Вы находитесь на странице: 1из 30

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemilihan LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) Kota Tangerang tahun 2014 dikarenakan pada
LKPD Kota Tangerang tahun 2014 sudah menggunakan basisi akrual yaitu terdiri atas Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), serta Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih (SAL), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) yang mana dalam laporan-laporan tersebut
nantinya akan dianalisis dengan mengggunakan analisis vertikal serta analisis rasio.
Profil Kota Tangerang

Gambar 1.1 Balaikota Kota Tangerang


Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Tatar Pasundan Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini
terletak tepat di sebelah barat ibu kota negara Indonesia, Jakarta. Kota Tangerang berbatasan
dengan Kabupaten Tangerang di sebelah utara dan barat, Kota Tangerang Selatan di sebelah selatan,
serta Daerah Khusus Ibukota Jakarta di sebelah timur. Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten
serta ketiga terbesar di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta dan Bekasi di provinsi Jawa Barat.
Pemerintahan
Kepala daerah Kota Tangerang adalah seorang walikota dan wakil walikota yang dipilih langsung oleh warga
Tangerang dalam pilkada setiap lima tahun sekali. Walikota dan Wakil Walikota Tangerang saat ini
adalah Arief Rachadiono Wismansyah dan Sachrudin yang berasal dari Partai Demokrat setelah dipilih oleh
rakyat kota Tangerang pada Pemilihan umum Wali Kota Tangerang 2013. Lembaga legislatif kota Tangerang
adalah DPRD Kota Tangerang yang juga langsung dipilih rakyat Tangerang dalam pemilihan umum legislatif
setiap lima tahun sekali bersamaan dengan pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD serentak secara
nasional. DPRD Kota Tangerang bersidang di gedung DPRD kota yang memiliki 50 perwakilan dari 5 daerah
pemilihan yang tersebar di seluruh kota Tangerang
2

Perekonomian

Tangerang adalah pusat manufaktur dan industri di pulau Jawa dan memiliki lebih dari
1000 pabrik. Banyak perusahaan-perusahaan internasional yang memiliki pabrik di kota
ini. Tangerang memiliki cuaca yang cenderung panas dan lembap, dengan sedikit hutan
atau bagian geografis lainnya. Kawasan-kawasan tertentu terdiri atas rawa-rawa,
termasuk kawasan di sekitar Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Banyak kota-kota satelit kelas menengah dan kelas atas sedang dan telah dikembangkan
di Tangerang, lengkap dengan pusat perbelanjaan, sekolah swasta dan mini market.
Pemerintah bekerja dalam mengembangkan sistem jalan tol untuk mengakomodasikan
arus lalu lintas yang semakin banyak ke dan dari Tangerang. Tangerang dahulu adalah
bagian dari Provinsi Jawa Barat yang sejak tahun 2000 memisahkan diri dan menjadi
bagian dari provinsi Banten.

Pariwisata

Gambar 1.2. Pariwisata di Kota Tangerang


3

Wisata Belanja

Tangerang memiliki banyak pusat perbelanjaan. Mulai dari yang sederhana hingga yang
mewah. Pusat jajanan rakyat yang cukup dikenal adalah pasar lama yang terletak di pusat
kota Tangerang. Pasar lama menjual berbagai makanan mulai dari daerah babakan
sampai daerah Masjid Agung Tangerang. Kawasan ini memiliki berbagai varian jajanan.
Ketika Ramadhan, kawasan ini setiap sore hari kerap ramai pengunjung karena mencari
hidangan untuk berbuka puasa.

Sebagai kawasan permukiman kaum urban, Kota Tangerang banyak memiliki pusat
perbelanjaan, baik itu pasar tradisional, hypermarket, maupun pusat perbelanjaan
mewah. Beberapa pusat perbelanjaan di Kota Tangerang antara lain :

a) Bale Kota Mall Tangerang g) Ramayana Cimone


b) Tang City Mall h) Tip Top Cibodas
c) Metropolis Town Square i) Lotte Mart Jatake
d) Supermall Karawaci, Lippo Village j) CBD Ciledug
e) Cimone City Mall k) Mal Ciledug
f) Plaza Robinson Tangerang l) Mall @ Alam Sutera

m) Wisata Kuliner

Kota Tangerang selain terkenal dengan pariwisatanya juga mempunyai banyak makanan
khas. Beberapa tempat yang menjadi tempat wisata kuliner khas Tangerang terletak di
Pasar Lama Tangerang. Beberapa makanan ini adalah khas peranakan China-Tangerang
seperti asinan, otak-otak, babi panggang, sate babi, mi pasar lama, laksa tangerang, kecap
benteng, dan emping jengkol. Kuliner khas lainnya adalah Tenda dua Cobra dan Tenda
Tiga Sekawan yang menyajikan sate biawak, ular, dan monyet.
4

Obyek Wisata

a) Bendungan Pintu Air 10

b) Museum Warisan Tionghoa Peranakan Benteng

c) Masjid Raya Al-Azhom

d) Lapangan Ahmad Yani (Alun - Alun Kota Tangerang)

e) Situ Cipondoh

f) Taman Potret

g) Festival Cisadane (Acara Tahunan)

h) Bundaran Tugu Adipura

i) Taman Prestasi

j) Wisata kuliner pasar lama


B. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan guna:
Mengetahui kesalahan serta hal-hal yang bersifat tidak konsisten yang terkandung dalam laporan
keuangan
Memberikan tambahan penjelasan atas data yang disajikan dalam laporan keuangan
Mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah
Mengetahui ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
penyusunan laporan keuangan.
BAB II

DASAR TEORI/ LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas (cash flow) atau
laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keungan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan
tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan
harga. (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002).

Tujuan laporan keuangan menurut IAI, 1996 adalah sebagai berikut :

1) Menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja serta posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakaian dalam pengambilan keputusan ekonominya.
2) Untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakainya. Namun demikian laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan,
karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian dimasa lalu dan tidak diwajibkan
untuk menyediakan informasi non keuangan.
3) Menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban atas sumber daya yang
dipercayakan kepada pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggung jawabkan.
Manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mencakup,
misalnya untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan, atau keputusan untuk
meningkatkan atau mengganti manajemen.
Sejak berlakunya PP Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntani Pemerintah (SAP),maka setiap
pengelola keuangan daerah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan berupa: Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL),
Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK).
Secara singkat analisis laporan keuangan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengidentifikasi ciri-
ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan suatu entitas tertentu. Untuk itu, seseorang yang
melakukan analisis atas laporan keuangan perlu menguraikan pos-pos laporan tersebut menjadi
unit informasi yang lebih rinci dan melihat hubungan antara satu dengan yang lainnya guna
mengetahui kondis ikeuangan entitas tersebut untuk dijadikan dasar dalam pengambilan
keputusan.

2.2. Metode Analisis Laporan Keuangan

Terdapat 3 macam metode analisis keuangan yang bisa dipakai (Menurut Modul Akuntansi Sektor Publik 2):

1) Analisis horizotal
Dalam analisis horizontal akan dilakukan perbandingan antara satu periode dengan periode
berikutnya. Oleh karena itu analisis ini juga dikenal dengan analisis kecenderungan
(trendanalysis). Analisis trend merupakan suatu teknik analisis yang mencoba untuk
mengidentifikasi pola-pola dari trend (perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang
telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa datang.

2) Analisis vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan hanya untuk satu periode laporan
keuangan, dengan cara melakukan antara akun-akun yang ada, dalam satu periode pelaporan
keuangan. Analisis vertikal yang dapat dilakukan atas unsur dalam laporan keuangan,adalah
sebagai berikut:
Analisis atas akun yang ada di neraca
Analisis atas akun yang ada di Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Analisis atas akun yang adadi Laporan Arus Kas (LAK)
Analisis atas akun yang ada di Laporan Operasional (LO)
Analisis rasio

3) Analisis rasio
Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan akun- akun
yang ada dalam satu laporan keuangan atau akun-akun antara laporan keuangan neraca dan
laporan realisasi anggaran. Analisis rasio dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis
sebagai berikut:
a) Likuiditas, untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar utang
(kewajiban) jangka pendek. Rasio ini bisa diukur dengan rasio lancar dan rasio kas.
b) Solvabilitas, untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar
semua utangnya yang akan jatuh tempo. Rasio ini bisa diukur dengan rasio uang terhadap
aset atau rasio utang terhadap ekuitas.
c) Leverage, untuk mengukur perbandingan antara ekuitas (kekayaan bersih pemerintah
daerah) dengan total utang.
d) Kemandirian, untuk mengukur tingkat kemandirian pemerintah daerah dalam mendanai
aktivitas sebagai indikator tingkat partisipasi masyarakat lokal terhadap pembangunan
daerah, indikator perkembangan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat.
BAB III

PEMBAHASAN

Gambar 1.3. Laporan Neraca


1. Analisis Vertikal pada Neraca

Uraian Persaamaan
Aset harus sama dengan total kewajiban ditambah Aset = Kewajiban + Ekuitas
dengan total ekuitas
Tabel 1.1 Uraian dan persamaan pada Neraca
Rumus

Total Aset Rp5.935.609.955.136,86


Total Kewajiban Rp38.621.903.486,00
Total Ekuitas Rp5.896.988.051.650,86
Total Kewajiban + Total Ekuitas Rp5.935.609.955.136,86
Selisih Rp0,00
Tabel 1.2 Analisis laporan neraca
Penjelasan:
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas per 31 Desember
2014. Nilai aset per 31 Desember 2014 sebesar Rp5.935.609.955.136,86 sedangkan nilai kewajiban dan ekuitas
masing-masing Rp38.621.903.486,00 dan Rp5.896.988.051.650,86. Dengan penerapan persamaan dasar akuntansi
yaitu aset sama dengan kewajiban ditambah ekuitas dapat diperoleh Aset sebesar Rp5.935.609.955.136,86 dan
Kewajiban + Ekuitas sebesar Rp5.935.609.955.136,86 .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perhitungan pada Neraca dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kota Tangerang tahun 2014 tidak terdapat selisih atau telah sesuai/ benar.
Gambar 1.4.1 Laporan Realisasi Anggaran LRAlembar 1
Gambar 1.4.2 Gambar Laporan Realisasi Anggaran (LRA) lembar 2
2. Analisis Vertikal pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Uraian Persaamaan
SiLPA tahun berjalan harus sama dengan total SiLPA = Total Pendapatan Total Belanja Total
pendapatan dikurangi total belanja dikurangi total Transfer + Total Penerimaan Pembiayaan Total
transfer ditambah total penerimaan pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan
dikurangi dengan total pengeluaran pembiayaan
Tabel 1.3 Uraian dan persamaan pada Laporan Realisasi Anggaran
Rumus

SiLPA Rp893.379.736.255,0
0
Total Pendapatan Rp3.016.402.369.860,00
Total Belanja Rp2.655.025.510.648,00
Total Transfer Rp1.062.421.005,00
Surplus/(Defisit) Rp360.314.438.207,00
Total Penerimaan
Rp533.065.298.048,00
Pembiayaan
Total Pengeluaran
Rp0,00
Pembiayaan
Pembiayaan netto Rp533.065.298.048,00
SiLPA Rp893.379.736.255,0
0
Selisih Rp0,00
Tabel 1.4 Analisis Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Penjelasan:
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, yang
mencakup unsur-unsur Pendapatan-LRA , Belanja-LRA, Penerimaan Pembiayaan serta Pengeluaran Pembiayaan
selama periode 01 Januari sampai dengan s.d. 31 Desember 2014 .
Total Pendapatan dan Total Beban serta Total Transfer masing-masing Rp3.016.402.369.860,00 dan
Rp2.656.087.931.653,00 serta Rp1.062.421.005,00 sedangkan Total Penerimaan Pembiayaan
Rp533.065.298.048,00. Dengan menerapkan persamaan SiLPA sama dengan total pendapatan dikurangi total
belanja dikurangi total transfer ditambah total penerimaan pembiayaan dikurangi dengan total pengeluaran
pembiayaan diperoleh hasil SiLPARp893.379.736.255,00.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan yaitu perhitungan pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Tangerang tahun 2014 tidak terdapat selisih atau telah sesuai/ benar.
Gambar 1.5.1 Laporan Arus Kas (LAK) lembar 1
Gambar 1.5.2 Laporan Arus Kas (LAK) lembar 2

3. Analisis Vertikal pada Laporan Arus Kas (LAK)


Uraian Persaamaan
Arus kas bersih dari aktivitas operasi harus sama Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi = Arus
dengan arus masuk kas dari aktivitas operasi Masuk Kas dari Aktivitas Operasi -Arus Keluar
dikurangi arus keluar kas Kas dari Aktivitas Operasi
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi harus sama Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi = Arus
dengan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Investasi Masuk Kas dari Aktivitas Investasi - Arus Keluar
dikurangi Arus Keluar Kas dari Aktivitas Investasi Kas dari Aktivitas
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan = Arus
sama dengan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Masuk Kas dari Aktivitas Pendanaan - Arus Keluar
Pendanaan dikurangi Arus Keluar Kas dari Kas dari Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris = Arus
sama dengan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Masuk Kas dari Aktivitas Transitoris + Arus Keluar
Transitoris ditambah Arus Keluar Kas dari Aktivitas Kas dari Aktivitas Transitoris
Transitoris
Kenaikan/Penurunan Kas harus sama dengan Arus Kenaikan/Penurunan Kas = Arus Kas Bersih dari
Kas Bersih dari Aktivitas Operasi ditambah Arus Aktivitas Operasi + Arus Kas Bersih dari Aktivitas
Kas Bersih dari Aktivitas Investasi ditambah Arus Investasi + Arus Kas Bersih dari Aktivitas
Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan ditambah Arus Pendanaan + Arus Kas Bersih dari Aktivitas
Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris. Transitoris
Saldo Akhir Kas di BUD dan Kas di Bendahara Saldo Akhir Kas di BUD dan Kas di Bendahara
Pengeluaran harus sama dengan Saldo Awal Kas di Pengeluaran = Saldo Awal Kas di BUD dan Kas di
BUD dan Kas di Bendahara Pengeluaran ditambah Bendahara Pengeluaran + Kenaikan/Penurunan
Kenaikan/ Penurunan Kas Kas
Saldo Akhir Kas harus sama dengan Saldo Akhir di Saldo Akhir Kas = Saldo Akhir di BUD +
BUD ditambah Saldo Akhir Kas Di Bendahara SaldoAkhir Kas di Bendahara Penerimaan + Saldo
Penerimaan ditambah Saldo Akhir Kas di Akhir Kas di Bendahara BOS + Saldo Akhir Kas di
Bendahara BOS ditambah Saldo Akhir Kas di Bendahara BLUD
BLUD
Tabel 1.5 Uraian dan persamaan pada Laporan Arsus Kas (LAK)

Aktivitas Operasi

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi Rp626.064.430.706,00


Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi Rp2.999.967.325.950,00
Arus Keluar Kas dari Aktivitas Operasi Rp2.373.902.895.244,00
Rp626.064.430.706,00
Selisih Rp0,00
Tabel 1.6 Analisis Laporan Arus Kas (LAK) Aktivitas Operasi
Penjelasan:
Arus masuk kas dari aktivitas operasi sebesar Rp2.999.967.325.950,00 sedangkan arus keluar kas dari
aktivitas operasi dan arus kas bersih dari aktivitas operasi masing-masing Rp2.373.902.895.244,00 dan
Rp626.064.430.706,00 . Dengan penerapan persamaan Arus kas bersih dari aktivitas operasi sama dengan arus
masuk kas dari aktivitas operasi dikurangi arus keluar kas dari aktivitas operasi dapat diperoleh Arus kas bersih
aktivitas operasi sebesar Rp626.064.430.706,00 dan arus masuk kas dari aktivitas operasi dikurangi arus keluar kas
dari aktivitas operasi Rp626.064.430.706,00.
Sehingga disimpulkan bahwa perhitungan arus kas bersih dari aktivitas operasi pada Laporan Arus Kas
Kota Tangerang tahun 2014 tidak mengalami selisih atau sudah sesuai/benar

Aktivitas Invetasi

Arus Kas Bersih dari Aktivitas (Rp450.196.645.775,00


Investasi )
Arus Masuk Kas dari Aktivitas Investasi Rp770.860.566,00
Arus Keluar Kas dari Aktivitas Investasi Rp450.967.506.341,00
Rp450.196.645.775,00
Selisih Rp0,00
Tabel 1.7 Analisis Laporan Arus Kas (LAK) Aktivitas Investasi
Penjelasan:
Arus masuk kas dari aktivitas investasi sebesar Rp770.860.566,00 sedangkan arus keluar kas dari aktivitas
investasi dan arus kas bersih dari aktivitas investasi masing-masing Rp450.967.506.341,00 dan
(Rp450.196.645.775,00). Dengan penerapan persamaan Arus kas bersih dari aktivitas investasi sama dengan arus
masuk kas dari aktivitas investasi dikurangi arus keluar kas dari aktivitas operasi dapat diperoleh Arus kas bersih
aktivitas investasi sebesar (Rp450.196.645.775,00) dan arus masuk kas dari aktivitas investasi dikurangi arus keluar
kas dari aktivitas investasi (Rp450.196.645.775,00).
Sehingga disimpulkan bahwa perhitungan arus kas bersih dari aktivitas investasi pada Laporan Arus Kas
Kota Tangerang tahun 2014 tidak mengalami selisih atau sudah sesuai/benar

Aktivitas Pendanaan

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan Rp0,00


Arus Masuk Kas dari Aktivitas Pendanaan Rp0,00
Arus Keluar Kas dari Aktivitas Pendanaan Rp0,00
Rp0,00
Selisih Rp0,00
Tabel 1.8 Analisis Laporan Arus Kas (LAK) Aktivitas Pendanaan
Penjelasan:
Jadi perhitungan arus kas bersih dari aktivitas pendanaan pada Laporan Arus Kas Kota Tangerang tahun 2014 tidak
mengalami selisih atau sudah sesuai/benar
Aktivitas Transitoris

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris Rp174.155.881.591,00


Arus Masuk Kas dari Aktivitas Transitoris Rp213.809.790.298,00
Arus Keluar Kas dari Aktivitas Transitoris Rp39.653.908.707,00
Rp174.155.881.591,00
Selisih Rp0,00
Tabel 1.9 Analisis Laporan Arus Kas (LAK) Aktivitas Transitoris
Penjelasan:
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris sebesar Rp213.809.790.298,00 sedangkan arus keluar kas dari
aktivitas ransitoris dan arus kas bersih dari aktivitas transitoris masing-masing Rp39.653.908.707,00 dan
Rp174.155.881.591,00 . Dengan penerapan persamaan Arus kas bersih dari aktivitas transitoris sama dengan arus
masuk kas dari aktivitas transitoris dikurangi arus keluar kas dari aktivitas transitoris dapat diperoleh Arus kas bersih
aktivitas transitoris sebesar Rp174.155.881.591,00 dan arus masuk kas dari aktivitas transitoris dikurangi arus keluar
kas dari aktivitas transitoris Rp174.155.881.591,00.
Jadi perhitungan arus kas bersih dari aktivitas transitoris pada Laporan Arus Kas Kota Tangerang tahun
2014 tidak mengalami selisih atau sudah sesuai/benar.

Kenaikan /Penurunan Kas

Kenaikan/Penurunan Kas Rp350.023.666.522,00


Arus Kas Bersih Aktivitas Operasi Rp626.064.430.706,00
Arus Kas Bersih Aktivitas Investasi (Rp450.196.645.775,00)
Arus Kas Bersih Aktivitas Pendanaan Rp0,00
Arus Kas Bersih Aktivitas Transitoris Rp174.155.881.591,00
Rp350.023.666.522,00
Selisih Rp0,00
Tabel 1.10 Analisis Laporan Arus Kas (LAK) Kenaikan/Penurunan Kas
Penjelasan:
Arus kas bersih Aktivitas Operasi dan arus kas bersih Aktivitas Investasi masing-masing sebesar
Rp626.064.430.706,00 dan (Rp450.196.645.775,00) sedangkan arus kas bersih Aktivitas Transitoris sebesar
Rp174.155.881.591,00.
Dengan menerapkan persamaan Kenaikan/Penurunan Kas sama dengan Arus Kas Bersih dari Aktivitas
Operasi ditambah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi ditambah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan
ditambah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris, dapat diperoleh sebagai berikut Kenaikan/Penurunan Kas
sebesar Rp350.023.666.522,00 dan jumlah dari kas bersih aktivitas operasi, investasi, pendanaan serta transitoris
sebesar Rp350.023.666.522,00.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Kenaikan/Penurunan kas pada Laporan Arus Kas dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Tangerang tahun 2014 tidak mempunyai selisih atau sudah
sesuai/benar.
Saldo Akhir Kas di BUD dan Kas di Bedahara Pengeluaran

Saldo Akhir Kas BUD dan Kas di Bendahara


Rp883.129.384.845,00
Pengeluaran
Saldo Awal Kas BUD dan Kas di Bendahara
Rp533.105.718.323,00
Pengeluaran
Kenaikan/Penurunan Kas Rp350.023.666.522,00
Rp883.129.384.845,00
Selisih Rp0,00
Tabel 1.11 Analisis Laporan Arus Kas (LAK) Saldo Akhir Kas di BUD dan Kas di Bedahara Pengeluaran
Penjelasan:
Saldo Awal Kas BUD dan Kas di Bendahara Pengeluaran dan Kenaikan/Penurunan Kas masing-masing
sebesar Rp533.105.718.323,00 dan Rp350.023.666.522,00. Dengan menerapkan persamaan Saldo Akhir Kas di
BUDdan Kas di bendahara pengeluaran sama dengan Saldo Awal Kas di BUD ditambah Kenaikan/ Penurunan
Kas, dapat diperoleh Saldo Akhir Kas di BUD dan Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp883.129.384.845,00
dan Saldo awal kas BUD ditambah kenaikan/penurunan kas sebesar Rp883.129.384.845,00 .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Saldo Akhir Kas di BUD dan Kas di Bendahara Pengeluaran pada
Laporan Arus Kas dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Tangerang tahun 2014 tidak mempunyai
selisih atau udah sesuai/benar.

Saldo Akhir Kas

Saldo Akhir Kas Rp896.540.205.375,00


Saldo Akhir Kas di BUD Rp883.129.384.845,00
Saldo Akhir Kas di Bendahara Rp25.334.584,00
Penerimaan
Saldo Kas di Bendahara BOS Rp3.130.230.822,00
Saldo Kas di Bendahara BLUD Rp10.255.255.124,00
Rp896.540.205.375,00
Selisih Rp0,00
Tabel 1.12 Analisis Laporan Arus Kas (LAK) Saldo Akhir Kas
Penjelasan:
Saldo akhir kas di BUD dan Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan Rp883.129.384.845,00 dan
Rp25.334.584,00 sedangkan saldo kas di bendahara BOS dan saldo kas di bendahara BLUD masing-masing
Rp3.130.230.822,00 dan Rp10.255.255.124,00.
Dengan menerapkan persamaan Saldo Akhir Kas sama dengan Saldo Akhir di BUD ditambah maing-masing Saldo
Akhir Kas Di Bendahara Penerimaan ditambah Saldo Akhir Kas di Bendahara BOS ditambah Saldo Akhir Kas di
BLUD, Saldo Akhir Kas dapat diperoleh Rp896.540.205.375,00.
Sehingga disimpulkan bahwa Saldo Akhir Kas pada Laporan Arus Kas dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kota Tangerang tahun 2014 tidak mempunyai selisih atau udah sesuai/benar.
Gambar 1.6 Laporan Operasional
4. Analisis Vertikal pada Laporan Operasional (LO)
Uraian Persaamaan
Surplus/Defisit LO harus sama dengan total Surplus/Defisit LO= Total Pendapatan (LO) - Total
Pendapatan (LO) dikurangi total Beban (LO) Beban (LO) +/- Total Surplus/Defisit Kegiatan
ditambah (dikurangi) total Surplus (Defisit) Kegiatan Non Operasional (LO) +/- Pos Luar Biasa (LO)
Non Operasional (LO) ditambah (dikurangi) Pos
Luar Biasa (LO)
Tabel 1.13 Uraian dan persamaan pada Laporan Operasional (LO)
Rumus:

Surplus(Defisit) LO Rp1.233.913.704.036,14
Total Pendapatan LO Rp3.789.400.675.228,34
Total Beban LO Rp2.540.185.053.776,88
Surplus(Defisit) Kegiatan Non Operasional LO (Rp15.301.917.415,31)
Pos Luar Biasa LO Rp0,00
Rp1.233.913.704.036,14
Selisih Rp0,00
Tabel 1.14 Analisis Laporan Operasional (LO)
Penjelasan:
Total Pendapatan LO sebesar Rp3.789.400.675.228,34 sedangkan Total beban LO dan Surplus/Defisit
Kegiatan non operasional masing masing sebesar Rp2.540.185.053.776,88 dan (Rp15.301.917.415,31).
Dengan menerapkan persamaan Surplus/Defisit LO sama dengan total Pendapatan (LO) dikurangi total
Beban (LO) ditambah (dikurangi) total Surplus (Defisit) Kegiatan Non Operasional (LO) ditambah (dikurangi) Pos
Luar Biasa (LO), dapat diperoleh Surplus/Defisit LO sebesar Rp1.233.913.704.036,14.
Jadi perhitungan pada Laporan Operasional dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Tangerang
tahun 2014 tidak terdapat selisih atau telah sesuai/ benar.
Gambar 1.7 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)

5. Analisis Vertikal pada Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)

Uraian Persamaan
SAL Akhir harus sama dengan SAL Awal SAL Akhir = SAL Awal Penggunaan SAL
dikurangi Penggunaan SAL sebagai penerimaan sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan +
pembiayaan tahun berjalan ditambah Sisa Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran Tahun
Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan + Koreksi Kurang/Lebih Kesalahan
Berkenaan ditambah Koreksi Kurang/Lebih Pembukuan Tahun Sebelumnya
Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
Tabel 1.15 Uraian dan persamaan pada Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
Rumus

SALAkhir Rp893.379.736.255,00
SALAwal Rp533.065.298.048,00
Penggunaan SAL sebagai Rp533.065.298.048,00
Penerimaan Pembiayaan tahun
berjalan
SiLPA Rp893.379.736.255,00
Koreksi Kesalahan Pembukuan Rp0,00
Tahun Sebelumnya
Rp893.379.736.255,00
Selisih Rp0,00
Tabel 1.16 Analisis Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
Penjelasan:
SAL awal dan Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan tahun berjalan masing-masing
Rp533.065.298.048,00 dan Rp533.065.298.048,00 sedangkan SiLPARp893.379.736.255,00.
Dengan menggunakan persamaan SAL Akhir sama dengan SAL Awal dikurangi Penggunaan SAL
sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan ditambah Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran Tahun
Berkenaan ditambah Koreksi Kurang/Lebih Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya dapat diperoleh SAL Akhir
sebesar RP893.379.736.255,00.
Dapat disimpulkan bahwa perhitungan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) pada Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Tangerang tahun 2014 tidak mengalami selisih atau sudah sesuai/benar.
Gambar 1.8 Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

6. Analisis Vertikal pada Laporan Perubahan Ekuitas


Uraian Persamaan
Ekuitas akhir harus sama dengan ekuitas awal Ekuitas akhir = ekuitas awal (+/-) surplus defisit
ditambah (dikurangi) surplus defisit LO dikurangi LO - dampak kumulatif perubahan kebijakan
dampak kumulatif perubahan kebijakan /kesalahan /kesalahan mendasar
mendasar
Tabel 1.17 Uraian dan persamaan pada Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Rumus

Ekuitas Akhir Rp5.896.988.051.650,00


Ekuitas Awal Rp4.686.651.120.233,24
Surplus Defisit (LO) Rp1.233.913.704.036,14
Dampak Kumulatif Perubahan (Rp23.576.772.618,53)
Kebijakan/Kesalahan Mendasar
Rp5.896.988.051.650,00
Selisih Rp0,00
Tabel 1.18 Analisis Laporan Perubahan Ekuuitas (LPE)
Penjelasan:
Diketahui ekuitas awal Rp4.686.651.120.233,24 sedangkan surplus defisit (lo) dan dampak kumulatif
perubahan kebijakan/kesalahan mendasar masing-masing Rp1.233.913.704.036,14 dan (Rp23.576.772.618,53).
Dengan menerapkan persamaan Ekuitas akhir sama dengan ekuitas awal ditambah (dikurangi) surplus defisit LO
dikurangi dampak kumulatif perubahan kebijakan /kesalahan mendasar, dapat diperoleh Ekuitas akhir sebesar
Rp5.896.988.051.650,00.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perhitungan pada Laporan Perubahan Ekuitas dalam Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Tangerang tahun 2014 tidak memiliki seliih atau sudah esuai/benar.

7. Analisis Rasio
a) Rasio Kemandirian
Pendapatan Asli Daerah
Ratio Kemandirian=
Pendapatan Transfer ( pusat + provinsi ) + Pinjaman

Rp 1.258.738 .853 .834,00


Ratio Kemandirian=
Rp 1.757 .663 .516.026,00+ Rp 38.621.903 .486,00
Rp 1.258 .738.853 .834,00
Ratio Kemandirian=
Rp 1.796 .285 .419.512,00
Ratio Kemandirian=70,07

Semakin tinggi angka rasio ini menunjukkan pemerintah daerah semakin tinggi kemandirian keuangan
daerahnya Dengan persentase 70,07% dapat disimpulkan bahwa pola hubungan yang diterapkan yaitu partisipatif
dan kemampuan keuangan dikategarikan sedang.

b) Derajat Desentralisasi
Pe ndapatan Asli Daerah
Derajat Desentralisai= 100
Total Pendapatan Daerah
Rp 1.258 .738 .853.834,00
Derajat Desentralisasi= 100
Rp 3.016 .402.369 .860,00
Derajat Desentralisasi=0,417298 100
Derajat Desentralisasi=41,7298

Semakin tinggi PAD maka semakin besar kemampuan keuangan daerah untuk membiayai belanja
pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan, dengan persentase 41,7298% desentralisasi fiskal dapat
dikategorikan baik.

c) Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah


Pendapatn Transfer
Ratio Ketergantungan= 100
Total Pendapatan
Rp 1.757 .663.516 .026,00
Ratio Ketergantungan= 100
Rp 3.016 .402.369 .860,00
Rat io Ketergantungan=0,582702 100
Ratio Ketergantungan=58,2702

Semakin tinggi rasio ketergantungan maka semakin besar tingkat ketergantungan pemerintah daerah
terhadap penerimaan pusat dan/atau pemerintah propinsi, dengan persentase 58,2702% tingkat ketergantungan
daerah terebut dikategorikan sangat tinggi.

d) Rasio Efektivitas PAD


Realiasi penerimaan PAD
Rasio Efektivitas PAD= 100
Target penerimaan PAD
Rp 1.258 .738 .853.834,00
Rasio Efektivitas PAD= 100
Rp 1.156 .097 .821.081,00
Rasio Efektivitas PAD=108,88

Analisis efektivitas pengelolaan anggaran daerah berguna untuk mengetahui berhasil tidaknya pencapaian
tujuan anggaran. Dengan persentase 108,88% kinerja keuangan dikategorikan sangat efektif.

e) Rasio Utang Perkapita


Total Utang
RatioUtang Perkapita=
Jumlah Penduduk
Rp 38.621.903 .486,00
RatioUtang Perkapita=
3.155 .000 jiwa
RatioUtang Perkapita=Rp 12.241,49

Setiap penduduk akan dibebani utang sebesar Rp12.241,49


f) Rasio Utang Terhadap Aset Tetap
Total Utang
Ratio Utang terhadap Aset Tetap=
Aset T etap
Rp 38.621.903 .486,00
Ratio Utang terhadap Aset Tetap=
Rp 4.662 .942.510 .633,31
Ratio Utang terhadap Aset Tetap=0,0083
RatioUtang terhadap Aset Tetap=0,83

g) Rasio Pertubuhan Aset


Aset akhiraset awal
Rasio pertumbuhan aset= 100
Aset awal
Rp 5.935 .609.955 .136,86Rp 4.686 .840.398 .508,24
Rasio pertumbuhan aset= 100
Rp 4.686 .840 .398 .508,24
Rasio Pe rtumbuhan aset=26,6442

Pertumbuhan aset pada Kota Tangerang tahun 2014 sebesar 26,6442%

h) Rasio Pertumbuhan Utang


utang akhirutang awal
Ratio Pertumbuhan utang= 100
utangawal

( Rp38.621 .903 .486,00Rp 189.278.275,00)


Ratio pertumbuhan utang= 100
Rp 189.278 .275,00
Ratio pertumbuhan utang=20304,83

Pertumbuhan Utang pada Kota Tangerang tahun 2014 mencapai 20304,83%

i) Rasio Pertumbuhan Ekuitas


Ekuitas akhirEkuitas awal
Ratio Pertumbuhan ekuitas= 100
Ekuita Awal
Rp5.896 .988 .051.650,86Rp 4.686 .651.120 .233,24
Ratio Pertumbuhan Ekuitas= 100
Rp 4.686 .651 .120.233,24
Ratio Pertumbuhan Ekuitas=25,8252

Pertumbuhan ekuitas pada Kota Tangerang tahun 2014 sebesar 25,8252%


BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan tentang Analisis dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kota Tangerang tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa:

Perhitungan serta hubungan antar akun-akun yang terdapat pada Neraca, Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Operasional (LO),
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) dan Laporan Perbuahan Ekuitas
telah sesuai atau sudah benar.
Peran pemerintah pusat semakin berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan
mampu melaksanakan urusan otonomi daearah hal tersebut dapat dilihat dari persentase
kemandirian yang cukup tinggi, hal tersebut diimbangi dengan Pendapatan Asli Daerah yang tergolong
baik serta kriteria penilaian efektivitas pengelolaan keuangan daerah sangat efektif., namun tidak diimbangi
dengan tingkat ketergantungan Kota Tangerang terhadap pemerintah pusat sangat tinggi.

SARAN

Untuk pembaca, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumbersumber yang lebih banyak dan dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk Pemerintah Kota Tangerang, berdasarkan perhitungan analisis laporan keuangan pemerintah daerah
yang tertuang pada bab pembahasan yang telah penulis analisis, maka diharapkan pemerintah daerah dapat
lebih melaksanakan anggaran secara efektif dan efisien serta dapat lebih memperhatikan kecenderungan yang
terjadi sebagai bahan dalam mengambil keputusan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Modul Akuntansi Sektor Publik 2

http://tangerangkota.go.id/laporan-keuangan-2014

http://kmsapipntt.org/index.php/pengetahuan/category/55-reviu-lkpd

http://tangerangkota.go.id/kota-tangerang-dalam-angka-tahun-2014

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tangerang

jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/download/97/80

http://sappilpil.blogspot.co.id/2015/12/mengukur-kemampuan-keuangan-suatu-daerah.html

http://icka-imckaz.blogspot.co.id/2012/10/rasio-rasio-yang-digunakan-untuk.html

Вам также может понравиться