Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Previous
/
Next
By Alvin Ulido / August 25, 2015 / Bahasa
Indonesia, Economics, Macroeconomics / 202 comments
(Revisi 25/8, 9.53: beberapa orang menganggap bahwa masalah reaksi berlebihan (a.k.a.
lebay) pasar perlu diperjelas di artikel ini. Tambahan tulisan berwarna biru)
(Revisi 25/8, 21:13: memperjelas bahwa industri yang terkena cacat bawaan adalah
industri yang diproteksi dari persaingan dengan produk luar negeri. Beberapa industri
yang tidak diproteksi malah seringkali dihambat dengan penegakan hukum yang lemah
dan regulasi yang berbelit)
Oke, jadi kemarin sore kurs Rupiah terhadap Dollar AS untuk pertama kalinya tutup di
atas 14.000. Seperti biasa, banyak orang yang tidak mengerti dasar-dasar ilmu ekonomi
mulai bicara seolah-olah tahu apa duduk perkara pelemahan Rupiah.
Pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita semua: mengapa bisa kurs Dollar AS
(selanjutnya USD) terhadap Rupiah (selanjutnya IDR) mencapai 14.000? Salah siapakah
sehingga Rupiah bisa loyo? Apa yang akan terjadi?
Dan seperti biasa, setelah kita bertanya-tanya, pemerintah menjadi pihak pertama yang
langsung disalahkan atas pelemahan Rupiah (ada benarnya, namun tidak sepenuhnya
benar). Kemudian reaksi berikutnya beragam: pesimis terhadap nasib ekonomi Indonesia,
atau mulai menuduh pasar bebas, investor asing, bahkan mungkin orang Yahudi,
Freemason, dan Illuminati. Lalu kemudian muncul reaksi anti-asing (asing aseng), atau
reaksi lainnya yang jelas-jelas bertentangan dengan logika dasar ekonomi.
Dengan demikian, sebelum penulis mencoba menjelaskan lebih lanjut tentang pelemahan
Rupiah, kita harus mengkritisi pemikiran dasar dari kebanyakan kita: bahwa Rupiah yang
lebih kuat adalah selalu baik, dan Rupiah yang lebih lemah adalah selalu jelek. Apakah
benar demikian? (Penulis akan bahas masalah ini belakangan, jadi baca dulu lebih
lanjut :))
Catatan:
Beberapa pembaca mungkin akan memprotes penulis karena terlalu menyederhanakan
banyak aspek dalam penjelasan mengenai pelemahan Rupiah. Pertama, tidak ada
penjelasan mengenai exchange rate overshooting. Berikutnya, tidak ada penjelasan
mengenai pelemahan nilai tukar sebagai self-fulfilling prophecy, yang
merupakan corollary dari herd behaviour (ya, pasar tidak selalu rasional) para
investor saat ini bersentimen sangat negatif terhadap semua kelas aset di negara
berkembang. Kemudian, tidak ada penjelasan bahwa hubungan terbalik antara nilai tukar
dan net export hanya akan terwujud apabila perekonomian tersebut memenuhi Marshall-
Lerner condition. Atau ketiadaan penjelasan mengenai aksi China yang
menimbulkan currency war atau kebingungan mengenai kebijakan ekonomi
China. Penyederhanaan juga dilakukan untuk menggambarkan hubungan antara
kebijakan moneter eksternal serta peningkatan risiko internal terhadap real exchange rate;
model yang benar seharusnya menggunakan model Mundell-Fleming. Lalu mengapa
penulis tetap menggunakan penjalasan yang terlalu sederhana?
Memang penjelasan penulis tidak seakurat yang seharusnya, tapi mengingat bahwa artikel
ini ditujukan untuk pembaca awam, sangat penting untuk menyederhanakan penjelasan
sedemikian hingga pembaca tanpa latar belakang ekonomi dapat mengerti.
Faktor yang Menyebabkan
Rupiah Naik Turun dan Faktor
Kurs
26APR
Apa sih yang menyebabkan rupiah naik turun? pasti itu pertanyaan semua masyarakat.
karena naik turunnya nilai rupiah mempengaruhi perekonomian suatu negara yang
berdampak pada masyarakat. Faktor naik turunnya nilai rupiah pasti berhubungan dengan
faktor kurs. yukkk kita bahass.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kurs Transaksi
Valuta Asing
Jumlah aliran valuta asing yang
besar dan cepat untuk memenuhi
tuntutan perdagangan, investasi
dan spekulasi dari suatu tempat yang surplus ke tempat yang defisit dapat terjadi karena
adanya beberapa faktor atau kondisi yang berbeda sehingga berpengaruh dan
menimbulkan perbedaan kurs valas atau forex rate masing-masing tempat.
Posisi Balance of Payment (BOP). Balance of Payment atau neraca pembayaran
internasional adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang semua transaksi
ekonomi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan, dan moneter antar
penduduk suatu negara dan penduduk luar negeri untuk suatu periode tertentu, biasanya
satu tahun. Dari catatan transaksi ekonomi internasional yang terdiri atas ekspor dan
impor barang, jasa, dan modal pada suatu periode tertentu akan menghasilkan suatu
posisi saldo positif (surplus) atau negatif (defisit) atau ekuilibrum.
Tingkat Inflasi. Agar lebih bisa dimengerti kami akan menjelaskan hal ini dengan sebuah
ilustrasi. Perkembangan tingkat inflasi tersebut akan mempengaruhi permintaan dan
penawaran valas atau forex, baik JPY maupun USD sehingga kurs valas atau forex rate
JPY/USD bergeser dari JPY 100/USD menjadi JPY 105 / USD kemudian menjadi JPY
110 /USD
Suku Bunga, tidak jauh berbeda dengan pengaruh tingkat inflasi, maka perkembangan
atau perubahan tingkat bunga pun dapat berpengaruh terhadap kurs valas atau forex rate.
Besarnya GDP (Gross Domestic Product/Produk domestik bruto). Faktor kelima yang
dapat mempengaruhi kurs valas atau forex rate adalah pertumbuhan GDP/tingkat
pendapatan di suatu negara. Seandainya kenaikan pendapatan masyarakat di Indonesia
tinggi sedangkan kenaikan jumlah barang yang tersedia relatif kecil tentu impor barang
akan meningkat. Peningkatan impor barang ini akan membawa efek kepada peningkatan
demand valas yang pada gilirannya akan mempengaruhi kurs valas atau forex rate.
Kebijakan/Kontrol Pemerintah. Faktor pengawasan pemerintah yang biasanya dijalankan
dalam berbagai bentuk kebijakan moneter, fiskal dan perdagangan luar negeri untuk
tujuan tertentu pengaruh terhadap kurs valas atau forex rate umpamanya: pengawasan
lalu lintas devisa, peningkatan trade barrier, pengetatan uang yang beredar, peningkatan
tingkat suku bunga dan lain sebagainya. Kebijaksanaan pemerintah tersebut pada
umumnya akan berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan valas atau forex yang
pada gilirannya akan berpengaruh pula terhadap kurs valuta asing atau forex.
Perkiraan , Spekulasi dan Rumor. Bilamana adanya perkiraan/harapan bahwa tingkat
inflasi atau defisit USA akan menurun atau sebaliknya juga akan dapat mempengaruhi
kurs valas atau forex rate USD. Adanya spekulasi atau rumor devaluasi Rupiah karena
defisit current account yang besar juga berpengaruh terhadap kurs valas atau forex rate
dimana valas secara umum mengalami apresiasi. Pada dasarnya, ekspektasi dan spekulasi
yang timbul di masyarakat tersebut akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valas
yang akhirnya akan mempengaruhi valas atau forex rate.