Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Kelompok 1:
Noor Khalwati Afdhaliya
...............
.................
Saat ini berbagai cara dilakukan oleh manusia untuk menjaga kesehatannya dengan
melakukan olahraga, Pada masa ini banyak orang baik pria maupun wanita yang
menginginkan bentuk tubuh ideal, selain itu juga untuk tampil menarik sehingga akan
menambah rasa percaya diri dan menunjukan status sosialnya dalam aktivitas sehari -
hari. Dengan pertimbangan tersebut banyak cara dilakukan antara lain diet dan olahraga,
olahraga merupakan salah satu cara yang paling aman untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Di dalam berbagai jenis olahraga baik olahraga dengan gerakan gerakan yang
bersifat konstan seperti jogging, marathon dan bersepeda atau juga padaolahraga yang
melibatkan gerakan - gerakan yang explosif seperti menendang bola atau gerakan smash
dalam olahraga tenis atau bulutangkis, jaringan otot hanya akan memperoleh energi dari
pemecahan molekul adenosine triphospate atau yang biasanya disingkat sebagai ATP.
Energi yang digunakan berasal dari simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh yaitu
simpanan phosphocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan protein. Molekul ATP tersebut
akan dihasilkan melalui metabolisme energi yang akan melibatkan beberapa reaksi kimia
yang kompleks. Pengunaan simpanan - simpanan energi di dalam tubuh beserta jalur
metabolisme energi yang akan digunakan untuk menghasilkan molekul ATP akan
bergantung terhadap jenis aktivitas serta intensitas yang dilakukan saat berolahraga.
Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga akan terdiri dari
kombinasi dua jenis aktivitas yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan aktivitas yang
bersifat anaerobik. Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat ketahanan seperti jogging,
marathon, triathlon dan juga bersepeda jarak jauh merupakan jenis olahraga dengan
komponen aktivitas aerobik yang dominan. Selanjutnya untuk kegiatan olahraga yang
membutuhkan tenaga besar dalam waktu singkat seperti angkat berat, push - up, sprint
atau juga loncat jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen komponen aktivitas
anaerobik yang dominan
Pada saat berolahraga, terdapat 3 (tiga) jalur metabolisme energi yang
digunakan yaitu hidrolisis Phosphocreatine (PCr), glikolisis anaerobik Glukosa
(glikolisis) dan pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan protein
(metabolisme aerobik).Pada olahraga anaerobik, aktivitas yang dominan adalah
aktivitas anaerobik, energi yang digunakan oleh tubuh diperoleh melalui hidrolisis
phosphocreatine (PCr) serta melalui proses glikolisis glukosa secara anaerobik.
Proses metabolisme energi secara anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran
oksigen. Proses metabolisme energi secara anaerobik akan menghasilkan produk
samping berupa asam laktat yang apabila terakumulasi akan menghambat
kontraksi otot dan menimbulkan rasa nyeri pada otot. Hal ini yang menyebabkan
gerakan anaerobik yang terdapat pada olahraga power tidak dapat dilakukan
secara terus menerus dalam waktu yang panjang. Pada jenis olahraga ini harus
diselingi dengan waktu istirahat masing-masing cabang olahraga untuk
memulihkan kembali hidrolisis PCr. Dalam Makalah ini akan dibahas tentang
metabolisme energi yang menggunakan hidrolisis Phosphocreatine (PCr)
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Hidrolisis Phosphocreatine (PCr)?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
hidrolisis Phosphocreatine (PCr)
BAB II
ISI
1. Sistem hidrolisis Phosphocreatine (PCr)
Kreatin (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpan dalam otot
sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk kreatin yang sudah
terfosforilasi yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan penting
dalam proses metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk
menghasilkan ATP.
Dengan bantuan enzim creatine kinase, phosphorcreatine (PCr) yang
tersimpan didalam otot akan dipecah menjadi Pi (inorganic fosfat) dan
creatine dimana proses ini juga akan disertai dengan pelepasan energi
sebesar 43 KJ (10,3 kkal) untuk tiap 1mol PCr. Inorganik fosfat yang
dihasilkan melalui proses pemecahan PCr ini melalui proses fosforlisasi
dapat mengikat kepada molekul ADP (adenosine diphospate) untuk
kemudian kembali membentuk molekul ATP (adenosine triphospate).
Melalui proses hidrolisis PCr, energi dalam jumlah besar (2.3 mmol ATP/kg
berat basah otot per detiknya) dapat dihasilkan secara instant untuk
memenuhi kebutuhan energi pada saat berolahraga dengan intensitas tinggi
yang bertenaga. Namun karena terbatasnya simpanan PCr yang terdapat
pada jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24 mmol ATP/kg berat basah
ebergi yang dihasilakan melalui proses hidrolis ini hanya dapat bertahan
untuk mendukung aktifitas anaerobik selama 5-10 detik
Sistem hidrolisis PCr menyediakan energi siap pakai yang diperlukan
pada permulaan kegiatan gerak olahraga untuk 6-8 detik pertama. Zat gizi
yang berperan adalah karbohidrat, lemak dan protein yang dimetabolisme
menjadi creatine phosphate (CP) dan ADP untuk selanjutnya menghasilkan
ATP. Pada proses pemulihan setelah selesai melakukan latihan maka kreatin
fosfat akan dibentuk kembali sehingga ketersediaan karbohidrat, lemak dan
protein harus cukup. Olahraga yang memakai sistem ini adalah olahraga
dengan waktu cepat dan intensitas tinggi seperti lari cepat 100 m , renang 25
m dan angkat besi.
Gambar1. Metabolisme Phosphocreatine
2. Suplementasi Kreatine dalam Latihan dan Olahraga
2.1 Sumber Kreatine
Tubuh mengumpulkan kreatin dari berbagai makanan (termasuk
suplemen) atau melalui sintesis dari precusor asam amino yang
diperoleh dari makanan-makanan yang mengandung kretain antara lain
daging, tuna, dan salmon (Sahelian dan Tule, 1997). Konsumsi normal
makanan sehari-hari mengandung 1-2 g creatin, tetapi vegetarian
mengkonsumsi lebih sedikit (Toler, 1977; Moughan, 1995). Kreatin
yang masuk ke dalam tubuh bersamaan dengan bahan makanan lainnya,
diserap dari sistem pencernaan sampai ke aliran darah lalu disimpan di
dalam otot. Jika asupan gizi makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi
kebutuhan, maka kreatin dapat disintesis dari asam-asam amino yang
tersimpan dalam tubuh dalam bentuk glisin, arginin dan methionin.
Ginjal menggunakan glisin dan ariginin untuk membentuk gumdin
asetat, yang kemudian akan dirubah menjadi kreatin dengan bantuan
enzym liver methylates (Murray, 1996). Kemudian tiransporkan ke sel-
sel otot untuk disimpan. Selain di otot, juga akan disimpan di dalam
ginjal, sel sperma, dan jaringan otak (Maughan, 1995). Jumlah
maksimal kreatin yang dapat disimpan tubuh adalah 0,3 g per kg berat
badan (Haris, Soderlund, dan Hulfan, 1992). Kandungan kreatin otot
skelet rata-rata 125 milimol per kg berat badan (mmol/kg/dm) dan
rangenya antara 60-160 mmol/kg/dm). Atlet-atlet dengan simpanan
kreatin yang tinggi tidak akan tampak mendapatkan keuntungan dari
suplementasi kreatin, tetapi individu dengan level kreatin otot yang
rendah, akan mendapatkan manfaat yang besar sekali dengan
mengkonsumsi suplemen kreatin. Tanpa suplementasi kreatin, tubuh
sebenarnya sudah mampu menyediakan kreatin otot sejumlah 2 gram
per hari (Haff dan Potterger, 1997).
2.2 Pengaruh Kreatine Terhadap Kreatin Otot, Phosphocreatine (PCr) dan
ATP
Penggunaan kreatin 2 gram per hari untuk orang dengan berat 70
kg, kira-kira separuh dari kebutuhan kreatin, disediakan oleh tubuh
dengan mensintesis kreatin dari asam amino. Kebutuhan kreatin sehari-
hari juga diperoleh juga diperoleh dari makanan berupa daging atau ikan
yang merupakan sumber utama, contoh: terdapat 1 g kreatin per 250 g
daging, mengkonsumsi kreatin sintesis merupakan cara utama yang
dilakukan atlet untuk meningkatkan simpanan kretain otot. Dosis 20
g/hari selama 5-7 hari biasanya meningkatkan jumlah total kretain otot
sebesar 10-20%, dan 1/3 dari kelebihan kretain otot berbentuk kreatin
fosfat (Haris, 1992; Balsom, dkk, 1995).
Penelitian lain dengan memberikan dosis 5 g kreatin per hari
meningkatkan kreatin di dalam otot dan kreatin fosfat di dalam otot.
Dari 17 orang subjek dengan jumlah kretain otot terendah di awal
percobaan terlihat mengalami peningkatan yang paling besar. Dengan
olahraga juga dapat meningkatkan pemasukan kreatin ke dalam otot dan
selama penelitian berlangsung tidak ditemukan efek samping
(Moughan, 1995).
Banyaknya kreatin di dalam otot tidak tampak meningkatkan
konsentrasi ATP saat istirahat, tetapi membantu mempertahankan
konsentrasi ATP selama lari jarak pendek dengan upaya maksimal. Ini
mungkin juga dapat menambah jumlah ATP dan resintesis ATP selama
melalukan aktifitas fisik (olahraga).(Greenhafl, dkk., 1993a; Balsom,
dkk., 1993a; Casey, dkk., 1996). Terdapat juga penelitian yang
melaporkan bahwa tidak semua subjek penelitian merespon positif
terhadap suplementasi kreatin sebagaimana yang dilaporkan Greenhalf,
dkk., (1993a). Subjek yang memiliki konsentrasi kreatin dalam otot saat
istirahat yang rendah, tidak tampak mengalami peningkatan dengan di
berikannya suplementasi kreatin. Tetapi pada beberapa penelitian
memperlihatkan peningkatan jumlah kreatin dalam otot lebih besar 10
% pada suplementasi kreatin yang diberikan bersama-sama glukosa
daripada hanya suplementasi kreatin saja. (Green.dkk.1996).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Hernawati. Produksi Asam Laktat Pada Exercise Aerobik Dan Anaerobik. Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19700331199
7022-HERNAWATI/FILE_2.pdf diakses pada tanggal 13 Maret 2017. Pada
jam 3.56 WITA
Kementerian Kesehatan Indonesia.2014.Pedoman Gizi Olahraga Prestasi.