata 2,43 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Sangat Rendah karena skor nilainya
kurang dari 76,79.

17. Siswa Responden Ke-17

53
Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 111
dan memiliki nilai rata-rata 3,7 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Sangat Tinggi karena skor nilainya
lebih dari sama dengan 95,81.

18. Siswa Responden Ke-18

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 91


dan memiliki nilai rata-rata 3,03 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Tinggi karena skor nilainya kurang
dari 95,81 namun lebih dari sama dengan 86,3.

19. Siswa Responden Ke-19

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 92


dan memiliki nilai rata-rata 3,07 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Tinggi karena skor nilainya kurang
dari 95,81 namun lebih dari sama dengan 86,3.

20. Siswa Responden Ke-20

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 91


dan memiliki nilai rata-rata 3,03 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Tinggi karena skor nilainya kurang
dari 95,81 namun lebih dari sama dengan 86,3.

21. Siswa Responden Ke-21

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 89


dan memiliki nilai rata-rata 2,97 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki

54
tingkat motivasi belajar yang Tinggi karena skor nilainya kurang
dari 95,81 namun lebih dari sama dengan 86,3.

22. Siswa Responden Ke-22

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 79


dan memiliki nilai rata-rata 2,63 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Rendah karena skor nilainya kurang
dari 86,3 namun lebih dari sama dengan 76,79.

23. Siswa Responden Ke-23

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 92


dan memiliki nilai rata-rata 3,07 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Tinggi karena skor nilainya kurang
dari 95,81 namun lebih dari sama dengan 86,3.

24. Siswa Responden Ke-24

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 79


dan memiliki nilai rata-rata 2,63 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Rendah karena skor nilainya kurang
dari 86,3 namun lebih dari sama dengan 76,79.

25. Siswa Responden Ke-25

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 81


dan memiliki nilai rata-rata 2,7 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Rendah karena skor nilainya kurang
dari 86,3 namun lebih dari sama dengan 76,79.

26. Siswa Responden Ke-26

55
Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 76
dan memiliki nilai rata-rata 2,53 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Sangat Rendah karena skor nilainya
kurang dari 76,79.

27. Siswa Responden Ke-27

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 80


dan memiliki nilai rata-rata 2,67 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Rendah karena skor nilainya kurang
dari 86,3 namun lebih dari sama dengan 76,79.

28. Siswa Responden Ke-28

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 100
dan memiliki nilai rata-rata 3,33 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Sangat Tinggi karena skor nilainya
lebih dari sama dengan 95,81.

29. Siswa Responden Ke-29

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 92


dan memiliki nilai rata-rata 3,07 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat motivasi belajar yang Tinggi karena skor nilainya kurang
dari 95,81 namun lebih dari sama dengan 86,3.

30. Siswa Responden Ke-30

Pada angket motivasi belajar siswa ini memiliki skor nilai 92


dan memiliki nilai rata-rata 3,07 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki

56
tingkat motivasi belajar yang Tinggi karena skor nilainya kurang
dari 95,81 namun lebih dari sama dengan 86,3.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan


bahwa nilai skor rata-rata Motivasi Belajar dari siswa-siswi kelas
X-B SMA Hang Tuah Tarakan adalah 86,3 yang artinya siswa-
siswi tersebut memiliki tingkat Motivasi Belajar yang
dikategorikan Rendah.

3.2.3 Sikap Belajar

1. Siswa Responden Ke-1

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 77 dan
memiliki nilai rata-rata 2,57 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Baik karena skor nilainya kurang dari 83,11
namun lebih dari sama dengan 76.

2. Siswa Responden Ke-2

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 66 dan
memiliki nilai rata-rata 2,2 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Tidak Baik karena skor nilainya kurang dari
68,89.

3. Siswa Responden Ke-3

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 86 dan
memiliki nilai rata-rata 2,87 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat

57
sikap belajar yang Baik karena skor nilainya kurang dari 83,11
namun lebih dari sama dengan 76.

4. Siswa Responden Ke-4

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 75 dan
memiliki nilai rata-rata 2,5 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Cukup Baik karena skor nilainya kurang dari
76 namun lebih dari sama dengan 68,89.

5. Siswa Responden Ke-5

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 76 dan
memiliki nilai rata-rata 2,53 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Baik karena skor nilainya kurang dari 83,11
namun lebih dari sama dengan 76.

6. Siswa Responden Ke-6

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 70 dan
memiliki nilai rata-rata 2,33 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat sikap belajar yang Cukup Baik karena skor nilainya
kurang dari 76 namun lebih dari sama dengan 68,89.

7. Siswa Responden Ke-7

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 76 dan
memiliki nilai rata-rata 2,53 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Baik karena skor nilainya kurang dari 83,11
namun lebih dari sama dengan 76.

8. Siswa Responden Ke-8

58
Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 66 dan
memiliki nilai rata-rata 2,2 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Tidak Baik karena skor nilainya kurang dari
68,89.

9. Siswa Responden Ke-9

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 79 dan
memiliki nilai rata-rata 2,63 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Baik karena skor nilainya kurang dari 83,11
namun lebih dari sama dengan 76.

10. Siswa Responden Ke-10

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 86 dan
memiliki nilai rata-rata 2,87 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Baik karena skor nilainya kurang dari 83,11
namun lebih dari sama dengan 76.

11. Siswa Responden Ke-11

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 75 dan
memiliki nilai rata-rata 2,5 dari 2,33 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat sikap belajar yang Cukup Baik karena skor nilainya
kurang dari 76 namun lebih dari sama dengan 68,89.

12. Siswa Responden Ke-12

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 79 dan
memiliki nilai rata-rata 2,63 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat

59
sikap belajar yang Baik karena skor nilainya kurang dari 83,11
namun lebih dari sama dengan 76.

13. Siswa Responden Ke-13

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 85 dan
memiliki nilai rata-rata 2,83 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat sikap belajar yang Sangat Baik karena skor nilainya lebih
dari sama dengan 83,11.

14. Siswa Responden Ke-14

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 77 dan
memiliki nilai rata-rata 2,57 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Baik karena skor nilainya kurang dari 83,11
namun lebih dari sama dengan 76.

15. Siswa Responden Ke-15

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 75 dan
memiliki nilai rata-rata 2,5 dari 2,33 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat sikap belajar yang Cukup Baik karena skor nilainya
kurang dari 76 namun lebih dari sama dengan 68,89.

16. Siswa Responden Ke-16

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 66 dan
memiliki nilai rata-rata 2,2 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Tidak Baik karena skor nilainya kurang dari
68,89.

17. Siswa Responden Ke-17

60
Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 75 dan
memiliki nilai rata-rata 2,5 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Cukup Baik karena skor nilainya kurang dari
76 namun lebih dari sama dengan 68,89.

18. Siswa Responden Ke-18

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 66 dan
memiliki nilai rata-rata 2,2 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Tidak Baik karena skor nilainya kurang dari
68,89.

19. Siswa Responden Ke-19

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 76 dan
memiliki nilai rata-rata 2,53 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Baik karena skor nilainya kurang dari 83,11
namun lebih dari sama dengan 76.

20. Siswa Responden Ke-20

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 70


dan memiliki nilai rata-rata 2,33 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat sikap belajar yang Cukup Baik karena skor nilainya
kurang dari 76 namun lebih dari sama dengan 68,89.

21. Siswa Responden Ke-21

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 85


dan memiliki nilai rata-rata 2,83 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki

61
tingkat sikap belajar yang Sangat Baik karena skor nilainya lebih
dari sama dengan 83,11.

22. Siswa Responden Ke-22

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 81 dan
memiliki nilai rata-rata 2,7 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Baik karena skor nilainya kurang dari 83,11
namun lebih dari sama dengan 76.

23. Siswa Responden Ke-23

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 75 dan
memiliki nilai rata-rata 2,5 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Cukup Baik karena skor nilainya kurang dari
76 namun lebih dari sama dengan 68,89.

24. Siswa Responden Ke-24

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 69 dan
memiliki nilai rata-rata 2,3 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Cukup Baik karena skor nilainya kurang dari
76 namun lebih dari sama dengan 68,89.

25. Siswa Responden Ke-25

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 75 dan
memiliki nilai rata-rata 2,5 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Cukup Baik karena skor nilainya kurang dari
76 namun lebih dari sama dengan 68,89.

26. Siswa Responden Ke-26

62
Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 64 dan
memiliki nilai rata-rata 2,13 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat sikap belajar yang Tidak Baik karena skor nilainya kurang
dari 68,89.

27. Siswa Responden Ke-27

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 75 dan
memiliki nilai rata-rata 2,5 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Cukup Baik karena skor nilainya kurang dari
76 namun lebih dari sama dengan 68,89.

28. Siswa Responden Ke-28

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 76 dan
memiliki nilai rata-rata 2,53 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat
sikap belajar yang Baik karena skor nilainya kurang dari 83,11
namun lebih dari sama dengan 76.

29. Siswa Responden Ke-29

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 94 dan
memiliki nilai rata-rata 3,13 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita
lihat dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki
tingkat sikap belajar yang Sangat Baik karena skor nilainya lebih
dari sama dengan 83,11.

30. Siswa Responden Ke-30

Pada angket sikap belajar siswa ini memiliki skor nilai 84 dan
memiliki nilai rata-rata 2,8 dari 30 pertanyaan. Jadi, dapat kita lihat
dari kategori yang telah ditentukan bahwa siswa ini memiliki tingkat

63
sikap belajar yang Sangat Baik karena skor nilainya lebih dari
sama dengan 83,11.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan


bahwa nilai skor rata-rata Sikap Belajar dari siswa-siswi kelas
X-B SMA Hang Tuah Tarakan adalah 76 yang artinya siswa-
siswi tersebut memiliki tingkat Motivasi Belajar yang
dikategorikan Baik.

64
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ


(emotional quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima,
menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di
sekitarnya. Peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional yang baik,
akan membentuk generasi yang berpendidikan berkarakter. Kecerdasan
Emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan
mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi
dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya.
Karena kecerdasan emosi memiliki kesinambungan yang cukup
erat dengan kualitas hidup manusia, dimana kecerdasan emosi berkait
erat dengan adanya jiwa yang sehat. Sehingga dari jiwa yang sehat
tersebut manusia sebagai spesies yang rentan mengalami ketidak
bahagiaan akan memiliki peluang jauh lebih besar di dalam memperoleh
hidup bahagia. Orang yang mampu mengendalikan kecerdasan emosional
yang dimilikinya akan memiliki peluang yang lebih baik untuk bisa sukses
dan dipastikan lebih tenang dalam menyelesaikan permasalahan yang
tergolong rumit. Dan juga dengan bertambahnya umur maka emosi yang
tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil. Kecerdasan
emosional juga berkaitan dengan arah yang positif jika remaja dapat
mengendalikannya, memang dibutuhkan proses agar seseorang dapat
mencapai tingkat kecerdasan emosional yang mantap.

65
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan
untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan
tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan
sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon
yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Proses sikap terdiri dari 3 komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan
kecenderungan untuk bertindak, komponen kognitif, afektif, dan
kecenderungan bertindak merupakan suatu kesatuan sistem, sehingga
tidak dapat dilepas satu dengan lainnya. Ketiga komponen tersebut
secara bersama-sama membentuk sikap dan Ketiga komponen kognitif,
afektif, dan kecenderungan bertindak secara bersama- sama membentuk
sikap.
Sikap yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh
terhadap perilaku individu. Pengaruh tersebut terletak pada individu
sendiri terhadap respon yang ditangkap ,kecenderungan individu untuk
melakukan tindakan dipengaruhi oleh berbagai faktor bawaan dan
lingkungan sehingga menimbulkan tingkah laku.
komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak
merupakan suatu kesatuan sistem, sehingga tidak dapat dilepas satu
dengan lainnya. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama
membentuk sikap dan Ketiga komponen kognitif, afektif, dan
kecenderungan bertindak secara bersama- sama membentuk sikap.
Motivasi adalah keadaan individu yang terangsang yang terjadi jika
suatu motif telah dihubungkan dengan suatu pengharapan yang sesuai.
Sedangkan motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif tidak dapat dilihat begitu saja dari perilaku
seseorang karena motif tidak selalu seperti yang tampak, bahkan kadang-
kadang berlawanan dari yang tampak. Dari tujuan-tujuan yang tidak selalu
disadari ini, kita dipaksa menghadapi seluruh persoalan motivasi yang
tidak disadari itu. Karena teori motivasi yang sehat tidak membenarkan
pengabaian terhadap kehidupan tidak sadar.

66
Dari banyaknya pandangan yang berbeda mengenai motivasi yang
mungkin dikarenakan oleh penggunaan metode observasi yang berbeda-
beda, studi tentang berbagai kelompokusia dan jenis kelamin yang
berbeda, dan sebagainya, terdapat model tentang motivasi yang
digeneralisasi yang mempersatukan berbagai teori yang ada. Ada macam-
macam motivasi dalam satu perilaku.
Suatu perbuatan atau keinginan yang disadari dan hanya
mempunyai satu motivasi bukanlah hal yang biasa, tetapi tidak biasa.
Karena suatu keinginan yang disadari atau perilaku yang bermotivasi
dapat berfungsi sebagai penyalur untuk tujuan-tujuan lainnya. Apabila
dapat terjadi keseimbangan, hal tersebut mencerminkan hasil pekerjaan
seseorang yang berhadapan dengan potensinya untuk perilaku, yang
dapat diidentifikasi sebagai kemampuannya. Jadi, motivasi memegang
peranan sebagai perantara untuk mentransformasikan kemampuan
menjadi hasil pekerjaan.

4.2 Saran
Tingkat kecerdasan emosional tiap individu bervariasi, namun pada
dasarnya kemampuan emosional seseorang dapat di tingkatkan melalui
proses dan tindakan tertentu. Emosi merupakan keadaan psikologis yang
cukup sulit untuk dikontrol, namun tetap perlu di organisir dengan baik
sehingga tidak terjadi gangguan yang berbahaya dalam proses
perkembangan peserta didik. Orang tua maupun pendidik tidak mungkin
selalu mengawasi perkembangan dan tingkah laku peserta didik setiap
waktu, selain itu peserta didik pasti akan merasa terganggu dan merasa
terbelenggu jika terus menerus diawasi. Mengingat hal tersebut, maka
perlu di berikan pemahaman tentang kondisi psikologis dirinya sendiri,
serta perlu di berikan arahan dalam menanggapi suatu permasalahan
tanpa harus memaksakan kehendak pribadi. Keterbukaan dalam
mendengarkan keluhan siswa dan memberikan dukungan moril yang
cukup, akan membantu siswa dalam menghadapi transisi sehingga

67
mampu mencapai kondisi emosional yang stabil.untuk hasil jangka
panjang,hal tersebut akan sangat membantu peserta didik untuk
mengeluarkan potensi terbaik yang di miliki sehingga unggul dalam
kehidupan sosial,akademis dan sebagainya.

Sikap yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh


terhadap perilaku individu. Pengaruh tersebut terletak pada individu
sendiri terhadap respon yang ditangkap ,kecenderungan individu untuk
melakukan tindakan dipengaruhi oleh berbagai faktor bawaan dan
lingkungan. Mengingat hal tersebut, maka perlu di berikan pemahaman
tentang kondisi psikologis dirinya sendiri, serta perlu di berikan arahan
dalam merespon berbagai faktor yang ada agar setiap sikap maupun
tindakan peserta didik membantu peserta didik untuk mengeluarkan
potensi terbaik yang di miliki sehingga unggul dalam kehidupan sosial,
akademis dan sebagainya.

Dengan kegiatan belajar di kelas secara konvensional siswa belajar


untuk memenuhi tuntutan tugas dan rancangan dari guru. Tetapi masih
begitu banyak aktivitas belajar yang tanpa mengikuti aturan konvensional
yang dicerminkan dalam desain instruksional. Artinya, siswa belajar
karena keinginannya sendiri. Karenanya pengetahuan tentang belajar
karena ditugasi dan belajar karena motivasi diri penting bagi guru.
Dalam hal ini peranan guru sangat dibutuhkan karena peranan guru
sebagai motivator sangat memberikan dampak yang besar bagi siswanya.
Menghadapi siswa yang kurang termotivasi sangat membutuhkan strategi
untuk mengembalikan semangat dalam belajarnya. Tak heran jika di sini
guru dituntut untuk bisa memahami sedikit banyak karakter siswa dan
problem solving bagi setiap masalah. Dengan begitu diharapkan
semangat siswa akan memberikan output yang baik bagi diri mereka
sendiri dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.

68
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/7259059/KONSEP_DASAR_PENELITIA
N_SURVEY , diakses pada tanggal 9 Desember 2016.

2. http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html,
diakses pada tanggal 9 Desember 2016.

3. http://iwinindya.blogspot.co.id/2013/05/makalah-kecerdasan-
emosional.html, diakses pada tanggal 9 Desember 2016.

4. https://bukunnq.wordpress.com/2012/03/06/makalah-sikap/,
diakses pada tanggal 9 Desember 2016.

5. http://hamdanial.blogspot.co.id/2012/11/makalah-teori-
motivasi.html, diakses pada tanggal 9 Desember 2016.

6. http://yahyanurkan.blogspot.co.id/2015/04/makalah-motivasi-
belajar.html, diakses pada tanggal 9 Desember 2016
.
7. http://eprints.uny.ac.id/9804/4/BAB3%20-%2006205244111.pdf,
diakses pada tanggal 9 Desember 2016.

8. https://rizkiamaliafebriani.wordpress.com/2013/04/19/pengertian-
cara-pengumpulan-dan-jenis-jenis-data-dan-sample/, diakses pada
tanggal 9 Desember 2016.

69

Вам также может понравиться