Вы находитесь на странице: 1из 14

WEDNESDAY, 11 FEBRUARY 2015

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID


LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID (AR)

A. Pengertian
Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta melibatkan
semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit ini merupakan suatu penyakit autoimun yang
ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan
persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya Sebagian besar penderita
menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan
menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif yang
menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik, hormon sex, infeksi
dan umur telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit
ini hingga etiologi AR yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti
.

Klasifikasi Rheumatoid Arthritis :


a. Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

b. Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema
karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan
fungsi secara menetap.

B. Etiologi
Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan beberapa faktor
lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini.Hal ini terbukti dari
terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya
HLA-DR dengan AR seropositif.Pengemban HLA-DR memiliki resiko relatif 4:1 untuk
4 4

menderita penyakit ini.


Kecenderungan wanita untuk menderita AR dan sering dijumpainya remisi pada wanita
yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai
salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.Walaupun demikian karena pemberian
hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan,
sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab
penyakit ini.
Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan faktor infeksi
sebagai penyebab AR juga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak
dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Walaupun hingga kini
belum berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak
menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin
mikroorganisme yang dapat mencetuskan terjadinya AR. Agen infeksius yang diduga merupakan
penyebab AR antara lain adalah bakteri, mikoplasma atau virus.
Heat shock protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60 sampai 90
kDa) yang dibentuk oleh sel seluruh spesies sebagai respons terhadap stress.Walaupun telah
diketahui terdapat hubungan antara HSP dan sel T pada pasien AR, mekanisme ini belum
diketahui dengan jelas.
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid adalah;
Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1.
Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga
dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka anda
kemungkinan besar akan terkena juga.
Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

C. Patofisiologi
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial
fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF- untuk mensekresikan
matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui
pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon- dan interleukin-17. Interleukin-1,
interlukin-6 dan TNF- merupakan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.
Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan
ikatan dengan integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi
1 2

rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis
reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor
mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T
juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan
sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi
peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid artritis.
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi
dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-
enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan
akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan
erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal,
terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk
pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan
granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen
jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang
sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama
dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang
cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus
(Long, 1996).

D. Pathway
E. Tanda dan gejala
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Rheumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemic
F. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di bawah
kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya
darah yang membeku.
d. Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa membesar kemampuannya untuk
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap
dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi,
dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi
kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi
secara bersamaan.
2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang
pada sendi
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram,
berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan
degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi; cairan
sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan
sendi yang normal.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6
minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto
rontgen
H. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a. Termoterapi
b. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
c. Pemberian Obat-obatan :
Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis yang telah
ditentukan.
Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik,
Antipyretik, Anty Inflamatory).
2. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah dan
memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang
telah rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan
fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.
3. Keperawatan
ndidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis penyakit ini
stirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan
fungsi sendi pasien.

I. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan pada sendi.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
Catat bila ada krepitasi
Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien
yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan
pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses
inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan, kekuatan
otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan,
daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma.

Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


1. Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, Distensi jaringan akibat akumulasi
kelelahan, berfokus pada diri sendiri, cairan/proses inflamasi, destruksi Nyeri
Perilaku distraksi/ respons autonomic sendi
2. Keengganan untuk mencoba bergerak/ deformitas skeletal, Gangguan mobilitas
ketidakmampuan untuk dengan sendiri nyeri, penurunan kekuatan otot fisik berhubungan
bergerak dalam lingkungan fisik. dengan.
3. Perubahan fungsi dari bagian-bagian deformitas skeletal, Gangguan Citra
yang sakit. nyeri, penurunan kekuatan otot Tubuh
4. Ketidakmampuan untuk mengatur kerusakan musculoskeletal,
kegiatan sehari-hari. penurunan kekuatan, daya tahan, Defisit perawatan
nyeri pada waktu bergerak, diri
depresi
5. Sering terjatuh Aktifitas menggunakan Hilangnya kekuatan otot dan
alat bantu. sendi, penurunan kekuatan,
Resiko Infeksi
Penurunan aktifitas motorik Penurunan fungsi sensorik dan
motorik.

DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan Kaji Membantu
dengan agen keperawatan selama keluhan
3x24 nyeri, catat lokasi
dalam menentukan
pencedera, distensi jam diharapkan tidak ada
jaringan oleh Keluhan nyeri, dengan dan intensitas (skala 0-10). kebutuhan manajemen
akumulasi cairan/ kriteria : Catat faktor-faktor yang nyeri dan keefektifan
proses inflamasi, Menunjukkan nyeri hilang/
mempercepat dan tanda- program
destruksi sendi. terkontrol tanda rasa sakit non verbal
Terlihat rileks, Berikan
dapat tidur/beristirahatmatras/
dan kasur keras, bantal Matras yang
berpartisipasi dalam
kecil,. Tinggikan linen lembut/ empuk, bantal
aktivitas sesuai
tempat tidur yang
sesuai besar akan
kemampuan. kebutuhan mencegah pemeliharaan
Mengikuti program kesejajaran tubuh yang
farmakologis yang tepat, menempatkan
diresepkan stress pada sendi yang
Menggabungkan Te sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan
keterampilan relaksasimpatkan/
dan pantau
tekanan pada sendi yang
penggunaan bantl, karung
aktivitas hiburan ke dalam terinflamasi/nyeri
program kontrol nyeri.pasir, gulungan trokhanter,
bebat, brace. Mengistirahat
kan sendi-sendi yang
sakit dan
Dormempertahankan posisi
ong untuk netral. Penggunaan brace
sering
mengubah posisi,. Bantu dapat menurunkan nyeri
untuk bergerak di tempat dan dapat mengurangi
tidur, sokong sendi yang kerusakan pada sendi
sakit di atas dan bawah, Mencegah
hindari gerakan yang terjadinya kelelahan
menyentak. umum dan kekakuan
Anjsendi. Menstabilkan
urkan pasien untuk mandi sendi, mengurangi
air hangat atau mandi gerakan/ rasa sakit pada
pancuran pada waktu sendi
bangun dan/atau pada
waktu tidur. Sediakan
waslap hangat untuk Panas
mengompres sendi-sendi meningkatkan relaksasi
yang sakit beberapa kali otot, dan mobilitas,
sehari. Pantau suhu air menurunkan rasa sakit
kompres, air mandi, dan dan melepaskan
sebagainya. kekakuan di pagi hari.
Sensitivitas pada panas
Beri
kan masase yang lembut dapat dihilangkan dan
luka dermal dapat
Ajadisembuhkan
rkan teknik non
farmakologi (relaksasi,
distraksi, relaksasi
progresif) Meningkatka
n relaksasi/ mengurangi
Kolnyeri
aborasi: Berikan obat- Meningkatka
obatan sesuai petunjuk n realaksasi, mengurangi
(mis:asetil salisilat) tegangan otot/ spasme,
memudahkan untuk ikut
serta dalam terapi
Berikan Sebagai anti
kompres dingin jika inflamasi dan efek
dibutuhkan analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan
dan meningkatkan
mobilitas.
Rasa dingin
dapat menghilangkan
nyeri dan bengkak
selama periode akut
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Eva Tingkat
mobilitas fisik keperawatan selama luasi/
3x24 lanjutkan aktivitas/ latihan
berhubungan jam diharapkan mobilitas
pemantauan tingkat tergantung dari
dengan deformitas fisik baik dengan kriteria :
inflamasi/ rasa sakit pada perkembangan/ resolusi
skeletal, nyeri, Mempertahankan sendi dari peoses inflamasi
penurunan, fungsi posisi dengan tidak Istirahat
kekuatan otot. hadirnya/ pembatasan
Pertsistemik dianjurkan
kontraktur. selama eksaserbasi akut
ahankan istirahat tirah
Mempertahankan baring/ duduk dan
jika seluruh fase
ataupun meningkatkan
diperlukan jadwal penyakit yang penting
kekuatan dan fungsi aktivitas
dari untuk untuk mencegah
dan/ atau kompensasi memberikan periode kelelahan
bagian tubuh istirahat yang terusmempertahankan
menerus dan tidur malam
Mendemonstrasika kekuatan
n tehnik/ perilaku hariyang yang tidak
memungkinkan melakukan terganmggu. Mempertahan
aktivitas Bankan/ meningkatkan
tu dengan rentang gerak fungsi sendi, kekuatan
aktif/pasif, demikiqan juga otot dan stamina umum.
latihan resistif danCatatan : latihan tidak
isometris adekuat
jika menimbulkan
memungkinkan kekakuan sendi,
karenanya aktivitas yang
berlebihan dapat
merusak sendi
Uba Menghilangk
h posisi dengan sering an tekanan pada jaringan
dengan jumlah personel dan meningkatkan
cukup. Demonstrasikan/ sirkulasi.
bantu tehnik pemindahan Mempermud
dan penggunaan bantuan ah perawatan diri dan
mobilitas, mis, trapeze kemandirian pasien.
Tehnik pemindahan yang
Posi
tepat dapat mencegah
sikan dengan bantal,
robekan abrasi kulit
kantung pasir, gulungan Meningkatka
trokanter, bebat, brace n stabilitas ( mengurangi
resiko cidera ) dan
memerptahankan posisi
Gunsendi yang diperlukan
akan bantal kecil/tipis di dan kesejajaran tubuh,
bawah leher. mengurangi kontraktor
Dor Mencegah
ong pasienfleksi leher
mempertahankan postur
tegak dan duduk tinggi, Memaksimal
berdiri, dan berjalan
kan fungsi sendi dan
Beri
mempertahankan
kan lingkungan yang mobilitas
aman, misalnya
menaikkan kursi, Menghindari
menggunakan pegangan
cidera akibat kecelakaan/
tangga pada toilet,
jatuh
penggunaan kursi roda.
Kol
aborasi: konsul dengan Berguna
fisoterapi. dalam memformulasikan
program latihan/
aktivitas yang
berdasarkan pada
Kolkebutuhan individual
aborasi: Berikan matras dan dalam
busa/ pengubah tekanan. mengidentifikasikan alat
Menurunkan
Kolaborasi:tekanan pada jaringan
berikan obat-obatan
yang mudah pecah untuk
sesuai indikasi
mengurangi risiko
(steroid). imobilitas
Mungkin
dibutuhkan untuk
menekan sistem
inflamasi akut
Gangguan Citra Setelah dilakukan tindakan Dor Berikan
Tubuh / Perubahan keperawatan selama ong3x24 pengungkapan kesempatan untuk
Penampilan Peran jam diharapkan gangguan
mengenai masalah tentang mengidentifikasi rasa
berhubungan citra tubuh berkurang proses penyakit, harapan takut/ kesalahan konsep
dengan perubahan dengan criteria: masa depan. dan menghadapinya
kemampuan untuk Mengungkapkan secara langsung
melaksanakan peningkatan rasa percaya Dis Mengidentifi
tugas-tugas umum, diri dalam kemampuan kusikan arti dari
kasi bagaimana penyakit
peningkatan untuk menghadapi
kehilangan/ perubahan mempengaruhi persepsi
penggunaan energi, penyakit, perubahan pada
pada pasien/orangdiri dan interaksi dengan
ketidakseimbangan gaya hidup, dan
terdekat. Memastikan orang lain akan
mobilitas. kemungkinan keterbatasan
bagaimana pandangaqn menentukan kebutuhan
Menyusun rencana
pribadi pasien dalam terhadap intervensi/
realistis untuk masa depan.
memfungsikan gaya hidup konseling lebih lanjut
sehari-hari, termasuk
aspek-aspek seksual. Isyarat
Disverbal/non verbal orang
kusikan persepsi
terdekat dapat
pasienmengenai mempunyai pengaruh
bagaimana orang terdekat mayor pada bagaimana
menerima keterbatasan. pasien memandang
dirinya sendiri
Aku Nyeri
i dan terima perasaan konstan akan
berduka, bermusuhan, melelahkan, dan
ketergantungan. perasaan marah dan
bermusuhan umum
Perterjadi
hatikan perilaku menarik Dapat
diri, penggunaan menunjukkan emosional
menyangkal atau terlalu ataupun metode koping
memperhatikan perubahanmaladaptive,
Susmembutuhkan intervensi
un batasan pada perilaku lebih lanjut
mal adaptif. Bantu pasien Membantu
untuk mengidentifikasi pasien untuk
perilaku positif yang dapatmempertahankan kontrol
membantu koping diri, yang dapat
meningkatkan
Ikut perasaan
sertakan pasien dalam harga diri
merencanakan perawatan
dan membuat jadwal Meningkatka
aktivitas n perasaan harga diri,
Banmendorong kemandirian,
tu dalam kebutuhandan mendorong
perawatan yangberpartisipasi dalam
diperlukan terapi
Beri Mempertahan
kan bantuan positif bila kan penampilan yang
perlu. dapat meningkatkan citra
diri
Memungkink
an pasien untuk merasa
Kolsenang terhadap dirinya
aborasi: Rujuk padasendiri. Menguatkan
konseling psikiatri, mis: perilaku positif.
Meningkatkan
perawat spesialis psikiatri, rasa
psikolog. percaya diri
Pasien/orang
Kolaborasi:terdekat mungkin
Berikan obat-obatanmembutuhkan dukungan
sesuai selama
petunjuk, berhadapan
mis; anti ansietas dengan proses jangka
dan obat-obatanpanjang/
peningkat alamketidakmampuan
perasaan. Mungkin
dibutuhkan pada sat
munculnya depresi hebat
sampai pasien
mengembangkan
kemapuan koping yang
lebih efektif
Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan Dis Mungkin
diri berhubungan keperawatan selama kusikan
3x24 tingkat fungsi dapat melanjutkan
dengan kerusakan jam diharapkan klien dapat
umum (0-4) sebelum aktivitas umum dengan
musculoskeletal, mengatur kegiatan sehari-
timbul awitan/ eksaserbasimelakukan adaptasi yang
penurunan hari, dengan criteria hasil:
penyakit dan potensial diperlukan pada
kekuatan, daya Melaksanakanperubahan yang sekarang keterbatasan saat ini
tahan, nyeri pada aktivitas perawatan diantisipasi.
diri
waktu bergerak, pada tingkat yang Pert Mendukung
depresi. konsisten dengan
ahankan mobilitas, kontrolkemandirian
kemampuan individualterhadap nyeri dan
fisik/emosional
Mendemonstrasika
program latihan. Menyiapkan
n perubahan teknik/ gaya untuk meningkatkan
hidup untuk memenuhi kemandirian, yang akan
kebutuhan perawatan diri. Kaji
meningkatkan harga diri
hambatan
Mengidentifikasi terhadap Berguna
sumber-sumber partisipasi
pribadi/ dalam
untuk menentukan alat
komunitas yang dapat perawatan diri. Identifikasi
bantu untuk memenuhi
memenuhi /rencana untuk modifikasi
kebutuhan kebutuhan individual.
perawatan diri. lingkungan Mis; memasang kancing,
menggunakan alat bantu
memakai sepatu,
menggantungkan
Kolpegangan untuk mandi
aborasi: Konsul dengan pancuran
ahli terapi okupasi. Mengidentifi
kasi masalah-masalah
Kolyang mungkin dihadapi
aborasi: Atur evaluasi karena tingkat
kesehatan di kemampuan
rumah actual
sebelum pemulangan Mungkin
dengan evaluasi
membutuhkan berbagai
setelahnya, mis: pelayananbantuan tambahan untuk
perawatan rumah, ahli persiapan situasi di
nutrisi. rumah

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume II. ECG.
Jakarta : 2006

Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Mansjoer, arif. Dkk.2009, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media aesculapius

Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby

Mc.Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). America : Mosby

Вам также может понравиться