Вы находитесь на странице: 1из 16

Otitis Eksterna

No. ICPC II : H70 Otitis eksterna


No. ICD X : H60.9 Otitis Externa, Unspecified
Tingkat Kemampuan: 4A

Masalah Kesehatan

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Penyakit ini sering dijumpai pada
daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan
kering.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan
Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada telinga, terutama bila daun
telinga disentuh dan waktu mengunyah. Namun pada pasien dengan
otomikosis biasanya datang dengan keluhan rasa gatal yang hebat dan rasa
penuh pada liang telinga.

Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Rasa penuh pada telinga
merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa
dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada otitis eksterna disebabkan edema


kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang
progresif pada otitis eksterna yang lama sehingga sering menyumbat lumen
kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif.

Faktor Risiko
a. Lingkungan yang panas dan lembab
b. Berenang
c. Membersihkan telinga secara berlebihan, seperti dengan cotton bud
ataupun benda lainnya
d. Kebiasaan memasukkan air ke dalam telinga
e. Penyakit sistemik diabetes

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik
a. Nyeri tekan pada tragus
b. Nyeri tarik daun telinga
c. Kelenjar getah bening regional dapat membesar dan nyeri
d. Pada pemeriksaan liang telinga:
1. Pada otitis eksterna sirkumskripta dapat terlihat furunkel atau bisul
serta liang telinga sempit;
2. Pada otitis eksterna difusa liang telinga sempit, kulit liang telinga
terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas serta sekret
yang sedikit.
3. Pada otomikosis dapat terlihat jamur seperti serabut kapas dengan
warna yang bervariasi (putih kekuningan)
4. Pada herpes zoster otikus tampak lesi kulit vesikuler di sekitar liang
telinga.
e. Pada pemeriksaan penala kadang didapatkan tuli konduktif.
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan sediaan langsung jamur dengan KOH untuk otomikosis

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.

Klasifikasi Otitis Eksterna:


a. Otitis Eksterna Akut
1. Otitis eksterna sirkumskripta
Infeksi bermula dari folikel rambut di liang telinga yang disebabkan
oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan furunkel di liang telinga
di 1/3 luar.
2. Otitis eksterna difus
b. Infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri. Umumnya
bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya yaitu
Staphylococcus albus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenes. Danau,
laut dan kolam renang merupakan sumber potensial untuk infeksi
ini.Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di
daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur Pityrosporum, Aspergillus.
Kadang-kadang ditemukan juga kandida albikans atau jamur lain.
c. Herpes Zoster Otikus
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Varicella zoster. Virus ini
menyerang satu atau lebih dermatom saraf kranial.
Diagnosis Banding

a. Otitis eksternanekrotik
b. Perikondritis yang berulang
c. Kondritis
d. Dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis seboroika.

Komplikasi

Infeksi kronik liang telinga jika pengobatan tidak adekuat dapat terjadi
stenosis atau penyempitan liang telinga karena terbentuk jaringan parut

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan
a. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan
berhati-hati.
b. Selama pengobatan sebaiknya pasien tidak berenang dan tidak
mengorek telinga.
c. Farmakologi:
1. Topikal
Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrat diberikan
salep ikhtiol atau antibiotik dalam bentuk salep seperti polymixin
B atau basitrasin.
Pada otitis eksterna difus dengan memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak
yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Pilihan
antibiotika yang dipakai adalah campuran polimiksin B, neomisin,
hidrokortison dan anestesi topikal.
Pada otomikosis dilakukan pembersihan liang telinga dari plak
jamur dilanjutkan dengan mencuci liang telinga dengan larutan
asam asetat 2% dalam alkohol 70% setiap hari selama 2 minggu.
Irigasi ringan ini harus diikuti dengan pengeringan. Tetes telinga
siap beli dapat digunakan seperti asetat-nonakueous 2% dan mkresilasetat.
2. Oral sistemik
Antibiotika sistemik diberikan dengan pertimbangan infeksi yang
cukup berat.
Analgetik paracetamol atau ibuprofen dapat diberikan.
Pengobatan herpes zoster otikus sesuai dengan tatalaksana
Herpes Zoster.
3. Bila otitis eksterna sudah terjadi abses, diaspirasi secara steril untuk
mengeluarkan nanah.

Pemeriksaan Penunjang Lanjutan


Evaluasi pendengaran pada kasus post herpetis zooster otikus.
Rencana Tindak Lanjut
a. Tiga hari pasca pengobatan untuk melihat hasil pengobatan.
b. Khusus untuk otomikosis, tindak lanjut berlangsung sekurangkurangnya
2 minggu.
Konseling dan Edukasi
Pasien dan keluarga perlu diberitahu tentang:
a. Tidak mengorek telinga baik dengan cotton bud atau lainnya.
b. Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang.
c. Penyakit dapat berulang sehingga harus menjaga liang telinga agar
dalam kondisi kering dan tidak lembab.

Kriteria Rujukan

a. Pada kasus herpes zoster otikus


b. Kasus otitis eksterna nekrotikan

Sarana Prasarana

a. Lampu kepala
b. Corong telinga
c. Aplikator kapas
d. Otoskop

Prognosis

Prognosis tergantung dari perjalanan penyakit, ada/tidaknya komplikasi,


penyakit yang mendasarinya serta pengobatan lanjutannya.

OTITIS EKSTERNA

DEFINISI

Otitis Eksterna adalah radang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi
bakteri, jamur dan virus

PREDISPOSISI

1. pH yang meningkat (basa)

2. Udara hangat dan lembab

3. Trauma ringan (mengorek telinga)

OTITIS EKSTERNA AKUT

Dibagi menjadi 2:

1. Otitis eksterna sirkumskripta = furunkel = bisul


2. Otitis eksterna difus

OTITIS EKSTERNA SIRKUMSKRIPTA

Patofisiologi: 1/3 luar Meatus Acusticus Eksternus mengandung adneksa kulit: folikel
rambut, kelenjar sebasea, kelenjar serumen pada tempat itu dapat terjadi furunkel

Etiologi: Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus

Gejala:

1. Nyeri hebat tidak sesuai dengan besar bisul (karena tidak ada jaringan longgar)

2. Nyeri spontan timbul saat membuka mulut (sendi temporomandibularis)

3. Gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat MAE

Terapi:

1. Jika sudah jadi abses di aspirasi untuk mengeluarkan nanahnya

2. Lokal diberi salep AB (polymixin B, bacitracin) atau antiseptik (asam asetat 2,5%
dalam alkohol)

3. Jika dinding furunkel tebal insisi pasang drain

4. Simptomatik untuk nyeri

OTITIS EKSTERNA DIFUS

1. Biasanya mengenai 2/3 dalam MAE

2. Kulit MAE hiperemis dan edema

3. Etiologi: Pseudomonas, Staphilococcus albus, Escherichia coli

Gejala:

1. Nyeri tekan tragus

2. Liang telinga sangat sempit

3. Kel limfe regional membesar dan nyeri tekan


Terapi:

1. Membersihkan liang telinga

2. Memasukan tampon yang diberi AB

3. Kalau perlu AB sistemik

OTITIS EKSTERNA KRONIS

Etiologi:

Infeksi bakteri atau jamur yang tidak diobati dengan baik

Iritasi kulit akibat: cairan otitis media, trauma berulang, benda asing, penggunaan
hearing aid

Gejala:

Stenosis akibat sikatriks (parut)

Terapi:

Operasi rekonstruksi liang telinga

2.1 PENGERTIAN
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran
dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara
tergantung pada kemampuan mendengar.
Trauma telinga adalah kompleks, sebagai agen berbahaya yang berbeda dapat
mempengaruhi berbagai bagian telinga. Para agen penyebab trauma telinga termasuk faktor
mekanik dan termal, cedera kimia, dan perubahan tekanan. Tergantung pada jenis trauma,
baik eksternal, tengah, dan / atau telinga bagian dalam bisa terluka.
2.2 ETIOLOGI
Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan alat-alat
pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang tertinggal di dalam
telinga.
Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam telinga contoh
masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
2.3 MENIFESTASI KLINIS
Efek dari trauma tersebut tersebut ke adalah dapat berkisar dari tanpa gejala sampai
dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.
Trauma liang telinga umumnya disebabkan oleh kesalahan sewaktu membersihkan
telinga dengan cotton bud atau alat pembersih telinga lainnya. Akibatnya terjadi luka atau
hematoma pada kulit liang telinga.
Merasa tidak enak ditelinga :
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga merasa tidak
enak, dan banyak orang yang malah membersihkan telinganya, padahal membersihkan akan
mendoraong benda asing yang masuk kedalam menjadi masuk lagi.
Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja membuat telinga
terasa tersumbat.
Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas
sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
Rasa nyeri telinga (otalgia)
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.
2.4 KOMPLIKASI
Akibat Trauma telinga yaitu akan terjadi komplikasi, yaitu tulang rawan hancur dan
menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lisut (cauliflower ear).(Helmi Sosialisman
dkk,2004)
2.5 PATOFISIOLOGI
1. Trauma liang telinga umumnya disebabkan oleh kesalahan sewaktu membersihkan telinga
dengan cotton bud atau alat pembersih telinga lainnya. Akibatnya terjadi luka atau hematoma
pada kulit liang telinga.
2. Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor antara lain pada
anak anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut, factor kecerobohan misalnya
menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun
lidi.
3. Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius eksternus akan
menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien akan berusaha mengeluarkan
benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk mengeluarkan benda asing
tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda tersebut ke bagian tulang kanalis
eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane timpani. Akibat dari
laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan menyebabkan gangguan pendengaran ,
rasa nyeri telinga atau otalgia dan kemungkinan adanya risiko terjadinya infeksi.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Mekanisme :
-Bersihkan serumen
-Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
- Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
- Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang gendang.
- Kemungkinan gendang mengalami robekan.
II. Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana:
-Lepaskan semua alat bantu dengar
-Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
-Berdirilah dengan jarak 30 cm
-Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
-Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam
III. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
Uji weber:
-Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
-Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
-Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
-Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS
Pasien diistirahatkan duduk atau berbaring
Atasi keadaan kritis ( tranfusi, oksigen, dan sebagainya )
Bersihkan luka dari kotoran dan dilakukan debridement,lalu hentikan perdarahan
Pasang tampon steril yang dibasahi antiseptik atau salep antibiotik.
Periksa tanda-tanda vital
Pemeriksaan otoskopi secara steril dan dengan penerangan yang baik, bila mungkin dengan
bantuan mikroskop bedah atau loup untuk mengetahui lokasi lesi.
Pemeriksaan radiology bila ada tanda fraktur tulang temporal. Bila mungkin langsung dengan
pemeriksaan CT scan.
2.8 PENCEGAHAN
Higienisitas yang baik seperti mencuci tangan secara teratur, dapat mencegah terjadinya
infeksi aurikula, pasien dilarang menyentuh telinganya dan kuku harus dipotong pendek.
(Helmi Sosialisman dkk,2004)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
3.1.2. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri, apalagi jika daun telinga disentuh. Didalam
telinga terasa penuh karena adanya penumpukan serumen atau disertai pembengkakan.Terjadi
gangguan pendengaran dan kadang-kadang disertai demam.Telinga juga terasa gatal.
Riwayat penyakit sekarang
Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian,
pertolongan segera yang diberikan setelah kejadian
Riwayat penyakit dahulu
Pernah mengalami nyeri pada telinga sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada salah satu keluarga yang mengalami sakit telinga.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Inspeksi keadaan umum telinga, pembengkakan pada MAE (meatusauditorius eksterna)
perhatikan adanya cairan atau bau, warna kulit telinga,penumpukan serumen, tonjolan yang
nyeri dan berbentuk halus, serta adanya peradangan.
Palpasi
Palpasi, Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeridari
klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksternasirkumskripta (furunkel).
PENGERTIAN
1. Trauma telinga adalah trauma yang dapat terjadi berbagai cidera traumatika yang nyeri pada
aurikula, meatus akustikus eksterna dan membran timpani. (Cody, Kern, Pearson. 1991: 104)
2. Trauma telinga tengah adalah perforasi membran timpani yang dapat disebabkan oleh
perubahan tekanan mendadak-barotrauma, trauma ledakan-atau karena benda asing dalam
liang telinga (aplikator berujung kapas, ujung pena, klip kertas, dll). (Adams. 1997: 95)
3. Trauma telinga adalah tuli yang disertai gambaran atoskopik yang dapat disebabkan oleh
berbagai jenis trauma, meliputi kompresi udara mendadak, udara di meatus akustikus
eksternus, masuknya benda asing ke dalam telinga mserta trauma kapitis yang menyebabkan
fraktura os temporale. (Cody, Kern, Pearson. 1991: 90)
4. Trauma pada sistem pendengaran adalah trauma pada daun telinga yang dapat terjadi
pada waktu bertinju atau akibat kecelakaan.(Harold. 1992)

II. ETIOLOGI
1. Menurut Soepardi (2000: 30), penyebab utama dari trauma telinga antara lain:
a. Kecelakaan lalu lintas
b. Perkelahian
c. Kecelakaan dalam bidang olahraga
d. Luka tembak
e. Kebiasaan mengorek kuping
2. Menurut Cody, Kern, Pearson (1991: 90), penyebab utama trauma telinga yaitu:
a. Kompresi mendadak udara di liang telinga.
b. Adanya benda-benda asing (misal: kapas lidi atau ranting-ranting pohon).
c. Trauma kapatis yang menyebabkan fraktur os temporale.
3. Menurut Adams (1997: 84, 95, 131), penyebabnya antara lain:
a. Kebiasaan mengorek kuping dengan jari atau suatu alat seperti jepit rambut/klip kertas.
b. Perubahan tekanan mendadak-barotrauma, trauma ledakan- atau karena benda asing dalam
liang telinga (aplikator berujung kapas, ujung pena, klip kertas, dll).
c. Terpapar bising/suara industri yang berintensitas tinggi dan lamanya paparan.

III. KLASIFIKASI
Menurut Soepardi (2000: 30-31) dan Harold (1992):
1. Trauma Daun Telinga (liang telinga luar)
Trauma daun telinga mungkin dapat terjadi pada waktu bertinju atau akibat suatu kecelakaan,
akibatnya timbul hematom di bawah kulit. Apabila hal ini terjadi, maka diperlukan beberapa
kali aspirasi untuk mencegah terjadinya deformitas pada daun telinga (couliflower ear).
Sebagai akibat timbulnya proses organisasi bekuan darah di bawah kulit. Yang sering ditemui
adalah edem laserasi, hilangnya sebagian atau seluruh daun telinga dan perdarahan. Pada
pemeriksaan ditemukan rasa sakit, edema yang hebat pada liang telinga sering menyebabkan
gangguan pendengaran, laserasi, luka robek dan hematom. Hematom terbentuk di antara
perikondrium dan kondrium.
2. Trauma Os Temporal
Pada beberapa jenis trauma dapat menyebabkan depresi mendadak pada fungsi vestibular,
dengan akibat terjadi episode vertigo hebat yang berlarut-larut. Suatu kecelakaan selama
tindakan untuk memperbaiki tuli konduktif atau untuk menghilangkan penyakit ini di celah
telinga tengah dapat menyebabkan kerusakan telinga dalam. Pada trauma tulang temporal
terdapat hematom, laserasi atau luka tembak. Pada permukaan radiologi terlihat garis fraktur.
Garis fraktur dapat longitudinal, transversal atau campuran. Fraktur longitudinal ditemukan
pada 8 % kasus akan merusak struktur telinga tengah sehingga terjadi tuli konduktif akibat
dislokasi tulang-tulang pendengaran. Terjadi perdarahan pada meatus akustikus eksternus.
Bila terdapat cairan serebrospinal merupakan tanda adanya fraktur basil krani, pada kasus ini
jarang terjadi kontusio telinga dalam.
Fraktur transversal ditemukan pada 20 % kasus, mengenai os petrosum, telinga dalam
sehingga terjadi sensory-neural hearing loss, vertigo dan ditemukan timpanum.

IV. PATOFISIOLOGI
Tuli yang disertai gambaran otoskopik dapat disebabkan oleh berbagai jenis trauma, meliputi
kompresi mendadak udara di meatus akustikus eksternus, masuknya benda asing ke dalam
telinga serta trauma kapitis yang menyebabkan fraktura os temporale. Penyebab yang
pertama, kompresi mendadak udara di liang telinga. Suatu kejadian yang tampaknya ringan,
seperti tamparan pada telinga mungkin cukup menyebabkan ruptura membran timpani.
Pasien akan mengalami nyeri telinga yang hebat dan terdapat perdarahan yang bervariasi
pada tepi perforasi. Dapat timbul tuli konduktif dengan derajat yang tergantung atas ukuran
dan lokasi perforasi.
Penyebab yang kedua yaitu masuknya benda-benda asing, seperti kapas lidai atau ranting-
ranting pohon, bila masuk ke dalam meatus akustikus eksternus dapat menimbulkan cidera
yang terasa nyeri, bervariasi dari laserasi kulit liang telinga sampai destruksi total teinga
dalam. Pada trauma hebat, dapat terjadi perforasi membran timpani disertai perdarahan dan
disrupsi tulang-tulang pendengaran, serta pasien akan mengalami episode vertigo hebat
berlarut-larut disertai gejala penyertanya, yang menunjukkan terkenanya telinga dalam.
Trauma yang kurang berat yang menyebabkan tuli konduktif berupa perforasi membran
timpani dengan atau tanpa dislokasi tulang-tulang pendengaran. (Cody, Kern, Pearson, 1991:
90)

V. MANIFESTASI KLINIK
1. Menurut Soepardi (2000: 30), manifestasi klinik trauma telinga antara lain:
a. Edema
b. Laserasi
c. Luka robek
d. Hilangnya sebagian/seluruh daun telinga
e. Perdarahan
f. Hematom
g. Nyeri kepala
h. Nyeri tekan pada kulit kepala
i. Fraktur tulang temporal
2. Menurut Adams (1997: 95), manifestasi klinik trauma telinga antara lain:
a. Nyeri
b. Sekret berdarah dari telinga
c. Gangguan pendengaran
d. Gangguan kesadaran
e. Hematoma subdural/epidural/kontusi

VI. KOMPLIKASI
1. Tuli Konduktif
Terjadi karena adanya perforasi membran timpani dengan atau tanpa dislokasi tulang-tulang
pendengaran.
2. Paralisis Wajah Unilateral
Terjadi karena trauma yang mengenai nervus fasialis di sepanjang perjalanannya melalui os
temporale sehingga dapat menyebabkan paralisis wajah unilateral.
3. Vertigo Hebat
Disebabkan oleh berbagai jenis trauma yang dapat menyebabkan depresi mendadak pada
fungsi vestibular, sehingga terjadilah vertigo yang mendadak, hebat dan berlarut-larut.
4. Kehilangan Kesadaran
Terjadi karena kehilangan fungsi vestibular unilateral mendadak dan biasanya cideranya
cukup hebat sehingga pasien akan mengalami periode kehilangan kesadaran.
5. Nistagmus
Nistagmus merupakan sesuatu yang khas bagi kehilangan fungsi vestibular unilateral
mendadak.(Cody, Kern, Pearson. 1991: 23)

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Rontgenogram Tengkorak Rutin
Mungkin memperlihatkan fraktura os temporale, tetapi sering tidak ditemukan.
2. Rontgenogram Stereo Atas Basis Tengkorak dan Tomogram
Diperlukan untuk mengidentifikasi fraktura.
3. Tes Audiometri
Dapat menunjukkan tuli sensorineural lengkap di elinga yang terkena. Tes audiometri harus
dilakukan untuk mengetahui jumlah sisa pendengaran di telinga yang terkena jika terdeteksi.
4. Tes Kalori
Akan menunjukkan hilangnya fungsi vestibular. Tetapi tes kalori tidak boleh dilakukan bila
terdapat atorea.(Cody, Kern, Pearson. 1991: 24)

VIII. PENATALAKSANAAN
Trauma Telinga Luar
Luka akibat trauma tajam baik di tulang rawan maupun di kulit dijahit kembali,
kemudian diberi pembalut. Pada luka daun telinga sedapat mungkin tulang rawan ditutup
dengan kulit untuk mencegah terjadinya kondritis yang sangat nyeri dan dapat
mengakibatkan nekrosis tulang rawan. Jika luka tidak dapat langsung ditutup, daun telinga
harus ditutup dengan flap kulit dari retroaulikuler sehingga rawan telinga tertutup kulit untuk
beberapa waktu. Setelah luka sembuh, dapat direncanakan bedah rekonstruksi. Daun telinga
yang tercabik dapat dicangkokkan kembali dengan menjahit perikondrium segera dan kedua
sisi kulit bila bagian yang tercabik tidak hancur.
Trauma tumpul pada daun telinga dapat mengakibatkan timbulnya othemortoma
(hematoma pada telinga). Othematoma harus ditangani secara agresif karena pungsi sering
menimbulkan residif. Sebaiknya dilakukan insisi dan evakuasi hematomnya, agar kulit dan
perikondrium dapat melekat. Kemudian ditekan selama sepuluh hari dengan pembalut dan
kassa pada bagian depan dan belakang telinga yang seanteronya ditekan dengan balutan
sekeliling kepala (Sjamsuhidajat, 1998: 470).
Menurut Supardi (2000: 30-32), penatalaksanaan pada trauma pada sistem
pendengaran adalah:
Tempat terjadinya laserasi dan luka dibersihkan secara sempurna dari kotoran dan
dilakukan debridemen, hentikan perdarahan. Perdarahan dari liang telinga dibersihkan,
sumber perdarahan dicari dan dihentikan. Dipasang tampon steril yang dibasahi antiseptik
atau salep antibiotik. Tampon dipertahankan 2-3 hari, bila waktu tampon dibuka masih terjadi
perdarahan, tampon ulang dipasang lagi.
Hematoma yang terjadi bila kecil diobservasi, bila besar perlu dilakukan evaluasi dan
pasang bidai penekan, hal ini membutuhkan waktu yang lebih lama. Bila timbul rasa sakit
berarti bidai penekan tersebut terlalu kencang dan komplikasi yang dapat terjadi adalah
perikondritis. Diberikan antibiotik ampisilin atau amoksilin sesuai dosisnya.
Cegah masuknya infeksi melalui telinga dengan memasang tampon yang dibasahi
antibiotik. Bila ditemukan cairan serebrospinal, tampon telinga diberi obat Sulfa. Bila cairan
serebrospinal tampon telinga masih ditemukan sesudah 7-l0 hari, hal ini biasanya disebabkan
oleh fraktur fosa kranio medialis, untuk ini harus dilakukan eksplorasi dengan bantuan bedah
syaraf.
Menurut Cody, Kern, Pearson (1991: 24-25):
1. Terapi pada trauma os temporal
Pasien harus dirumahsakitkan dan diberikan cairan infus IV. Kasus cedera multipel harus
diterapi sesuai derajat keparahanya. Pasien harus diobservasi dengan teliti bagi tanda-tanda.
hematoma subdural dan tidak boleh memberikan obat-obatan untuk menekan vertigo dan
sedativa. Sampai keadaan pasien stabil.
Bila kerusakan hanya pada telinga dalam, maka terapi serupa seperti kasus neuronitis
vestibulari. Bila terjadi robekan pada membran timpani, maka tepi-tepi perforasi harus
disatukan kembali secepat keadaan pasien memungkinkan.
Adanya atore CSS menimbulkan resiko tinggi untuk meningitis. Pada keadaan ini, telinga
harus diperiksa dengan teknik steril, dan harus dihindarkan manipulasi pada telinga tersebut.
Berikan pembalut steril ke telinga, dan pasien harus diterlentangkan dengan kepala
ditinggikan bersama diinstruksi tidak boleh berbaring. Pada sisi yang terkena harus diberikan
antibiotika berspektrum luas. Pada kebanyakan kasus, kebocoran CSS akan berhenti spontan
dalam beberapa hari. Bila tidak berhenti, mungkin diperlukan mastoidektomi dan perbaikan
kebocoran tersebut.
2. Terapi pada trauma karena adanya benda asing yang masuk ke telinga
Pasien harus dirumahsakitkan dan diterapi sebagai kegawatdaruratan bedah. Setelah dimulai
infus IV, harus diberikan antibiotika dan obat-obatan anti vertigo. Antibiotika dapat berupa
penisili parenteral, obat untuk mendepresi vertigo. Secepat mungkin dilakukan eksplorasi
bedah pada telinga yang biasanya dilakukan dengan anestesi lokal, melalui meatus akustikus
eksternus. Stapes yang telah didislokasi ke dalam telinga dalam harus dikeluarkan, dan
kadang-kadang bila tidak fraktur, dapat dikembalikan ke posisi yang normal. Bila tidak
mungkin melakukan perbaikan, mungkin diperlukan penggantian dengan prosetesa. Tetapi
bila stapes telah rusak, maka mungkin inkus juga telah terkena pula dan hubungan antara
maleus dan foramen ovale mungkin harus terbentuk kembali. Segera menutup foramen ovale
dan memperbaiki cacat pada tulang-tulang pendengaran akan menghindarkan kemungkinan
labirinitis supurativa, menawarkan kemungkinan penyelamatan pendengaran yang
bermanfaat, dan kemudian akan memperpendek episode vertigo. Jelas bila trauma telah
merusak seluruh telinga dalam, maka kedua tujuan akhir itu tidak dapat dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, George L. (1997). Boles: buku ajar penyakit THT. Jakarta: EGC.

Cody, D Thane, Kern, Eugene & Pearson, W Bruce. (1991). Penyakit telinga hidung dan
tenggorokan. Jakarta: EGC.

Doengoes, M.E., Moorhouse, Many Frances, & Geissler, Alice CC. (1999). Rencana asuhan
keperawatan:pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. edisi 3.
Jakarta: EGC.

Haryani, Ani. (2004). Nursing diagnosis a guide to planning care. 4th ed.

Harold, Ludman. (1992). Petunjuk penting pada penyakit THT. Jakarta: Hipokrates.
Ignativicius, Donna D., Bayne, Marilynn V. (1991). Medical surgical nursing: a nursing process
approach. Philadelphia: WB Saunders Company.

Nanda. (2001). Nursing diagnosis: definition and classification, 2001-2002. Philadelphia: North
American Nursing Diagnosis Association.

Priharjo, Robert. (1996). Pengkajian kepala dan leher. Dalam 4 Asih, Ni Luh Gede.

Smeltzer, Suzzane C., Bare G. Brenda. (2000). Brunner and Suddarts: textbook of medical-surgical
nursing. Philadelphia: Lippincett.

Вам также может понравиться