Вы находитесь на странице: 1из 11

KABINET-KABINET pada MASA DEMOKRASI LIBERAL

No Nama Kabinet Masa Program Kabinet Sebab Jatuhnya


Pemerintahan Kabinet
Kabinet Natsir 6 September a. mempersiapkan Kegagalan
1950 21 danmenyelenggaraka menjelaskan
Maret 1951 n pemilihan umum masalah Irian
untuk Konstituane Barat dan
b. mencapai konsolidasi pencabutan PP
dan penyempurnaan No.39/ 1950
susunan tentara DPRS dan
pemerintahan serta DPRDS yang
membentuk dianggap
peralatan negara menguntungkan
yang kuat dan daulat Masyumi telah
c. menggiatkan usaha menimbulkan
keamanan dan adanya mosi
ketentraman mosi tidak kembali
d. menyempurnakan kekuasaan /
organisasi Angkatan mandatnya kepada
perang dan Presiden.
pemulihan bekas
bekas anggota
tentara dan gerilya
dalam masyarakat
e. memperjuangkan
penyelesaian soal
Irian Barat
secepatnya
f. mengembangkan dan
memperkokoh
kesatuan ekonomi
rakyat sebagai dasar
bagi pelaksanaan
ekonomi nasional
yang sehat
g. membantu
pembangunan
perumahan rakyat
serta memperluas
usaha usaha
meninggikan derajat
kesehatan dan
kecerdasan rakyat;
Kabinet 27 April 1951 a. Bidang keamanan, kabinet ini tidak
Soekiman 3 April 1952 menjalankan berumur panjang
tindakan tindakan akibat
yang tegas sebagai ditandatanganinya
negara hukum untuk persetujuan
menjamin keamanan bantuan ekonomi
dan ketentraman. dan persenjataan
b. Sosial ekonomi, dari Amerika
mengusahakan Serikat kepada
kemakmuran rakyat Indonesia atas
secepatnya dan dasar Mutual
memperbaruhi Security Act
hukum agraria agar ( MSA ).
sesuai dengan Peretujuan ini
kepentingan petani. menimbulkan
Juga mempercepat tafsiran bahwa
usaha penempatan Indonesia telah
bekas pejuang di memasuki Blok
lapangan usaha. Barat, yang
c. Mempercepat berarti
persiapan bertentangan
persiapan pemilihan dengan prinsip
umum. dasar politik luar
d. Di bidang politik luar negri Indonesia
negri: menjalankan yang bebas aktif,
politik luar negri jatuhlah Kabinet
secara bebas aktif Soekiman
serta memasukkan
Irian Barat ke dalam
wilayah RI
secepatnya.
e. Di bidang hukum,
menyiapkan undang
undang tentang
pengakuan serikat
buruh, perjanjian
kerja
sama,penetapan upah
minimum,dan
penyelesaian
pertikaian buruh.
Kabinet Wilopo 3 April 1952 3 1) Mempersiapkan Kabinet Wilopo
Juni 1953 pemilihan umum banyak mengalami
2) Berusaha kesulitan dalam
mengembalikan mengatasi
IrianBarat ke dalam timbulnya
pangkuan RI gerakan-gerakan
3) Meningkatkan kedaerahan dan
keamanan dan benih-benih
kesejahteraan perpecahan yang
4) Memperbarui akan menggangu
bidang pendidikan stabilitas polotik
dan pengajaran Indonesia. Ketika
5) Melaksanakan kabinet Wilopo
politik luar negeri berusaha
bebas aktif menyelesaikan
sengketa tanah
perusahaan asing
di Sumatera
Utara, kebijakan
itu ditentang oleh
wakil-wakil partai
oposisi di DPR
sehingga
menyebabkan
kabinetnya jatuh
pada 2 Juni 1953
dalam usia 14
bulan.
Kabinet Ali 31 Juli 1954-24 1) Menumpas Penyebab
Satroamijoyo Juli 1955 pemberontakan jatuhnya kabinet
(Kabinet Ali- DI/TII di berbagai Ali-Wongsonegoro
Wongsonegoro) daerah adalah
2) Melaksanakan perselisihan
pemilihan umum pendapat anatara
3) Memperjuangkan TNI-AD dan
kembalinya Irian pemerintah
Barat kepada RI tentang tata cara
4) Menyelenggarakan pengangkatan
Konferensi Asia Kepala Staf TNI-
Afrika AD.
Kabinet 12 Agustus 1) Mengembalikan Pada masa Kabinet
Burhanuddin 1955-Maret kewibawaan moral Burhanuddin
Harahap 1956 pemerintah, dalam Harahap,
hal ini kepercayaan dilaksanakan
Angkatan Darat dan pemilihan umum
masyarakat pertama di
2) Akan dilaksankan Indonesia.
pemilihan umum, Kabinet ini
desentralisasi, menyerahkan
memecahkan masalah mandatnya
inflasi, dan setelah DPR hasil
pemberantasan pemilihan umum
korupsi terbentuk pada
3) Perjuangan bulan Maret 1956.
mengembalikan Irian
Barat
Kabinet Ali 24 Maret 1956- 1) Menyelesaikan Mundurnya
Satroamijoyo 4 Maret 1957 pembatasan hasil sejumlah menteri
II KMB dari Masyumi
2) Menyelesaikan (Januari 1957),
masalah Irian Barat membuat kabinet
3) Pembentukan hasil Pemilu I ini
provinsi Irian Barat jatuh dan
4) Menjalankan menyerahkan
politik luar negeri mandatnya pada
bebas aktif Presiden pada
tanggal 14 Maret
1957.
Kabinet Juanda 9 April 1957-10 1) Membentuk Dewan Berakhir saat
Juli 1959 Nasional presiden Sukarno
2) Normalisasi mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959
keadaan RI
dan mulailah babak
3) Melanjutkan
baru sejarah RI
pembatalan KMB
yaitu Demokrasi
4) Memperjuangkan Terpimpin.
Irian Barat kembali
ke RI
5) Mempercepat
pembangunan

INDONESIA MASA DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959)


A. KABINET MASA DEMOKRASI LIBERAL
a. KABINET NATSIR (6 September 1950 - 21 Maret 1951)
Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi.
Dipimpin Oleh : Muhammad Natsir
Program :
1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
3. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Hasil :

Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah Irian
Barat.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
- Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu (kegagalan).
- Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah
Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan
DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan
Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada
Presiden.

b. KABINET SUKIMAN (27 April 1951 3 April 1952)


Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI.
Dipimpin Oleh: Sukiman Wiryosanjoyo
Program :

1. Menjamin keamanan dan ketentraman


2. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan kepentingan
petani.
3. Mempercepat persiapan pemilihan umum.
4. Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI
secepatnya.
Hasil :
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjtkan program Natsir hanya saja terjadi perubahan skala
prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya program Menggiatkan usaha keamanan dan
ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar
Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah
Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat
pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatikan kepentingan Amerika.
Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang bebas aktif
karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.
Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap lembaga
pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
Masalah Irian barat belum juga teratasi.
Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang tegasnya tindakan pemerintah
menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik
dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.

c. KABINET WILOPO (3 April 1952 3 Juni 1953)


Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
bidangnya.
Dipimpin Oleh : Mr. Wilopo
Program :

1. Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD),
meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
2. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian Irian Barat ke
pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
Hasil :-
Kendala/ Masalah yang dihadapi :

Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang eksport Indonesia
sementara kebutuhan impor terus meningkat.
Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih setelah terjadi
penurunan hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa. Semua itu
disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah yang tidak seimbang.
Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan TNI sebagai
alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik sebab dipandang akan
membahayakan kedudukannya. Peristiwa ini diperkuat dengan munculnya masalah intern dalam TNI
sendiri yang berhubungan dengan kebijakan KSAD A.H Nasution yang ditentang oleh Kolonel Bambang
Supeno sehingga ia mengirim petisi mengenai penggantian KSAD kepada menteri pertahanan yang
dikirim ke seksi pertahanan parlemen sehingga menimbulkan perdebatan dalam parlemen. Konflik
semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam
memulihkan keamanana di Sulawesi Selatan.
Keadaan ini menyebabkan muncul demonstrasi di berbagai daerah menuntut dibubarkannya parlemen.
Sementara itu TNI-AD yang dipimpin Nasution menghadap presiden dan menyarankan agar parlemen
dibubarkan. Tetapi saran tersebut ditolak.
Muncullah mosi tidak percaya dan menuntut diadakan reformasi dan reorganisasi angkatan perang dan
mengecam kebijakan KSAD.
Inti peristiwa ini adalah gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna menekan Sukarno agar
membubarkan kabinet.
Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur
(Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke
Indonesia dan memiliki tanah-tanah perkebunan. Tanah perkebunan di Deli yang telah ditinggalkan
pemiliknya selama masa Jepang telah digarap oleh para petani di Sumatera Utara dan dianggap miliknya.
Sehingga pada tanggal 16 Maret 1953 muncullah aksi kekerasan untuk mengusir para petani liar
Indonesia yang dianggap telah mengerjakan tanah tanpa izin tersebut. Para petani tidak mau pergi sebab
telah dihasut oleh PKI. Akibatnya terjadi bentrokan senjata dan beberapa petani terbunuh.
Intinya peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian dengan para
petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).
Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet
Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden.

d. KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 12 Agustus 1955)


Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU.
Dipimpin Oleh : Mr. Ali Sastroamijoyo
Program :
1. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.
2. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
4. Penyelesaian Pertikaian politik

Hasil :
Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29
September 1955.
Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa
Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-
AD. Masalah TNI AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952. Bambang Sugeng
sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh kabinet. Sebagai gantinya
menteri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang Utoyo tetapi panglima AD menolak pemimpin baru
tersebut karena proses pengangkatannya dianggap tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di
lingkungan TNI-AD. Bahkan ketika terjadi upacara pelantikan pada 27 Juni 1955 tidak seorangpun
panglima tinggi yang hadir meskipun mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD-pun menolak melakukan
serah terima dengan KSAD baru.
Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan gejala
membahayakan.
Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik kembali
menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Nu menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang
memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.

e. KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 3 Maret 1956)


Dipimpin Oleh : Burhanuddin Harahap
Program :

1. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan


masyarakat kepada pemerintah.
2. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat
terbentuknya parlemen baru
3. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
4. Perjuangan pengembalian Irian Barat
5. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
Hasil :

Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan
15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27
partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu
PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer.
Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf
Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :

Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan.


Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak
menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet
baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.

f. KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 4 Maret 1957)


Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Dipimpin Oleh : Ali Sastroamijoyo
Program :

Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka
panjang, sebagai berikut.
1. Perjuangan pengembalian Irian Barat
2. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
Pembatalan KMB,
Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri bebas
aktif,
Melaksanakan keputusan KAA.
Hasil :

Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and
investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.

Kendala/ Masalah yang dihadapi :


Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan
sparatisme dengan pembentukan dewan militer seperti Dewan Banteng (AH) di Sumatera Tengah,
Dewan Gajah (MS) di Sumatera Utara, Dewan Garuda (B) di Sumatra Selatan, Dewan Lambung
Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan Dewan Manguni (VS) di Sulawesi Utara.
Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan pembangunan
di daerahnya.
Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib modal pengusaha
Belanda di Indonesia. Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya pada orang Cina karena
memang merekalah yang kuat ekonominya. Muncullah peraturan yang dapat melindungi pengusaha
nasional.
Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamijoyo
menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa mengembalikan
mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan parlementer.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan
mandatnya pada presiden.

g. KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)


Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar pengganti
UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik.
Dipimpin Oleh : Ir. Juanda
Program :

Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya, programnya
yaitu :
Membentuk Dewan Nasional
Normalisasi keadaan Republik Indonesia
Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
Perjuangan pengembalian Irian Jaya
Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di daerah, perjuangan pengembalian
Irian Barat, menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.
Hasil :
Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang mengatur
mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan telah terciptanya
Kesatuan Wilayah Indonesia di mana lautan dan daratan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.
Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan
pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai titik tolak
untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah.
Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang,
dan pembagian wilayah RI.
Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri tetapi tidak
berhasil dengan baik.

Kendala/ Masalah yang dihadapi :


Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat. Hal ini
menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat. Munculnya pemberontakan seperti
PRRI/Permesta.
Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit dilaksanakan.
Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya.
Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di depan
Perguruan Cikini saat sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-purinya bersekolah pada tanggal 30
November 1957. Peristiwa ini menyebabkan keadaan negara semakin memburuk karena mengancam
kesatuan negara.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru
sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.

Вам также может понравиться