Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
umur pediatric dan terjadi dengan frekuensi 4-6 kasus/1000 anak. Kejang merupakan
suatu serangan mendadak yang dapat nampak sebagai gangguan atau kehilangan
yang berasal dari luar otak seperti demam tinggi, infeksi, pingsan, trauma kepala,
hipoksia, toksin, atau aritmia jantung. Keadaan lain seperti gangguan pernafasan dan
paling lazim pada masa anak, pada sekitar 2% sampai 4% dari jumlah anak-anak.
Kejang demam biasanya terjadi pada umur antara 6 bulan sampai 5 tahun dimana
kejang berhubungan dengan adanya demam tetapi tanpa adanya infeksi dan gangguan
intrakranial2. Kejang dan demam juga bisa terjadi bersamaan pada meningitis,
gangguan sistem saraf pusat, dalam hal ini tidak disebut kejang demam. Kejang
demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan
gejala sisa tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) bisa
disertai apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hiposemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolism anaerobik, hipotensi atrial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya
1
menyebabkan metabolism meningkat. Rangkaian kejadian di atas adlaha faktor
hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus
termporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi
matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan . jadi kejang yang
epilepsi1.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : A.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 1 tahun 8 bulan
2
Tanggal lahir : 09 April 2014
Berat Badan Lahir : Tidak ditimbang
Lahir di : Rumah
Oleh : Biang kampung
Partus : Spontan letak belakang kepala
Kebangsaan : Indonesia
Suku : Gorontalo
Agama : Islam
Alamat : Sumompo Lingkungan IV Tuminting
Nama Ibu : U. H
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Perkawinan :I
Alamat : Sumompo Lingkungan IV Tuminting
Dikirim oleh : IRDA
Dengan Diagnosa : Meningitis purulent dd serosa + suspek bronkopneumonia +
Kejang demam kompleks
Masuk Rumah Sakit : 15 Desember 2015
Jam : 00.45 WITA
3
Family Tree
Penderita, 1 tahun
Anamnesis
(Alloanamnesis dengan ibu penderita, 15 Desember 2015)
Keluhan Utama :
- Kejang sejak 2 jam SMRS
- Demam sejak 1 hari SMRS
- Batuk sejak 1 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Kejang dialami penderita sejak 2 jam SMRS. Frekuensi kejang 2 kali durasi 30
menit, setelah kejang sempat tidak sadarkan diri. Saat di rumah sempat kejang 1 kali
lagi, tangan dan kaki kaku, mata mendelik keatas. Penderita baru sadar saat sampai di
Rumah Sakit. Demam dialami penderita sejak 1 hari SMRS. Demam dirasakan
tinggi pada perabaan tangan, demam turun dengan obat penurun panas sampai
normal. Batuk dialami sejak 1 minggu SMRS, batuk disertai adanya lendir, namun
lendir dikatakan sulit untuk dikeluarkan.
BAB dan BAK dikatakan tidak ada keluhan, intake makanan dan minuman baik
sampai pasien tidak sadarkan diri. Riwayat perawatan di Rumah Sakit 3 bulan
sebelum masuk rumah sakit dan di rawat selama 4 hari dengan riwayat kejang +
diare.
Anamnesis Antenatal
- Antenatal care secara teratur, sebanyak 3 kali di puskesmas
- Injeksi TT tidak disuntik
4
- Saat hamil ibu dalam keadaan sehat
5
Nasi Lembek : 12 sekarang
Imunisasi
Jenis
Dasar Ulangan
Imunisasi
I II III I II III
BCG + - - - - -
Polio + + + - - -
DTP + + + - - -
Campak + - - - - -
Hepatitis B + + + - - -
Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti penderita
6
Sianosis : (-)
Anemia : (-)
Ikterus : (-)
Kejang : (+)
Tipe : tonik
Lamanya : 30 menit
Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada
Lapisan Lemak : Cukup
Turgor : Kembali cepat
Tonus : Eutoni
Oedema : Tidak ada
Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Ubun ubun besar : Sudah menutup
Mata :
- Exophthalmus / Enophthalmus : (-)
- Tekanan bola mata : Normal pada perabaan
- Konjungtiva : Anemis -/-
- Sklera : Ikterik -/-
- Refleks kornea : Normal
- Pupil : Bulat, isokor 3mm 3mm
Refleks cahaya +/+
- Lensa : Jernih
- Fundus : tidak di evaluasi
- Visus : tidak di evaluasi
- Gerakan : Normal ke segala arah
Telinga : Sekret -/-
7
Hidung : Sekret -/-
Mulut : Bibir : Sianosis (-)
Lidah : Beslag (-)
Gigi : Caries (-)
Selaput mulut : Tampak basah
Gusi : Perdarahan (-)
Bau pernapasan : Foetor (-)
Tenggorok : Tonsil : T1 T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Leher : Trakea : Letak tengah
Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening
Kaku kuduk : Tidak ada
Thoraks
Paru Paru :
- Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
- Palpasi : Stem fremitus teraba kanan = kiri
- Perkusi : Sonor Kanan = kiri
- Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler
Ronkhi -/- , Wheezing -/-
Jantung :
- Detak jantung : 126 kali per menit
- Iktus : Cordis tidak tampak
- Batas kiri : Linea mid clavicularis sinistra
- Batas kanan : Linea parasternalis dextra
- Batas atas : ICS II-III
- Bunyi jantung apex : M1 > M2
- Bunyi jantung aorta : A1 > A2
- Bunyi jantung pulmo : P1 < P2
- Bising : (-)
Abdomen
Bentuk : Datar, lemas
8
Lain lain : bising usus (+) normal
Lien : tidak teraba
Hepar : tidak teraba
Genitalia : Laki-laki, normal
Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Anggota Gerak : Akral hangat, CRT 2 detik, sianosis (-), pucat (+)
Tulang Belulang : Deformitas (-)
Otot Otot : Eutoni
Refleks : Refleks Fisiologi+/+, Refleks Patologi-/-, Spastis (-), klonus
(-)
Resume
Penderita laki-laki 1 tahun 8 bulan, BB: 11 kg TB: 81 cm. MRS tanggal 15 Desember
2015 pukul 00.45 WITA. Dengan keluhan kejang sejak 2 jam SMRS, setelah kejang
penderita langsung sadar. Demam sejak 1 hari SMRS, demam mendadak tinggi.
Batuk berlendir sejak 1 minggu SMRS.
Keadaan umum : tampak sakit
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 138x/menit
Respirasi : 48x/menit
Suhu : 38,1C
Kepala : conj. anemis (-), sklera ikterik (-), pernapasan cuping hidung
(-), lingkar kepala = 46cm
pupil bulat isokor bulat, isokor 3mm 3mm, refleks cahaya
+/+
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : bising (-)
9
Pulmo : suara pernapasan bronkovesikuler, ronkhi (-/-), wheezing
-/-
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT 2 detik, sianosis (-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 15 Desember 2015
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Leukosit 19.400/Ul 4000-10000
Eritrosit 4,04 juta/Ul 4,70-6,10 juta/uL
Hemoglobin 11,8 g/dL 12,0 14,0 g/Dl
Hematokrit 34,2% 37% - 47%
Trombosit 166000/Ul 150000 450000 /uL
Natrium 137 135-136 mEq/L
Kalium 3,7 3,50-5,30 mEq/L
Klorida 110 98,0-109,0 mEq/L
Calsium 8,2 8,10-10,40 mEq/L
CRT 48
DIAGNOSA
Kejang Demam Kompleks
PEMERIKSAAN
- Darah lengkap
10
PENATALAKSAAN
- O2 1-2 l/m
- IVFD kaen 3B (H5) 37-38 ml/jam
- Diazepam 3 x 3mg pulv (k/p)
- Stesolid supp 10mg (k/p)
- Dumin supp 250mg (k/p)
- Paracetamol 3 x 5mg (k/p)
- Ambroxol 3 x 5mg
FOLLOW UP
Tanggal Keterangan
15/12/2015 S: demam (+),batuk (+), BAB dan BAK normal, intake (+)
Pukul O: KU: tampak sakit Kesadaran: Compos Mentis
06:00 T: 100/70 mmHg N: 126x/m R: 38x/m S: 37,80C
Kepala: conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
pupil bulat isokor bulat, isokor 3mm 3mm, refleks cahaya +/+
Thorax: simetris, retraksi (-)
Cor: Bising (-)
Pulmo: Suara pernapasan bronkovesikuler,Rhonki -/-, Wheezing -./-
Abdomen: datar, lemas, Bising usus (+) Normal
Hepar: tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT 2 detik, sianosis (-), RF +/+, RP -/-,
klonus (-)
A: Kejang Demam Kompleks
P: - O2 1-2 l/m (k/p)
- IVFD kaen 3B 8gtt/menit minimal
- Diazepam 3 x 3mg pulv (k/p)
- Stesolid supp 10mg (k/p)
11
- Dumin supp 250mg (k/p)
- Paracetamol 3 x 5mg
- Ambroxol 3 x 5mg
Pro : - UL, FL
Ket : keluarga untuk sementara menunda
16/12/2015 S: demam (-), kejang (-), batuk (+), BAB (-) 2 hari, BAK normal, intake (+)
O: KU: tampak sakit Kesadaran: Compos Mentis
T: 90/60 mmHg N: 110x/m R: 38x/m S: 37,10C
Kepala: conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
pupil bulat isokor bulat, isokor 3mm 3mm, refleks cahaya +/+
Thorax: simetris, retraksi (-)
Cor: Bising (-)
Pulmo: Suara pernapasan bronkovesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -./-
Abdomen: datar, lemas, Bising usus (+) Normal
Hepar: tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT 2 detik, sianosis (-),RF +/+, RP -/-,
klonus (-)
A: Kejang Demam Kompleks
P: - O2 1-2 l/m (kalau sesak)
- Diazepam 3 x 3mg pulv (kalau panas)
- Stesolid supp 10mg (kalau kejang)
- Dumin supp 250mg (k/p)
- Paracetamol 3 x 5mg (k/p)
- Ambroxol 3 x 5mg
17/12/2015 S: demam (-), menggigil (-), BAB dan BAK normal, intake (+)
O: KU: tampak sakit Kesadaran: Compos Mentis
T: 90/60 mmHg N: 100x/m R: 24x/m S: 36,60C
Kepala: conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
pupil bulat isokor bulat, isokor 3mm 3mm, refleks cahaya +/+
Thorax: simetris, retraksi (-)
12
Cor: Bising (-)
Pulmo: Suara pernapasan bronkovesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -./-
Abdomen: datar, lemas, Bising usus (+) Normal
Hepar: tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT 2 detik, sianosis (-),RF +/+, RP -/-,
klonus (-)
A: Kejang Demam Kompleks
P: - O2 1-2 l/m (kalau sesak)
- Diazepam 3 x 3mg pulv (kalau kejang)
- Stesolid supp 10mg (kalau kejang)
- Paracetamol 3 x 5mg bila suhu badan > 37,50C
- Ambroxol 3 x 5mg
13
BAB III
PEMBAHASAN
suhu tubuh ( suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
of Health mendefinisikan kejang demam sebagai kejadian kejang yang terjadi pada
masa anak-anak yang biasanya terjadi antara umur tiga bulan dan lima tahun yang
dikaitkan dengan kenaikan suhu tubuh tanpa adanya bukti infeksi SSP.1,3,4,5,6,8,
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam. Bila kejang demam di dahului oleh diare hebat,
kejang. Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung pada umur, tinggi serta
14
cepatnya suhu meningkat (Wegman, 1939, Prichard dan McGreat 1958). Faktor
kepekaan terhadap bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan
dengan penetrasi yang tidak sempurna. Lennox (1949) berpendapat bahwa 41,2%
anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal
hanya 3%.
Kejang demam terjadi pada anak pada saat perkembangan ketika ambang
kejangnya rendah. Untuk bisa mengerti bagaimana panas atau demam bisa memicu
kejang, dan bagaimana anak mengalami kondisi ini, dan bagaimana 70% dari semua
kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak, seseorang harus mengerti bahwa setiap
otak mempunyai keunikan ambang batas sebagai contoh, setiap orang akan
mengalami kejang jika demamnya cukup tinggi. Sekali ambang ini dicapai gangguan
Pada seorang anak umur 3 tahun sirkulsi otak mencapai 65% dari seluruh
tubuh, dibandingkan dengan organ dewasa yang hanya 15%. Pada keadaan demam
kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolism basal 10%-15% dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Bila terjadi kenaikan suhu akan terjadi
perubahan keseimbangan membran sel, akan terjadi difusi dari ion Kalium dan
Natrium sehingga terjadi lepas muatan listrik. Lepas muatan sedemikian besarnya
sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan
bantuan neurotransmiter dan terjadilah kejang. tiap anak mempunyai ambang kejang
yang berbeda dan kejang terjadi dari tinggi rendahnya ambang kejang tersebut.
15
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu 38 0C
sedangkan pada anak yang memiliki ambang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu
Menurut J. Gordon Milichap dan jerry a Cliffer, kejang demam dibagi menjadi
a. Kejang biasanya besifat umum, tonik klonik dan berlangsung kurang dari
15 menit.
b. Tidak ada kelainan permanen atau sebelumnya tidak menunjukan kejang
tanpa panas.
2. Kejang ini bianya terjadi pada umur 6 bulan sampai 5 tahun.
5.Dalam 24 jam serangan kejang lebih dari 1 kali (kejang multiple atau kejang
serial)
Dan ada riwayat epilepsi di keluarga termasuk ayah, ibu atau saudara
kandungnya4,6,7,8,9,10,12.
16
Sekitar 30%-50% anak mengalami kekambuhan kejang dengan episode
kejang dengan demam. Kejang demam sederhana dikatakan memiliki faktor resiko
yang kecil untuk menjadi epilepsi di kemudian hari. Faktor-faktor yang meningkatkan
risiko untuk menjadi epilepsi antara lain kejang yang atipikal, riwayat keluarga
epilepsi awal kejang demam kurang dari umur 9 tahun. Perkembangan milestone
yang terhambat dan adanya kelainan neurologis. Insiden untuk menjadi epilepsi
sekitar 9% ketika terdapat beberapa faktor resiko dan hanya 1% pada anak tanpa
faktor risiko4.
Diagnosis kejang demam ditegakkan setelah penyebab kejang yang lain dapat
elektrolit, dan penyebab kejang akut lainnya. Dari beberapa diagnosis banding
Angka kejadian meningitis pada kejang yang disertai demam yaitu 2-5%14.
pada sistem pernafasan atas, otitis media, infeksi virus herpes termasuk roseola.
Lebih dari 50% kejadian kejang demam pada anak kurang dari 3 tahun berhubungan
kejang.
17
- Penyebab demam di luar infeksi susunan sara pusat (gejala, infeksi nafas
Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis, penderita mengalami kejang sejak 2 jam
SMRS. Frekuensi kejang 2 kali durasi 30 menit, setelah kejang penderita langsung
sadarkan diri. Saat di rumah sempat kejang 1 kali lagi, tangan dan kaki kaku.
Penderita sadar saat sampai di Rumah Sakit. Demam juga dialami penderita sejak 1
hari SMRS. Demam dirasakan tinggi pada perabaan tangan, demam turun dengan
obat penurun panas2.
Pada kasus ini berdasarakan anamnesis, penderita mengalami kejang 2 kali dalam
30 menit, dan ini sesuai dengan manifestasi klinis dari kejang demam kompleks
yaitu dalam 24 jam serangan kejang lebih dari 1 kali dan tidak ada kelainan neurologi
dan durasi kejang lebih dari 15 menit2.
Kaki dan tangan dingin tidak ada, BAB dan BAK dikatakan tidak ada keluhan,
Pada anamneis di tanyakan riwayat penyakit dalam keluarga (kejang), pada kasus
18
Pada pemeriksaan fisik pasien kejang biasanya akan ditemukan adanya demam
(pengukuran dengan termometer >380C). Pada pemeriksaan fisik pasien ini, yang
perlu dikonfirmasi pertama kali adalah tanda-tanda vital. Diperiksa suhu badan,
apakah penderita demam atau tidak. Saat masuk rumah sakit suhu tubuh penderita
adalah 38,1C, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan suhu tubuh.
Demam yang dialamai penderita disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat
(infeksi saluran nafas yaitu batuk), batuk dialamai penderita sejak 1 minggu seblum
Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (kaku kuduk) pada pasien ini tidak ada,
penunjang seperti :
glukosa darah dapat dilakukan, walaupun kadang tidak menunjukan kelainan yang
berarti. Hitung leukosit diatas 20.000 L atau pergeseran kekiri yang ekstrim
demam dan kejang. Tanda dari meningitis (seperti fontanella yang menonjol, kaku
kuduk, supor) mungkin tidak ada terutama pada anak dibawah 18 bulan 8. Pada
19
1. Pemeriksaan lab rutin biasanya tidak diindikasikan kecuali diperlukan untuk
dokter harus memutuskan apakah akan melakukan lumbal pungsi. Indikasi pungsi
Semakin mudah usia anak semakin penting dilakukan, karena pemeriksaan fisik
jika usia anak dibawah 2 tahun, penyembuhan lambat atau jika hal ini sebagai
dengan kejang sederhana. Dan perlu dilakukan jika dicurigai terjadi meningitis
kurang dari 5% insiden meningitis pada anak-anak menimbulkan kejang 1,11. Bila pasti
bahwa kejang tersebut bukan disebabkan meningitis, pungsi lumbal perlu dilakukan.
1. Bayi kurang dari 12 bulan harus dilakukan pungsi lumbal karena gejala
20
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan untuk melakukan pungsi lumbal kecuali
Pemeriksaan foto kepala, CT Scan dan / MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa
Scan atau MRI boleh dilakukan pada kasus dengan kelainan neurologis atau kasus
dengan kejang fokal untuk mencari lesi organik di otak. CT Scan biasanya tidak perlu
dalam evaluasi pada anak dengan kejang demam sederhana yang pertama kali. CT
pada anak dengan kejang demam sederhana pertama kali. EEG tidak dapat
kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian hari. Oleh sebab itu, pemeriksaan EEG
dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas atau dengan faktor risiko
menjadi epilepsi1,4.
Tatalaksana untuk kejang demam adalah pada waktu pasien datang dalam
keadaan kejang maka yang harus dilakukan ialah membuka pakaian yang ketat dan
posisi pasien dimiringkan apabila muntah untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas harus
21
Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif dalam menghentikan
kejang. Diazepam rektal dapat diberikan di rumah. Dosis diazepam rektal adalah :
1. Dosis 5 mg untuk anak di bawah 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas
3 tahun, atau
2. Dosis 5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan
hati dengan depresi pernafasan. Diazepam juga dapat diberikan dengan suntikan
1 mg per menit. Bila kejang berhenti sebelum dosis habis, hentikan penyuntikan.
Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang.
Diazepam jangan diberikan secara intramuscular karena tidak diabsorbsi dengan baik.
Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin intravena sebanyak 15 mg/kb BB perlahan-
lahan. Bila masih kejang, rawat diruangan intensif, berikan pentobarbital dan pasang
ventilator bila perlu. Bila kejang sudah berhenti, tentukan apakah anak termasuk
dalam kejang demam yang memerlukan pengobatan rumat atau cukup pengobatan
intermiten16.
22
1. Obat rumat yang dapat menurunkan risiko berulangnya kejang demam
hanya fenobarbital atau asam valporat. Semua obat antikonvulsan lain tidak
sangat selektif.
4. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku
dan kesulitan belajar. Sedangkan pemakaian asam valproat pada usia kurang
sebagai berikut :
a. Kejang demam > 15 menit
b. Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau
epilepsi.
6. Pengobatan tidak harus diberikan tetapi dapat dipertimbangkan dalam
keadaan :
a. Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
bulan.
23
Pengobatan intermiten adalah pengobatan yang diberikan pada saat anak
Antipiretik
1. Pemakaian diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kg setiap 8 jam saat demam
2. Dapat juga diberikan diazepam rektel pada dosis 0,5 mg/kg BB/kali
Pasien dalam laporan kasus ini di pulangkan pada tanggal 17 Desember 2015
pukul 11:00 siang setelah di rawat di RSUP Prof. R. D. Kandou. Pemeriksaan darah
lengkap pada 1 hari perawatan pertama saat masuk rumah sakit, hasilnya leukosit
bateremia8. Pada pasien ini, setelah dilakukan terapi pada 2 hari perawatan
24
menunjukan pasien sudah tidak demam, tidak kejang dan kebutuhan makan dan
normal. Kebanyakan anak akan mengalami kejang demam di kemudian hari, tetapi
perkembangan ke epilepsi dan kejang tanpa kejang adalah jarang. Kejang demam
akan kambuh pada 50% anak yang mengalami kejang kurang dari 1 tahun dan 27%
pada onset setelah umur 1 tahun6,8. Jika tidak ditangani, 33% pasien mengalami
Perinatal Project yang meneliti 1760 anak dari baru lahir sampai umur 7 tahun yang
mengalami satu atau lebih kejang demam, faktor risiko untuk berkembang menjadi
epilepsi adalah :
epilepsi dan pasien yang memiliki 2 atau lebih faktor risiko 10% berkembang
menjadi epilepsi5,6,8.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar IKA FK UI. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kulia
Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. 2002. Jakarta. Percetakan Infomedika. hal 847-
855.
26
3. Moe P.G., Seay A.R. Neurologic and Muscular Disorder. In : Current
Pediatric Diagnosis and Treatment. Editor : Hay W. W et al. eds 16 th. 2003.
1993-2011.
6. Staf Pengajar IKA FK UI. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kulia
Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. 2002. Jakarta. Percetakan Infomedika. hal 847-
855.
7. Kari I.K. Kejang Demam. Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Cetakan II. 2000. Lab/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah.
Hal 198-204.
27
9. Seamens ,M., Slovis C.M. Seisure: Clasification and Diagnosis. www.allergy-
2015
consult.com/secure/textbookarticles/textbook/11_seisure,htm. Access:
Indonesia, Jakarta.
28
16. Soetomenggolo T.S, (1998), Kejang Demam dalam Buku Ajar Neurologi,
IDAI, Jakarta.
29