Вы находитесь на странице: 1из 40

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Tinjauan Umum Tentang Perusahaan Pangan Sejahtera

Banyak pihak mengibaratkan akuntansi sebagai darah yang mengalir

dalam tubuh perusahaan, akuntansi merupakan bahasa untuk berkomunikasi di

dalam berbisnis. Oleh pihak manajemen, akuntansi digunakan sebagai sarana

memberikan informasi tentang berbagai macam kejadian dan perkembangan

perusahaan yang dikelolanya kepada pemilik perusahaan, disamping merupakan

sarana pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya ekonomi.

Sebaliknya bagi pemilik perusahaan, akuntansi merupakan sarana untuk melihat

dan mengevaluasi hasil kerja manajemen yang dibentuknya.

Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi, bergerak dibidang produksi

Tauco menyelenggarakan kegiatan akuntansi untuk dapat menghasilkan suatu

informasi kuantitatif yang bersifat keuangan yang berguna bagi pihak perusahaan,

oleh sebab itu begitu pentingnya informasi tersebut sehingga perlu disusun suatu

sistem yang tepat dalam rangka pengolahan data yang dibutuhkan bagi

Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi.

Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi adalah salah satu industri yang

mengusahakan pengolahan kedelai menjadi produk tauco. Sektor industri yang

pertumbuhannya paling tinggi pada saat ini adalah sektor industri pangan yaitu

mencapai 27,4 %. Industri pangan merupakan salah satu industri pengolahan hasil
43

pertanian, dimana industri hasil pertanian merupakan salah satu bentuk industri

yang menghasilkan berbagai produk hasil pertanian olahan dalam bentuk makanan

yang disukai konsumen.

Dilihat dari berbagai jenis pengolahan hasil pertanian, industri pangan

merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan dan bangkit pada saat krisis

ekonomi dan kenaikan BBM yang tinggi. Dalam hal ini industri merupakan salah

satu alternatif bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.

4.1.1.1 Sejarah Perusahaan

Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi adalah salah satu produsen Tauco

di sukabumi. Perusahaan ini bergerak dibidang produksi tauco. Usaha ini

didirikan oleh A. Hamid pada tahun 1986 dan memproduksi tauco dengan merek

dagang Tauco Cap Cabe Rawit yang pada saat itu memproduksi tauco berskala

kecil.

Usaha ini dimulai dengan cara usaha mandiri yaitu mulai dari

menyediakan bahan baku, mencari order, sampai pemasaran dilakukan sendiri.

Sebenarnya usaha ini sudah dilakukan oleh pamannya di Bandung, namun dengan

memiliki modal keberanian, keahlian dan peralatan seadanya A. Hamid berani

mengambil resiko untuk berwirausaha. Pada saat itu, pemilik perusahaan

menggunakan rumahnya sendiri yang berlokasi di Jl. Pelabuhan II Km. 3 No. 55

Sukabumi, sebagai tempat produksi tauco. Namun hal tersebut hanya berlangsung

sampai tahun 1996, selanjutnya usaha ini berkembang dengan membangun

gedung usaha dan peralatan yang sudah menggunakan mesin.


44

Usaha Tauco Cap Cabe Rawit berkembang dengan pesat, sehingga pada

tahun 1997 A. Hamid selaku pimpinan perusahaan memutuskan untuk pindah ke

gedung baru yang telah di bangun. Lokasi Perusahaan Pangan Sejahtera sampai

saat ini berada di Jl. Pelabuhan II Km. 3 No. 30 Sukabumi, dengan luas tanah dan

bangunan kurang lebih 500 M 2 . Pemberian nama Pangan Sejahtera

dimaksudkan agar melalui bidang usaha pangan (tauco) ini dapat memberikan

kesejahteraan baik bagi pemilik, karyawan, konsumen, dan masyarakat sekitarnya.

Sejalan dengan berkembangnya zaman dan kondisi, sampai saat ini produksi

tauco mencapai 600 kg kedelai/hari dengan karyawan berjumlah 55 orang.

Peralatan produksi yang digunakan dan sistem proses produksi secara terus

menerus menggunakan mesin dan kinerja yang lebih professional.

Perusahaan pangan sejahtera telah memiliki surat-surat pendirian usaha

seperti : SIUP No. 085/10-06/dk/IX/1997, TDI/TDP No. 10055302142, SITU No.

503/SK 66/I/ITU/1997, NPWP No. 7.014.823.4-405, dan SP No. 28/10.04/89.

Adapun tujuan dari pendirian Perusahaan Pangan Sejahtera ini yaitu

meningkatkan taraf hidup keluarga dan adanya keinginan untuk mandiri. Selain

itu, A. Hamid ingin mengurangi tingkat pengangguran yang ada di sekitar

lingkungannya, sehingga masyarakat mau bekerja keras dan mempunyai

penghasilan walaupun tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat sekitar hanya

sebatas SD, SMP, SMA.

Untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan SDM, Pangan Sejahtera

telah mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang telah diselenggarakan Instansi

Pemerintah, maupun oleh Instansi lainnya yang terkait dengan usaha yang
45

dijalankan yaitu mengenai : Manajemen Produksi dan Keuangan, Gugus Kendali

Mutu, Halalisasi Makanan, Perencanaan Usaha, Teknologi Tepat Guna,

Pemasaran, Teknologi Pengemasan, dan Teknologi Ekspor-Impor.

4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi dibuat untuk menunjukan kedudukan masing-masing

orang dalam perusahaan secara tegas dan jelas dalam melaksanakan tugas kepada

unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan pokok

perusahaan dalam mencapai tujuan. Secara umum struktur organisasi Perusahaan

Pangan Sejahtera Sukabumi adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Perusahaan Pangan Sejahtera

PIMPINAN

BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PRODUKSI PEMASARAN ADMINISTRASI UMUM GUDANG BELANJA

PERAWATAN
PROSESSING DRIVER KASIR MESIN

KEMASAN SALES JURU BUKU

Sumber : Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi


46

Fungsi dan tugas masing-masing dalam struktur organisasi dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Pimpinan
a. Penanggung jawab tertinggi terhadap mutu dan operasional perusahaan
b. Mengkoordinir dan mengatur pelaksanaan tugas staf
c. Menetapkan kebijakan perusahaan
d. Mengadakan hubungan dengan pihak luar
2. Bagian Produksi
a. Mempersiapkan bahan baku dan kemasan
b. Mengawasi pelaksanaan proses produksi
c. Mengecek hasil produksi
d. Mengkoordinir staf di bagian produksi
e. Menyampaikan laporan dan bertanggung jawab kepada pemimpin
1) Prosessing
a) Menyeleksi bahan baku dan bahan penunjang
b) Memproses produksi tauco
c) Menyeleksi hasil produksi
d) Bertanggung jawab kepada bagian produksi
2) Kemasan
a) Menyiapkan bahan kemasan
b) Melaksanakan kemasan barang
c) Bertanggung jawab pada bagian produksi

3. Bagian Pemasaran
a. Menyiapkan pelaksanaan pemasaran produk
b. Memasarkan produk ke relasi
c. Memasarkan produk ke masyarakat
d. Mempromosikan produk
e. Menjajakan perusahaan pasar
f. Bertanggung jawab kepada pemimpin
1) Driver
a) Mempersiapkan kendaraan dalam keadaan layak jalan
b) Mengantarkan sales
c) Memasarkan produk
d) Memelihara dan menjaga kebersihan kendaraan
e) Melaporkan atas kerusakan kendaraan
f) Bertanggung jawab kepada bagian pemasaran, bagian umum

maupun pimpinan
2) Sales
a) Memasarkan produk kepada relasi
b) Mencari dan mengembangkan pasar baru
47

c) Melaporkan hasil pemasaran kepada pimpinan atau juru buku


d) Bertanggung jawab kepada bagian pemasaran dan pimpinan

4. Bagian Administrasi
a. Menyiapkan buku-buku administrasi
b. Mengkoordinir tugas-tugas kasir dan juga buku
c. Memonitor pelaksanaan administrasi pembukuan perusahaan
d. Membuat laporan perusahaan secara berkala
e. Bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan
1) Kasir
a) Melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang, baik

uang kas maupun uang bank


b) Mengarsipkan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran uang

kas dan uang bank


c) Melaporkan posisi sisa kas bank setiap saat kepada pimpinan

perusahaan
d) Bertanggung jawab kepada bagian administrasi
2) Juru Buku
a) Melakukan pembukuan perusahaan, baik yang menyangkut

sarana inventaris maupun keuangan perusahaan


b) Melakukan penyimpanan dokumen-dokumen perusahaan
c) Menyusun laporan keuangan secara berkala dan sewaktu-waktu

diminta oleh pimpinan perusahaan


d) Bertanggung jawab kepada bagian administrasi

5. Bagian Umum
a. Menyiapkan sarana dan prasarana perusahaan
b. Melakukan monitoring atas penggunaan dan pemeliharaan sarana dan

prasarana perusahaan
c. Mengatur penggunaan sarana dan prasarana perusahaan
48

d. Mengatur penerimaan dan pemanfaatan personil perusahaan


e. Bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan
6. Bagian Gudang
a. Menyiapkan sarana pergudangan
b. Melakukan penyimpanan produk yang telah dikemas
c. Mengatur tentang pemeliharaan kebersihan gudang
d. Bertanggung jawab kepada bagian umum
7. Bagian Belanja
a. Belanja bahan baku, kemasan dan sarana penunjang proses produksi
b. Pencatatan atas pembelian barang ke dalam buku persediaan barang
c. Melaporkan transaksi pembelian barang
d. Bertanggung jawab kepada bagian umum
1) Perawatan Mesin
a) Memantau keadaan mesin yang ada
b) Memantau penggunaan dan pemeliharaan mesin dan inventaris

lainnya
c) Melakukan perbaikan atas kerusakan mesin
d) Mengusulkan penambahan mesin dan inventaris lainnya
e) Bertanggung jawab ke bagian umum

4.1.1.3 Aktivitas Perusahaan

1. Pengadaan Bahan Baku


Produksi pembuatan tauco tidak terlepas dari pengadaan bahan baku,

karena input atau bahan baku merupakan salah satu komponen untuk menunjang

proses produksi. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi tauco adalah

kacang kedelai. Kedelai yang digunakan dibeli dari gudang di Jakarta dan di

impor dari Amerika Serikat.


Bahan baku yang digunakan sebagian besar di impor dari Negara lain

sehingga harga kedelai sering mengalami perubahan. Penetapan harga tersebut

tergantung dari stok yang ada di gudang Jakarta. Jika stok kedelai di pusat banyak

maka biasanya harga beli kedelai lebih murah, atau sebaliknya. Harga beli kedelai

berkisar antara Rp. 2000,- sampai Rp. 3000,-/Kg. Dengan demikian

perkembangan harga beli kedelai dari tahun ke tahun mengalami perubahan.


49

Pembelian bahan baku kedelai dilakukan dengan cara pemesanan melalui

telepon. Waktu pemesanan tergantung keperluan bahan baku diperusahaan. Setiap

minggunya pembelian kedelai mencatat 3 4 kali pesan dari jumlah kedelai yang

dipesan berkisar antara 10 ton, 18 ton, atau 27 ton per minggu, sedangkan

pengiriman kacang kedelai bertahap dengan menggunakan mobil pick-up atau

mobil truk.
Bahan baku lainnya yang digunakan untuk pembuatan tauco adalah gula

merah, tepung beras, vetsin, garam, benzoate, dan potassium. Fungsi dari vetsin

yaitu untuk menyedapkan makanan. Benzoate adalah bahan kimia yang dapat

menetralisir rasa asam dari hasil fermentasi pada tauco, sedangkan potassium

berfungsi untuk menghilangkan bakteri.


Bahan baku gula merah dibeli dari kota Sukabumi yaitu didaerah jampang.

Bahan baku lainnya dibeli dari agen pasar tradisional di Sukabumi. Adapun bahan

baku yang digunakan pada produksi tauco secara lengkap dapat di lihat pada tabel

4.1

Tabel 4.1
Jumlah Bahan Baku Untuk Produksi Tauco Berdasarkan Penggunaan 600
Kg kedelai di Perusahaan Pangan Sejahtera

No Bahan Baku Jumlah Satuan


1 Gula Merah 200 Kg
2 Tepung Beras 120 Kg
3 Vetsin 4 Kg
4 Garam 100 Kg
5 Benzoat 1 Kg
6 Potasium 0,5 Kg
7 Minyak Tanah 105 Liter
Sumber : Pangan Sejahtera
50

2. Proses Produksi
a. Peralatan Produksi Tauco

Untuk menjalankan usaha ini, Pangan Sejahtera di dukung dengan

peralatan-peralatan yang sederhana dan untuk mempermudah proses

produksi. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi tauco dapat

dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2
Jumlah Peralatan Produksi yang dipakai Pada Proses Produksi Tauco
Berdasarkan Jumlah dan Nilainya Pada Perusahaan Pangan Sejahtera

No Alat yang Digunakan Jumlah (Unit) Nilai (Rp)


1 Mesin Pengupas Kedelai 1 1.500.000
2 Mesin pencuci kedelai 1 1.000.000
3 Tungku perebusan kedelai 2 15.000.000
4 Mesin blower 1 2.500.000
5 Mesin pengocekan 1 7.500.000
6 Timbangan kedelai 2 2.000.000
7 Mesin pastirisasi 1 3.000.000
8 Gentong besar 8 280.000
9 Bak plastik/ ember 30 300.000
10 Corong besar 2 300.000
11 Tabung gas besar 3 2.250.000
12 Nyiru/ tempayan 200 2.400.000
13 Brigen/ minyak tanah 6 30.000
14 Head drayer 1 500.000
15 Kompor minyak 4 120.000
Sumber : Pangan Sejahtera

b. Proses Produksi Tauco


51

Proses produksi adalah urutan terhadap bahan baku sehingga

menjadi suatu produk yang diharapkan. Produksi tauco dilakukan setiap

hari senin sampai hari sabtu. Gambar alur proses produksi pembuatan

tauco dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut :

Gambar 4.2
Alur Proses Produksi Tauco

KEDELAI PEMILIHAN KEDELAI

PENGUPASAN KEDELAI

PERENDAMAN 1 HARI

PENCUCIAN

PEREBUSAN

PENIRISAN

FERMENTASI/ PEMBACEMAN

PENGOCEKAN

TAUCO

Sumber : Pangan Sejahtera PENGEMASAN

Uraian proses pembuatan tauco dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Pemilihan Kedelai/ Pensortiran


Kedelai yang diolah, dipilih/ disortir terlebih dahulu agar tauco

yang dihasilkan berkualitas baik. Jumlah kedelai yang akan diolah

sebanyak 600 Kg untuk sekali proses produksi.


2) Pengupasan Kedelai
52

Kedelai yang telah disortir kemudian dikupas dengan

menggunakan mesin pengupas kedelai, agar kacang bersih dari

kulit kedelai dan akan menghasilkan tauco yang baik.


3) Perendaman Kedelai
Setelah kedelai dikupas, kedelai direndam dalam bak selama satu

hari satu malam. Perendaman harus selalu dikontrol atau diawasi

agar tidak tercampur bahan lain yang masuk ke dalam bak.


4) Pencucian Kedelai
Kedelai yang telah direndam, kemudian dicuci dengan

menggunakan mesin pencuci (Palemangan) selama dua jam.

Pencucian kedelai dilakukan untuk membersihkan kotoran-kotoran

yang ada pada kedelai. Dalam pencucian kedelai, karyawan harus

selalu menjaga kebersihan dan kerapihan mesin produksi. Setiap

mengupas kulit kedelai diusahakan tidak banyak kedelai yang

terbuang. Pada saat pembilasan harus bersih, tidak menimbulkan

bau, serta kulit kedelai harus terbuang seluruhnya.

5) Perebusan Kedelai
Setelah dicuci bersih, kedelai direbus dalam dua tungku besar,

untuk setiap tungku terdiri dari gentong besar. Perebusan kedelai

dibantu dengan mesin blower yang menggunakan bahan bakar

minyak tanah. Perebusan dilakukan dengan menggunakan air

secukupnya dan dilakukan sampai mencapai tingkat keempukan

yang diinginkan, yaitu selama tiga jam.


6) Penirisan Kedelai
Apabila proses perebusan selesai, kemudian tungku ditarik ke atas

menggunakan mesin katrol, selanjutnya tungku dibalikan sehingga

kacang yang telah direbus ditumpahkan diatas saringan besar.


53

Kedelai yang telah direbus ditiriskan dengan menggunakan

nampan, selanjutnya disimpan dalam rak kayu yang telah

disediakan. Penirisan kedelai dilakukan selama satu hari satu

malam.
7) Fermentasi
Air rebusan biasanya tidak dibuang tetapi diberi garam, karena

akan digunakan untuk pembaceman/ fermentasi kedelai yang telah

ditiriskan. Hal ini dilakukan agar sari-sari makanan yang

terkandung pada kedelai dibacem didalam bak selama tiga hari.

Jumlah bak yang ada sebanyak 10 bak, dan setiap bak berisi dua

gentong besar.

8) Pencampuran Bahan Baku dan Pengocekan


Kedelai yang telah dibacem dimasukan ke dalam mesin

pengocekan melalui corong besar selama tiga jam sampai matang.

Pada saat dua jam pertama pengocekan, dimasukan bahan-bahan

pelengkap yaitu :
a) Gula merah sebanyak 200 Kg yang dicairkan dengan

mencampurkan air dalam wajan besar selama satu jam.

Kegiatan ini menggunakan kompor yang memakai bahan bakar

minyak tanah sebanyak 5 liter.


b) Tepung beras 120 Kg yang telah disangrai selama 20 menit.
c) Garam 100 Kg
d) Vetsin atau penyedap masakan sebanyak 4 Kg
e) 1 Kg Benzoate
f) 0,5 Kg Potasium

Selanjutnya diaduk hingga rata, dan dibiarkan sampai satu jam

waktu yang dibutuhkan untuk pencampuran semua bahan hingga

matang.
54

c. Pengemasan

Untuk memperlancar proses pengemasan, Perusahaan Pangan

Sejahtera menyediakan perlengkapan dan kebutuhan lain untuk

pengemasan seperti hekter beserta isinya, plastik cabe, plastik jumbo, tali

rapia, gunting, dus cabe, dus jumbo, etona, dan lakban.

Tauco dikemas dalam kemasan plastik ukuran jumbo dengan berat

8 ons (dua takaran sendok makan), dan ukuran kecil dengan berat 3 ons

(satu takaran sendok makan), sedangkan kemasan botol berat 250gr, tauco

ini diberi merek jual Tauco Cabe Rawit.

Untuk menyalurkan produk ke pasar, tauco dimasukan ke dalam

kardus. Setiap kardus berisi 50 lembar tauco cabe/ kecil dan jumbo. Satu

lembar berisi 10 bungkus untuk ukuran cabe/ kecil, dan ukuran jumbo

berisi 5 bungkus tauco. Kemasan botol dalam satu dus berisi 12 buah.

Masa kadaluarsa setiap produk selama dua bulan.

Tabel 4.3
Kebutuhan bahan baku dalam pengemasan berdasarkan jumlah kedelai dan
biaya yang dikeluarkan setiap tahun 600 Kg kedelai

N Bahan Kemasan Jumla Satuan Harga Total (Rp) Total/


o h (Rp) Tahun (Rp)
1 Plastik ukuran cabe 16 Kg 15.750 252.000 3.024.000
2 Etiket cabe 11.550 Lembar 6 69.300 20.790.000
3 Dus cabe 22 Kg 2.500 55.000 16.500.000
4 Karton cabe 1.100 Lembar 105 115.500 34.650.000
5 Isi hekter kecil 1,5 Kotak 23.100 34.650 10.395.000
6 Lakban 2 Gulung 4.200 8.400 2.520.000
7 Rapia 1 Gulung 10.500 10.500 3.150.000
8 Karton jumbo 200 Lembar 105 21.000 6.300.000
55

9 Plastik jumbo 2 Kg 15.750 31.500 9.450.000


10 Etiket jumbo 1.000 Lembar 21 21.000 6.300.000
11 Isi hekter besar 0,53 Kotak 15.750 7.875 2.362.500
Jumlah 87.787 620.725 115.441.500

3. Pemasaran

Pemasaran merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk

mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang

berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki. Kegiatan pemasaran yang

dilakukan Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi selama ini adalah dengan

menggunakan tenaga sales yang mendatangi langsung pedagang grosir/ agen dan

pedagang eceran.

Sistem pemasaran yang dilakukan oleh Perusahaan Pangan Sejahtera

Sukabumi terdiri dari dua cara, yaitu :

a. Sistem kanvas kegiatan yang dilakukan oleh sales, umumnya sistem ini

dilakukan jika penjualan berjarak dekat dengan perusahaan.


b. Sistem agen yang dilakukan sales untuk memasarkan tauco, umumnya

dilakukan jika pemasaran berjarak jauh, misalnya di luar kota

Sukabumi.

Tenaga sales yang dimaksud berasal dari perusahaan sehingga merupakan

bagian dari perusahaan. Para sales tersebut dilengkapi dengan kendaraan dan

supir. Jumlah sales yang dimiliki perusahaan saat ini ada dua orang. Para sales

melakukan kegiatan penjualan secara kanvas, yang dalam hal ini memungkinkan

perusahaan untuk mendapatkan pelanggan yang baru. Penjualan secara kanvas

dapat membuka kesempatan bagi perusahaan untuk menjangkau pedagang-


56

pedagang eceran. Untuk lebih jelas, dapat dilihat alur sistem pemasaran yang

dilakukan Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi pada gambar 4.3 sebagai

berikut :

Gambar 4.3
Alur Sistem Pemasaran Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi

Perusahaan Pangan Sejahtera

Agen Pengecer

Pengecer

Perusahaan Pangan Sejahtera

Sumber : Pangan Sejahtera

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kegiatan pemasaran tauco

juga menggunakan tenaga agen (grosir) dan pengecer. Para grosir membeli tauco

dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan pedagang eceran. Akan

tetapi, pelaku pemasaran yang terakhir (pengecer) selama ini juga berperan dalam

penjualan Tauco Cap Cabe Rawit, walaupun para pedagang eceran membeli

tauco dalam jumlah kecil, namun pembelian terhadap produk tauco

mempengaruhi penjualan pada perusahaan.

Tabel 4.4
Wilayah Pemasaran Produk Tauco Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi
57

Wilayah Pasar
Jabotabek Parung, Cibinong, Depok, Keramat Jati,

Citeureup, Cimede dan Cipete Jaktim, Pasar

Minggu, Leuwi Liang, Ciampea, Bogor


Sukabumi Parung Kuda, Cisaat, Caringin, Nyomplong,

Pelabuhan Ratu, Cigombong, Cicurug,

Cibadak
Bandung Ujung Berung, Andir, Caringin, Padalarang,

Leuwi Panjang, Cileunyi


Sumber : Pangan Sejahtera

4.1.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian

Sebelum dilakukan analisis mengenai pengaruh antara variabel independen

dan dependen, terlebih dahulu dideskripsikan masing-masing variabel. Untuk

mendeskripsikan masing-masing variabel tersebut digunakan analisis deskriptif.

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah efisiensi biaya produksi

yang diukur dengan rasio efisiensi dan laba bersih yang diukur dengan selisih

antara pendapatan dengan beban pada Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi.

4.1.2.1 Efisiensi Biaya Produksi Perusahaan Pangan Sejahtera

Biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu

perusahaan untuk memproses atau mengolah bahan baku menjadi barang jadi
58

yang siap jual. Pada perusahaan pangan sejahtera biaya produksi ialah biaya yang

menyangkut kegiatan mengolah kedelai menjadi tauco, biaya produksi ini

merupakan biaya yang rutin dikeluarkan oleh Perusahaan Pangan Sejahtera

Sukabumi.

Biaya produksi pada perusahaan pangan sejahtera sukabumi meliputi biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dalam

pelaksanaannya, biaya produksi memerlukan pengendalian. Secara ekonomi

pengendalian biaya ini bertujuan untuk mengetahui apakah biaya produksi yang

dikeluarkan perusahaan sesuai dan tepat dengan biaya yang telah direncanakan

oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan memerlukan informasi mengenai

efisiensi biaya produksi yang dapat digunakan dalam pengendalian biaya.

Salah satu alat yang digunakan oleh pihak manajemen untuk menilai

efisiensi biaya produksi adalah sistem anggaran. Begitu pula yang dilakukan oleh

Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi dalam menilai efisiensi biaya

produksinya telah menggunakan system anggaran. Pengendalian biaya produksi

dilakukan dengan melakukan analisis terhadap perbedaan biaya produksi yang

dianggarkan dengan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi. Selanjutnya

analisis tersebut dibandingkan dengan anggaran sehingga dapat menjadi dasar

penentuan kinerja manajer. Untuk menghitung efisiensi biaya produksi digunakan

rumus efisiensi biaya produksi sebagai berikut :

AnggaranRealisasi
Rasio Efisiensi = x 100%
Anggaran

(Sugian S, 2006 : 76)


59

Dengan menggunakan rumus yang sama kita dapat menghitung efisiensi

biaya produksi yang terjadi pada perusahaan pangan sejahtera sukabumi dari

tahun 2003 sampai dengan 2012 yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.5
Data efisiensi biaya produksi perusahaan pangan sejahtera sukabumi
Periode 2003-2012

Biaya Produksi
Anggaran Realisasi Efisiensi Peningkatan /
Tahun (Rp) (Rp) Biaya (penurunan)
Produksi (%)
2003 1.134.630.750 1.098.787.300 3,16 -
2004 1.236.261.550 1.187.869.200 3,91 0,75
2005 1.515.610.100 1.450.215.550 4,31 0,40
2006 1.783.229.300 1.736.375.100 2,63 (1,68)
2007 1.968.107.750 1.852.589.450 5,87 3,24
2008 2.385.318.850 2.282.436.200 4,31 (1,56)
2009 2.504.511.000 2.364.932.000 5,57 1,26
2010 2.766.216.370 2.644.964.000 4,38 (1,19)
2011 2.878.914.000 2.787.911.000 3,16 (1,22)
2012 3.141.156.300 2.997.507.090 4,57 1,41
Sumber : Laporan Biaya Produksi Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi

Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas, bisa diketahui rasio efisiensi biaya

produksi Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi pada periode 2003-2012. Secara

menyeluruh dari tahun 2003 sampai 2012 terjadi selisih positif antara anggaran

biaya yang ditetapkan dengan realisasi biayanya atau efisien. Rasio efisiensi biaya

produksi Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi berkisar antara 2,63 % sampai

5,87 %, adapun proses dari anggaran biaya produksi Perusahaan Pangan Sejahtera

Sukabumi periode 2003-2012 sebagai berikut :

Tabel 4.6
60

Data Proses Anggaran Dan Realisasi Biaya Produksi


Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi
Periode 2003 2012

BBB BTKL BOP


Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
Tahun
2003 611.152.000 638.415.000 272.500.00 245.700.00 250.978.75 214.672.30
0 0 0 0
2004 685.508.500 684.500.000 278.253.05 247.700.00 272.500.00 255.669.20
0 0 0 0
2005 912.200.000 882.430.650 299.808.70 273.950.20 303.601.40 293.834.70
0 0 0 0
2006 1.150.002.50 1.088.805.50 305.045.00 284.460.40 328.181.80 363.109.20
0 0 0 0 0 0
2007 1.209.502.50 1.202.506.60 355.500.00 315.500.00 403.105.25 334.582.85
0 0 0 0 0 0
2008 1.355.309.50 1.285.808.50 355.507.85 335.622.70 674.501.50 661.005.00
0 0 0 0 0 0
2009 1.415.002.50 1.357.419.00 387.008.50 349.505.50 702.500.00 658.007.50
0 0 0 0 0 0
2010 1.501.005.30 1.487.500.50 427.209.97 385.905.00 838.001.10 771.558.50
0 0 0 0 0 0
2011 1.539.605.00 1.509.905.00 486.809.00 455.506.00 852.500.00 822.500.00
0 0 0 0 0 0
2012 1.605.502.50 1.582.500.00 580.250.00 558.504.59 955.403.80 856.502.50
0 0 0 0 0 0

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa untuk komponen biaya

produksi yang mengalami ketidakefisiensian ialah pada biaya overhead pabrik.

Dimana perusahaan diharuskan mengeluarkan biaya produksi dalam jumlah besar

dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Disamping itu biaya

produksi untuk bahan baku setiap tahunnya mengalami peningkatan, karena harga

kedelai yang selalu naik.


61

Sedangkan untuk perkembangan efisiensi biaya produksi yang terjadi pada

Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi periode 2003-2012 dapat dilihat pada

grafik berikut :

Efisiensi Biaya Produksi


7

6 5.87
5.57
5
4.38 4.57
4.31 4.31
4 3.91

3 3.16 3.16
2.63
2

0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 4.4
Grafik Perkembangan Efisiensi Biaya Produksi
Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi
Periode 2003 2012

Berdasarkan gambar 4.4 menunjukan bahwa efisiensi biaya produksi

perusahaan pangan sejahtera sukabumi dari tahun 2003 sampai dengan 2012

mengalami fluktuatif. Rasio efisiensi biaya produksi perusahaan pangan sejahtera

sukabumi secara keseluruhan memiliki rata-rata sebesar 4,19 % per tahunnya.

Pada tahun 2003 efisiensi biaya produksi berjumlah 3,16 %, dan terjadi

peningkatan pada tahun 2004 sebesar 3,91 %. Kemudian pada tahun 2005

efisiensi biaya produksi kembali mengalami peningkatan sebesar 4,31 %. Berbeda


62

halnya pada tahun 2006, ini disebabkan oleh adanya kenaikan biaya produksi

yang dikeluarkan perusahaan pada biaya overhead pabrik dan biaya bahan baku.

Dari sepuluh tahun terakhir yang diteliti yaitu tahun 2003 sampai dengan

tahun 2012, nilai efisiensi biaya produksi tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu

sebesar 5,87 %. Hal ini menunjukan bahwa biaya produksi dapat dikendalikan

dengan baik oleh perusahaan, dimana pada tahun tersebut perusahaan dapat

menekan biaya produksi yang dikeluarkan. Namun hal tersebut tidak berlangsung

lama karena nilai efisiensi biaya produksi kembali mengalami penurunan pada

tahun 2008 yaitu sebesar 4,31 %, hal ini disebabkan karena adanya krisis

ekonomi, dimana untuk biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh perusahaan

mengalami peningkatan yang cukup tinggi.

Setelah mengalami penurunan pada tahun 2008, pada tahun 2009 nilai

efisiensi biaya produksi perusahaan mengalami peningkatan sebesar 5,57 %,

namun peningkatan tersebut tidak berlangsung lama, nilai efisiensi biaya produksi

kembali mengalami penurunan setelah itu. Penurunan efisiensi biaya produksi

terjadi pada tahun 2010 sebesar 4,38 % dan menjadi 3,16 % pada tahun 2011, hal

ini dikarenakan makin tingginya biaya produksi yang dikeluarkan oleh

perusahaan, dimana perusahaan tidak mampu untuk mengendalikan biaya

produksinya. Sedangkan untuk tahun selanjutnya yaitu tahun 2012 perusahaan

mulai melakukan pengendalian biaya produksi dengan lebih baik. Hal ini terlihat

dari nilai efisiensi biaya produksi yang mengalami peningkatan sebesar 4,57 %.

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa efisiensi biaya produksi pada

Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi dapat dikategorikan kurang efisien, hal


63

ini ditunjukan dari efisiensi biaya produksi setiap tahunnya masih ada yang

dibawah rata-rata yaitu sebesar 4,19 % dan bersifat fluktuatif.

4.1.2.2 Laba Bersih Perusahaan Pangan Sejahtera

Variabel dependen yang diteliti dalam penelitian ini adalah laba bersih

yang diukur dengan indikator selisih pendapatan dengan beban. Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, laba bersih menunjukan kenaikan bersih atas modal yang

berasal dari kegiatan usaha. Adapun sumber laba bersih yang diperoleh

Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi adalah dari pendapatan penjualan tauco.

Laba bersih dihitung berdasarkan selisih lebih pendapatan dengan beban.

Dengan diketahuinya laba bersih pada Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi ini

dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan Perusahaan Pangan Sejahtera

Sukabumi dalam mengelola usahanya secara efektif dan efisien, karena keinginan

untuk memperoleh laba bersih yang besar merupakan tujuan utama dari setiap

perusahaan.

Berdasarkan laporan laba rugi tahunan perusahaan Pangan Sejahtera

Sukabumi, berikut ini disajikan laba bersih yang dimilki oleh Perusahaan Pangan

Sejahtera Sukabumi :

Tabel 4.7
Data laba bersih perusahaan pangan sejahtera sukabumi
Periode 2003 2012

Tahun Laba bersih Kenaikan / Penurunan


2003 3.325.092.500 -
2004 3.374.603.500 49.511.000
2005 3.577.560.000 202.956.500
64

2006 2.163.400.000 (1.414.160.000)


2007 4.498.189.000 2.334.789.000
2008 4.369.985.000 (128.204.000)
2009 4.472.050.000 102.065.000
2010 3.441.062.500 (1.030.987.500)
2011 3.189.340.000 (251.722.500)
2012 3.345.706.000 156.366.000
Sumber : Laporan Laba Rugi Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, bisa diketahui laba bersih Perusahaan Pangan

Sejahtera Sukabumi pada periode 2003 2012. Laba bersih Perusahaan Pangan

Sejahtera Sukabumi secara keseluruhan memiliki rata-rata sebesar Rp.

3.575.698.850 per tahun. Laba Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi sempat

berada pada nilai terendah yaitu Rp. 2.163.400.000 dan nilai tertinggi yaitu

sebesar Rp. 4.498.189.000. Adapun perkembangan laba bersih Perusahaan Pangan

Sejahtera Sukabumi pada periode 2003 2012 dapat dilihat pada grafik sebagai

berikut :

Laba Bersih
5000000000
4500000000
4000000000
3500000000
3000000000
2500000000
2000000000
1500000000
1000000000
500000000
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 4.5
65

Grafik Perkembangan Laba Bersih


Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi
Periode 2003 2012

Berdasarkan grafik, laba bersih menunjukan pergerakan yang fluktuatif.

Pada tahun 2003 laba bersih perusahaan sebesar Rp. 3.325.092.500, kemudian

untuk tahun berikutnya tahun 2004 sebesar Rp. 3.374.603.500 dan menjadi Rp.

3.577.560.000 pada tahun 2005. Ini menunjukan kinerja perusahaan yang baik

sehingga bisa membuat nilai laba bersih mengalami peningkatan secara terus

menerus dari tahun sebelumnya. Berbeda halnya pada tahun 2006 nilai laba bersih

perusahaan mengalami penurunan sebesar Rp. 1.414.160.000, nilai penurunan ini

merupakan nilai penurunan paling tinggi dimana laba bersih yang diperoleh

perusahaan pangan sejahtera sukabumi hanya sebesar Rp. 2.163.400.000. Hal ini

disebabkan karena naiknya biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Berbeda halnya pada tahun 2007, perolehan laba bersih perusahaan

mengalami peningkatan. Peningkatan perolehan laba bersih tersebut disebabkan

karena biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan efisien dan penjulan tauco

mengalami peningkatan. Laba bersih yang diperoleh perusahaan pada tahun 2007

yaitu sebesar Rp. 4.498.189.000, nilai perubahan kenaikan laba bersih di tahun

tersebut merupakan nilai kenaikan laba bersih tertinggi yaitu sebesar Rp.

2.334.789.000.

Pada tahun 2008 laba bersih perusahaan turun sebesar Rp. 4.369.985.000

dan di tahun 2009 laba bersih yang diperoleh perusahaan mengalami peningkatan

yaitu sebesar Rp. 4.472.050.000. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan mulai

memperbaiki kinerjanya, sehingga dapat meningkatkan laba bersihnya di tahun


66

2009. Namun peningkatan tersebut tidak berlangsung lama, karena nilai laba

bersih pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp. 1.030.987.500, dimana

laba bersih yang diperoleh hanya sebesar Rp. 3.441.062.500. turunnya laba bersih

pada perusahaan masih terjadi hingga tahun 2011, laba bersih yang diperoleh

perusahaan hanya sebesar Rp. 3.189.340.000. Sedangkan pada tahun 2012, laba

bersih pada perusahaan mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp. 3.345.706.000.

Apabila melihat nilai laba bersih perusahaan selama sepuluh tahun terakhir

yang diteliti menunjukan trend laba bersih yang fluktuatif dengan kecenderungan

menurun, dimana pada tahun 2006 laba bersih yang diperoleh turun sebesar Rp.

2.163.400.000, kemudian tahun 2008 laba bersih perusahaan juga mengalami

penurunan sebesar Rp. 4.369.985.000. Selanjutnya penurunan laba bersih juga

kembali terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 344.1062.500 dan turun

menjadi Rp. 3.189.340.000 pada tahun 2011. Hal ini terjadi karena terus

meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan, sementara kinerja

perusahaan kurang baik dalam mengelola biaya produksi.

4.1.3 Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis

4.1.3.1 Analisis Deskriptif

1. Efisiensi Biaya Produksi

Analisis deskriptif efisiensi biaya produksi ini terdiri dari efisiensi biaya

bahan baku, efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead

pabrik. Perhitungan efisiensi biaya produksi adalah dengan menggunakan laporan

biaya produksi pada perusahaan pangan sejahtera sukabumi dari tahun 2003
67

sampai dengan tahun 2012, dengan membandingkan varians dengan anggaran

biayanya. Persentase varians yang besar bahwa pengendalian biaya produksi

semakin efisien. Penentuan nilai efisiensi biaya produksi adalah :

a. Rentang Varians = Varians Terbesar Varians Terkecil


= 5,87 % - 2,63 % = 3,24 %
b. Interval Kelas = 3,24 % : 3 = 1,08 %
2,63 % - 3,71 % = Cukup Efisien (CE) = 1
3,72 % - 4,80 % = Efisien (E) =2
4,81 % - 5,87 % = Sangat Efisien (SE) = 3

Tabel 4.8 menunjukkan perhitungan efisiensi biaya produksi (biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik) dari tahun 2003

sampai dengan tahun 2012.

Tabel 4.8
Perhitungan Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2003 sampai dengan tahun 2012

TAHUN
ANGGARAN REALISASI VARIANS (%) KRITERIA
NILAI
2003 1.134.630.750 1.098.787.300 35.843.450 3,16 CE 1
2004 1.236.261.550 1.187.869.200 48.392.350 3,91 E 2
2005 1.515.610.100 1.450.215.550 65.394.550 4,31 E 2
2006 1.783.229.300 1.736.375.100 46.854.200 2,63 CE 1
2007 1.968.107.750 1.852.589.450 115.518.300 5,87 SE 3
2008 2.385.318.850 2.282.436.200 102.882.650 4,31 E 2
2009 2.504.511.000 2.364.932.000 139.579.000 5,57 SE 3
2010 2.766.216.370 2.644.964.000 121.252.370 4,38 E 2
2011 2.878.914.000 2.787.911.000 91.003.000 3,16 CE 1
2012 3.141.156.300 2.997.507.090 143.649.210 4,57 E 2

2. Laba Bersih

Perhitungan laba bersih ini menggunakan Net Profit Margin yaitu dengan

membanding laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersihnya. Semakin besar

nilai Net Profit Margin, maka semakin tinggi laba bersih yang diperoleh

perusahaan. Penentuan nilai Net Profit Margin adalah :


68

a. Rentang Varians = Varians Terbesar Varians Terkecil


= 69,01 % - 44,45 % = 24,56 %
b. Interval Kelas = 24,56 % : 3 = 8,19 %
44,45 % - 52,64 % = Rendah (R) = 1
52,65 % - 60,84 % = Sedang (S) = 2
60,85 % - 69,01 % = Tinggi (T) = 3

Tabel 4.9 adalah tabel perhitungan laba bersih yang menggunakan rasio

Net Profit Margin dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012.

Tabel 4.9
Perhitungan Net Profit Margin Tahun 2003 sampai dengan tahun 2012

TAHUN NPM (%) KRITERIA NILAI


2003 68,20 T 3
2004 69,01 T 3
2005 64,75 T 3
2006 47,19 R 1
2007 63,76 T 3
2008 62,19 T 3
2009 61,21 T 3
2010 46,98 R 1
2011 44,45 R 1
2012 46,13 R 1

Persentase Net Profit Margin (NPM) dapat terlihat dari tabel 4.2. Tabel ini

menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai laba yang cukup maksimal, yang

dapat dilihat dari rasio NPM yang selalu berada pada kriteria Tinggi dan

Rendah. Dari tabel terlihat bahwa apabila semakin tinggi nilai rasio NPM, maka

akan semakin baik bagi perusahaan, yang artinya perusahaan sudah menghasilkan

laba yang cukup maksimal.

Analisis statistik deskriptif untuk efisiensi biaya produksi, yang terdiri dari

efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead pabrik, yang

berpengaruh pada laba bersih dapat terlihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10
69

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Net Profit Margin 10 1 3 2.20 1.033

Efisiensi Biaya Produksi 10 1 3 1.90 .738

Valid N (listwise) 10

Sumber : Output SPSS 17.00 for windows

Tabel 4.10 merupakan descriptive statistics dari Net Profit Margin dan

efisiensi biaya produksi. Keputusan yang dapat diambil adalah :

1. Jumlah sampel (N) sebanyak 10.


2. Nilai paling kecil (minimum) adalah 1.
3. Nilai paling besar (maximum) untuk net profit margin adalah 3, dan untuk

efisiensi biaya produksi adalah 3.


4. Nilai tengah (mean) untuk net profit margin (2,20) dan untuk efisiensi

biaya produksi (1,90).


5. Standar deviasi untuk net profit margin (1,033), dan untuk efisiensi biaya

produksi (0,738).

4.1.3.2 Analisis Regresi Linier Sederhana

Tabel 4.11 menunjukkan hasil estimasi regresi linier sederhana dengan

pengolahan SPSS 17.00 for windows.

Tabel 4.11
Hasil Estimasi Regresi
70

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2655163176.920 517722981.206 5.129 .001

Efisiensi Biaya 10.112 5.253 .563 1.925 .090


Produksi

a. Dependent Variable: Laba Bersih

Sumber : Output SPSS 17.00 for windows

Output di atas menunjukkan hasil regresi linier sederhana, yaitu persamaan

regresi sebagai berikut :

Y = 2655163176,920 + 10,112X

Dimana :

Y = Laba Bersih

a = Konstanta

X = Efisiensi Biaya Produksi

b = Koefisien Regresi

Interpretasi model :

a. Konstanta sebesar 2655163176,920 menyatakan bahwa jika tidak terdapat

efisiensi biaya produksi, maka laba bersih pada Perusahaan Pangan

Sejahtera Sukabumi adalah 2655163176,920.


b. Koefisien regresi X = 10,112 menyatakan bahwa setiap penambahan

(karena tanda +) Rp 1 efisiensi biaya produksi, maka laba bersih akan

bertambah sebesar Rp 10,112.

4.1.3.3 Uji Klasik (Normalitas)


71

Tujuan uji normalitas ini adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal (Situmorang, dkk.: 2008 : 55).

Analisis ini dapat dilakukan dengan Kolmogrov-Sminorv.

Tabel 4.12

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Efisiensi Biaya
Produksi Laba Bersih

N 10 10

Normal Parametersa,,b Mean 91036908.00 3575698850.00

Std. Deviation 39793275.272 715188798.371

Most Extreme Differences Absolute .158 .199

Positive .158 .199

Negative -.131 -.195

Kolmogorov-Smirnov Z .500 .629

Asymp. Sig. (2-tailed) .964 .823

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS 17.00 for windows

Tabel 4.12 di atas menunjukan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah

0,964 untuk efisiensi biaya produksi dan 0,823 untuk laba bersih, dan di atas nilai

signifikan 0,05. sehingga dapat diambil keputusan bahwa variabel residual

berdistibusi normal.

4.1.3.4 Uji t

Uji t dilakukan untuk menguji secara parsial apakah variabel bebas (X),

yaitu efisiensi biaya bahan baku, efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan

efisiensi biaya overhead pabrik memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial

terhadap variabel terikat (Y), yaitu laba bersih.


72

Kriteria pengujiannya adalah :

H0 : b = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel efisiensi biaya

produksi terhadap variabel laba bersih secara parsial.

Ha : b 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel efisiensi biaya

produksi terhadap variabel laba bersih secara parsial.

Pada penelitian ini t hitung akan dibandingkan dengan t tabel pada

tingkat signifikansi () = 5 %.

Kriteria pengambil keputusannya adalah :

H 0 diterima jika t tabel t hitung t tabel pada = 5 %.

H 0 diterima jika t tabel >t hitung >t tabel pada = 5 %.

Tabel 4.13
Perhitungan Uji t
73

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2655163176.920 517722981.206 5.129 .001

Efisiensi Biaya 10.112 5.253 .563 1.925 .090


Produksi

a. Dependent Variable: Laba Bersih

Sumber : Output SPSS 17.00 for windows

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai t hitung untuk variabel efisiensi

biaya produksi adalah 1,925. Kesimpilan dari tabel 4.13 adalah :

Variabel efisiensi biaya produksi memilki nilai signifikan 0,090 > 0,05

artinya signifikan. Sedangkan t hitung = 1,925 dan t tabel = 1,860 sehingga

t hitung > t tabel , yang artinya memiliki pengaruh yang positif. Maka secara

parsial variabel efisiensi biaya produksi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap laba bersih pada Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi. Hal ini

mengindikasikan bahwa apabila variabel efisiensi biaya produksi ditingkatkan

sebesar satu satuan (Rp), maka laba bersih (Y) akan meningkat sebesar Rp 10.112.

Variabel efisiensi biaya produksi secara parsial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap laba bersih pada Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi,

sehingga dapat dijelaskan pula bahwa jika perusahaan sudah melakukan efisiensi

terhadap biaya produksi dengan baik, yaitu dengan meminimalkan biaya produksi

tersebut ataupun dengan melakukan pengendalian terhadap biaya produksinya,

sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba bersih yang tinggi.


74

4.1.3.5 Koefisien Determinasi

Tabel 4.14

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .563a .317 .231 627125602.611

a. Predictors: (Constant), Efisiensi Biaya Produksi

Sumber : Output SPSS 17.00 for windows

Tabel 4.14 menunjukan bahwa :

1. Nilai R adalah 0,563 yang berarti bahwa hubungan antara efisiensi biaya

tenaga kerja langsung, dan efisiensi biaya overhead pabrik terhadap laba

bersih adalah 56,3 %, artinya memiliki hubungan yang cukup. Berikut ini

adalah tabel hubungan antar variabel.


Tabel 4.15
Hubungan Antar Variabel
Nilai Hubungan
0,0 0,19 Sangat Tidak Erat
0,2 0,39 Tidak Erat
0,4 0,59 Cukup Erat
0,6 0,79 Erat
0,8 0,99 Sangat Erat
Sumber : Situmorang, dkk. (2008)

2. Angka R Square adalah 0,317 atau 31,7 % yang berarti sebesar 31,7 %

faktor-faktor efisiensi biaya produksi dapat dijelaskan oleh variabel terikat,

yaitu laba bersih. Sedangkan sisanya 68,3 % dapat dijelaskan oleh faktor-

faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


3. Nilai Adjusted R Square pada tabel 4.14 menunjukkan proporsi variabel

terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Semakin tinggi nilai

Adjusted R Square, maka akan semakin baik model regresi karena hal ini
75

menandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel

terikat semakin besar. Nilai Adjusted R Square (R2) tersebut adalah 0,231.

Artinya 23,1 % variabel bebas, yaitu efisiensi biaya produksi dapat

dijelaskan oleh variabel terikat, yaitu laba bersih. Sisanya sebesar 76,9 %

dapat dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian

ini.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Efisiensi Biaya Produksi

Efisiensi biaya produksi merupakan keberhasilan suatu perusahaan dalam

meminimalisir sumber daya biaya yang timbul akibat proses produksi dengan

menggunakan sumber daya yang ada namun menghasilkan output yang maksimal,

atau menggunakan sumber daya yang minimum namun menghasilkan produk

yang berkualitas dan sesuai dengan tujuan yang dicapai perusahaan. Dalam

perusahaan manufaktur biaya produksi merupakan salah satu faktor biaya penting

dalam proses produksi suatu produk, yang mana dapat mempengaruhi hasil

kegiatan produksi.

Untuk menilai besarnya nilai efisiensi biaya produksi pada suatu

perusahaan dapat dilihat dengan rasio efisiensi biaya produksi, yaitu dengan

menghitung selisih anggaran biaya produksi dengan realisasi biaya produksinya,

kemudian dibandingkan dengan anggaran biaya produksinya. Rasio efisiensi

biaya produksi ini digunakan untuk mengukur besarnya nilai efisiensi biaya

produksi pada perusahaan yang melakukan proses produksi. Dimana semakin


76

tinggi nilai efisiensi biaya produksi ini, menunjukan perusahaan dapat mengelola

biaya produksinya dengan tepat. Setelah dilakukan perhitungan terhadap efisiensi

biaya produksi, diketahui bahwa nilai efisiensi biaya produksi pada Perusahaan

Pangan Sejahtera Sukabumi periode 2003-2012 berkisar antara 2,63% sampai

5,87% dengan rata-rata sebesar 4,19%. Perolehan efisiensi terendah terjadi pada

tahun 2006, ini menunjukan bahwa pada tahun tersebut tidak adanya disiplin

anggaran yang baik sehingga terdapat biaya produksi yang dikeluarkan tidak

sesuai dengan yang telah dianggarkan sebelumnya.

Terjadinya penurunan efisiensi biaya produksi pada tahun 2006,

menyebabkan perusahaan mulai melakukan perbaikan. Hal ini dapat dilihat dari

rasio efisiensi biaya produksi tahun 2007 yang mengalami peningkatan sebesar

5,87%, peningkatan biaya produksi tersebut merupakan nilai peningkatan efisiensi

biaya produksi paling tinggi.

Rasio efisiensi biaya produksi selama kurun waktu 10 tahun pada

Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi harus menjadi perhatian bagi pihak

perusahaan, dimana perusahaan harus dapat mempertahankan kinerjanya dalam

hal mengelola biaya produksi dengan tepat agar tidak terjadinya pemborosan.

Karena untuk nilai efisiensi biaya produksi yang diperoleh perusahaan dikatakan

kurang efisien, hal tersebut dilihat dari masih adanya nilai dari efisiensi biaya

produksi perusahaan yang kurang dari rata-rata.

Tinggi atau rendahnya efisiensi biaya produksi dipengaruhi oleh peranan

manajemen yang bertugas dalam mengelola dan mengatur pengeluaran biaya

produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, manajemen


77

perusahaan harus mampu melakukan penilaian terhadap efisiensi biaya produksi

secara keseluruhan, yaitu manajemen harus tahu sumber daya mana saja yang

mengalami kenaikan atau penurunan. Penilaian efisiensi biaya produksi dapat

menjadi bahan bagi pihak manajemen untuk melihat adanya indikasi

ketidakberesan dalam suatu pusat pertanggungjawaban. Sehingga dengan

efisiennya penggunaan biaya produksi, maka harga pokok penjualan dapat ditekan

dan pada akhirnya dapat meningkatkan laba bersih.

4.2.2 Laba Bersih

Laba bersih merupakan selisih lebih pendapatan atas beban dan merupakan

kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha. Perusahaan akan

selalu mengoptimalkan kinerjanya untuk memperoleh laba, karena laba dapat

menjamin eksistensi suatu perusahaan. Besarnya atau tingginya perolehan laba

haruslah dicapai sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.

Adapun untuk mengetahui laba bersih yang diperoleh perusahaan ialah

dengan menghitung selisih pendapatan dengan beban. Dengan mengetahui laba

yang diperolah kita bisa mengetahui seberapa efisien kegiatan operasional usaha

suatu perusahaan. Besarnya atau tingginya perolehan laba haruslah dicapai sesuai

dengan harapan dan bukan berarti asal memperoleh keuntungan.

Laba bersih yang dicapai pada Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi

mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya dengan rata-rata setiap

tahunnya mencapai Rp. 3.575.698.850. Setelah melakukan perhitungan terhadap

laba bersih, diketahui bahwa laba bersih Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi
78

tertinggi diperoleh pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 4.498.189.000, hal ini

disebabkan karena biaya produksi yang dikeluarkan efisien dan penjualan dari

tauco mengalami peningkatan, sedangkan untuk penurunan laba bersih terendah

terjadi pada tahun 2006, dimana laba bersih yang diperoleh hanya sebesar Rp.

2.163.400.000. hal ini disebabkan karena biaya produksi yang dikeluarkan

perusahaan mengalami peningkatan, dimana perusahaan belum dapat mengelola

biaya produksinya dengan baik.

Apabila melihat perkembangan laba bersih Perusahaan Pangan Sejahtera

Sukabumi selama sepuluh tahun terakhir, bisa dilihat bahwa trend laba bersih

fluktuatif dan mengalami penurunan. Pada tahun 2006 laba bersih perusahaan

mengalami penurunan sebesar Rp. 2.163.400.000, lalu berselang satu tahun yaitu

pada tahun 2008 laba bersih yang diperoleh perusahaan turun dari Rp.

4.498.189.000 pada tahun 2007 menjadi Rp. 4.369.985.000. Setelah itu terjadi

penurunan lagi pada tahun 2010 sebesar Rp. 3.441.062.500 dan kembali turun

sebesar Rp. 3.189.340.000 pada tahun 2011. Hal ini terjadi karena terus

meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan, sementara untuk

penjualannya sendiri mengalami penurunan. Disamping kinerja perusahaan yang

kurang baik dalam melakukan pengendalian biaya produksi.

4.2.3 Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih

Seperti pada pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa laba

bersih merupakan selisih lebih pendapatan atas beban dan merupakan kenaikan

bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha. Karena untuk sumber utama
79

pendapatan perusahaan berasal dari kegiatan produksi perusahaan yakni

menciptakan suatu barang untuk dijual kepada konsumen. Dimana dalam kegiatan

produksi ini perusahaan mengeluarkan sejumlah biaya yaitu biaya produksi. Biaya

produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk

mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap jual, dimana biaya produksi

ini terdiri dari tiga komponen biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung dan biaya overhead pabrik.

Ketiga komponen biaya produksi ini perusahaan harus melakukan

pengendalian biaya yaitu melalui efisiensi biaya produksi. Karena dengan

melakukan efisiensi biaya produksi perusahaan akan memperoleh laba optimal,

sesuai dengan yang diungkapkan oleh Munawir (2002 : 184) bahwa, langkah-

langkah yang dapat dilakukan manajemen perusahaan untuk mencapai laba yang

optimal ialah dengan menekan biaya produksi atau biaya operasi serendah

mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang

ada.

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi yaitu

analisis regresi linier sederhana menunjukan bahwa efisiensi biaya produksi

berpengaruh terhadap laba bersih sebesar 31,7 % dan sisanya 68,3 % dipengaruhi

oleh faktor lain. Regresi linier sederhana dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh efisiensi biaya produksi terhadap laba bersih dan dengan analisis

ini dapat dilakukan peramalan.

Dari persamaan regresi linier sederhana diperoleh = 2655163176,920 +

10,112X, dapat diketahui nilai konstanta sebesar 2655163176,920 menunjukan


80

bahwa jika tidak terjadi perubahan pada efisiensi biaya produksi, maka laba bersih

pada Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi adalah sebesar Rp.

2.655.163.176,920. Sedangkan tanda positif (+) pada persamaan regresi tersebut

menunjukan adanya koefisien arah regresi yang positif. Hal ini menunjukan

bahwa setiap terjadi kenaikan atau penurunan pada efisiensi biaya produksi akan

meningkatkan atau menurunkan laba bersih. Koefisien regresi sebesar 10,112

menunjukan bahwa kenaikan atau penurunan efisiensi biaya produksi sebesar 1 %

akan meningkatkan atau menurunkan laba bersih sebesar Rp. 10.112.

Selanjutnya untuk melakukan uji keberartian koefisien arah regresi dengan

uji t. Uji t ini dilakukan untuk menarik kesimpulan hipotesis yang diajukan. Dari

hasil perhitungan, diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabel . Maka dapat

disimpulkan bahwa efisiensi biaya produksi berpengaruh terhadap laba bersih.

Setelah melakukan pengujian hipotesis secara statistik untuk mengetahui

pengaruh efisiensi biaya produksi terhadap laba bersih, penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu efisiensi

biaya produksi berpengaruh terhadap laba bersih dapat diterima.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Nakman Harahap dan Dewi Kumala Vera (2008), yang berjudul

pengaruh efisiensi biaya produksi terhadap laba bersih pada PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) Medan bahwa efisiensi biaya produksi memilki pengaruh

positif dan signifikan terhadap laba bersih.

Disamping itu Munawir mengemukakan (2002 : 184) bahwa :


81

Untuk mencapai target laba yang optimal, manajemen perusahaan dapat

mengambil langkah-kangkah sebagai berikut :

1. Menekan biaya produksi atau biaya operasi serendah mungkin dengan

mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang ada.


2. Menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang

dikehendaki.
3. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.

Berdasarkan data-data yang telah dianalisis, maka laba bersih Perusahaan

Pangan Sejahtera Sukabumi mengalami peningkatan disaat perusahaan

mengefisienkan biaya produksi yang dikeluarkan dalam proses produksi dengan

penjualan pada perusahaan mengalami peningkatan sedangkan penurunan laba

bersih terjadi disaat biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk proses produksi

besar dan penjualan pada perusahaan mengalami penurunan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa salah satu cara yang

digunakan untuk mencapai laba bersih optimal adalah dengan melakukan

pengendalian terhadap biaya produksi yaitu melalui efisiensi biaya produksi dan

hipotesis yang diajukan bahwa efisiensi biaya produksi berpengaruh terhadap laba

bersih dalam penelitian ini teruji dan dapat diterima.

Вам также может понравиться