Вы находитесь на странице: 1из 29

BAB I

PENDAHULUAN

Kejang merupakan gangguan neurologis yang lazim terjadi pada kelompok

umur pediatric dan terjadi dengan frekuensi 4-6 kasus/1000 anak. Kejang merupakan

suatu serangan mendadak yang dapat nampak sebagai gangguan atau kehilangan

kesadaran. Kebanyakan kejang pada anak-anak disebabkan oleh gangguan somatik

yang berasal dari luar otak seperti demam tinggi, infeksi, pingsan, trauma kepala,

hipoksia, toksin, atau aritmia jantung. Keadaan lain seperti gangguan pernafasan dan

refluks gastroesofageal juga dapat menyebabkan kondisi yang menstimulasi

terjadinya kejang1. Sedangkan kejang demam merupakan gangguan kejang yang

paling lazim pada masa anak, pada sekitar 2% sampai 4% dari jumlah anak-anak.

Kejang demam biasanya terjadi pada umur antara 6 bulan sampai 5 tahun dimana

kejang berhubungan dengan adanya demam tetapi tanpa adanya infeksi dan gangguan

intrakranial2. Kejang dan demam juga bisa terjadi bersamaan pada meningitis,

ketidakseimbangan elaktrolit, ensefalopati, dan kondisi lain yang diakibatkan oleh

gangguan sistem saraf pusat, dalam hal ini tidak disebut kejang demam. Kejang

demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan

gejala sisa tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) bisa

disertai apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot

skelet yang akhirnya terjadi hiposemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh

metabolism anaerobik, hipotensi atrial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan

suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya

1
menyebabkan metabolism meningkat. Rangkaian kejadian di atas adlaha faktor

prnyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang

lama. Faktor terpenting adalah angguan peredaran darah yang mengakibatkan

hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang

mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus

termporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi

matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan . jadi kejang yang

berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi

epilepsi1.

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : A.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 1 tahun 8 bulan

2
Tanggal lahir : 09 April 2014
Berat Badan Lahir : Tidak ditimbang
Lahir di : Rumah
Oleh : Biang kampung
Partus : Spontan letak belakang kepala
Kebangsaan : Indonesia
Suku : Gorontalo
Agama : Islam
Alamat : Sumompo Lingkungan IV Tuminting

Identitas Orang Tua


Nama Ayah : F. A
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Nelayan
Pendidikan : SMP
Perkawinan :I
Alamat : Sumompo Lingkungan IV Tuminting

Nama Ibu : U. H
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Perkawinan :I
Alamat : Sumompo Lingkungan IV Tuminting
Dikirim oleh : IRDA
Dengan Diagnosa : Meningitis purulent dd serosa + suspek bronkopneumonia +
Kejang demam kompleks
Masuk Rumah Sakit : 15 Desember 2015
Jam : 00.45 WITA

3
Family Tree

Penderita, 1 tahun

Anamnesis
(Alloanamnesis dengan ibu penderita, 15 Desember 2015)
Keluhan Utama :
- Kejang sejak 2 jam SMRS
- Demam sejak 1 hari SMRS
- Batuk sejak 1 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Kejang dialami penderita sejak 2 jam SMRS. Frekuensi kejang 2 kali durasi 30
menit, setelah kejang sempat tidak sadarkan diri. Saat di rumah sempat kejang 1 kali
lagi, tangan dan kaki kaku, mata mendelik keatas. Penderita baru sadar saat sampai di
Rumah Sakit. Demam dialami penderita sejak 1 hari SMRS. Demam dirasakan
tinggi pada perabaan tangan, demam turun dengan obat penurun panas sampai
normal. Batuk dialami sejak 1 minggu SMRS, batuk disertai adanya lendir, namun
lendir dikatakan sulit untuk dikeluarkan.
BAB dan BAK dikatakan tidak ada keluhan, intake makanan dan minuman baik
sampai pasien tidak sadarkan diri. Riwayat perawatan di Rumah Sakit 3 bulan
sebelum masuk rumah sakit dan di rawat selama 4 hari dengan riwayat kejang +
diare.
Anamnesis Antenatal
- Antenatal care secara teratur, sebanyak 3 kali di puskesmas
- Injeksi TT tidak disuntik

4
- Saat hamil ibu dalam keadaan sehat

Penyakit yang Sudah Pernah di Alami


Morbili : Tidak pernah
Varicella : Pernah
Pertusis : Tidak pernah
Diare : Pernah
Cacing : Tidak pernah
Batuk/Pilek : Tidak pernah
Lain lain : Kejang ada

Kepandaian / Kemajuan Bayi


Pertama kali membalik : 3 bulan
Pertama kali tengkurap : 6 bulan
Pertama kali duduk : 8 bulan
Pertama kali merangkak : 9 bulan
Pertama kali berdiri : 14 bulan
Pertama kali berjalan : 14 bulan
Pertama kali tertawa : 4 bulan
Pertama kali berceloteh : 4 bulan
Pertama kali memanggil mama : 9 bulan
Pertama kali memanggil papa : 9 bulan

Anamnesis Makanan Terperinci Sejak Bayi sampai Sekarang


ASI :-
PASI : 0 bulan - sekarang
Bubur Susu : 9 12 bulan
Bubur Saring :-
Bubur Halus : 6 9 bulan

5
Nasi Lembek : 12 sekarang
Imunisasi
Jenis
Dasar Ulangan
Imunisasi

I II III I II III
BCG + - - - - -
Polio + + + - - -
DTP + + + - - -
Campak + - - - - -
Hepatitis B + + + - - -

Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti penderita

Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan


Penderita tinggal bersama keluarga, rumah permanen, beratap seng, dinding beton,
lantai semen. Jumlah kamar 2 buah, di huni oleh 4 orang terdiri 2 orang dewasa dan 2
orang anak.WC/Kamar mandi di dalam rumah.
Sumber air minum : isi ulang
Sumber penerangan listrik : PLN
Penanganan sampah : dibakar
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 136 kali per menit
Respirasi : 58 kali per menit
Suhu : 38,1o C
Berat Badan : 11 kg
Tinggi Badan : 81 cm
Status Gizi : Gizi baik

6
Sianosis : (-)
Anemia : (-)
Ikterus : (-)
Kejang : (+)
Tipe : tonik
Lamanya : 30 menit
Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada
Lapisan Lemak : Cukup
Turgor : Kembali cepat
Tonus : Eutoni
Oedema : Tidak ada

Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Ubun ubun besar : Sudah menutup
Mata :
- Exophthalmus / Enophthalmus : (-)
- Tekanan bola mata : Normal pada perabaan
- Konjungtiva : Anemis -/-
- Sklera : Ikterik -/-
- Refleks kornea : Normal
- Pupil : Bulat, isokor 3mm 3mm
Refleks cahaya +/+
- Lensa : Jernih
- Fundus : tidak di evaluasi
- Visus : tidak di evaluasi
- Gerakan : Normal ke segala arah
Telinga : Sekret -/-

7
Hidung : Sekret -/-
Mulut : Bibir : Sianosis (-)
Lidah : Beslag (-)
Gigi : Caries (-)
Selaput mulut : Tampak basah
Gusi : Perdarahan (-)
Bau pernapasan : Foetor (-)
Tenggorok : Tonsil : T1 T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Leher : Trakea : Letak tengah
Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening
Kaku kuduk : Tidak ada

Thoraks
Paru Paru :
- Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
- Palpasi : Stem fremitus teraba kanan = kiri
- Perkusi : Sonor Kanan = kiri
- Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler
Ronkhi -/- , Wheezing -/-
Jantung :
- Detak jantung : 126 kali per menit
- Iktus : Cordis tidak tampak
- Batas kiri : Linea mid clavicularis sinistra
- Batas kanan : Linea parasternalis dextra
- Batas atas : ICS II-III
- Bunyi jantung apex : M1 > M2
- Bunyi jantung aorta : A1 > A2
- Bunyi jantung pulmo : P1 < P2
- Bising : (-)

Abdomen
Bentuk : Datar, lemas

8
Lain lain : bising usus (+) normal
Lien : tidak teraba
Hepar : tidak teraba
Genitalia : Laki-laki, normal
Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Anggota Gerak : Akral hangat, CRT 2 detik, sianosis (-), pucat (+)
Tulang Belulang : Deformitas (-)
Otot Otot : Eutoni
Refleks : Refleks Fisiologi+/+, Refleks Patologi-/-, Spastis (-), klonus
(-)

Resume
Penderita laki-laki 1 tahun 8 bulan, BB: 11 kg TB: 81 cm. MRS tanggal 15 Desember
2015 pukul 00.45 WITA. Dengan keluhan kejang sejak 2 jam SMRS, setelah kejang
penderita langsung sadar. Demam sejak 1 hari SMRS, demam mendadak tinggi.
Batuk berlendir sejak 1 minggu SMRS.
Keadaan umum : tampak sakit
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 138x/menit
Respirasi : 48x/menit
Suhu : 38,1C
Kepala : conj. anemis (-), sklera ikterik (-), pernapasan cuping hidung
(-), lingkar kepala = 46cm
pupil bulat isokor bulat, isokor 3mm 3mm, refleks cahaya
+/+
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : bising (-)

9
Pulmo : suara pernapasan bronkovesikuler, ronkhi (-/-), wheezing
-/-
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT 2 detik, sianosis (-)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 15 Desember 2015
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Leukosit 19.400/Ul 4000-10000
Eritrosit 4,04 juta/Ul 4,70-6,10 juta/uL
Hemoglobin 11,8 g/dL 12,0 14,0 g/Dl
Hematokrit 34,2% 37% - 47%
Trombosit 166000/Ul 150000 450000 /uL
Natrium 137 135-136 mEq/L
Kalium 3,7 3,50-5,30 mEq/L
Klorida 110 98,0-109,0 mEq/L
Calsium 8,2 8,10-10,40 mEq/L
CRT 48

DIAGNOSA
Kejang Demam Kompleks
PEMERIKSAAN
- Darah lengkap

10
PENATALAKSAAN
- O2 1-2 l/m
- IVFD kaen 3B (H5) 37-38 ml/jam
- Diazepam 3 x 3mg pulv (k/p)
- Stesolid supp 10mg (k/p)
- Dumin supp 250mg (k/p)
- Paracetamol 3 x 5mg (k/p)
- Ambroxol 3 x 5mg

FOLLOW UP
Tanggal Keterangan
15/12/2015 S: demam (+),batuk (+), BAB dan BAK normal, intake (+)
Pukul O: KU: tampak sakit Kesadaran: Compos Mentis
06:00 T: 100/70 mmHg N: 126x/m R: 38x/m S: 37,80C
Kepala: conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
pupil bulat isokor bulat, isokor 3mm 3mm, refleks cahaya +/+
Thorax: simetris, retraksi (-)
Cor: Bising (-)
Pulmo: Suara pernapasan bronkovesikuler,Rhonki -/-, Wheezing -./-
Abdomen: datar, lemas, Bising usus (+) Normal
Hepar: tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT 2 detik, sianosis (-), RF +/+, RP -/-,
klonus (-)
A: Kejang Demam Kompleks
P: - O2 1-2 l/m (k/p)
- IVFD kaen 3B 8gtt/menit minimal
- Diazepam 3 x 3mg pulv (k/p)
- Stesolid supp 10mg (k/p)

11
- Dumin supp 250mg (k/p)
- Paracetamol 3 x 5mg
- Ambroxol 3 x 5mg
Pro : - UL, FL
Ket : keluarga untuk sementara menunda
16/12/2015 S: demam (-), kejang (-), batuk (+), BAB (-) 2 hari, BAK normal, intake (+)
O: KU: tampak sakit Kesadaran: Compos Mentis
T: 90/60 mmHg N: 110x/m R: 38x/m S: 37,10C
Kepala: conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
pupil bulat isokor bulat, isokor 3mm 3mm, refleks cahaya +/+
Thorax: simetris, retraksi (-)
Cor: Bising (-)
Pulmo: Suara pernapasan bronkovesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -./-
Abdomen: datar, lemas, Bising usus (+) Normal
Hepar: tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT 2 detik, sianosis (-),RF +/+, RP -/-,
klonus (-)
A: Kejang Demam Kompleks
P: - O2 1-2 l/m (kalau sesak)
- Diazepam 3 x 3mg pulv (kalau panas)
- Stesolid supp 10mg (kalau kejang)
- Dumin supp 250mg (k/p)
- Paracetamol 3 x 5mg (k/p)
- Ambroxol 3 x 5mg

17/12/2015 S: demam (-), menggigil (-), BAB dan BAK normal, intake (+)
O: KU: tampak sakit Kesadaran: Compos Mentis
T: 90/60 mmHg N: 100x/m R: 24x/m S: 36,60C
Kepala: conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
pupil bulat isokor bulat, isokor 3mm 3mm, refleks cahaya +/+
Thorax: simetris, retraksi (-)

12
Cor: Bising (-)
Pulmo: Suara pernapasan bronkovesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -./-
Abdomen: datar, lemas, Bising usus (+) Normal
Hepar: tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT 2 detik, sianosis (-),RF +/+, RP -/-,
klonus (-)
A: Kejang Demam Kompleks
P: - O2 1-2 l/m (kalau sesak)
- Diazepam 3 x 3mg pulv (kalau kejang)
- Stesolid supp 10mg (kalau kejang)
- Paracetamol 3 x 5mg bila suhu badan > 37,50C
- Ambroxol 3 x 5mg

Pro : Rawat jalan

13
BAB III

PEMBAHASAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh ( suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranial. Pada tahun 1980 sebuah konferensi konsensus (The Consensus

Devolopment Panel on Febrile Convulsions) yang diadakan oleh National Institutes

of Health mendefinisikan kejang demam sebagai kejadian kejang yang terjadi pada

masa anak-anak yang biasanya terjadi antara umur tiga bulan dan lima tahun yang

dikaitkan dengan kenaikan suhu tubuh tanpa adanya bukti infeksi SSP.1,3,4,5,6,8,
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami

kejang didahului demam perlu dipikirkan kemungkinan lain

misalnya infeksi SSP, epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.


Bila demam disebabkan proses intrakranial, bukan disebut sebagai kejang demam.

Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak

termasuk dalam kejang demam. Bila kejang demam di dahului oleh diare hebat,

perlu dipikirkan kemungkinan bahwa kejang bukan disebabkan demam , melainkan

karena gangguan metabolik misalnya hiponatremi, hipernatremi, hipokalsemi, dan

hipoglikemia. Wegman (1939) dan Millichap (1959) dari percobaan binatang

berkesimpulan bahwa suhu yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan

kejang. Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung pada umur, tinggi serta

14
cepatnya suhu meningkat (Wegman, 1939, Prichard dan McGreat 1958). Faktor

hereditas juga mempunyai peranan. Lennox-Buchthal (1971) berpendapat bahwa

kepekaan terhadap bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan

dengan penetrasi yang tidak sempurna. Lennox (1949) berpendapat bahwa 41,2%

anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal

hanya 3%.

Kejang demam terjadi pada anak pada saat perkembangan ketika ambang

kejangnya rendah. Untuk bisa mengerti bagaimana panas atau demam bisa memicu

kejang, dan bagaimana anak mengalami kondisi ini, dan bagaimana 70% dari semua

kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak, seseorang harus mengerti bahwa setiap

otak mempunyai keunikan ambang batas sebagai contoh, setiap orang akan

mengalami kejang jika demamnya cukup tinggi. Sekali ambang ini dicapai gangguan

elektrikal dalam otak akan mempengaruhi fungsi motorik dan mental10.

Pada seorang anak umur 3 tahun sirkulsi otak mencapai 65% dari seluruh

tubuh, dibandingkan dengan organ dewasa yang hanya 15%. Pada keadaan demam

kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolism basal 10%-15% dan

kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Bila terjadi kenaikan suhu akan terjadi

perubahan keseimbangan membran sel, akan terjadi difusi dari ion Kalium dan

Natrium sehingga terjadi lepas muatan listrik. Lepas muatan sedemikian besarnya

sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan

bantuan neurotransmiter dan terjadilah kejang. tiap anak mempunyai ambang kejang

yang berbeda dan kejang terjadi dari tinggi rendahnya ambang kejang tersebut.

15
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu 38 0C

sedangkan pada anak yang memiliki ambang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu

400C atau lebih1.

Menurut J. Gordon Milichap dan jerry a Cliffer, kejang demam dibagi menjadi

kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks7,8.

Kejang demam sederhana biasanya dikaitkan dengan :

1. Temperature suhu yang meningkat secara cepat diatas 380C.

a. Kejang biasanya besifat umum, tonik klonik dan berlangsung kurang dari

15 menit.
b. Tidak ada kelainan permanen atau sebelumnya tidak menunjukan kejang

tanpa panas.
2. Kejang ini bianya terjadi pada umur 6 bulan sampai 5 tahun.

a. Demam dan atau kejang tidak disebabkan oleh meningitis, ensefalitis,

atau penyakit yang mempengaruhi otak.4,6,7,8,9,12

Pada kejang demam kompleks biasanya :


1. Kejang bersifat lokal atau parsial
2. Lama kejang lebih dari 15 menit
3. Kejang pertama kali umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.
4. Tidak ada gejala dari kelainan neurologis.

5.Dalam 24 jam serangan kejang lebih dari 1 kali (kejang multiple atau kejang

serial)

Dan ada riwayat epilepsi di keluarga termasuk ayah, ibu atau saudara

kandungnya4,6,7,8,9,10,12.

16
Sekitar 30%-50% anak mengalami kekambuhan kejang dengan episode

kejang dengan demam. Kejang demam sederhana dikatakan memiliki faktor resiko

yang kecil untuk menjadi epilepsi di kemudian hari. Faktor-faktor yang meningkatkan

risiko untuk menjadi epilepsi antara lain kejang yang atipikal, riwayat keluarga

epilepsi awal kejang demam kurang dari umur 9 tahun. Perkembangan milestone

yang terhambat dan adanya kelainan neurologis. Insiden untuk menjadi epilepsi

sekitar 9% ketika terdapat beberapa faktor resiko dan hanya 1% pada anak tanpa

faktor risiko4.

Diagnosis kejang demam ditegakkan setelah penyebab kejang yang lain dapat

disingkirkan yaitu meliputi meningitis, ensefalitis, trauma kepala, ketidakseimbangan

elektrolit, dan penyebab kejang akut lainnya. Dari beberapa diagnosis banding

tersebut, meningitis merupakan penyebab kejang yang lebih mendapat perhatian.

Angka kejadian meningitis pada kejang yang disertai demam yaitu 2-5%14.

Kejadian demam pada kejang demam biasanya dikarenakan adanya infeksi

pada sistem pernafasan atas, otitis media, infeksi virus herpes termasuk roseola.

Lebih dari 50% kejadian kejang demam pada anak kurang dari 3 tahun berhubungan

dengan herpes (Human Herpes Virus 6 dan 7)14.

Hal-hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis yaitu :

- Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran dan lama kejang.


- Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi 24 jam, interval, keadaan anak pasca

kejang.

17
- Penyebab demam di luar infeksi susunan sara pusat (gejala, infeksi nafas

akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK, otitis media akut/OMA, dan lainnya)


- Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga.

- Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang

mengakibatkan gangguan elaktrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia,

asupan kurang yang dapat menyebabkan hipokalemia)2.

Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis, penderita mengalami kejang sejak 2 jam
SMRS. Frekuensi kejang 2 kali durasi 30 menit, setelah kejang penderita langsung
sadarkan diri. Saat di rumah sempat kejang 1 kali lagi, tangan dan kaki kaku.
Penderita sadar saat sampai di Rumah Sakit. Demam juga dialami penderita sejak 1
hari SMRS. Demam dirasakan tinggi pada perabaan tangan, demam turun dengan
obat penurun panas2.

Pada kasus ini berdasarakan anamnesis, penderita mengalami kejang 2 kali dalam
30 menit, dan ini sesuai dengan manifestasi klinis dari kejang demam kompleks
yaitu dalam 24 jam serangan kejang lebih dari 1 kali dan tidak ada kelainan neurologi
dan durasi kejang lebih dari 15 menit2.

Penderita juga dikeluhkan mengalami batuk sejak 1 minggu SMRS, batuk


disertai adanya lendir, namun lendir dikatakan sulit untuk dikeluarkan disertai sesak.
Menurut teori, hal ini merupakan gejala dari Bronkopneumonia2.

Kaki dan tangan dingin tidak ada, BAB dan BAK dikatakan tidak ada keluhan,

intake makanan dan minuman baik.

Pada anamneis di tanyakan riwayat penyakit dalam keluarga (kejang), pada kasus

ini hanya penderita yang mengalamai penyakit seperti ini.

18
Pada pemeriksaan fisik pasien kejang biasanya akan ditemukan adanya demam

(pengukuran dengan termometer >380C). Pada pemeriksaan fisik pasien ini, yang

perlu dikonfirmasi pertama kali adalah tanda-tanda vital. Diperiksa suhu badan,

apakah penderita demam atau tidak. Saat masuk rumah sakit suhu tubuh penderita

adalah 38,1C, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan suhu tubuh.

Demam yang dialamai penderita disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat

(infeksi saluran nafas yaitu batuk), batuk dialamai penderita sejak 1 minggu seblum

masuk Rumah Sakit2.

Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (kaku kuduk) pada pasien ini tidak ada,

tanda peningkatan tekakan intrakranial juga tidak di temukan. Pemeriksaan

neurologis tonus (-), reflex fisiologi (+), reflex patologi (-)2.

Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dilakukan juga pemeriksaan

penunjang seperti :

Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit dan

glukosa darah dapat dilakukan, walaupun kadang tidak menunjukan kelainan yang

berarti. Hitung leukosit diatas 20.000 L atau pergeseran kekiri yang ekstrim

mungkin berhubungan dengan bateremia. Namun tidak di temukan pada pasien.

Meningitis harus disingkirkan, pasien dengan bakterial meningitis bisa menampakkan

demam dan kejang. Tanda dari meningitis (seperti fontanella yang menonjol, kaku

kuduk, supor) mungkin tidak ada terutama pada anak dibawah 18 bulan 8. Pada

penderita ini dilakukan pemeriksaan darah lengkap.

19
1. Pemeriksaan lab rutin biasanya tidak diindikasikan kecuali diperlukan untuk

mencari penyebab demam.


2. Penilaian elektrolit jarang membantu dalam evaluasi kejang demam

3. Pasien dengan kejang demam mempunyai insiden bakteremia mirip dengan

hanya dengan demam1.

Lumbal Pungsi, setelah mengontrol demam dan menghentikan kejang, seorang

dokter harus memutuskan apakah akan melakukan lumbal pungsi. Indikasi pungsi

lumbal pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau menyingkirkan

kemungkinan meningitis. Fakta bahwa seseorang mempunyai riwayat kejang demam

sebelumnya tidak menyingkirkan meningitis sebagai penyebab kejang yang terjadi.

Semakin mudah usia anak semakin penting dilakukan, karena pemeriksaan fisik

kurang reliable dalam mendiagnosa meningitis. Lumbal punksi seharusnya dilakukan

jika usia anak dibawah 2 tahun, penyembuhan lambat atau jika hal ini sebagai

penyebab demam ditemukan3. Pelaksanaan lumbal punksi kontroversi pada pasien

dengan kejang sederhana. Dan perlu dilakukan jika dicurigai terjadi meningitis

walaupun kejang bukan satu-satunya tanda meningitis.beberapa literature melaporkan

kurang dari 5% insiden meningitis pada anak-anak menimbulkan kejang 1,11. Bila pasti

bahwa kejang tersebut bukan disebabkan meningitis, pungsi lumbal perlu dilakukan.

Kemampuan menegakkan atau menyingkirkan diagnose meningitis bervariasi

tergantung dokter. Rekomendasi yang dapat digunakan adalah :

1. Bayi kurang dari 12 bulan harus dilakukan pungsi lumbal karena gejala

meningitis sering tidak jelas.

20
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan untuk melakukan pungsi lumbal kecuali

pasti bukan meningitis.


3. Bayi lebih dari 18 bulan umumnya gejala meningitis sudah terlihat dengan

jelas. Bila pasti bukan meningitis pungsi lumbal tidak dianjurkan.

Pemeriksaan foto kepala, CT Scan dan / MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa

kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan gambaran normal. CT

Scan atau MRI boleh dilakukan pada kasus dengan kelainan neurologis atau kasus

dengan kejang fokal untuk mencari lesi organik di otak. CT Scan biasanya tidak perlu

dalam evaluasi pada anak dengan kejang demam sederhana yang pertama kali. CT

Scan dilakukan pada pasien dengan kejang demam kompleks.

Pemeriksaan elektroenselofalografi (EEG) juga tidak perlu pada evaluasi rutin

pada anak dengan kejang demam sederhana pertama kali. EEG tidak dapat

memprediksikan kemungkinan berulangnya kejang atau memperkirakan

kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian hari. Oleh sebab itu, pemeriksaan EEG

pada kejang demam tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat

dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas atau dengan faktor risiko

menjadi epilepsi1,4.

Tatalaksana untuk kejang demam adalah pada waktu pasien datang dalam

keadaan kejang maka yang harus dilakukan ialah membuka pakaian yang ketat dan

posisi pasien dimiringkan apabila muntah untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas harus

bebas agar oksigenasi terjamin16.

21
Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif dalam menghentikan

kejang. Diazepam rektal dapat diberikan di rumah. Dosis diazepam rektal adalah :

1. Dosis 5 mg untuk anak di bawah 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas

3 tahun, atau
2. Dosis 5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan

lebih dari 10 kg, atau


3. 0,5-0,75 mg/kg BB/kali15,16.

Di rumah, maksimum diberikan 2 kali berturut-turut dengan jarak 5 menit. Hati-

hati dengan depresi pernafasan. Diazepam juga dapat diberikan dengan suntikan

intravena sebanyak 0,3-0,5 mg/kbBB. Berikan perlahan-lahan, dengan kecepatan 0,5-

1 mg per menit. Bila kejang berhenti sebelum dosis habis, hentikan penyuntikan.

Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang.

Diazepam jangan diberikan secara intramuscular karena tidak diabsorbsi dengan baik.

Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin intravena sebanyak 15 mg/kb BB perlahan-

lahan. Bila masih kejang, rawat diruangan intensif, berikan pentobarbital dan pasang

ventilator bila perlu. Bila kejang sudah berhenti, tentukan apakah anak termasuk

dalam kejang demam yang memerlukan pengobatan rumat atau cukup pengobatan

intermiten16.

Pengobatan rumat adalah pengobatan yang diberikan secara terus-menerus untuk

waktu yang cukup lama16.

22
1. Obat rumat yang dapat menurunkan risiko berulangnya kejang demam

hanya fenobarbital atau asam valporat. Semua obat antikonvulsan lain tidak

bermanfaat untuk mencegah berulangnya kejang demam.


2. Dosis valproate adalah 15-40 mb/kg BB/hari dibagi 2-3 dosis sedangkan

fenobarbital 3-5 mg/kg BB/hari dibagi 2 dosis.


3. Pengobatan rumat cukup diberikan selama 1 tahun, kecuali pada kasus yang

sangat selektif.
4. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku

dan kesulitan belajar. Sedangkan pemakaian asam valproat pada usia kurang

dari 2 tahun dapat menyebabkan gangguan hati. Bila memberikan valproate

periksa SGOT dan SGPT setelah 2 minggu, 1 bulan kemudian 3 bulan.


5. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukan cirri

sebagai berikut :
a. Kejang demam > 15 menit
b. Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau

sesudah kejang, misalnya hemipresis, todd`s paresi, cerebral palsy,

retardasi mental, hidrosefalus.


c. Kejang fokal
d. Bila ada keluarga sekandung atau orang tua yang mengalami

epilepsi.
6. Pengobatan tidak harus diberikan tetapi dapat dipertimbangkan dalam

keadaan :
a. Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam

b. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12

bulan.

23
Pengobatan intermiten adalah pengobatan yang diberikan pada saat anak

mengalami demam, untuk mencegah terjadinya kejang demam. Terdiri dari

pemberian antipiretik dan antikonvulsan.

Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya

kejang demam. Namum kesepakatan saraf anak menyatakan bahwa pengalaman

menunjukan bahwa antipiretik tetap bermanfaat.

Antipiretik yang dapat diberikan adalah15 :

1. Paracetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kg BB/kali diberikan tiap 4 jam


2. Ibuprofen 10 mg/kg BB/kali, diberikan 3 kali

Antikonvulsan pada saat kejang

1. Pemakaian diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kg setiap 8 jam saat demam

menurunkan risiko berulangnya kejang.

2. Dapat juga diberikan diazepam rektel pada dosis 0,5 mg/kg BB/kali

diberikan sebanyak 4 kali per hari.

Pasien dalam laporan kasus ini di pulangkan pada tanggal 17 Desember 2015

pukul 11:00 siang setelah di rawat di RSUP Prof. R. D. Kandou. Pemeriksaan darah

lengkap pada 1 hari perawatan pertama saat masuk rumah sakit, hasilnya leukosit

meningkat atau pergeseran kekiri yang ekstrim mungkin berhubungan dengan

bateremia8. Pada pasien ini, setelah dilakukan terapi pada 2 hari perawatan

24
menunjukan pasien sudah tidak demam, tidak kejang dan kebutuhan makan dan

minum sudah membaik.

Prognosis anak dengan kejang demam adalah bagus. Pencapaian intelektual

normal. Kebanyakan anak akan mengalami kejang demam di kemudian hari, tetapi

perkembangan ke epilepsi dan kejang tanpa kejang adalah jarang. Kejang demam

akan kambuh pada 50% anak yang mengalami kejang kurang dari 1 tahun dan 27%

pada onset setelah umur 1 tahun6,8. Jika tidak ditangani, 33% pasien mengalami

setidaknya satu kali kekambuhan. Menurut United State National Collaborative

Perinatal Project yang meneliti 1760 anak dari baru lahir sampai umur 7 tahun yang

mengalami satu atau lebih kejang demam, faktor risiko untuk berkembang menjadi

epilepsi adalah :

1. Riwayat kejang tanpa demam


2. Adanya abnormalitas neurologis
3. Kejang demam kompleks
Dari pasien yang mempunyai 1 faktor risiko, 2 % berkembang menjadi

epilepsi dan pasien yang memiliki 2 atau lebih faktor risiko 10% berkembang

menjadi epilepsi5,6,8.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Staf Pengajar IKA FK UI. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kulia

Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. 2002. Jakarta. Percetakan Infomedika. hal 847-

855.

2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan

Dokter Anak Indonesia Jilid I.

26
3. Moe P.G., Seay A.R. Neurologic and Muscular Disorder. In : Current

Pediatric Diagnosis and Treatment. Editor : Hay W. W et al. eds 16 th. 2003.

USA. Lange Medical Books/McGrow-Hill. p 717-745.

4. Johnston M.V. Seizures in childhood. In: Nelson Textbook of Pediatrics.

Editor: Behman, Kliegman, Jenson, Eds 17th. 2004. Pensylvania. Saunder. p

1993-2011.

5. Gascon G. G., Mikati M. A. Seizures and Epilepsy. In: Textbook of Clinical

Pediatrics. Editor: Elzouki av, Hanfi HA, Nazer H. 2001. Philadephia.

William and Wilkins. p 1414-1424.

6. Staf Pengajar IKA FK UI. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kulia

Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. 2002. Jakarta. Percetakan Infomedika. hal 847-

855.

7. Kari I.K. Kejang Demam. Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu

Kesehatan Anak RSUP Sanglah, Denpasar. Editor. Sudaryat, soetjiningsih.

Cetakan II. 2000. Lab/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah.

Hal 198-204.

8. Zempsky W.T. Pediatrics, Febil Zeisure.

www.emedicine.com/emerg/topic376.htm. Last updet: October 14, 2004.

Access: Desember 27, 2015.

27
9. Seamens ,M., Slovis C.M. Seisure: Clasification and Diagnosis. www.allergy-

cosult.com/textbookarticles/textbook/43_seizure.htm. Access: Desember 27,

2015

10. Dannenberg B.W. Seisure Disorder. www.thrombosis-

consult.com/secure/textbookarticles/textbook/11_seisure,htm. Access:

Desember 27, 2015.

11. Management and Treatment of Febrile Seizure.

http://home.coqui.net/myrna/febsrz.htm. Access: Desember 27, 2015.

12. Bauman R. Febrile Seizure. www.emedicine.com/neuro/topic134.htm Last

update: February 14, 2005. Access: Desember 27, 2015.

13. Camfield C.S, Camfield P.R. Febrile Seizure. www.ilae-

epilepsy.org/ctf/febrile_convulsions.html. Last update: December 1, 2002.

Access: April 27, 2005.

14. Wolf P, Shinnar S, (2005), Febriel Sezures in Current Management in Child

Neurology, Third Edition. BC Decker Inc.

15. Pusponegoro H D, Widodo D.P, Ismael S, (2006), Konsensus Penatalaksanaan

Kejang Demam, Unit Kerja Koordinator Nurologi, Ikatan Dokter Anaj

Indonesia, Jakarta.

28
16. Soetomenggolo T.S, (1998), Kejang Demam dalam Buku Ajar Neurologi,

IDAI, Jakarta.

29

Вам также может понравиться

  • Buset (Penyakit Kulit Kelamin) PDF
    Buset (Penyakit Kulit Kelamin) PDF
    Документ28 страниц
    Buset (Penyakit Kulit Kelamin) PDF
    Yudy Hardiyansah
    100% (2)
  • Permenkes 72-2016 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit - 2 PDF
    Permenkes 72-2016 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit - 2 PDF
    Документ63 страницы
    Permenkes 72-2016 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit - 2 PDF
    Dewi Sulthoniyah
    100% (1)
  • 5 6172728389380604070
    5 6172728389380604070
    Документ1 страница
    5 6172728389380604070
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • BAB I Lapkas Panjang
    BAB I Lapkas Panjang
    Документ26 страниц
    BAB I Lapkas Panjang
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • JUDUL
    JUDUL
    Документ38 страниц
    JUDUL
    Aris Wintolo
    Оценок пока нет
  • Skdi Standar Kompetensi Dokter Indonesia
    Skdi Standar Kompetensi Dokter Indonesia
    Документ90 страниц
    Skdi Standar Kompetensi Dokter Indonesia
    Wisniardhy Suarnata Pradana
    100% (1)
  • Bali Shuka Wedding Package
    Bali Shuka Wedding Package
    Документ1 страница
    Bali Shuka Wedding Package
    Stevie Andrean
    Оценок пока нет
  • Materi Drjalalin PDF
    Materi Drjalalin PDF
    Документ26 страниц
    Materi Drjalalin PDF
    Esty Gusmelisa
    Оценок пока нет
  • Lapkas RM
    Lapkas RM
    Документ23 страницы
    Lapkas RM
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Buku Log
    Buku Log
    Документ2 страницы
    Buku Log
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • App
    App
    Документ5 страниц
    App
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Chest Radiographic Findings in Primary Pulmonary Tuberculosis
    Chest Radiographic Findings in Primary Pulmonary Tuberculosis
    Документ8 страниц
    Chest Radiographic Findings in Primary Pulmonary Tuberculosis
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi Lapkas RM
    Daftar Isi Lapkas RM
    Документ2 страницы
    Daftar Isi Lapkas RM
    Nathania Longkutoy
    Оценок пока нет
  • Daftar Hadir
    Daftar Hadir
    Документ2 страницы
    Daftar Hadir
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Omsk Dan Tetanus 1
    Laporan Kasus Omsk Dan Tetanus 1
    Документ33 страницы
    Laporan Kasus Omsk Dan Tetanus 1
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Revisi 1
    Revisi 1
    Документ18 страниц
    Revisi 1
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Tuberkulosis Dalam Kehamilan
    Tuberkulosis Dalam Kehamilan
    Документ3 страницы
    Tuberkulosis Dalam Kehamilan
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Resep Kue Lontar Atau Pie
    Resep Kue Lontar Atau Pie
    Документ3 страницы
    Resep Kue Lontar Atau Pie
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi Lapkas RM
    Daftar Isi Lapkas RM
    Документ2 страницы
    Daftar Isi Lapkas RM
    Nathania Longkutoy
    Оценок пока нет
  • Revisi 1
    Revisi 1
    Документ18 страниц
    Revisi 1
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • 01 Cloride
    01 Cloride
    Документ6 страниц
    01 Cloride
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Gina He
    Gina He
    Документ10 страниц
    Gina He
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Mol A
    Mol A
    Документ9 страниц
    Mol A
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Lapkas Osteoartris VJN
    Lapkas Osteoartris VJN
    Документ18 страниц
    Lapkas Osteoartris VJN
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Revisi 1
    Revisi 1
    Документ18 страниц
    Revisi 1
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Tuberkulosis Dalam Kehamilan
    Tuberkulosis Dalam Kehamilan
    Документ3 страницы
    Tuberkulosis Dalam Kehamilan
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • MMM
    MMM
    Документ34 страницы
    MMM
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • FRAKTUR MAKSILOFASIAL
    FRAKTUR MAKSILOFASIAL
    Документ13 страниц
    FRAKTUR MAKSILOFASIAL
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет
  • Kudaki Daki
    Kudaki Daki
    Документ3 страницы
    Kudaki Daki
    Gina Irene Ishak
    Оценок пока нет