Вы находитесь на странице: 1из 4

Zafriadi (140731600044)

Pendidikan Sejarah Offering B 2014


Tugas matakuliah Pendidikan Pancasila

Hubungan Keterkaitan Sistem Ekonomi Pancasila dengan Gerakan Buruh, Serikat,


dan Politik

Sistem ekonomi Pancasila adalah sistem pengaturan hubungan antar negara dengan
warga negara yang ditujukan untuk memajukan kemanusian dan peradaban, memperkuat
persatuan nasional melalui proses usaha bersama atau gotong royong, dengan melakukan
distribusi akses ekonomi yang adil bagi seluruh warga negara yang dilandasi oleh nilai-nilai
etik pertanggungan jawaban kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sejarah sistem ekonomi
Pancasila merupakan salah satu unsur dari panjangnya sejarah Republik Indonesia. Sistem
ekonomi Pancasila lahir dan muncul melalui ideologi bangsa Indonesia sendiri yakni
Pancasila dan dukungan dari UUD 1945 beserta tafsirannya.

Sistem ekonomi Pancasila digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang sangat
memegang erat semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. Oleh karena itu, di dalam
UUD 1945 pasal 33 ayat 1 dinyatakan bahwa Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan. Usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dalam
konteks ini diasosiasikan dengan koperasi. Ekonomi Pancasila tidak menghendaki
kemakmuran orang seorang tetapi kemakmuran bagi semua masyarakat. Kemakmuran
tersebut dapat diraih dengan bersatu dalam organisasi koperasi. Mengenai koperasi secara
tegas dinyatakan oleh Hatta (proklamator sekaligus bapak koperasi Indonesia) bahwa yang
dimaksud dengan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan ialah koperasi. Indonesia
terlalu lama dijajah oleh kapital asing dengan organisasinya yang rapi, berupa badan-badan
industri, dagang, dan transpor. Terhadap kapital asing yang begitu kuat, yang mem-
pergunakan orang-orang Cina dan orang-orang Asia lainnya sebagai kaki tangannya ke dalam
masyarakat Indonesia, rakyat Indonesia tidak akan dapat memperbaiki ekonominya, apabila
tidak ada organisasinya. Bagi saudagar Indonesia yang ingin memperoleh tempat dalam
lapisan kam tengah, mereka dapat mendirikan firma atau perseroan terbatas untuk menjamin
kedudukannya. Tetapi itu hanya mungkin untuk beberapa puluh atau beberapa ratus orang
saja. Tetapi bagi rakyat yang berpuluh juta yang lemah dan tidak mempunyai modal hanya
koperasi yang terpakai untuk mempertahankan hidupnya.
Sedangkan gerakan buruh merupakan suatu gerakan politik yang pernah terjadi di
Indonesia. Dengan ditindak tegasnya para pemimpin serikat oleh pemerintah kolonial
membuat buruh tidak percaya lagi terhadap para pemimpin serikat yang umumnya berlatar
belakang bukan buruh. Para pemimpin yang mengobarkan semangat perlawanan dianggap
mengorbankan buruh-buruh biasa dengan agenda-agenda politik yang lebih mewakili
kepentingan para pemimpin dibanding kebanyakan buruh dalam serikat. Hal inilah yang
menjadi tantangan bagi aktivis serikat untuk menyakinkan kembali buruh tentang pentingnya
organisasi serikat yang memperkuat buruh untuk melindungi dan memperbaiki kesejahteraan
hidup mereka. Tekanan memperbaiki kesejahteraan menjadi konsekuensi yang mewarnai
riwayat awal organisasi yang kembali dibentuk oleh para aktivis serikat buruh. Bahkan
penekanan terhadap kesejahteraan buruh mendahului atau diatas seruan-seruan yang berbau
politik. Namun adanya depresi ekonomi di Indonesia telah menyebabkan melemahnya
kekuatan buruh pada waktu itu. Selain itu penurunan jumlah produksi telah membuat
perusahaan-perusahaan untuk mengurangi jumlah pekerja. Pengangguran dan PHK
merupakan persoalan yang sangat rumit dan menakutkan.
Keadaan ini dimanfaatkan oleh pemerintah dan majikan swasta untuk semakin
melemahkan dan memundurkan kualitas hidup buruh. Kebijakan-kebijakan pemerintah untuk
mengurangi penerimaan pegawai baru, mempercepat pensiun, dan mengurangi dana pensiun.
Pihak swasta mengambil keuntungan dengan menurunkan tingkat upah minimum bagi buruh.
Hal ini merupakan persoalan yang mendasar dalam kehidupan buruh di saat itu bahkan masih
bisa dijumpai hingga sekarang ini. Untuk mendapatkan pekerjaan buruh rela diupah dengan
seadanya saja dan mau melakukan perkerjaan yang sebenarnya tidak sesuai dengan upah
yang diterima. Tentu saja keadaan seperti ini menyebabkan kesejahteraan buruh tidak akan
tercapai, tetapi cenderung akan semakin menurunkan tingkat kualitas kesejahteraan buruh
dari keadaan sebelumnya.
Keadaan-keadaan seperti ini menyadarkan para buruh bahwa mereka harus mela-
kukan suatu perubhan demi kelangsungan hidup yang lebih baik. Para buruh kemudian
menyadari pentingnya berserikat dalam melakukan suatu gerakan perubahan. Mereka juga
menyadari akan pentingnya peran pemimpin yang mempunyai kewibawaan dan keuletan
dalam serikat. Dengan demikian muncullah beberapa nama pemimpin serikat buruh yang
dalam kepemimpinannya mampu melakukan perubahan terhadap kehidupan para anggotanya
terutama para buruh. Serikat buruh tidak hanya memusatkan perhatian terhadap hal-hal
politik saja, tetapi juga memperhatikan nasib dan terutama kesejahteraan buruh. Sjahrir yang
merupakan salah satu pemimpin serikat buruh di masa kolonial menyatakan bahwa tujuan
akhir dari gerakan buruh adalah penghapusan sistem kapitalisme yang menjadi dasar dari
terjadinya eksploitasi modern kaum buruh oleh pihak majikan. Kemerdekaan secara politik
bukanlah jaminan bagi tercapainya tujuan gerakan perjuangan kaum buruh.
Disinilah keterkaitan antara gerakan buruh dengan sistem ekonomi Pancasila.
Gerakan buruh yang ingin menghapus sistem kapitalisme sejalan dengan prinsip sistem
ekonomi Pancasila yang tidak mengharapkan keunggulan perseorangan tertentu. Prinsip
ekonomi Pancasila sejalan dengan sila kelima Pancasila yakni keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Namun sistem ekonomi Pancasila tidaklah sama seperti sistem ekonomi
sosialis dimana kesetaraan dikendalikan oleh pemerintah nasional semata. Sistem ekonomi
Pancasila merupakan sistem ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah sebagai fasilitator
untuk mencapai kemakmuran rakyat, bukan untuk kebaikan pemerintah saja namun yang
diutamakan adalah kesejahteraan rakyat. Hal inilah yang diperjuangkan oleh kaum buruh
terhadap perbaikan kehidupan mereka. Kaum buruh menginginkan perusahaan-perusahaan
tidak hanya mementingkan keuntungan saja, tetapi juga memberikan kesejahteraan bagi
kaum buruh sebagai bagian dari perusahaan dengan cara misalnya pemberian upah yang
layak dan sesuai dengan intensitas pekerjaan.
Gerakan buruh menghapus sistem kapitalisme adalah salah satu ciri yang menandakan
bahwa kapitalisme tidak bisa diterapkan di Indonesia. Oleh sebab itu muncullah sistem
ekonomi Pancasila yang didasarkan atas asas kekeluargaan dan prinsip keharmonian sebagai
suatu sistem ekonomi yang cocok diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan
buruh. Sistem ekonomi Pancasila yang berdasarkan asas kekeluargaan menerapkan sistem
koperasi dimana semua anggota yang dalam hal ini adalah buruh diusaha untuk memperoleh
kesejahteraan sesuai dengan intensitas. Kesejahteraan yang dimaksud disini tidak sama
dengan kesejahteraan merata seperti yang diinginkan sistem ekonomi Sosialis, melainkan
kesejahteraan yang didasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang sesuai dengan apa
yang telah dikerjakan. Sedangkan prinsip keharmonian sesama buruh saling menjaga,
melindungi, serta peduli satu sama lain sehingga akan menciptakan kerukunan dan persatuan
yang teguh.
Para buruh dalam memperoleh hak-hak dasarnya tentunya ingin mendapatkan
keadilan bahwa jika perusahaan maju dan berkembang maka kesejahteraan buruh juga ikut
naik. Dalam sistem ekonomi Pancasila hal ini sangat dihormati sebagai bentuk bahwa
perusahaan bersama dengan para buruhnya telah mampu mencapai suatu tingkatan yang
tinggi. Para buruh tentu akan memperoleh hak-hak yang seharusnya mereka peroleh atas
prestasi yang telah dicapai. Hal ini tentu tidak akan ditemui dalam sistem ekonomi Kapitalis.
Para buruh melalui serikat buruh dapat melakukan negosiasi dengan para pemilik modal atau
dengan dampingan negara sebagai penjamin hak-hak setiap warga negara namun perlu dibuat
catatan bahwa harus diperhatikan kewajiban-kewajiban sebagai pekerja. Dalam sistem
ekonomi Kapitalis sangat sulit ditemui jalan tengah dari pertemuan antara majikan dengan
buruh. Namun tidak jika dalam sistem ekonomi Pancasila sebab dalam sistem ini hak pekerja
sangat dihormati. Ini tidak terlepas dari pemikiran bahwa sistem ekonomi Pancasila juga
menjungjung aspek kemanusiaan. Dengan menghormati hak para pekerja maka para majikan
bisa memperkuat posisi dan pondasi masyarakat pasar dengan masyarakat bersahabat yang
menekankan simpati antara satu manusia dengan manusia lainnya. Sehingga dapat di-
simpulkan bahwa keterkaitan anatara sistem ekonomi Pancasila dengan gerakan buruh,
serikat, dan politik terletak pada tujuan bahwa sama-sama ingin menghapus dan meng-
hilangkan sistem ekonomi Kapitalis yang tidak sesuia dengan atmosfer perekonomian
Indonesia.

Rujukan:
Nehen, Ketuk. 2012. Perekonomian Indonesia. Denpasar: Udayana University Press.

Вам также может понравиться