Вы находитесь на странице: 1из 58

Manfaat perencanaan pajak dapat dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai

berikut :

Penghematan kas keluar.


Perencanaan pajak dapat menghemat pajak yang merupakan biaya bagi
perusahaan.
Mengatur aliran kas (cash flow).
Perencanaan pajak dapat mengestimasi kebutuhan kas untuk pajak dan
menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kas
secara lebih akurat.
Aspek-aspek dalam Perencanaan Pajak

1. Aspek Formal dan Administratif :


Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;
Memotong dan/atau memungut pajak;
Membayar pajak;
Menyampaikan Surat Pemberitahuan.

2. Aspek Material :
Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasi alokasi
sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih
dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap.

Tahapan Perencanaan Pajak


Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base) & Update
peraturan pajak yang berlaku terbaru
Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing one or more
possible tax plans)
Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan)
Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the tax
plans)
Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan)

Strategi Umum Perencanaan Pajak


a. Tax Saving
Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif
pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah.
Misalnya, perusahaan dapat melakukan perubahan pemberian natura kepada
karyawan menjadi tunjangan dalam bentuk uang.
b. Tax Avoidance
Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari
pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak.
Misalnya, perusahaan yang masih mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan
karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian natura karena natura bukan
merupakan objek pajak PPh Pasal 21.
c. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan
Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari
timbulnya sanksi perpajakan berupa:
Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan;
Sanksi pidana: pidana atau kurungan.
d. Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku
dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan
dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang
diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini, penjual dapat
menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan
barang.

e. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan


Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang
dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22
atas impor, PPh Pasal 23 atas penghasilan jasa atau sewa dll.

Perencanaan Pajak Untuk Mengefisienkan Beban Pajak

Beberapa strategi yang digunakan dalan mengefisienkan beban pajak adalah :


Pemilihan Bentuk Badan Usaha antara pemilihan bentuk PT atau CV.
Memilih lokasi perusahaan atau melakukan penanaman modal di bidang usaha
tertentu dan atau di bidang tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala
nasional dapat diberikan fasilitas perpajakan.
Mengambil keuntungan yg sebesar-besarnya dari pengecualian atau pengurangan
atas Penghasilan Kena Pajak. Seperti apabila diketahui bahwa Penghasilan Kena
Pajak perusahaan besar dan akan mengakibatkan pajak terhutang besar, sebaiknya
perusahaan membelanjakan sebagian laba perusahaan untuk penelitian dan
pengembangan, biaya pendidikan, biaya training yang boleh dikurangi dari
penghasilan kena pajak.
Penempatan modal perusahan kepada perseroan terbatas lebih menguntungkan
kalau besarnya modal yang disetor paling rendah 25 %. Apabila modal yang
ditempatkan kurang dari 25 % maka dividen yang dibagi dari perusahan akan
dikenakan pajak.
Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau natura /
kenikmatan dapat dipilih sebagai alternatif untuk mengefisienkan pajak.
Pemilihan metode penilaian persediaan dengan metode Average daripada FIFO.
Karena pada kondisi perekonomian yg cenderung mengalami inflasi, penetapan
metode Average akan menghasilkan HPP lebih tinggi dari pada FIFO. Dengan HPP
lebih tinggi, akan mengakibatkan laba kena pajak akan semakin rendah.
Untuk pendanaan aktiva tetap lebih menguntungkan secara leasing dengan hak
opsi dibandingkan pembelian langsung.
Pemilihan metode penyusutan jika prediksi laba cukup besar sebaiknya
menggunakan metode saldo menurun. Tapi jika pada awal investasi tidak dapat
memberikan keuntungan, maka metode garis lurus lebih menguntungkan.
Menghindari pengenaan pajak dengan cara mengarahkan transaksi pada yang
bukan objek pajak.
Mengoptimalkan kredit pajak. Jangan sampai kredit pajak tersebut menjadi biaya
pajak karena akan merugikan. Apabila pajak yang telah dibayar dimuka,
dikreditkan, maka kredit pajak akan dapat kembali 100 %. Tetapi apabila pajak yang
telah dibayar dimuka dibiayakan, maka pajak yang sudah dibayar hanya kembali 75
%.
Penundaan pembayaran kewajiban pajak sampai akhir batas jatuh tempo.
Menghindari lebih bayar untuk menghindari kerugian finansil dan menghindari
pemeriksaan pajak
Dan banyak lagi instrument yang dapat digunakan sepanjang tidak melanggar
aturan perpajakan yang berlaku.
Aspek Perpajakan pada Bidang Usaha Perbankan
Posted: 23 July 2010 in ARTiCLE
Tags: Aspek Perpajakan pada Bidang Usaha Perbankan 3
Gendut Koesharjanto (Supervisor KPP Pratama Surakarta)
Gendut Koesharjanto (Supervisor KPP Pratama Surakarta)
1. Subjek Pajak Penghasilan (PPh)

Yang menjadi subjek pajak adalah :


a. 1) Orang Pribadi

2) Warisan yang belum terbagi sebagai kesatuan menggantikan yang berhak

b. Badan

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap
Klasifikasi Objek Pajak Badan
Penghasilan yang merupakan Objek Pajak tidak bersifat final (Pasal 4 ayat (1) UU
PPh)
Penghasilan yang merupakan Objek Pajak yang dipotong PPh final (Pasal 4 ayat (2)
UU PPh)
Penghasilan yang bukan merupakan merupakan Objek Pajak (Pasal 4 ayat (3) UU
PPh)
c. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

2. Objek Pajak Penghasilan (PPh)

Yang menjadi Objek Pajak adalah Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang Diterima atau diperoleh Wajib Pajak Berasal dari Indonesia maupun
luar Indonesia Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambahkekayaan Wajib
Pajak Dengan nama dan dalam bentuk apapun. Termasuk :
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan
lain dalam Undang-undang PPh

b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan

c. laba usaha

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya


dan pembayaran tambahan pengembalian pajak. bunga termasuk premium,
diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang

g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi

h. royalti

sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta


penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP Nomor 130 Tahun 2000)

keuntungan selisih kurs mata uang asing


m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

n. premi asuransi
Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenai
pajak

q. penghasilan dari usaha yang berbasis syariah (PP 25 Tahun 2009)

imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur


mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan
surplus Bank Indonesi
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah :

a. 1) bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amal
zakat atau lembaga amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP 18 Tahun 2009)

2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK-
245/PMK.03/2008)

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau


penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan

b. Warisan

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal

d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak
atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang
dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU
PPh

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan


asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa

Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana


dimaksud dalam huruf g di atas, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK-651/KMK.04/1994)

i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma,
dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif

j. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura, berupa


bagian laba dari pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di
Indonesia, sepanjang perusahaan pasangan usaha tersebut :

dalam sektor usaha yang ditetapkan Menteri Keuangan (KMK-250/KMK.04/1995);


dan
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
k. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK-
246/PMK.03/2008)

l. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan,
yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali
dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK-80/PMK.03/2009)

m. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK- 247/PMK.03/2008)

Konsep Biaya Dalam PPh

3. Pengurang Penghasil Bruto

Yang menjadi Pengurang Penghasil Bruto adalah besarnya Penghasilan Kena Pajak
bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan
penghasilan bruto dikurangi biaya-biaya yang menurut ketentuan undang-undang
perpajakan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Biaya yang dapat
dikurangkan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara.
Sesuai Pasal 6 UU PPh, biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:
Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha,
antara lain:
1) biaya pembelian bahan

2) biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,


honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang

3) bunga, sewa, dan royalti


4) biaya perjalanan

5) biaya pengolahan limbah

6) premi asuransi

7) biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan PMK (PMK-
02/PMK.03/2010)

8) biaya administrasi; dan

9) pajak kecuali Pajak Penghasilan

Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi


atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang memiliki masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, sepanjang harta yang disusutkan atau
diamortisasi tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan (pajak)
iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan
kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan
Kerugian selisih kurs mata uang asing
biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat (diatur lebih lanjut
dengan PMK-105/PMK.03/2009 stdd PMK-57/PMK.03/2010):
1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
3) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus;
atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk
jumlah utang tertentu

4) syarat sebagaimana dimaksud pada butir h.3 di atas tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil.

Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan


dengan Peraturan Pemerintah
Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah
Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah; dan
Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah
4. Pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan

Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UU PPh, pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto yaitu :
Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali :
cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang
cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan
cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan
cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industri
yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan (PMK-81/PMK.03/2009)

Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,


dan asuransi bea siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi
wajib pajak orang pribadi yang bersangkutan (wajib dipotong PPh Pasal 21)
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK-
83/PMK.03/2009)
jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan
Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b UU PPh, kecuali sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, dan
huruf m UU PPh serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima
oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
Pajak Penghasilan
biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya
gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham
sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
Biaya Promosi
Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto diatur dalam PMK-
02/PMK.03/2010 (berlaku sejak 1 Januri 2009). PMK ini disampaikan melalui SE-
9/PJ/2010 tanggal 1 Februari 2010. Dengan pokok-pokok ketentuan sebagai berikut :

Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus


memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) untuk mempertahankan dan atau meningkatkan penjualan;
2) dikeluarkan secara wajar; dan
3) menurut adat kebiasaan pedagang yang baik.
Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan
akumulasi dari jumlah

1) biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media lainnya;


2) biaya pameran produk;
3) biaya pengenalan produk baru; dan/atau
4) biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.

Tidak termasuk Biaya Promosi adalah :

1) pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, kepada pihak lain yang tidak berkaitan langsung dengan
penyelenggaraan kegiatan promosi.
2) Biaya Promosi untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang bukan merupakan objek pajak dan yang telah dikenai pajak bersifat final.

Dalam hal promosi dilakukan dalam bentuk pemberian sampel produk, besarnya
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar harga pokok
sampel produk yang diberikan, sepanjang belum dibebankan dalam perhitungan
harga pokok penjualan.
Biaya Promosi yang dikeluarkan kepada pihak lain dan merupakan objek
pemotongan PPh wajib dilakukan pemotongan pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Mekanisme pemotongan PPh kepada pihak-pihak yang menerima
penghasilan atas pengeluaran biaya promosi mengacu pada ketentuan perpajakan
yang berlaku.
Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif yang paling sedikit harus memuat data
penerima berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat, tanggal, bentuk dan jenis
biaya, besarnya biaya, nomor bukti pemotongan dan besarnya Pajak Penghasilan
yang dipotong dengan format sebagaimana dalam lampiran PMK-2/PMK.03/2010.
Pada saat pengisian Lampiran Peraturan Menteri mengenai Daftar Nominatif perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Dalam hal pemberian sampel, kolom Keterangan harus diisi dengan mencantumkan
Nama Kegiatan dan Lokasinya;
Dalam hal Biaya Promosi dikeluarkan dalam bentuk sponsorship, kolom Keterangan
harus diisi dengan informasi kontrak dan/atau perjanjian sponsorship secara
lengkap, termasuk nomor dan tanggal kontrak;
Dalam hal Biaya Promosi dilakukan dalam bentuk selain sponsorship dan kegiatan
promosi tersebut dilakukan berdasarkan suatu kontrak dan/atau perjanjian, maka
Wajib Pajak harus mencantumkan informasi kontrak dan/atau perjanjian secara
lengkap dalam kolom Keterangan, termasuk nomor dan tanggal kontrak.
Daftar nominatif dilaporkan sebagai lampiran saat Wajib Pajak menyampaikan SPT
Tahunan PPh Badan.
Dalam hal ketentuan huruf f dan g di atas tidak dipenuhi, Biaya Promosi tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Piutang Yang Nyata-nyata Tidak Dapat Ditagih

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih diatur dalam PMK- 105/PMK.03/2009
stdd PMK-57/PMK.03/2010 (berlaku sejak 1 Januri 2009). PMK- 57/PMK.03/2010
disampaikan melalui SE-62/PJ/2010 tanggal 10 Mei 2010. Pokok-pokok ketentuan
adalah sebagai berikut :

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih adalah piutang yang timbul dari
transaksi bisnis yang wajar sesuai dengan bidang usahanya, yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih meskipun telah dilakukan upaya-upaya penagihan yang maksimal
atau terakhir oleh Wajib Pajak
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat dapat dibebankan sebagai pengurang
penghasilan bruto, sepanjang memenuhi persyaratan:
1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih tersebut dalam bentuk hard copy dan/atau soft copy kepada Direktorat
Jenderal Pajak; dan
3) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut telah diserahkan perkara
penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani
piutang negara, atau terdapat perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur atas piutang yang nyata-
nyata tidak dapat ditagih tersebut, atau telah dipublikasikan dalam penerbitan
umum atau khusus, atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah
dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
Persyaratan butir b.3 ini tidak berlaku untuk debitur kecil ( Rp 100 juta) atau
debitur kecil lainnya ( Rp 5 juta).
Daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dan dokumen/bukti untuk
pemenuhan ketentuan dalam butir b di atas diserahkan kepada Direktorat Jenderal
Pajak dengan cara melampirkannya dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh
tahun pajak dihapuskannya piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih.
Penerbitan umum atau khusus sebagaimana dimaksud dalam syarat piutang yang
nyata-nyata tidak dapat ditagih adalah penerbitan yang meliputi:
Penerbitan umum adalah pemuatan pengumuman pada penerbitan surat
kabar/majalah atau media massa cetak yang lazim lainnya yang berskala nasional;
atau
Penerbitan khusus adalah pemuatan pengumuman pada:
penerbitan Himpunan Bank-Bank Milik Negara (HIMBARA)/Perhimpunan Bank-Bank
Umum Nasional (PERBANAS)
penerbitan/pengumuman khusus Bank lndonesia; dan/atau
penerbitan yang dikeluarkan oleh asosiasi yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak
dan pihak kreditur menjadi anggotanya.
Yang dimaksud debitur kecil -> piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), yang merupakan gunggungan jumlah
piutang dari beberapa kredit yang diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga
pembiayaan dalam negeri sebagai akibat adanya pemberian:
Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra), yaitu kredit lunak untuk usaha
ekonomi produktif yang diberikan kepada Keluarga Prasejahtera dan Keluarga
Sejahtera I yang telah menjadi peserta Takesra dan tergabung dalam kegiatan
kelompok Prokesra-OPPKS;
Kredit Usaha Tani (KUT), yaitu kredit modal kerja yang diberikan oleh bank kepada
koperasi primer baik sebagai pelaksana (executing) maupun penyalur (channeling)
atau kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai pelaksana pemberian
kredit, untuk keperluan petani yang tergabung dalam kelompok tani guna
membiayai usaha taninya dalam rangka intensifikasi padi, palawija, dan
hortikultura;
Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS), yaitu kredit yang diberikan oleh
bank kepada masyarakat untuk pemilihan rumah sangat sederhana (RSS);
Kredit Usaha Kecil (KUK), yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil;
Kredit Usaha Rakyat (KUR), yaitu kredit yang diberikan untuk keperluan modal
usaha kecil lainnya selain KUK; dan/atau
Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia dalam
mengembangkan usaha kecil dan koperasi.
Yang dimaksud debitur kecil lainnya -> debitur selain sebagaimana dimaksud dalam
butir e di atas yang jumlahnya tidak melebihi Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Apabila di kemudian hari piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dilunasi oleh
debitur seluruhnya atau sebagian, maka jumlah piutang yang dilunasi tersebut
merupakan penghasilan bagi kreditur pada tahun pajak diterimanya pelunasan.
Pembentukan/Pemupukan Dana Cadangan
Pembentukan/pemupukan dana cadangan diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 81/PMK.03/2009 tanggal 22 April 2009 (berlaku sejak tanggal 1
Januari 2009). Pokok-pokok ketentuan adalah sebagai berikut :

Bank umum konvensional dan bank umum syariah serta BPR konvensional dan BPR
Syariah dapat membentuk dana cadangan piutang tak tertagih.
Besarnya cadangan piutang tak tertagih sebagai berikut :
1) Bank Umum Konvensional :

2) Bank Umum Syariah :

3) BPR Konvensional :

4) BPR Syariah :

Besarnya nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang pada


cadangan sebagaimana dimaksud di atas paling tinggi adalah:

100% (seratus persen) dari nilai agunan yang bersifat likuid; dan
75% (tujuh puluh lima persen) dari nilai agunan lainnya atau sebesar nilai yang
ditetapkan perusahaan penilai
Jumlah piutang yang digunakan sebagai dasar untuk membentuk dana cadangan
tersebut di atas adalah jumlah pokok pinjaman yang diberikan oleh bank.
Kerugian yang berasal dari piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dibebankan pada perkiraan cadangan piutang tak tertagih.
Dalam hal cadangan piutang tak tertagih tidak atau tidak seluruhnya dipakai untuk
menutup penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak tertagih, maka jumlah
kelebihan cadangan tersebut harus diakui sebagai penghasilan. Dan sebaliknya,
apabila jumlah cadangan yang ada tidak mencukupi, maka kekurangannya
diperhitungkan sebagai kerugian (biaya).
Penghasilan Usaha Bank Berbasis Syariah

Perlakuan Pajak Penghasilan atas kegiatan usaha berbasis syariah diatur dalam PP
Nomor 25 Tahun 2009, yaitu sebagai berikut:

Usaha Berbasis Syariah adalah setiap jenis usaha yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah yang meliputi perbankan syariah, asuransi
syariah, pegadaian syariah, jasa keuangan syariah dan kegiatan usaha berbasis
syariah lainnya
Perlakuan Pajak Penghasilan dari kegiatan Usaha Berbasis Syariah meliputi:
penghasilan;
biaya; dan
pemotongan pajak atau pemungutan pajak.
Biaya dari Kegiatan Usaha Berbasis Syariah termasuk :
hak pihak ketiga atas bagi hasil;
margin; dan
kerugian dari transaksi bagi hasil.
Pemotongan pajak atau pemungutan pajak dari kegiatan Usaha Berbasis Syariah
dilakukan juga terhadap:
hak pihak ketiga atas bagi hasil;
bonus;
margin; dan
hasil berbasis syariah lainnya yang sejenis.
Ketentuan mengenai penghasilan, biaya, dan pemotongan pajak atau pemungutan
pajak dari kegiatan Usaha Berbasis Syariah sebagaimana dimaksud di atas berlaku
mutatis mutandis ketentuan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Pemberlakuan secara mutatis mutandis dimaksudkan bahwa ketentuan perpajakan
yang berlaku umum berlaku pula untuk kegiatan Usaha Berbasis Syariah.
5. Aturan Khusus Perbankan

Ketentuan Perpajakan Untuk Perbankan


Seperti jenis usaha yang lain, ketentuan perpajakan secara umum juga berlaku
untuk usaha perbankan. Namun karena ada karakteristik khusus atas usaha
perbankan maka terdapat aturan pajak yang khusus mengatur hal tersebut. Aturan
pajak tersebut adalah :

PPh Pasal 21 untuk Gaji, upah , honorarium, insentif, imbalan lainnya dalam bentuk
dan nama apapun
PPh Pasal 22 untuk Pengadaan (Pembelian) Barang oleh Bank BUMN/D
1) Kewajiban Pemungutan PPh Pasal 22

Pemungutan PPh Pasal 22 diatur dalam KMK-254/KMK.03/2001 sebagaimana telah


beberapa kali diubah terakhir dengan PMK-210/PMK.03/2008). Menyebutkan bahwa :

Atas pembelian barang yang dilakukan oleh :

Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan
pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN)
dan/atau belanja daerah (APBD)
Bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber dari
APBN maupun non-APBN
Wajib dipungut PPh Pasal 22 dari wajib pajak penjual dengan tarif efektif 1,5% x
Harga Jual (belum termasuk PPN). PPh Pasal 22 dipungut pada saat pembayaran.

PPh Pasal 23 untuk Bunga, Dividen, Royalti, Sewa, dan Imbalan Jasa
1) Pemotong PPh Pasal 23 menurut Pasal 23 ayat (1) dan ayat (3) adalah :

Badan Pemerintah
Subjek Pajak Badan Dalam Negeri
Penyelenggara Kegiatan
Bentuk Usaha Tetap
Perwakilan Perusahaan Luar Negeri Lainnya
Orang Pribadi Sebagai Wp Dalam Negeri Tertentu Yang Ditunjuk Oleh Dirjen Pajak
2) Penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri atau BUT yang dikenakan pemotongan
PPh Pasal 23 menurut Pasal 23 ayat (1) adalah sebagai berikut :

Dividen (selain deviden ke OP / ke PT dgn penyertaan saham diatas 25%)


Bunga (kecuali bank)
Royalti
Hadiah dan Penghargaan sehubungan dengan kegiatan selain yg telah dipotong
PPh Ps. 21
Yang memiliki NPWP dikenakan tarif 15%, yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif
30%.

Sewa (selain sewa tanah dan bangunan)


Imbalan sehubungan dengan :
jasa teknik

jasa manajemen

jasa konsultan

jasa lain yg ditetapkan dirjen pajak selain jasa yg telah dipotong pph psl 21

Yang memiliki NPWP dikenakan tarif 2%, yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif
4%.

3) Jasa lain yang dikenakan PPh Pasal 23 sebesar 2% menurut


PMK-244/PMK.03/2008 adalah sebagai berikut :

Jasa penilai (appraisal);


Jasa aktuaris;
Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
Jasa perancang (design);
Jasa pengeboran (drilling) di bidang migas, kecuali yang dilakukan oleh bentuk
usaha tetap (BUT);
Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;
Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
Jasa penebangan hutan;
Jasa pengolahan limbah;
Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services);
Jasa perantara dan/atau keagenan;
Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa
Efek, KSEI dan KPEI;
Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
Jasa mixing film;
Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan
dan perbaikan;
Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau
TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang dilakukan
oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin
dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
Jasa maklon;
Jasa penyelidikan dan keamanan;
Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
Jasa pengepakan;
Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau
media lain untuk penyampaian informasi;
Jasa pembasmian hama;
Jasa kebersihan atau cleaning service;
Jasa katering atau tata boga.
4) Dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23 menutut Pasal 23 ayat (4) UU PPh
adalah sebagai berikut :

Penghasilan yang dibayar/terutang kepada bank dan lembaga keuangan


Sewa yang dibayarkan/terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak
opsi
Dividen/bagian laba yg diterima/diperoleh PT sebagai WP dalam negeri, koperasi,
BUMN/BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yg didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat :
dividen berasal dari cadangan laba di tahan; dan
bagi PT, BUMN, BUMD saham yang dimiliki minimal 25%.
Bagian laba yang diterima/diperoleh anggota dari Perseroan Komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, Persekutuan, Perkumpulan, Firma Dan
Kongsi.
SHU koperasi yang dibayarkan kepada anggotanya
Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.
5) PMK Nomor 251/PMK.03/2008 (Jasa Keuangan selain bank yg dikecualikan dari
pemotongan PPh Ps 23), dasar hukumnya adalah pasal 23 ayat (4) huruf h yang
menyebutkan bahwa :

Atas penghasilan berupa bunga atau imbalan lain yang diberikan atas penyaluran
pinjaman dan atau pemberian pembiayaan, termasuk yang menggunakan
pembiayaan berbasis syariah sehubungan dengan jasa keuangan yang dibayarkan
atau terutang kepada badan usaha:
perusahaan pembiayaan yang merupakan badan usaha di luar bank dan lembaga
keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan dan telah memperoleh ijin
usaha dari Menteri Keuangan
BUMN atau BUMD yang khusus didirikan untuk memberikan sarana pembiayaan
bagi UMKM termasuk PT Permodalan Nasional Madani, yang berfungsi sebagai
penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan, tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal
23.
PPh Pasal 4 ayat (2) untuk PPh yang bersifat final, misal : bunga tabungan/ deposito,
hadiah undian, dan lain lain
1) PPh Final atas Bunga Deposito/Tabungan
PPh Final atas Bunga Deposito/Tabungan diatur dalam PP Nomor 131 Tahun 2000
dan KMK-51/KMK.04/2001. Pokok-pokok ketentuan adalah sebagai berikut :

PPh Final dikenakan atas bunga yang berasal dari deposito/tabungan baik yang
ditempatkan pada bank yang didirikan di dalam negeri maupun bank di luar negeri
melalui cabangnya di di Indonesia, termasuk jasa giro serta diskonto Sertifikat Bank
Indonesia, kecuali WP Orang Pribadi yang seluruh penghasilannya dalam 1 tahun
pajak termasuk bunga dan diskonto tidak melebihi PTKP.
PPh yang terutang adalah sebesar 20% dari jumlah bruto (terhadap wajib pajak
dalam negeri atau BUT) dan 20% dari jumlah bruto atau sesuai tarif P3B yang
berlaku (terhadap wajib pajak luar negeri).
Dikecualikan dari pemotongan PPh :
Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah deposito dan
tabungan serta sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000,00
dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah.
Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia
atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana
Pensiun yang telah disahkan Menteri Keuangan, sepanjang dananya diperoleh dari
sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 UU Nomor 11 Tahun
1992 Tentang Dana Pensiun.
Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan
rumah sederhana dan sangat sederhana, kapling siap bangun untuk rumah
sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sepanjang untuk
dihuni sendiri.
Pembebasan pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI
yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang telah disahkan Menteri Keuangan,
sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 UU Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun dapat diberikan
berdasarkan SKB Pemotongan PPh atas Bunga Deposito dan Tabungan serta
Diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang diterbitkan oleh KPP tempat dana pensiun
terdaftar.

2) PPh Final atas Hadiah Undian

PPh Final atas Penghasilan dari Hadiah atas Undian diatur dalam PP Nomor 132
Tahun 2000, KEP-395/PJ/2001, dan SE-19/PJ.43/2001. Pokok-pokok ketentuannya
adalah sebagai berikut :
Hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun melalui cara undian yang diterima
atau diperoleh orang orang pribadi/badan dalam negeri dan orang pribadi atau
badan luar negeri dikenakan PPh Final sebesar 25% dari jumlah bruto nilai undian.
Penyetoran PPh tersebut oleh penyelenggara undian dengan SSP secara kolektif
selambat-lambatnya tanggal10 bulan berikutnya.
Pelaporan ke KPP setempat dengan SPT Masa PPh atas hadiah undian selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah dibayarkannya atau diserahkannya
hadiah undian tersebut.
PPh Pasal 25 Wajib Pajak Bank
1) Angsuran PPh Pasal 25 WP Bank

Angsuran PPh Pasal 25 bank tidak berdasarkan SPT Tahunan tahun sebelumnya
tetapi berdasarkan Laporan Keuangan Triwulan (PMK-255/PMK.03/2008 stdd PMK
Nomor 208/PMK.03/2009). Dalam Pasal 3 PMK-255/PMK.03/2008 stdd PMK Nomor
208/PMK.03/2009 menyebutkan bahwa : Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk
WP bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi adalah sebesar PPh yang dihitung
berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan
triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi PPh Pasal 24 yang dibayar atau
terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas).

PPN untuk Penyerahan Barang/Jasa (BKP/JKP) yang terutang PPN.


1) PPN Terkait Usaha Perbankan, pada prinsipnya semua barang dan jasa
dikenakan PPN, hanya saja ada pengecualian. Jasa keuangan termasuk yang jenis
jasa yang tidak dikenakan PPN. Dalam UU PPN yang baru (UU No.42 Tahun 2009)
terdapat perubahan terminologi dari jasa perbankan menjadi jasa keuangan.
Jasa perbankan yang dimaksud dalam UU PPN lama (PP 144/2000) adalah jasa
perbankan sesuai dengan UU perbankan, sedangkan menurut UU PPN baru, tidak
disebut lagi jasa perbankan namun jasa keuangan (jasa menghimpun dana,
menempatkan dana, dan jasa pembiayaan). Jasa keuangan ini tidak dikaitkan lagi
pengertian jasa perbankan sebagaimana dimaksud dalam UU perbankan. Menurut
UU PPN yang baru, jasa keuangan yang dilakukan oleh siapapun tidak dikenakan
PPN

2) Perubahan ini memberikan perluasan arti sehingga mengakhiri perdebatan


yang timbul selama ini mengenai apakah jasa keuangan yang dilakukan oleh
perbankan syariah dan non perbankan termasuk pengertian jasa perbankan yang
tidak dikenakan PPN ?. Salah satu yang menjadi polemik adalah pengenaan PPN
terhadap transaksi murabahah (produk perbankan syariah dengan prinsip jual beli).
Dengan adanya UU PPN yang baru maka atas transaksi tersebut tidak dikenakan
PPN lagi.

3) Persandingan UU PPN yang lama dengan UU PPN yang baru yang mengatur
PPN terkait usaha perbankan.

UU PPN lama (PP 144/2000)


Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi,
meliputi:

jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-


undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 kecuali jasa penyediaan tempat untuk
menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak (perjanjian), serta anjak piutang;
jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi;
jasa Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi
UU PPN baru (UU No.42 Tahun 2009)
Jasa keuangan, meliputi:

jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;
jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak
lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel
unjuk, cek, atau sarana lainnya;
jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:
sewa guna usaha dengan hak opsi;

anjak piutang;

usaha kartu kredit; dan/atau

pembiayaan konsumen;
jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan
fidusia; dan

jasa penjaminan.

4) Jenis jasa keuangan yang tidak dikenakan PPN telah disebutkan secara limitatif
dalam Memori Penjelasan Pasal 4A ayat (3) huruf d UU PPN, Jenis jasa lainnya yang
tidak disebutkan dalam Memori Penjelasan Pasal 4A ayat (3) huruf d UU PPN
dikenakan PPN

5) Contoh jenis jasa yang Dilakukan Perusahaan Perbankan yang Dikenakan PPN
(ketentuan dalam SE dan Surat Dirjen hanya bersifat penegasan) :

Jasa persewaan Safety Box (SE-02/PJ.321/1994) memberikan penegasan bahwa:


kegiatan usaha penyewaan safety box yang dilakukan oleh bank umum terutang
PPN
dalam hal dapat dibuktikan oleh bank yang bersangkutan bahwa penggunaan
safety box oleh pihak lain dikaitkan dengan usaha perbankan lainnya sehingga atas
pemakaian safety box tersebut tidak dipungut biaya maka Dasar Pengenaan
Pajaknya adalah nihil dan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang juga nihil.
Jasa penukaran uang kecil yang dilakukan oleh bank dikenakan PPN (Surat Dirjen
Pajak No.S-56/PJ.53/2004). Dasar Pengenaan Pajaknya adalah jumlah kompensasi
jasa/fee (imbalan) yang diterima oleh bank tersebut.
Penyerahan barang dalam rangka pembagian hadiah berupa barang (melalui
penukaran poin yang terkumpul) oleh perusahaan perbankan penerbit kartu kredit
kepada para nasabahnya melalui Membership Reward Program yang dikaitkan
dengan penggunaan kartu kredit/kartu tagih, terutang PPN dengan Dasar
Pengenaan Pajak sebesar harga pasar wajar barang tersebut (Surat Dirjen Pajak No.
S-777/PJ.322/2003).
Jasa Penagihan Listrik dan Telepon yang Dilakukan oleh Bank (Surat Dirjen Pajak
Nomor S-947/PJ.53/2005)
Persewaan ruangan (gedung perkantoran atau rumah tinggal), termasuk persewaan
safety box, jasa persewaan barang-barang bergerak lainnya, jasa konsultasi, jasa
riset, jasa makelar/pialang, jasa keagenan, jasa penaksiran (appraisal), jasa
manajemen, dan sejenisnya terutang PPN meskipun jasa-jasa ini dilakukan oleh
bank dan LKBB sebagai bagian dari usaha dengan perizinan yang diperolehnya (SE-
15/PJ.5/1990).
Penyerahan jasa perdagangan, seperti (SE-15/PJ.5/1990):
mempersiapkan penerbitan dan penjualan surat-surat berharga,
bertindak sebagai dealer surat-surat berharga,
bertindak sebagai perantara untuk mendapatkan kompanyon/partner joint venture,
mendapatkan tenaga ahli, atau mendapatkan pinjaman bagi pihak lain, dan
konsultasi dalam bidang pembiayaan, investasi, dan manajemen.

https://slidepajak.wordpress.com/2010/07/23/aspek-perpajakan-pada-bidang-usaha-
perbankan/
Tax Planning (Perencanaan Pajak)
Posted on October 31, 2012 by tanyapajak Standard
Saat ini Tax Planning adalah salah satu istilah yang beken di bidang perpajakan.
Banyak sekali PAJAKers yang menanyakan hal ini sama admin @tanyaPAJAK. Oleh
karena keterbatasan karakter di Twitter, lebih baik admin tulis saja di blog ini.

Setiap Wajib Pajak Badan yang ada di Indonesia mencari cara untuk meminimalkan
pajak penghasilannya dengan cara-cara yang legal. Nah hal ini lazim disebut
dengan tax planning atau perencanaan pajak.

Apa sih tujuan pokok dari tax planning ini?

Tujuan pokok dari tax planning adalah untuk mengurangi jumlah atau total pajak
yang harus dibayar oleh wajib pajak. Tapi ingat, secara legal bukan ilegal. Tax
planning adalah tindakan legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan
memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur oleh undang-undang. Tujuannya bukan
untuk mengelak membayar pajak, tetapi mengatur sehingga pajak yang dibayar
tidak lebih dari jumlah yang seharusnya.

Pengertian Tax Planning


Perencanaan pajak adalah salah satu cara yang dapat dimanfaatkan oleh wajib
pajak dalam melakukan manjemen perpajakan usaha atau penghasilannya, namun
perlu diperhatikan bahwa perencaan pajak yang dimaksud adalah perencanaan
pajak tanpa melakukan pelanggaran konstitusi atau Udang-Undang Perpajakan yang
berlaku.

Tax Planning adalah suatu kapasitas yang dimiliki oleh wajib pajak (WP) untuk
menyusun aktivitas keuangan guna menmdapat pengeluaran (beban) pajak yang
minimal. secara teoritis, tax planning dikenal sebagai effective tax planning, yaitu
seorang wajib pajak berusaha mendapat penghematan pajak (tax saving) melalui
prosedur penghindaran pajak (tax avoidance) secara sistematis sesuai ketentuan
UU Perpajakan (Hoffman, 1961).

Dalam sudut pandang perencanaan pajak, tax avoidance yang dilakukan oleh wajib
pajak adalah sah dan secara yuridis sehingga tidak bisa ditetapkan pengenaan
pajak. pengertian dari tax avoidance adalah upaya pengurangan utang pajak secara
konstitusional (international tax glossary, 2005).

Menurut Gunawan, yang dikutip oleh Lumbantoruan (Lumbantoruan : 1996:485),


tax planning merupakan upaya legal yang bisa dilakukan oleh wajib pajak. Tindakan
itu legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal
yang tidak diatur (loopholes). Rencana meminimalkan pajak dapat ditempuh
misalnya, mengambil ketentuan yang sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai
pengecualian dan pemotongan atau pengurangan yang diperkenankan. Pada
umumnya tax planning adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Rencana
meminimalkan pajak dapat ditempuh dengan cara, mengambil keuntungan yang
sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dan potongan atau
pengurangan yang diperkenankan, hal ini dapat memanfaatkan penghasilan yang
dikecualikan sebagai obyek pajak sesuai dengan pasal 4 ayat 3.

Ketidakpatuhan terhadap undang-undang dapat dikenakan sanksi administrasi


maupun sanksi pidana. Tetapi kedua sanksi itu merupakan pemborosan sumber
daya sehingga perlu dieliminasi melalui tax planning yang baik. Maka dalam rangka
optimalisasi alokasi sumber dana manajemen akan dilakukan perencanaan
pembayaran yang tidak lebih (dapat mengurangi optimalisasi alokasi sumber daya)
dan tidak kurang (supaya tidak membayar sanksi administrasi yang merupakan
pemborosan dana).

Perencanaan pajak selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau
fenomena terkena pajak. Kalau terkena pajak apakah dapat diupayakan untuk
dikecualikan atau dikurangin jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran
pajak yang dimaksud dapat ditunda pembayaran dan lain sebagainya. Akhir dari
prosedur perpajakan adalah pembayaran pajak. Tentu lebih menguntungkan jika
perusahaan membayar pajak pada saat terakhir dari pada penyetoran dilakukan
jauh sebelumnya.

Jenis-jenis Tax Planning


Tax planning dibagi menjadi dua:
1) Tax planning domestic nasional (national tax planning)
National tax planning hanya memperhatikan Undang-Undang Domestik, pemilihan
atas dilaksanakan atau tidak suatu transaksi dalam national tax planning
bergantung pada transaksi tersebut, artinya untuk menghindari/mengurangi pajak,
wajib pajak dapat memilih jenis transaksi apa yang harus dilaksanakan sesuai
dengan hokum pajak yang ada, misalnya akan terkena tarif pajak khusus final atau
tidak?.
2) International tax planning
International tax planning selain memperhatikan Undang-Undang Domestik, juga
harus memperhatikan undang-undang atau perjanjian pajak (tax treaty) dari
negara-negara yang terlibat.

Penerapan Tax Planning


Sebelum menerapkan tax planning pada suatu perusahaan harus dilakukan analisis
keadaan perusahaan, yaitu melakukan pengamatan dan penelitian terhadap
kebijaksanaan perusahaan serta mencari kelemehan sehingga dapat ditentukan
strategi perencanaan perpajakan yang tepat dilaksanakan.

Manajemen Perpajakan yang Ekonomis, Efisiensi, dan Efektif

Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan berbagai cara, baik
yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar
peraturan perpajakan (unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion.
Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu
transaksi atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut
mempunyai dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk
dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran
pajak tersebut dapat ditunda.

Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut:


(1) tidak melanggar ketentuan perpajakan,
(2) secara bisnis dapat diterima, dan
(3) bukti-bukti pendukungnya memadai.

Pengaruh Pajak terhadap Perusahaan


Pajak merupakan pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah. Secara
administrative pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak langsung dan
pajak tidak langsung. Pajak langsung dikenakan atas masuknya sumber daya yaitu
penghasilan, sedangkan pajak tidak langsung dikeluarkan terhadap keluarnya
sumber daya seperti untuk konsumsi atau barang dan jasa.

Beban pajak langsung umumnya ditanggung oleh orang atau badan yang
memperoleh penghasilan, sedangkan beban pajak tidak langsung ditanggung oleh
konsumen atau masyarakat. Bagi perusahaan pajak yang dikenakan terhadap
penghasilan dianggap sebagai biaya/beban dalam menjalankan atau melakukan
kegiatan usaha. Pajak sebagai biaya akan mempengaruhi besarnya laba yang
diterima maupun yang akan dikembalikan kepada pemegang saham. Jadi pada
dasarnya secara ekonomis pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia
untuk dibagikan atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan.

Dalam praktek bisnis umumnya pengusaha mengidentifikasikan pembayaran pajak


sebagai beban. Sehingga pengusaha akan berusaha untuk meminimalkan
pembayaran pajak tersebut, untuk mengoptimalkan besarnya laba.

Dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing maka pengusaha wajib menekan
biaya seoptimal mungkin. Demikian juga dengan kewajiban membayar pajak,
karena merupakan biaya yang menurunkan laba sesudah pajak. Upaya dalam
melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui Manajemen
Pajak.

Secara umum manajemen pajak dapat didefinisikan sebagai berikut :


Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan yang benar
tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk
memperoleh lana dan likuiditas yang diharapkan.

Tujuan manajemen pajak adalah:


a. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar
b. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang sebenarnya.

Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak


yang terdiri dari :
Perencanaan pajak (tax planning)
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini,
dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan-peraturan perpajakan,
dengan maksud dapat menyeleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan
dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah
untuk meminimumkan kewajiban pajak serendah mungkin dengan memanfaatkan
peraturan-peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan dari pembuat undang-
undang. Maka tax planning disini sama dengan tax avoidance karena secara
hakekat ekonomis kedua-duanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan
setelah pajak, karena pajak merupakan beban pengurang laba yang tersedia, baik
untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.
Tax avoidance adalah rekayasa yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan
perpajakan. Tax avoidance dapat terjadi didalam bunyi ketentuan atau tertulis
dalam undang-undang dan berada dalam jiwa dari undang-undang atau dapat juga
terdapat dalam bunyi ketentuan undang-undang.

Aspek Formal dan Administrative Perencanaan Pajak

Kewajiban perpajakan bermula dari implementasi undang-undang perpajakan. Oleh


karena itu ketidakpatuhan terhadap undang-undang dapat dikenakan sanksi, baik
sanksi administrative maupun sanksi pidana. Sanksi administrative maupun pidana
merupakan pembrorosan sumber daya sehingga perlu dieliminasi melalui suatu
perencanaan pajak yang baik. Untuk dapat menyusun perencanaan pemenuhan
kewajiban perpajakan yang baik diperlukan pemahaman terhadap peraturan
perpajakan. Selanjutnya selaras dengan pengelompokkan hukum pajak, aspek
formal administrasi maupun aspek materiel perlu dimengerti dan dipahami untuk
dapat mengeliminir sanksi administrasi maupun sanksi pidana.

Pungutan pajak oleh Ditjen Pajak adalah UU KUP, UU PPh, UU PPN/PPnBM, PBB, Bea
materai, dan Bea Peralihan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Dimana UU
pajak tersebut diatur lebih lanjut dalam PP, KepPres, KMK, SK, serta SE Ditjen Pajak.

Aspek administrasi dari kewajiban perpajakan meliputi kewajiban mendaftarkan diri


untuk memperoleh NPWP/NPPKP. Menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan,
membayar pajak, menyampaikan SPT, disamping memotong atau memungut pajak.
Kewajiban perpajakan berakhir pada saat pelunasan pajak oleh WP.
Dalam sistem perpajakan selalu dipisahkan antara assessment dan payment.
Assessment yang berlaku saat ini adalah self assessment dengan kewajiban
menghitung sendiri, membayar sendiri, dan melaporkan sendiri. Sedangkan sistem
pembayaran yang berlaku dapat dilakukan sendiri oleh WP maupun melalui
pemotongan oleh pihak ketiga (withholding system).
Pembayaran pajak sebagai transfer sumber daya yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan maka pembayaran pajak harus direncanakan secara baik
supaya jangan sampai terjadi pemborosan. Penyediaan dana harus direncanakan
dengan baik supaya pembayaran pajak dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Disamping pembayaran pajak masih ada kewajiban pelaporan yang
juga harus direncanakan supaya dapat selesai dan dilaporkan tepat pada waktunya.

Aspek Material dalam Perencanaan Pajak


Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan, perbuatan
maupun peristiwa. Basis perhitungan pajak adalah objek pajak, maka dalam rangka
optimalisasi alokasi sumber dana, maka manajemen akan merencanakan pajak
yang tidak lebih karena dapat mengurangi optimalisasi sumber daya dan tidak
kurang supaya tidak membayar sanksi administrasi yang merupakan pemborosan
dana. Untuk itu objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap. Pelaporan
objek pajak yang benar dan lengkap harus bebas dari rekayasa negatif.

Penghindaran Sanksi Pajak


Pembayaran sanksi perpajakan yang tidak seharusnya terjadi merupakan
pemborosan sumber daya perusahaan. Penghindaran terhadap pemborosan
tersebut merupakan optimalisasi alokasi sumber daya perusahaan kea rah yang
lebih produktif dan efisien sehinggaa meminimalisasi pemborosan tersebut dan
dapat memkasimalkan kinerja dengan benar, selain harus kerja dnegan keras dan
cermat.

Sanksi administrasi tersebut dapat berupa bunga, denda, dan kenaikan. Sedangkan
sanksi pidana dapat berupa pidana penjara maupun denda financial.
Walaupun perusahaan telah memenuhi kewajiban perpajakan secara formal, tetapi
kalau ternyata motivasi rekayasa tidak sesuai dengan jiwa dari ketentuan
perpajakan, administrasi perpajakan (fieus) dapat menganggap bahwa WP kurang
patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Setidak-tidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu


perencanaan pajak (tax planning):
a. Tidak melanggar kewajiban dan ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan
pajak ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan buat WP
merupakan resiko yang sangat berbahaya dan mengancam keberhasilan
perencanaan pajak tersebut.
b. Secara bisnis perencanaan pajak masuk akal, karena perencanaan pajak
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh
perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Maka perencanaan pajak
yang tidak masuk akan akan memperlemah perencanaan itu sendiri.
c. Bukti-bukti pendukungnya yang memadai.

Pelaksanaan kewajiban perpajakan


Apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui faktor-faktor yang akan
dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak, maka langkah selanjutnya
adalah mengimplementasikannya baik secara formal maupun materiel. Harus
dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakannya telah memenuhi peraturan
perpajakan yang berlaku. Manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar
peraturan. Dan jika dalam pelaksanaannya menyimpang dari peraturan yang
berlaku maka praktek tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.

Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu dikuasai dan
dilaksanakan yaitu :
a. Memahami ketentuan dan peraturan perpajakan
Dengan mempelajari peraturan perpajakan seperti UU, PP, Keppres, KMK, SK, dan
SE DitJen Pajak, kita dapat mengetahui peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan
untuk menghemat beban pajak

b. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat


Pembukuan merupakan sarana yang sangat penting dalam menyajikan informasi
keuangan perusahaan yang disajikan dalam bentuk LK dan menjadi dasar dalam
menghitung besarnya jumlah pajak (UU KUP pasal 28).

Pengendalian pajak (tax control)


Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi
persyaratan formal maupun materil. Dalam pengendalian pajak yang penting
adalah pengecekan pembayaran pajak. Oleh sebab itu pengendalian dan
pengaturan arus kas sangat penting dalam strategi penghematan pajak, misalnya
pembayaran pajak dilakukan saat akhir tentu lebih menguntungkan dibandingkan
membayar lebih awal. Pengendalian pajak termasuk pemeriksaan jika perusahaan
telah membayar pajak lebih besar dari jumlah pajak terutang.

Motivasi dilakukan Tax Planning


Motivasi dilakukannya tax planning bersumber dari tiga unsur perpajakan :
1. Tax policy
Kebijaksanaan perpajakan merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak
dituju dalam sistem perpajakan. Dari berbagai aspek kebijaksanaan pajak ada
faktor-faktor yang mendorong dilakukannya perencanaan pajak yaitu :

Pajak yang akan dipungut

Ada berbagai tipe pajak yang harus menjadi pertimbangan utama baik berupa pajak
langsung maupun pajak tidak langsung serta cukai seperti :
PPh Badan dan OP
Pajak atas Capital Gain
Withholding tax, gaji, upah, sewa, bunga, dan royalty
Pajak atas ekspor, impor dan bea masuk
Pajak atas undian/hadiah
Bea Materai

Adanya berbagai kewajiban jenis pajak yang harus dibayar dimana masing-masing
jenis pajak tersebut mempunyai sifat perlakuan sendiri-sendiri misalnya Bea Masuk
akan dianggap sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari PKP atau bisa dimintakan
restitusi apabila kita melakukan ekspor barang. Sedangkan PPh adalah pajak atas
laba atau penghasilan yang dapat mengurangi besarnya penghasilan bersih setelah
pajak. Maka agar tidak menganggu atau tidak menderaskan cashflow perusahaan,
perlu adanya perencanaan pajak yang baik agar bisa menganalisis atas transaksi
apa, terkena pajak apa, dan perlu dana berapa sehingga diketahui berapa
penghasilan bersih setelah pajak.

Siapa yang akan dijadikan subyek pajak

Indonesia mengadakan pemisahan antara Badan Usaha dengan pribadi pemiliknya


(pemegang saham), yang akan menimbulkan pajak ganda. Adanya perbedaan
perlakuan perpajakan atas pembayaran dividen kepada pemegang saham dari
Badan Usaha dimana pemegang saham adalah orang pribadi atau perorangan dan
pemegang saham adalah berbentuk Badan Usaha (PT), maka disini menimbulkan
usaha untuk perencanaan pajak dengan baik agar beban pajaknya rendah dan
meringankan arus kas (cashflow) perusahaan sehingga bisa dimanfaatkan untuk
tujuan lain. Disamping itu adanya pertimbangan untuk menunda pembayaran
deviden dengan cara meningkatkan jumlah laba yang ditahan, yang bagi
perusahaan juga akan menimbulkan penundaan pajak.

Apa saja yang merupakan objek pajak

Adanya perlakuan perpajakan yang berbeda atas obyek pajak yang secara
ekonomis hakekatnya sama akan menimbulkan usaha perencanaan pajak, agar
beban pajak rendah. Jadi karena objek pajak merupakan basis perhitungan (tax
bases) besarnya pajak, maka dalam rangka optimalisasi alokasi sumber dana,
manajemen akan merencanakan pajak yang tidak lebih dan tidak kurang.

Berapa besarnya tarif pajak

Adanya penerapan tarif yang diterapkan di Indonesia mengakibatkan seseorang


perencana pajak akan berusaha sedapat mungkin dikenakan tarif yang palin
rendah.

Bagaimana prosedurnya

Adanya self assessment system dan payment system mengharuskan seorang


perencana pajak untuk melakukan tax planning dengan baik. Saat ini sistem
pemungutan (withholding) di Indonesia makin ditingkatkan penerapannya. Hal ini
disamping mengganggu cash flow perusahaan juga bisa berakibat terjadinya
kelebihan pembayaran pajak atas pemungutan pendahuluan tersebut, dimana
untuk memperoleh restitusinya memerlukan waktu dan biaya.

2. Tax Law
Kita menyadari bahwa kenyataannya dimanapun tidak ada undang-undang yang
mengatur secara permasalahan dengan sempurna, maka dalam pelaksanaannya
selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan yang lain (PP, Keppres, KMK, dan SE DJP),
serta tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan undang-
undang itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan
dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapai. Keadaan ini menyebabkan
munculnya celah (loophole) bagi WP untuk menganalisis dengan cermat atas
kesempatan tersebut untuk digunakan perencanaan pajak yang baik.
3. Tax Administration
Indonesia merupakan negara yang begitu luas wilayahnya dan begitu banyak
penduduknya dan sebagai negara yang sedang membangun masih mengalami
kesulitan dalam melaksanakan administrasi perpajakannya secara memadai. Hal
yang mendorong perusahaan untuk melaksanakan perencanaan perpajakan dengan
baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya
perbedaan penafsiran antara fiskus dengan WP, akibat dari begitu luasnya
peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang belum efektif.
Secara umum motivasi dilaksanakannya tax planning adalah untuk memaksimalkan
laba setelah pajak, Karena pajak itu ikut mempengaruhi dalam penga,bilan
keputusan atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk melakukan
investasi dengan cara menganalisis secara cermat dan memanfaatkan peluang atau
kesempatan yang ada dalam ketentuan perpajakan yang sengaja dibuat oleh
pemerintah untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas obyek pajak yang
secara ekonomis hakekatnya sama, dengan memanfaatkan :
* Perbedaan tarif pajak (tax rate)
* Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak (tax
base)
* Loop hole (celah), shelter, dan haven.

Kesimpulan
Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses
merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah
yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian,
perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan
kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat
secara optimal menghindari pemborosan sumber daya.

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen


pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan
benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak
(tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan
penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan
perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.

Aspek-aspek dalam Tax Planning


a. Aspek Formal dan Administratif

Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok WajibPajak (NPWP)


dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;
Memotong dan/atau memungut pajak;
Membayar pajak;
MenyampaikanSurat Pemberitahuan.

b. Aspek Material
Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasialokasi
sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajakyang tidak lebih
dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak harus dilaporkansecara benar dan lengkap.

Tahapan Tax Planning

a. Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base)


b. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing one or
more possible tax plans)
c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan)
d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the tax
plans)
e. Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan).

Penjelasan Tahapan dalam Tax Planning

Menganalisis Informasi yang ada (Analysis of the existing data base).

Tahapan pertama dari proses pembuatan tax planning adalah menganalisis


komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan
menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung.
Ini hanya bisa dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari
pajak baik secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat
dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang paling efisien. Adalah juga penting
untuk memperhitungkan kemungkinan besarnya penghasilan suatu proyek dan
pengeluaran-pengeluaran lain diluar pajak yang mungkin terjadi. Untuk itu seorang
manajer perpajakan harus memperhatikan faktor-faktor baik dari segi internal
maupun eksternal yaitu:

a. Fakta yang relevan


Dalam arus globalisasi serta tingkat persaingan yang semakin kompetitif maka
seorang manajer perusahaan dalam melakukan perencanaan pajak untuk
perusahaannya dituntut harus benar-benar menguasai situasi yang dihadapi, baik
dari segi internal maupun eksternal dan selalu dimutakhirkan dengan perubahan-
perubahan yang terjadi agar perencanaan pajak dapat dilakukan secara tepat dan
menyeluruh terhadap situasi maupun transaksi-transaksi yang mempunyai dampak
dalam perpajakan.

b. Faktor Pajak
Dalam menganalis setiap permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan
perencanaan pajak adalah tidak terlepas dari dua hal yang berkaitan dengan faktor-
faktor pajak yaitu menyangkut setiap tipe perpajakan nasional yang dianut oleh
suatu negara dan sikap fiskus dalam menafsirkan peraturan perpajakan baik
Undang-undang domestik maupun mancanegara.

c. Faktor non Pajak lainnya


Beberapa faktor bukan pajak yang relevan untuk diperhatikan dalam penyusunan
suatu perencanaan pajak antara lain:

i. Masalah badan hukum


Sistem hukum yang berbeda terdiri dari berbagai tipe dari pada perusahaan.
Pemilihan bentuk badan usaha yang diusulkan sering dibuat sebagai fungsi
daripada seluruh peraturannya (baik untuk pajak maupun bukan pajak) dalam
rangka administrasi pembentukan dan pembubarannya.
ii. Masalah mata uang dan nilai tukar
Dalam ruang lingkup perencanaan pajak yang bersifat internasional masalah nilai
tukar mata uang mempunyai dampak yang besar terhadap finansial suatu
perusahaan. Nilai tukar mata uang yang berfluktuasi atau tidak stabil memberikan
resiko usaha yang cukup tinggi. Apalagi jika ada masalah devaluasi maupun
revaluasi. Dari dampak finansial tentunya berakibat pada posisi laba-rugi, apalagi
bila terdapat banyak transaksi baik ekspor atau impor maupun pinjaman dalam
bentuk mata uang asing.
iii. Masalah pengendalian devisa
Sistem pengendalian devisa yang dimuat suatu negara menjadi bahan
pertimbangan penting terutama jika suatu negara menganut pembahasan atau
larangan untuk mengadakan pertukaran atau transfer dana dari transaksi
internasional ataupun adanya larangan untuk menjamin uang atau menarik uang
dari luar tanpa adanya izin Bank Sentral atau Menteri Keuangan. Berbagai macam
aturan yang dibuat tentunya menjadi bahan pertimbanagan bagi pengusaha untuk
menanamkan modalnya atau tidak, karena perhitungan laba-rugi akhirnya selalu
menjadi patokan dasar dalam mengambil keputusan.
iv. Masalah Program intensif investasi
Masalah program insentif yang ditawarkan negara tertentu memberikan pilihan bagi
wajib pajak untuk melakukan investasi atau pemekaran usaha pada suatu lokasi
negara tertentu. Insentif inventasi yang merangsang bisa berupa pemberian
pinjaman dengan tarif bunga rendah, bebas bunga ataupun adanya pemberian
bantuan dari pemerintah.
v. Masalah faktor bukan pajak lainnya
Faktor bukan pajak lainnya seperti hukum dan sistem administrasi yang berlaku,
kestabilan ekonomi dan politik, tenaga kerja, pasar, ada/tidaknya tenaga
profesional, fasilitas perbankan, iklim usaha, bahasa, sistem akuntansi, kesemuanya
harus dipertimbangkan dalm penyusunan tax planning terutama berkaitan dengan
pemilihan lokasi investasi apakah berupa cabang, subsidiari atau untuk keperluan
lainnya.

Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak (Design of
one or more possible tax plans).
Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih tindakan berikut ini:
a. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.
Hampir semua perpajakan internasional paling tidak ada dua negara yang
ditentukan lebih dahulu. Dari sudut pandang perpajakan dalam hal ini proses
perencanaan tidak bisa berada di luar dari tahapan pemilihan transaksi, operasi dan
hubungan yang paling menguntungkan. Metode yang harus diterapkan dalam
menganalisis dan membandingkan beban pajak maupun pengeluaran lainnya dari
suatu proyek adalah apabila tidak ada rencana pembatasan minimum pajak yang
diterapkan dan apabila ada rencana pembatasan minimum diterapkan, berhasil
atau pun gagal.
b. Pemilihan dari negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi
residen dari negara tersebut. Dalam rencana perpajakan internasional mungkin
diberi perlakuan khusus dengan memilih antara dua atau lebih kemungkinan
investasi di negara-negara berbeda.
c. Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.
Dalam banyak kasus, pertimbangan penghemaan pajak tidak hanya di pengaruhi
oleh pemilihan yang hati-hati dari bentuk transaksi, operasi maupun hubungan
internasional, tetapi juga oleh penggunaan satu atau lebih negara sebagai
tambahan dari negara yang bersangkutan yang sudah ada dalam data base.
Perencanaan pajak internasional sebetulnya merupakan perluasan yang sederhana
dari perencanaan pajak nasional. Dalam membuat model pengaturan yang paling
tepat, penting sekali untuk mempertimbangkan.
d. Apakah kepemilikan dari hak, surat berharga, dan lain-lain harus dikuasakan
kepada satu atau lebih perusahaan, individu, atau kombinasi dari semuanya itu.
e. Adakah hubungan antara berbagai individu dan entitas.

Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak (Evaluating a tax plan).


Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan merupakan bagian kecil dari seluruh
perencanaan strategik perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi untuk
melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban
pajak. Evaluasi tersebut meliputi :
a) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan,
b) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik,
c) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tapi gagal.
4. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak
(Debugging the tax plan).
Hasil suatu perencanaan pajak bisa dikatakan baik atau tidak tentunya harus
dievaluasi melalui berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian keputusan yang
terbaik atas suatu perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan
tujuan operasi perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin
sesuai bentu perencanaan pajak yang diinginan. Kadang suatu rencana harus
diubah mengingat adanya perubahan peraturan perundang-undangan. Walaupun
diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan keberhasilan sangat kecil.
Sepanjang masih besar penghematan pajak yang bisa diperoleh, rencana tersebut
harus tetap dijalankan. Karena begaimanapun juga kerugian yan ditanggung
merupakan kerugian minimal.

Memutakhirkan rencana pajak (Updating the tax plan).


Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan,
namun juga masih perlu mempertimbangkan setiap perubahan yang terjadi baik
undang-undang maupun pelaksanaannya di negara dimana aktivitas tersebut
dilakukan yang mungkin mempunyai dampak terhadap komponen dari suatu
perjanjian, yang berkenaan dengan perubahan yang terjadi di luar negeri atas
berbagai macam pajak maupun aktifitas informasi bisnis yang tersedia sangat
terbatas. Pemutakhiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu dilakukan
sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan memberikan
perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi
saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang merugikan dari
adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil
kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial.

Strategi Umum Perencanaan Pajak

a.Tax saving
Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melaluipemilihan alternatif
pengenaan pajak dengan tarifyang lebih rendah.Misalnya, perusahaanyang memiliki
penghasilan kena pajak lebih dari Rp. 100 juta dapat melakukan perubahan
pemberian natura kepada karyawanmenjadi tunjangan dalam bentuk uang.

b.Tax avoidance
Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak denganmenghindari
pengenaan pajak melalui transaksiyang bukan merupakan objekpajak. Misalnya,
perusahaanyang masih mengalami kerugian,perlumengubah tunjangan karyawan
dalam bentuk uang menjadi pemberian naturakarena natura bukan merupakan
objek pajak PPh Pasal21.

c. Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan

Dengan menguasai peraturan pajakyang berlaku, perusahaan dapatmenghindari


timbulnya sanksi perpajakan berupa:
Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan;
Sanksi pidana: pidana atau kurungan.

d. Menunda pembayaran kewajiban pajak


Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturanyang berlaku
dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan
dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktuyang
diperkenankan, khususnya untuk penjualankredit. Dalam hal ini, penjual dapat
menerbitkan faktur pajak pada akhirbulan berikutnya setelah bulan penyerahan
barang.

e. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan

Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang
dapat dikreditkan yang merupakan pajakdibayar dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22
atas pembeliansolar dan/atau impor dan Fiskal Luar Negeri atas perjalanan dinas
pegawai.

Dalam kredit pajak PPN (Pajak Masukan), Pengusaha Kena Pajak dapatmenggunakan
dokumenlain yang fungsinya sama dengan faktur pajakstandar, seperti SPPB
atauSurat Perintah Pengiriman Barang(delivery order) yang dikeluarkan oleh Bulog
untuk penyaluran tepung terigu, FNBP(Faktur NotaBon Pen yerahan)yang
dikeluarkan oleh Pertamina untukpenyerahan BBM dan/atau bukan BBM, dan tanda
pembayaran atau kuitansi telepon.

Sumber:

Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Jakarta : Salemba Empat.


http://www.ortax.org/ortax/?mod=forum&page=show&idtopik=28333

https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/10/31/tax-planning-perencanaan-pajak/
Teknik Dasar Manajemen Pajak dan Perencanaan Pajak
Perencanaan dan Manajemen Pajak adalah suatu keniscayaan bagi setiap
perusahaan yang menginginkan adanya penghematan pajak karena dalam undang-
undang perpajakan Indonesia hal ini diperkenankan. Dengan menyusun
perencanaan dan manajemen pajak sejak dini perusahaan akan terhindar dari
segala hal yangmengakibatkan peningkatan beban pembayaran pajak.
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen
pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan
benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak
(tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan
penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan
perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.

Langkah-Langkah Pokok Strategi Perencanaan Pajak


Menurut Zain (2005 : 70-71) dalam bukunya menjelaskan, langkah-langkah dalam
penyusunan perencanaan pajak yang merupakan komponen sistem manajemen
pajak adalah:
1. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pajak
2. Situasi sekarang dan identifikasi pendukung dan penghambat tujuan
3. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan

Manajemen Pajak (Tax Management)


Manajemen perpajakan (Tax Management ) merupakan suatu proses untuk
meminimalkan beban pajak (minimizing tax burden), dimana dalam hal ini tetap
berada pada jalur (on the track) ketentuan peraturan per-UU-an perpajakan (lawful )
dan tidak melanggarnya (unlawful ). Untuk mendapatkan penghematan pajak (tax
benefit atau tax saving dan kemanfaatan usaha lainnyadilakukan melalui fungsi-
fungsi manajemen pajak yang terdiri dari perencanaan pajak (Tax Planning),
pengimplementasian pajak (tax implementation), pengendalian pajak (tax control)
yang berkesinambungan.
Tax Management merupakan pelaksanaan dari peran pengaturan dan pengawasan
dalam bidang perpajakan (organization and controlling). Pelaksanaannya bersifat
rutin/regular, karena bersangkutan dengan transaksi yang berulang kali terjadi.Tax
Management bertujuan untuk meminimalisasi tax exposure/risiko hutang pajak
yang mungkin akan timbul dalam suatutransaksi yang rutin tersebut.

Contoh Tax Management


Suatu perusahaan melakukan penjualan dengan orientasi ekspor. Sedangkan, bahan
baku banyak dibeli di dalam negeri. Dengan demikian, maka PPN masukan yang
diperoleh lebih besar daripada PPN keluaran, akibatnya harus dilakukan restitusi,
mungkin tiap tahun atau tiap bulan harus dilakukan proses tersebut. Divisi
perpajakan harus melakukan suatu proses Tax Management berupa me-manage
restitusi pajak yang berjalan. Misalnya : me-mantain suatu rekonsiliasi pajak antara
Penjualan menurut PPh badan dan menurut SPM PPN, merapikan faktur pajak
masukan, serta bank account ataupun voucher pembayaran yang diperlukan. Kita
bisa bayangkan jika hal ini tidak ter- manage dengan baik, restitusi akan membawa
denda dan hutang pajak yang materiil tentunya.

Beberapa Teknik dari Tax Management


Membuat rekonsiliasi data akuntansi dan pajak seperti: Beban pegawai vs Nilai
penghasilan bruto di SPT PPh psl 21 ,Sales revenue (as per book/PL) vs Peredaran
dari SPM PPN.
Mengontrol dokumentasi untuk mendukung transaksi yang terjadi. Misalnya: Surat
Perintah Kerja (Kontrak), Perjanjian Jual Beli, Akte Notaris.
Sistem administrasi keuangan untuk memastikan perhitungan pajak yang tepat dan
pembayaran yang tepat waktu.
Sistem arsip laporan dan korespondensi pajak yang teratur serta terkontrol.
Management atas proses tax audit

Aspek-aspek dalam Tax Planning


1. Aspek Formal dan Administratif
a. Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
b. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;
c. Memotong dan/atau memungut pajak;
d. Membayar pajak;
e. MenyampaikanSurat Pemberitahuan.
2. Aspek Material
Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasialokasi
sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajakyang tidak lebih
dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak harus dilaporkansecara benar dan lengkap.

Sumber: Berbagai sumber


http://memebali.blogspot.sg/2013/06/teknik-dasar-manajemen-pajak-dan.html
PERENCANAAN PAJAK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan oleh
negara untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
Sedangkan bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba
bersih. Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari
yang masih ada di dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan yang
melanggar peraturan perpajakan. Upaya minimalisasi pajak ini sering disebut
dengan perencanaan pajak (tax planning). Melaksanakan kewajiban pembayaran
pajak dengan jumlah yang sebenarnya sesuai peraturan merupakan hal yang harus
dilakukan oleh setiap subyek pajak suatu negara, dimana tindakan penyelewengan
merupakan tindakan melawan hukum, tetapi melakukan penghematan pajak
merupakan suatu hal yang sah-sah saja asalkan tidak melanggar ketentuan
perpajakan yang ada.
Perencanaan pajak dilakukan dengan memanfaatkan pengecualian-pengecualian
dan celah-celah perpajakan (loopholes) yang diperbolehkan oleh UU No.17 Tahun
2000 Tentang Pajak sehingga perencanaan pajak tersebut tidak dianggap sebagai
pelanggaran yang akan merugikan Wajib Pajak dan tidak mengarah pada
penggelapan pajak. Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai
permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi atau biasa disebut
dengan krisis ekonomi. Di dalam kondisi ekonomi saat ini, banyak perusahaan
mengalami gulung tikar atau memutuskan untuk menutup usahanya. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya meningkatnya tingkat inflasi dan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing (dollar) yang mengalami penurunan.
Sebagai akibatnya perusahaan harus mengeluarkan biaya usaha yang besar untuk
membiayai kegiatan usahanya, tetapi dengan pengeluaran yang besar tersebut,
perusahaan tidak mendapatkan penghasilan yang sebanding dengan biaya yang
dikeluarkannya. Hal ini akan lebih terasa pada perusahaan yang mempunyai
pinjaman atau hutang berupa dollar dalam jumlah yang besar, perusahaan yang
tergantung pada barang impor atau perusahaan yang masih tergantung pada pihak
asing.
Dalam keadaan seperti ini, maka manajer perusahaan harus dapat menentukan
keputusan serta tujuan dari perusahaan yang dipimpin atau dikendalikannya. Tugas
manajer perusahaan adalah mengambil keputusan yang didasarkan pada
keterpaduan antara fungsi bisnis yang meliputi bidang pemasaran, produksi,
keuangan sumber daya manusia, penelitian serta pengembangan, dan fungsi
manajerial yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta
pengawasan. Berdasarkan masalah di atas maka sangat perlu
pengkajian/pembahasan tentang Perencanaan Pajak Secara Umum .
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas adalah.
1) Bagaimana Konsep manajemen strategis dan perencanaan startegis yang
dilakukan oleh manajer?
2) Apa saja Risiko dan pengaruh pajak atas perusahaan?
3) Bagaimana manajemen pajak yang baik?
4) Apa saja motivasi dilakukannya perencanaan pajak?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah yaitu.
1) Mengetahui Konsep manajemen strategis dan perencanaan startegis yang
dilakukan oleh manajer
2) Mengetahui Risiko dan pengaruh pajak atas perusahaan
3) Mengetahui manajemen pajak yang baik
4) Mengetahui motivasi dilakukannya perencanaan pajak

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Manajemen Strategi dan Perencanaan Strategis
Perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) dan
kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi (program),
taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program), dan operasi (tindakan) yang
diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.
Perencanaan strategis dalam organisasi merupakan salah satu aspek dari materi
manajemen strategis yang selalu diperlukan oleh setiap organisasi. Setiap
perubahan lingkungan yang terjadi memerlukan respons strategis, baik dalam
perencanaan, pelaksanakan, maupun evaluasi.
Dari sebutan semula perencanaan perusahaan, berkembang menjadi strategi
perusahaan, perencanaan strategis, kebijakan bisnis, dan akhirnya menjadi
manajemen strategis, yang berisi bagaimana pimpinan puncak suatu organisasi
menanggapi perubahan lingkungan yang sangat kompleks dan dinamis tersebut.
Agar dapat mencapai tujuan, setiap perusahaan melakukan dua fungsi pokok, yaitu:
a) Fungsi bisnis yang meliputi bidang pemasaran, produksi, keuangan, sumber
daya manusia, penelitian dan pengembangan, dan sebagainya.
b) Fungsi Manajerial yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan.
Tugas manajer perusahaan adalah mengambil keputusan yang didasarkan pada
keterpaduan antara kedua fungsi tersebut sehingga mencapai keterpaduan di
tingkat atas. Menurut Glueck dan Jauch (1980) seperti yang dikutip oleh Martani
Husaeni (1989), yang mengarah kepada perkembangan suatu strategi yang efektif
untuk membantu mencapai sasaran perusahaan.
Studi tentang manajemen strategi menekankan pada pemantauan dan evaluasi
kesempatan-kesempatan dan hambatan-hambatan lingkungan, di samping
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan perusahaan.

2.2 Resiko dan Pengaruh Pajak atas Perusahaan


2.2.1 Risiko perusahaan
Beberapa risiko yang mungkin timbul karena investasi, antara lain:
a) Risiko penghasilan, timbul karena adanya ketidakpastian penerimaan operasi
dari biaya saat ini, ketidakpastian atas harga keluaran (output) perusahaan
dibandingkan dengan biaya (input) dimasa yang akan datang.
b) Risiko Modal, timbul karena ketidakpastian ekonomi atas biaya depresiasi sebab
asset yang cepat usang atau berganti mode. Akibatnya, asset yang diinvestasikan
sudah ketinggalan jaman sehingga tidak mampu bersaing lagi.
c) Risiko Keuangan, timbul karena ketidakpastian tingkat biaya bunga atas dana
pinjaman, akibatnya mungkin perusahaan tidak mampu membayar kembali
pinjaman dan bunganya.
d) Risiko Inflasi, timbul karena ketidakpastian tingkat inflasi pada masa yang akan
datang. Ia akan berpengaruh terhadap penghasilan dan biaya untuk mengganti
asset perusahaan di masa yang akan datang.
e) Risiko atas keputusan yang tidak dapat diubah, timbul karena pembelian asset
atau biaya yang sudah dikeluarkan tidak dapat digunakan untuk keperluan lainnya.
Oleh karena itu, investor harus betul-betul memperhitungkan masalah waktu.
f) Risiko politik, timbul karena adanya perubahan kebijakan pemerintah, misalnya
kebijakan pemerintah dalam bidang perpajakan (Tax Policy) yang disesuaikan
dengan kondisi perekonomian suatu negara maupun untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
2.2.2 Pengaruh Pajak terhadap perusahaan
Pajak merupakan pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah,
yang sebagian dipakai untuk penyediaan barang dan jasa publik. Besar pajak
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Secara
administratif pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak langsung dan
pajak tidak langsung. Bagi perusahaan, pajak yang dikenakan terhadap penghasilan
yang diterima atau diperoleh dapat dianggap sebagai biaya dan beban dalam
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan maupun distribusi laba kepada
pemerintah (Smith dan Skousen, 1987).
Secara ekonomis, pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia
untuk dibagi atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan. dalam praktik bisnis,
umumnya pengusaha mengindentikan pembayaran pajak sebagai beban sehingga
akan berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing maka manajer wajib menekan
biaya seoptimal mungkin.
Pengelolaan kewajiban pajak sering diasosiasikan dengan suatu elemen dalam
manajemen dalam suatu perusahaan yang disebut manajemen pajak. Manajemen
pajak merupakan bagian dari manajemen keuangan. Manajemen keuangan adalah
segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan
aset dengan beberapa tujuan secara menyeluruh. Tujuan manajemen pajak harus
sejalan dengan tujuan manajemen keuangan, yaitu memperoleh likuiditas dan laba
yang memadai.
Pada dasarnya, ada dua hal yang perlu dilakukan perusahaan berhubungan dengan
pajak. Langkah pertama yaitu mulai dengan mendaftarkan diri sebagai wajib pajak
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan terdaftar di salah satu
Kantor Pelayanan Pajak, melaksanakan akuntansi perpajakan, serta membayar dan
menyampaikan SPT masa tahunan sesuai dengan jenis pajaknya pada tanggal yang
telah ditentukan. Langkah kedua adalah merencanakan pajak (tax planning) yaitu
dengan memperhitungkan pengaruh pengambilan keputusan tertentu terhadap
kewajiban pajaknya, misalnya keputusan untuk melakukan investasi.
2.3 Manajemen Pajak
Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan
dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin
untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan (Sophar
Lumbantoruan,1996).
Menurut Zain (2005:5) manajemen pajak adalah merupakan suatu proses
mengorganisasikan usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa
sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya
berada dalam posisi seminimal mungkin, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh
ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku.
Tujuan manajemen pajak dapat menjadi dua, yaitu :
a) Menerapkan peraturan perpajakan secara benar
b) Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya
Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen
pajak yang terdiri atas:
1) Perencanaan Pajak (tax planning)
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada
tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan
agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada
umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan kewajiban
pajak.
Perencanaan pajak merupakan tindakan legal pengendalian transaksi terkait
dengan konsekuensi potensi pajak, pajak yang dapat mengefisiensikan jumlah pajak
yang ditransfer ke pemerintah.
Tujuan Perencanaan Pajak adalah merekayasa agar beban pajak (Tax
Burden) serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi
berbeda dengan tujuan pembuatan Undang-undang maka tax planning disini sama
dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis kedua-duanya berusaha
untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak
merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada
pemegang saham maupun diinvestasikan kembali.
Dalam buku Mohammad Zain (2006 : 67) pengertian perencanaan pajak
adalah sebagai berikut: Perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan
yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada
pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah
bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan di
transfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax
avoidance) dan bukan penyeludupan pajak (tax evasion) yang merupakan tindak
pidana fiskal yang tidak akan di toleransi. Walaupun kedua cara tersebut
kedengarannya mempunyai konotasi yang sama sebagai tindak kriminal, namun
suatu hal yang jelas berbeda disini bahwa penghindaran pajak adalah perbuatan
legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, sedang penyeludupan pajak jelas-jelas
merupakan perbuatan illegal yang melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan
Perencanaan perpajakan umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah
suatu transaksi atau fenomena terkena pajak. Kalau fenomena tersebut terkena
pajak, apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah
pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda
pembayarannya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, setip wajib pajak akan
membuat rencana pengenaan pajak atas setiap tindakan secara seksama. Dengan
demikian, bisa dikatakan bahwa perencanaan pajak adalah proses pengambilan
faktor non pajak yang material untuk menentukan:
a. Apakah
b. Kapan
c. Bagaimana, dan
d. Dengan siapa dilakukan transaksi, operasi, dan hubungan dagang yang
memungkinkan tercapainya beban pajak pada tax events yang serendah mungkin
dan sejalan dengan tercapainya tujuan perusahaan.
Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan berbagai
cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang
melanggar peraturan perpajakan (unlawful). Ukuran yang digunakan dalam
mengukur kepatuhan perpajakan wajib pajak, adalah:
1) Tax saving, yaitu upaya wajib pajak mengelakkan hutang pajaknya dengan
jalan menahan diri untuk tidak membeli produkproduk yang ada pajak
pertambahan nilainya atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan
yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil dan dengan
demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar.
2) Tax avoidance, yaitu upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan
yang dikenakan pajak atau upaya-upaya yang masih dalam kerangka ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak yang
terhutang.
3) Tax evasion, yaitu upaya wajib pajak dengan penghindaran pajak terhutang
secara illegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.
(1) Aspek formal dan administratif perencanaan pajak
a) Sanksi administrasi maupun pidana merupakan pemborosan sumber daya
sehingga perlu dihindari melalui suatu perencanaan pajak yang baik.
b) Aspek administratif dari kewajiban perpajakan meliputi kewajiban mendaftar diri
untuk memperoleh NPWP dan pengukuhan pengusaha kena pajak (PKP),
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, membayar pajak, Menyampaikan
SPT, di samping memotong atau memungut pajak.
c) Dalam sistem perpajakan selalu dipisahkan antara assessment dengan sistem
pembayaran. Assessment yang berlaku saat ini adalah self assessment yaitu
kewajiban untuk menghitung sendiri, membayar sendiri, dan melaporkan sendiri.
Atau dengan sistem pemotongan oleh pihak ketiga (withholding system.
(2) Aspek Material dalam perencanaan pajak
Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan, perbuatan,
maupun peristiwa. Basis perhitungan pajak adalah objek pajak. Maka untuk
mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan
pembayaran pajak yang tidak lebih bayar (karena dapat mengurangi optimalisasi
alokasi sumber daya) dan tidak kurang (supaya tidak membayar sanksi administrasi
yang merupakan pemborosan dana).
(3) Penghindaran sanksi pajak
Sistem perpajakan menganut prinsip substansi mengalahkan bentuk formal.
Walaupun perusahaan telah memenuhi kewajiban perpajakan secara formal, tetapi
kalau ternyata substansi menunjukkan lain atau motivasi rekayasa tidak sesuai
dengan jiwa dari ketentuan perpajakan, fiskus dapat menganggap bahwa wajib
pajak kurang patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Apabila terjadi
perbedaan interpretasi fakta perpajakan, lembaga peradilan pajak yang akan
memutuskan.
Setidak-tidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu
perencanaan pajak (tax planning) :
a) Tidak melanggar kewajiban dan ketentuan perpajakan. Bila suatu
perencanaan pajak ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan buat
WP merupakan resiko yang sangat berbahaya dan mengancam keberhasilan
perencanaan pajak tersebut.
b) Secara bisnis perencanaan pajak masuk akal, karena perencanaan pajak
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh
perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Maka perencanaan pajak
yang tidak masuk akan akan memperlemah perencanaan itu sendiri.
c) Bukti-bukti pendukungnya yang memadai
2) Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation)
Setelah tahap perencanaan, maka langkah selanjutnya adalah
mengimpelementasikannya baik secara formal maupun material. Harus dipastikan
bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakan
yang berlaku. manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar peraturan dan
jika dalam pelaksanaanya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka praktik
tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.
Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu dikuasai
dan dilaksanakan, yaitu :
a) Memahami ketentuan peraturan perpajakan
b) Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat
Apabila implementasi tax planning pada perusahaan dilakukan secara baik dan
benar, hal tersebut akan memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan yang
diantaranya, adalah:
1) Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dapat
diminimalisasi dalam proses operasional perusahaan.
2) Mengatur aliran kas, dengan tax planning yang dikelola secara cermat,
perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat, mengestimasi
kebutuhan kas terhadap pajak dan menentukan waktu pembayarannya, sehingga
tidak terlalu awal atau terlambat yang mengakibatkan denda atau sanksi.
3) Pengendalian pajak (tax contol)
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak
telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi
persyaratan formal maupun material. Hal terpenting dalam pengendalian pajak
adalah pemeriksaan pembayaran pajak. Oleh sebab itu, pengendalian dan
pengaturan arus kas sangat penting dalam strategi penghematan pajak.
Strategi dalam Perencanaan Pajak
Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekkan wajib pajak untuk
meminimalkan pajak yang harus dibayar (Sophar Lumbantoruan, 1996), yaitu:
a) Pergeseran pajak, merupakan pemindahan atau mentransfer beban pajak dari
subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian orang atau badan yang dikenakan
pajak mungkin sekali tidak menanggungnya.
b) Kapitalisasi, merupakan pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah
pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli.
c) Transformasi, merupakan cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan
dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya.
d) Tax Evasion
e) Tax Avoidance
2.4 Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak
Motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak. Ada 3
(tiga) unsur perpajakan yang memotivasi dilakukannya perencanaan pajak:
1. Kebijaksanaan Perpajakan (Tax Policy)
Kebijakan perpajakan merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak
dituju dalam sistem perpajakan.
Terdapat faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak, yaitu:

a) Pajak yang akan dipungut


b) Siapa yang akan dijadikan subjek pajak
c) Apa saja yang merupakan objek pajak
d) Berapa besarnya tarif pajak
e) Bagaimana prosedurnya
2. Undang-undang Perpajakan (Tax Law)
Kita menyadari bahwa kenyataannya di manapun tidak ada undang-undang
yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna, maka dalam
pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain(Peraturan Pemerintah
Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan dan DIrektur Jendral Pajak), maka
tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan Undang-undang
itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan dalam
mencapai tujuan lain yang ingin dicapainya.
3. Administrasi Perpajakan j(Tax Administration)
Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah
memaksimalkan laba setelah pajak karena pajak itu ikut mempengaruhi dalam
pengembalian keputusan atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk
melakukan investasi dengan cara menganalisis secara cermat dan memanfaatkan
peluang atau kesempatan yang ada dalam ketentuan peraturan yang sengaja
dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang
secara ekonomi hakikatnya sama (karena pemerintah mempunyai tujuan lain
tertentu) dengan memanfaatkan:
Perbedaan tarif pajak (Tax Rates)
Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak (Tax
Base)
Loopholes (celah) , Shelters ( berlindung) dan Havens

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Manajemen strategi menekankan pada pemantauan dan evaluasi kesempatan-
kesempatan dan hambatan-hambatan lingkungan, di samping kekuatan-kekuatan
dan kelemahan-kelemahan perusahaan.
Risiko yang mungkin timbul karena investasi, yaitu risiko penghasilan, risiko modal,
risiko keuangan, risiko inflasi, risiko atas keputusan yang dapat diubah serta risiko
politik. Sedangkan pengaruh pajak atas perusahaan adalah pajak merupakan unsur
pengurang laba yang tersedia untuk dibagi atau diinvestasikan kembali oleh
perusahaan. dalam praktik bisnis, umumnya pengusaha mengindentikan
pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan berusaha untuk meminimalkan
beban tersebut guna mengoptimalkan laba
Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan
benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Ada 3 (tiga) unsur perpajakan yang memotivasi dilakukannya perencanaan
pajak: kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan dan administrasi
perpajakan.

3.2 Saran
1) Dengan adanya kebijakan Tax Planning pada perusahaan yang dilaksanakan
dengan tepat maka akan memberikan keuntungan karena adanya penghematan
pajak.
2) Perusahaan harus lebih memahami ketentuan peraturan perpajakan yang
berlaku serta harus selalu mengikuti perkembagan perubahan peraturan perpajakan
yang terbaru sehingga manajemen dapat memahami dan melaksanakan peraturan
perpajakan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Suandy, Erly.2008. Perencanaan Pajak, edisi 4. Jakarta: Salemba Empat


Harahap, Ahmad. 2009. kebijakan tax planning untuk menyesuaikan pendapatan
dan beban perhitungan pajak penghasilan pada PT sofara Cipta Kirana Medan.
(online).(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/9735/1/09E01133.pdf,
diakses tanggal 04 maret 2012)
Gloritho. Pengaruh penerapan perencanaan pajak biaya pegawai pada pt xyz
untuk meminimalkan beban pajak dan hubungannya dengan kinerja perusahaan.
Universitas Gunadarma. Jakarta

http://repository.binus.ac.id/content/F0522/F052288114.ppt
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26342/5/Chapter%20I.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26342/4/Chapter%20II.pdf

http://akhwatassyari.blogspot.sg/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x.html
Strategi Perencanaan dan Manajemen Pajak
Perusahaan

I. Konsep Dasar Strategi dan Perencanaan Pajak


Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses
merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah
yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian,
perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan
kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat
secara optimal menghindari pemborosan sumber daya.

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen


pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan
benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak
(tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan
penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan
perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.
Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu
transaksi atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut
mempunyai dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk
dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran
pajak tersebut dapat ditunda.
Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut: (1) tidak
melanggar ketentuan perpajakan, (2) secara bisnis dapat diterima, dan (3) bukti-
bukti pendukungnya memadai.

Mohammad Zain (2005 : 43) mendefinisikan bahwa :


Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha Wajib Pajak atau
kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik wajib pajak
penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal
sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan perundang-undangan perpajakan
maupun secara komersial.

Tujuan Tax Planning


Tujuan tax planning secara lebih khusus ditujukan untuk memenuhi hal-hal sebagai
berikut :
Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali
Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan
Menunda pengakuan penghasilan
Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain

Tahapan Tax Planning


Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base)
Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing one or
more possible tax plans)
Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan)
Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the tax
plans)
Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan)

Strategi Umum Perencanaan Pajak


a. Tax saving
Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melaluipemilihan alternatif
pengenaan pajak dengan tarifyang lebih rendah.Misalnya, perusahaanyang memiliki
penghasilan kena pajak lebih dari Rp. 100 juta dapat melakukan perubahan
pemberian natura kepada karyawanmenjadi tunjangan dalam bentuk uang.
Penghematan pajak atasperubahan ini berkisar antara5%-25% untuk penghasilan
karyawan sampaidengan Rp. 200 juta.
b. Tax avoidance
Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak denganmenghindari
pengenaan pajak melalui transaksiyang bukan merupakan objekpajak. Misalnya,
perusahaanyang masih mengalami kerugian,perlu mengubah tunjangan karyawan
dalam bentuk uang menjadi pemberian natura karena natura bukan merupakan
objek pajak PPh Pasal21. Dengan demikian, terjadi penghematan pajak antara 5%-
35%.
c. Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan
Dengan menguasai peraturan pajakyang berlaku, perusahaan dapatmenghindari
timbulnya sanksi perpajakan berupa:
Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan;
Sanksi pidana: pidana atau kurungan.
d. Menunda pembayaran kewajiban pajak
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturanyang berlaku
dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan
dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktuyang
diperkenankan, khususnya untuk penjualankredit. Dalam hal ini, penjual dapat
menerbitkan faktur pajak pada akhirbulan berikutnya setelah bulan penyerahan
barang.
e. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan
Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang
dapat dikreditkan yang merupakan pajakdibayar dimuka. Misalnya, PPh Pasal22
atas pembeliansolar dan/atau impor dan Fiskal Luar Negeri atas perjalanan dinas
pegawai.

II. Penghindaran Pajak dan Penyelundupan Pajak


Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai manipulasi secara ilegal atas
penghasilannya untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang, sedang
penghindaran pajak dapat diartikan sebagai manipulasi penghasilannya yang legal
yang masih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
untuk mengefisiensikan pembayaran jumlah pajak yang terutang. Dengan asumsi
bahwa WP akan melaporkan seluruh penghasilannya secara jujur, maka wajarlah
apabila wajib pajak mengklaim semua pengurangan-pengurangan dan kredir pajak
yan gmenjadi haknya atau dengan perkataan lain perencanaan pajak adalah
perbuatan yang sifatnya mengurangi beban pajak secara legal dan bukan
mengurangi kesanggupan memenuhi kewajiban perpajakannya melunasi utang-
utang pajaknya.
Selanjutnya dikemukakan bahwa suatu hal yang wajar apabila seorang wajib pajak
membayar pajaknya tidak melebihi apa yang menjadi kewajibannya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dengan
mengingat asumsi yang dibuat pada waktu merencanakan undang-undang pajak
tersebut bahwa wajib pajak akan melaporkan semua penghasilannya dengan benar
dan mengklaim semua potongan-potongan yang diperkenankan oleh undang-
undang pajak, sehingga secara moral pun tidak dianggap salah, apabila
pengurangan beban pajak melalui penghindaran pajak tersebut masih dalam batas
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Menurut Robert H. AnderconPenyelundupan pajak adalah penyelundupan pajak
yang melanggar undang- undang pajak, sedang Penghindaran pajak adalah cara
rnengurangi paiak yang masih dalam batas ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama melalui perencanaan Pajak.

III. Tekhnik Dasar Manajemen Pajak dan Perencanaan Pajak


Perencanaan dan Manajemen Pajak adalah suatu keniscayaan bagi setiap
perusahaan yang menginginkan adanya penghematan pajak karena dalam undang-
undang perpajakan Indonesia hal ini diperkenankan. Dengan menyusun
perencanaan dan manajemen pajak sejak dini perusahaan akan terhindar dari
segala hal yang mengakibatkan peningkatan beban pembayaran pajak.
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen
pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan
benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak
(tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan
penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan
perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.

Langkah-Langkah Pokok Strategi Perencanaan Pajak


Menurut Zain (2005 : 70-71) dalam bukunya menjelaskan, langkah-langkah dalam
penyusunan perencanaan pajak yang merupakan komponen sistem manajemen
pajak adalah :
1. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pajak
2. Situasi sekarang dan identifikasi pendukung dan penghambat tujuan
3. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan

MANAJEMEN PAJAK (TAXMANAGEMENT )


Manajemen perpajakan (Tax Management ) merupakan suatu proses untuk
meminimalkan beban pajak (minimizing tax burden), dimana dalam hal ini tetap
berada pada jalur (on the track )ketentuan peraturan per-UU-an perpajakan ( lawful
) dan tidak melanggarnya (unlawful ). Untuk mendapatkan penghematan pajak (tax
benefit atau tax saving dan kemanfaatan usaha lainnyadilakukan melalui fungsi-
fungsi manajemen pajak yang terdiri dari perencanaan pajak (Tax Planning ),
pengimplementasian pajak ( tax implementation ), pengendalian pajak (tax control )
yang berkesinambungan.
Tax Management merupakan pelaksanaan dari peran pengaturan dan pengawasan
dalam bidang perpajakan (organization and controlling ). Pelaksanaannya bersifat
rutin/regular, karena bersangkutan dengan transaksi yang berulang kali terjadi.Tax
Management bertujuan untuk meminimalisasi tax exposure/risiko hutang pajak
yang mungkin akan timbul dalam suatutransaksi yang rutin tersebut.
Contoh Tax Management
Suatu perusahaan melakukan penjualan dengan orientasi ekspor. Sedangkan, bahan
baku banyak dibeli di dalam negeri. Dengan demikian, maka PPN masukan yang
diperoleh lebih besar daripada PPN keluaran, akibatnya harus dilakukan restitusi,
mungkin tiap tahun atau tiap bulan harus dilakukan proses tersebut. Divisi
perpajakan harus melakukan suatu proses Tax Management berupa me-manage
restitusi pajak yang berjalan. Misalnya : me-mantain suatu rekonsiliasi pajak antara
Penjualan menurut PPh badan dan menurut SPM PPN, merapikan faktur pajak
masukan, serta bank account ataupun voucher pembayaran yang diperlukan. Kita
bisa bayangkan jika hal ini tidak ter- manage dengan baik, restitusi akan membawa
denda dan hutang pajak yang materiil tentunya.

Beberapa Teknik dari Tax Management


Membuat rekonsiliasi data akuntansi dan pajak seperti : Beban pegawai vs Nilai
penghasilan bruto di SPT PPh psl 21 ,Sales revenue (as per book/PL) vs Peredaran
dari SPM PPN.
Mengontrol dokumentasi untuk mendukung transaksi yang terjadi. Misalnya:
Surat Perintah Kerja (Kontrak), Perjanjian Jual Beli, Akte Notaris.
Sistem administrasi keuangan untuk memastikan perhitungan pajak yang tepat
dan pembayaran yang tepat waktu.
Sistem arsip laporan dan korespondensi pajak yang teratur serta terkontrol.
Management atas proses tax audit

Aspek-aspek dalam Tax Planning


a. Aspek Formal dan Administratif
- Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok WajibPajak (NPWP)
dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
- Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;
- Memotong dan/atau memungut pajak;
- Membayar pajak;
- MenyampaikanSurat Pemberitahuan.
b. Aspek Material
Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasialokasi
sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajakyang tidak lebih
dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak harus dilaporkansecara benar dan lengkap.

IV. Etika Dalam Manajemen Pajak


Penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak, khususnya badan dalam
bentuk tax avoidance, memang dimungkinkan atau dalam hal ini tidak
bertentangan dengan undang-undang atau ketentuan hukum yang berlaku, karena
dianggap praktek-praktek yang berhubungan dengan tax avoidance lebih kepada
pemanfaatan lubang-lubang atau celah-celah atau bisa juga kekosongan-
kekosongan dalam undang-undang perpajakan. Pemerintah dalam hal ini Direktorat
Jendral Pajak tidak bisa berbuat apa-apa melakukan penuntutan secara hukum,
meskipun praktek tax avoidance ini akan mempengaruhi penerimaan negara dari
sektor pajak. Praktek tax avoidance ini sebenarnya suatu dilema bagi pemerintah,
karena wajib pajak melakukan pengurangan jumlah pajak yang harus dibayar, tetapi
dilakukan dengan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Strategi dalam Tax Planning


Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekkan wajib pajakuntuk
meminimalkan pajak yang harus dibayar, misalnya seperti yang
dikemukakan oleh Sophar Lumbantoruan dalam bukunya akuntansi pajak ( 1996:
489 ) yaitu :
Pergeseran pajak (shifting), ialah pemindahan atau mentransfer beban pajak
dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian, orang atau badan yang
dikenakan pajak mungkin sekali tidak menanggungnya.
Kapitalisasi, ialah pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah pajak
yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli.
Transformasi, ialah cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan
dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya.
Tax Evasion, ialah penghindaran pajak dengan menlanggar ketentuan
peraturan perpajakan.
Tax Avoidance, ialah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan yang ada.

Вам также может понравиться