Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Sebagai seorang tenaga pengajar (guru), aktivitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan dengan
proses pengajaran. Sementara proses pengajaran merupakan suatu proses yang sistematis, yang tiap
komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik. Sebagai suatu sistem, proses belajar
itu saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya.
Sistem dapat diartikan sebagai satu kesatuan unsur-unsur yang saling berintegrasi dan
berinteraksi secara fungsional yang memproses masukan menjadi keluaran. Adapu ciri-cirinya adalah
a) ada tujuan yang ingin dicapai, b) ada fungsi-fungsi untuk mencapai tujuan, c) ada komponen yang
melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, d) ada interaksi antar komponen, e) ada penggabungan yang
menimbulkan jalinan keterpaduan, f) ada proses transformasi, g) ada proses balikan untuk perbaikan,
dan h) ada daerah batasan dan lingkungan.lebih jauh Atwi Suparman (1991) memberikan makna
terhadap sistem yang berarti benda, peristiwa, kejadian atau cara yang terorganisasi yang terdiri atas
bagian-bagian yang lebih kecil dan seluruh bagian secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai
tujuan tertentu.
Demikian pula halnya sistem pengajaran pada mata pelajaran tertentu, dimana tujuan sistem
disini adalah untuk menimbulkan belajar (learning) yang komponen-komponen belajarnya, yakni anak
didik (siswa), pendidik, instruktur, guru, materi ppengajaran dan lingkungan pengajaran.
Agar proses pengajaran mata pelajaran tertentu dapat terlaksana dengan baik, salah satu yang
perlu dibenahi adalah perbaikan kualitas tenaga pengajarnya. Dengan perbaikan ini, para guru paling
1
tidak dapat mengo ganisir pengajaran dengan jalan menggunakan teori-teori belajar serta desain
pembelajaran yang dapat menimbulkan minta dan memotivasi anank didik (siswa) dalam belajar mata
kuliah tersebut.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran dick and
carey.
2. Untuk meningkatkan pemahaman cara penggunaan model dick and carey dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran Dick and Carrey
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 MODEL PEMBELAJARAN DICK AND CAREY.
Model pembelajaran dick and carey merupakan model pembelajaran yang dikembangkan
melalui pendekatan sistem (System Approach). Terhadap komponen-komponen dasar dari desain
sistem pembelajaran meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Model
sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick and Carey terdiri dari beberapa komponen yang
perlu untuk membuat rancangan aktifitas pembelajaran yang lebih besar. Dick dan carey memasukkan
unsur kognitif dan behavioristik yang menekankan pada respon siswa terhadap stimulus yang
dihadirkan.
Model desain pembelajaran berperan subagai alat konseptual, pengelolaan, komunnikasi, untuk
menganalisis, merancang, mengevaluasi program pembelajaran, dan program latihan. Setiap desain
pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur yang digunakan.
Perbedaan juga kerap terdapat pada istilah-istilah yang digunakan. Namun demikian, model-model
desain tersebut memiliki dasar prinsp yang sama dalam upaya merancang proharam pembelajaran yang
berkualitas. Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang di kemukakan oleh para ahli,
dick-and-carey.html)
Tidak ada suatu model rancangan pengajaran yang dapat memberikan resep yang paling ampuh
untuk mengembangkan suatu program pengajaran, karena itu untuk menentukan model rancangan
dalam mengembangkan suatu program pengajaran tergantung pada pertimbangan si perancang tersebut
terhadap model untuk mengembangkan program pengajaran yang telah dikenal, mislanya model kemp
(1977), model dick and carrey (1985), model briggs (1977), model gagne dkk(1988), model IDI
(1971), model dedgeng(1990) dan masih banyak lagi model lain yang pada dasranya mempunyai cirri-
ciri yang sama. Perbedaan hanya terletak pada bagian-bagian tetentu saja, yang dimodifikasi oleh
3
penyusun model tersebut sesuai dengan keperluan si penyusun model. Demikian juga halnya dengan
desain pembelajaran mata pelajaran tertentu ini., dimana model desain yang digunakan misalnya
model dick and carrey, tentuperancang desain nya memiliki alas an tersendiri. Secara umum
penggunaan desai pengajaran menurut dick and carrey adalah sebagai berikut:
1. Model dick and carrey terdiri atas 10 langkah diman setiap langkah sangat jelas maksud dan
tujuannya, sehinggan bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari
tidak terputus antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya. Dengan kata lain, system
yang terdapat pada dick and carrey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu
ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah
dasar, khususnya pada mata pelajaran teretentu dimana tujuan pengjaran pada kurikulum agar
Penggunaan model dick and carrey dalam pengembangan suatu pembelajaran dimaksudkan
agar (1) pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dpat mengetahui dan mampu melakukan
hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, (2) adanya pertautan antara tiap
komponen khususnya antara strategi pengajaran dan hasil pengajaran yang dikehendaki, (3)
Dari sepuluh langkah model dick and carrey, ada 8 kotak yang berhubungan dan suatu garis utama
yang diperlihatkan balikan dari kotak terakhir ke kotak terdahulu. Kotak kotak itu mengacu ke
perangkat-perangkat prosedur dan tekhnik yang dipakai untuk merancang, memproduksi, menilai, dan
4
2.2 LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN DICK AND CARREY
Berbagai model dapat dikembangkan dalam mengorganisir pemgajaran. Satu diantara model
itu adalah model Dick and Carrey (1985) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Analisis
terhadap
kecakapan
yang harus
dimiliki PD
setelah pemb
tematik
integratif dengan
Revisi Program
Melakukan Pembelajaran
analisis
pembelajar
an
5
Mengem E a a
bangkan v l s format
bahan ajar u i if
Menganali
sis Evalua
kemampu si
Merumu Menyusu Menentu Memilih
an awal sumati
s kan n k an materi PAI
indikato instrume strategi yang f
peserta
r pemb n pemb relevan
PAI t tes PAI dengan
tematik untuk tematik tema
Analisi integrati Sains
s Entr menguk Melakukan
y ur f
tujuan
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.Sujarwo,M.Pd./DesainPembelajaran-pekerti.pdf)
6
Berikut ini akan dijelaskan langkah demi langkah yang telah ditetapkan oleh Dick and
Carrey.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program pembelajaran adlah
tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, setiap perancang harus
mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang akan
Dick and Carrey (1985) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran adlah untuk menentukan
apa yang dpat dilakukan oleh anak didih setelah mengikuti kegiatan pemebelajaran. Di dalam
buku Akta Mengajar V (Depdikbud, 1982) tujuan pemebelajaran sangat penting dalam proses
instruksional atau dalam setiap kegiatan belajar mengajar, sebab tujuan pembelajaran yang
a. Siswa dapat mengatur waktu, dan pemusatan perhatian pada tujuan yang ingi dicapai;
b. Guru untuk dapat mengatur kegiatan intruksionalnya, metodenya, dan strategi untuk
didik.
Rumusan tujuan umum pembelajaran menurut Dick and Carrey (1985) harus jelas dan
dapat diukur, berbentuk tingkah laku. Pandnagan lain seperti (Uno Hamzah, 1993; juga
Miarso, 1984) mengemukakan rumusan pembelajaran yang baik adalah (a) menggunakan
istilaah yang operasional, (b) berbentuk hasil belajar, (c) berbentuk tingkah laku, (d) jelas
hanya mengukur satu tingkah laku. Pendapat lain dikemukakan Mudhofir (1990) rumusan
tujuan pembelajaran yang baik (a) formulasi dlam bentuk yng operasional, (b) bentuk produk
belajar, (c) dalam tingkah laku si belajar, (d) jelas tingkah laku yang ingin dicapai, (e) hanya
mengandung satu tujuan belajar, (f) tingkat keluasan yang sesuai, (g) rumusan kondisi
pembelajaran jelas dan cantumkan standar tingkah laku yang dapat diterima. Adapun
(Degeng, 1989; juga Uno Hamzah, 1993) mengemukakan ada tiga komponen utama dari
suatu rumusan tujuan pembelajaran, yaitu perilaku, kondisi, dan derajat kriteria keberhasilan.
Instruksional Development Institute (IDI) menambahkan satu komponen yang perlu lagi
komponen ini oleh Degeng (1989), Uno Hamzah (1993) untuk lebih mudah mengingatnya
disebut dengan bantuan mneomik ABCD (Audience, Behavioral, Conditions, dan Degree).
bawahan (subordinate skills). Jadi, posisi analisis pembelajaran dalam keseluruhan desain
pembelajaran merupakan perilaku prasyarat, sebagai perilaku yang menurut proses psikologis
muncul lebih dahulu atau secara kronologis terjadi lebih awal, sehingga analisis ini
Dick and Carrey (1985) mengatakan bahwa tujuan pengjaran yang telah diidentifikasi
Gagne,Briggs, dan Weger (1988) tujuan analisis pengajaran adalah untuk menentukan
memungkinkan untuk membuat keputusan yang diperlukan dalam mengajar. Adapun Atwi
Suparman (1991) analisis instruksional adalah proses menjabarkna perilaku umum menjadi
perilaku khusus yang tersusun secara logik dan sistematik. Dengan melakukan analisis
pembelajaran ini, akan tergambar susunan prilaku khusus yang paling awal sampai yang
paling akhir.
hierarki, karena anak didik dituntut harus mampu memecahkan masalah atau melakukan
kegiatan informasi yang tidak dijumpai sebelumnya, seperti mengkasifikasi dengan ciri-
bawahan yang seharusnya dikuasai tidak diajarkan, maka banyak anak didik tidak akan
memiliki latar belakang diperlukan untuk mencapai tujuan, dengan demikian pembelajaran
pembelajaran akan memakan waktu lebih lama dari semestinya, dan keterampilan yang tidak
Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi subordinate skills dengan cara memilih
Biasanya untuk mata kuliah atau mata pelajaran tertentu keseluruhan tujuan merupakan
hierarki, yaitu dengan memilih apa yang harus diketahui dan dilakukan oleh anak didik,
sehingga dengan usaha pembelajaran sdikit mungkin untuk dipelajari atau dikuasai melalui
belajar.
3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik mahasiswa
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristuk siswa sangat perlu dilakukan
untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam
kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, minat,
atau kemampuan awal. Untuk mengungkap kemampuan awal mereka dapat di lakukan
dengan pemberian tes dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan materi ajar sesuai panduan
kurikulum.
didik.
b. Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang
Gagne, Briggs, dan Mager menjelaskan bahwa fungsi performansi objektif adalah
tujuan.
yang di deskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Istilah patokan digunakan karena
soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan penampilan siswa dalam
tujuan, maksudnya keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telah
Bagi seorang perancang pembelajaran harus mengembangkan butir tes acuan patokan,
merekomendasikan 4 (empat) macam tes acuan patokan, yaitu 1.) Tet entry behaviors
merupakan tes acuan patokan untuk mengukur keterampilan sebagaimana adanya pada
permulaan pembelajaran. 2.) Pretes merupakan tes acuan patokan yang berguna bagi
keperluan tujuan tujuan yang telah dirancang sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana
pengetahuan anak didik terhadap semua keterampilan. 3.) Tes sisipan merupakan tes acuan
patokan yang melayani dua fungsi penting, yaitu pertama untuk mengetes setelah satu atau
dua tujuan pembelajaran di ajarkan sebelum tes dilaksanakan dan kedua untuk mengetes
kemajuan anak didik setelah dilakukan pembelajaran. Dengan demikian dapat dilakukan
remedial yang dibutuhkan sebelum pascates yang lebih formal. 4.) Pasca test atau post test
merupakan tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang
siswa. Alasannya adalah karena meterial pembelajaran yang dikembangkan pada akhirnya
dimaksudkan untuk membantu siswa agar memperoleh kemudahan dalam belajar. Untuk itu
sebelum mengembangkan materi seorang guru perlu melihat kembali karakteristik siswa.
Dalam tulisan lain dianjurkan melihat pula karakteristik materi. Dick and Carrey (1985),
mengemukakan bahwa dalam marencanakan satu unit pembelajaran ada tiga tahap
dalam pembelajaran? Karena strategi pembelajaran merupakan hasil nyata yang digunakan
pembelajaran dapat membuat pembelajran dapat lebih bermakna bagi se belajar. Komponen
strategi pembelajaran terdiri atas : (a) kegiatan pra pembelajaran, (b) penyajian informasi, (c)
peran serta mahasiswa, (d) pengetesan, dan (e) kegiatan tindak lanjut.
a. Kegiatan Prapembelajaran
penting karena dapat memotivasi anak didik atau (mahasiswa) untuk mempelajari mata
kuliah perencanaan pembelajran misalnya. Disamping dapat memotivasi juga mereka akan
mendapat petunjuk-petunjuk yang sesuai untuk mencapai tujuan pebelajaran, sehingga pada
b. penyajian informasi
Mengapa harus ada penyajian informasi? Karena dengan adanya penyajian informasi,
anak didik (siswa atau mahasiswa) akan tahu seberapa jauh material pembelajaran yang harus
mereka pelajari, disajikan sesuai dengan urutannya, keterlibatan mereka dalam setiap urutan
pembelajaran.
c. peran serta siswa
Mengapa peran serta si belajar (mahasiswa atau siswa) dianggap penting? Anak didik
(siswa atau mahasiswa) harus diberi kesempatan berlatih (terlibat) dalam setiap langkah
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, apakah itu dalam bentuk tanya jawab atau
mengerjakan soal-soal latihan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kertas-kertas kerja, baik
perorangan maupun kelompok setelah diberi komentar atau penilaian oleh dosen
dikembalikan sebagai umpan balik untuk mereka terhadap apa yang sudah mereka kerjakan.
semakin baik perolehan belajar anak didik ( siswa atau mahasiswa) tersebut. Demikian juga
halnya dengan keterlibatan pembelajaran dalam hal pemberian umpan balik tugas-tugas anak
didik (siswa dan mahasiswa) akan mempengaruhi terhadap perolehan belajar anak didik
d. pengetesan
untuk keperluan pengetesan ada empat macam tes acuan patokan yang dapat
digunakan, yaitu : (1) tes tingkah laku masukan; (2) prates; (3) tes sisipan; dan (4) pascates.
Apakah perlu keempat macam tes acuan patokan tersebut diberikan? mengapa? Untuk
pengetesan keempat macam tes acuan patokan tersebut perlu dilakukan, karena sesuai dengan
fungsinya akan memberikan umpan balik bagi pengajar untuk memperbaiki, merevisi, baik
pembelajaran dalam mata kuliah atau mata pelajaran tertentu dapat dikuasai seluruhnya oleh
anak didik (siswa dan mahasiswa) diukur pada penguasaan pascates. Dalam hal ini jika
dibawah 80%, kepada mereka diberikan remedial dan tugas, kemudian diuji kembali sampai
dinyatakan lulus. Bagaimana dengan si belajar (siswa dan mahasiswa) yang telah dinyatakan
lulus? Bagi mereka yang sudah lulus, sementara yang lain belum maka kepada mereka akan
Mengapa harus ada penetapan alokasi waktu? Hal ini dimaksutkan agar menjadi
pedoman bagi pengajar dalam pelaksanaan pembelajaran (tatap muka), sehingga tidak
menyimpang dari alokasi waktu yang telah ditetapkan. Setiap tatap muka terdiri atas 100
menit dengan rincian waktu : (i) pembukaan + penyajian informasi = 40 menit ; (ii) tanya
jawab atau diskusi = 30 menit ; (iii) penyimpulan hasil diskusi oleh guru atau dosen = 25
menit. Jumlah pertemuan = 16 kali meliputi penyajian, diskusi, pengetesan, dan remedial.
Beberapa bahan mungkin saja disampaikan tanpa bantuan pengajar, jika tidak ada,
Kebaikan dari strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan
memperbarui pembelajaran bila terjadi perubahan isi. Adapun kerugiannya adalah sebagian
besar waktu tersita untuk menyampaikan informasi, sehingga sedikit sekali waktu untuk
dari beberapa buku yang sesuai dengan keperluan pembelajaran. Mengapa hal ini dilakukan,
karna kurangnya literatur pendukung baik yang terdapat diperpustakaan maupun dipasaran
yang sesuai dengan keperluan pembelajaran mata kuliah tersebut. Sebagai contoh, salah satu
buku yang diambil adalah buku yang disusun oleh Dr. Nyoman Sudana Degeng tentang
langkah dalam pengembangan desain pembelajaran yang berfungsi untuk mengumpulkan data
untuk perbaikan pembelajaran. Dengan kata lain karena melalui evaluasi formatif akan
kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperbaiki. Menurut Dick and Carrey (1985), ada tiga
fase pokok penilaian formatif, yaitu (1) fase perorangan atau fase klinis. Pada fase ini
perancang bekerja dengan siswa secara perseorangan untuk memperoleh data guna
kesalahan. (2) fase kelompok kecil, yaitu sekelompok sisiwa yang terdiri atas delapan sampai
sepuluh orang yang merupakan wakil cerminan populasi sasara n yang mempelajari bahan
secara mandiri, dan kemudian diuji untuk memperoleh data yang diperlukan. (3) fase uji
lapangan, boleh diikuti oleh banyak siswa, sering 30 orang sudah mencukupi tekanan dalam
uji coba lapangan ini adalah pada pengujian prosedur yang diperlukan untuk memberlakukan
pembelajaran itu dalam suatu keadaan yang sangat nyata mungkin. Mengapa dilakukan
evaluasi kelompok kecil? Hal ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan perubahan yang
telah dibuat, dan untuk mengetahui maslah-maslaah yang dihadapi anak didik jika
menggunakan bahan tersebut. Mengapa uji coba lapangan perlu dilaksanakan? Hal ini
dimaksutkan untuk mengetahui apakah perubahan-perubahan yang telah dibuat dari hasil
penilaian perseorangan dan penilaian kelompok kecil telah efektif jika digunakan dalam
keperluan pembelajaran.
bahan pembelajaran sehingga menarik, efektif bila digunakan dalam keperluan pembelajaran,
Sehingga memudahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk
dapat merevisi pembelajaran, dilakukan sesuai data yang diperoleh dari evaluasi formatif,
yaitu penilaian perseorangan, penilaian kelompok kecil, dan hasil akhir uji coba lapangan.
Dick and Carrey (1985) mengemukakan dua revisi yang perlu dipertimbangkan, yaitu (1)
revisi terhadap isi atau substansi bahan pembelajaran agar lebih cermat sebagai alat belajar,
(2) revisi terhadap cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan pembelajaran. Untuk
keperluan bahan pembelajaran ada empat macam keterangan pokok yang menjadi sumber
dalam melakukan revisi, yaitu (1) ciri anak didik dan tingkah laku masukan, (2) tanggapan
langsung terhadap pembelajaran termasuk tes sisipan, (3) hasil pembelajaran pascates, (4)
ditetapkan atau diberikan nilai apakah suatu desain pembelajaran dimana dasar keputusan
penilaian didasarkan pada keefektifan dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh
karena itu, evaluasi sumatif diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan, yang diperlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila semua tujuan sudah dapat
dianggap berhasil dengan baik. Demikian pula jika keberhasilan siswa dicapai dalam
rentangan waktu yang relatif pendek, maka dari segi efisiensi pembelajaran dapat dicapai. Dan
terakhir, jika dengan rancangan pembelajaran ini mungkin dengan memberlakukan strategi
yang baik, aktivitas belajar siswa meningkat, maka dari segi keberhasilan pada daya tarik
pengajaran dapat dicapai. Dapatkah hal ini kita lakukan, semuanya terpulang kepada guru
Dengan melihat langkah-langkah yang telah disebutkan di BAB II, maka dapat kita lihat
bahwa model Dick and Carey ini merupakan tahapan prosedural, artinya harus dilewati tiap
langkah, kecuali pada langkah ke-2 dan ke-3, yaitu analisis langkah pembelajaran dan analisis
mengenai karakteristik awal siswa. Selain itu dapat kita perhatikan bahwa model ini sangat
memperhatikan efektifitas desain. Dari tahapan prosedural semacam ini dapat dilihat
1. Setiap langkah jelas dan mudah diikuti. Tahapan-tahapan model ini merupakan tahapan
logis sederhana, artinya desain ini merupakan arah dan cara berpikir dari kebanyakan
2. Teratur, efektif, dan efisien. Langkah-langkah yang dijelaskan tiap tahap akan
menghindarkan desainer dari multitafsir, sehingga setiap desainer akan melewati urutan
yang sama. Bandingkan dengan model sirkular, yang memungkinkan desainer memilih
langkah yang mungkin. Selain itu, karena telah terperinci urutannya, model ini menjadi
menyediakan ruang perbaikan yaitu pada langkah ke-9. Adanya revisi pada analisis
pembelajaran, memungkinkan perbaikan apabila terjadi kesalahan dan dapat segera dapat
Walaupun model pembelajaran Dick and Carey ini terlihat sangat sistematis, logis, dan
sederhana, akan tetapi kita dapat melihat beberapa kekurangan, diantaranya adalah :
1. Desain ini merupakan desain prosedural, artinya desainer harus melewati tahapan-tahapan
yang ditentukan, sehingga model desain pembelajaran Dick dan Carey terkesan kaku,
uji coba dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.
3. Jika pembelajaran menggunakan basis internet dan model interaktif, dimana guru tidak
bertemu langsung dengan siswa-siswanya, kecuali interaksi dengan satu atau dua orang
siswa. Model ini akan mengalami kesulitan, terutama ketika harus menganalisis
karakteristik siswa.
(https://dikifirmansyah13.files.wordpress.com/2015/06/makalah-model-
desain-pemb-dick-and-carey-edit-2.docx)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan kajian yang dirumuskan dalam rumusan masalah, maka kesimpulan
kajian ini adalah :
a. model Dick and Carey ini merupakan tahapan prosedural, artinya harus dilewati tiap
langkah, yaitu analisis langkah pembelajaran dan analisis mengenai karakteristik awal
siswa.
b. Langkah-langkah model desain pembelajaran Dick and Carey adalah :
Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran;
Melaksanakan analisis pengajran;
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa;
Merumuskan tujuan performansi;
Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan;
Mengembangkan strategi pengajaran;
Mengembangkan dan memilih material pengajaran;
Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif;
Merevisi bahan pembelajaran;
Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
c. Kelebihan dari model desain pembelajaran Dick and Carey adalah :
1) Setiap langkah jelas dan mudah diikuti.
2) Teratur, efektif dan efisien dalam pelaksanaan.
3) Memungkinkan perbaikan apabila terjadi kesalahan dan dapat segera dilakukan
perubahan pada analisis instruksional tersebut.
d. Kelemahan dari model desain pembelajaran Dick and Carey adalah :
1) Desain ini model desain pembelajaran Dick and Carey terkesan kaku, karena
setiap langkah telah di tentukan
2) Desain Model ini tidak menyediakan ruang untuk uji coba dan kegiatan revisi baru
dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.