Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung kongenital di Indonesia ikut bertanggung jawab terhadap besarnya
mortalitas dan morbiditas pada anak khususnya balita, di samping penyakit lain, misalnya
penyakit infeksi. Penyakit jantung bawaan sekitar 1% dari keseluruhan bayi lahir hidup
dan merupakan penyebab utama akibat kecacatan sewaktu kelahiran. Sebagian besar
pengidap PJB tersebut meninggal dunia ketika masih bayi kecuali masalah ini dapat
dideteksi lebih awal sehingga penanganan baik terhadap penyakit utama maupun penyakit
penyerta dapat lebih optimal.
Telah disebutkan bahwa penyakit jantung bawaan terjadi sekitar 1% dari keseluruhan
bayi lahir hidup atau sekitar 6-8 per 1000 kelahiran. Pada negara Amerika Serikat setiap
tahun terdapat 25.000-35000 bayi lahir dengan PJB. Terdapat hal menarik dari PJB yakni
insidens penyakit jantung bawaan di seluruh dunia adalah kira-kira sama serta menetap
dari waktu-waktu. Meski demikian pada negara sedang berkembang yang fasilitas
kemampuan untuk menetapkan diagnosis spesifiknya masih kurang mengakibatkan
banyak neonatus dan bayi muda dengan PJB berat telah meninggal sebelum diperiksa ke
dokter.
Pada negara maju sekitar 40-50% penderita PJB terdiagnosis pada umur 1 minggu dan
50-60% pada usia 1 bulan. Sejak pembedahan paliatif atau korektif sekarang tersedia
untuk lebih 90% anak PJB, jumlah anak yang hidup dengan PJB bertambah secara
dramatis, namun keberhasilan intervensi ini tergantung dari diagnosis yang dini dan
akurat. Oleh sebab itu insidens penyakit jantung bawaan sebaiknya dapat terus
diturunkan dengan mengutamakan peningkatan penanganan dini pada penyakit jantung
bawaan tetapi juga tidak mengesampingkan penyakit penyerta yang mungkin diderita.
Hal ini ditujukan untuk mengurangi angka mortalitas dan morbisitas pada anak dengan
PJB.
Atrial Septal Defect (ASD) atau defek septum atrium adalah kelainan akibat adanya
lubang pada septum intersisial yang memisahkan antrium kiri dan kanan. Defek ini
meliputi 7-10% dari seluruh insiden penyakit jantung bawaan dengan rasio perbandingan
penderita perempuan dan laki-laki 2:1.
Diagnosa dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik yakni dengan askultasi
ditemukan murmur ejeksi sistolik di daerah katup pulmonal di sela iga 2-3 kiri
parasternal. Selain itu terdapat juga pemeriksaan penunjuang seperti elektrokardiografi
(EKG) atau alat rekam jantung, foto rontgen jantung, MRI, kateterisasi jantung,
angiografi koroner, serta ekokardiografi. Pembedahan dianjurkan untuk semua penderita
yang bergejala dan juga yang tidak bergejala dan penutupan defek tersebut dilakukan
pada pembedahan jantung terbuka dengan angka mortalitas kurang dari 1%.
Defek septum ventrikel atau Ventricular Septal Defect (VSD) merupakan kelainan
berupa lubang atau celah pada septum di antara rongga ventrikal akibat kegagalan fusi
atau penyambungan sekat interventrikel. Defek ini merupakan defek yang paling sering
dijumpai, meliputi 20-30% pada penyakit jantung bawaan.
Pada pemeriksaan fisik, terdengar intensitas bunyi jantung ke-2 yang menigkat,
murmur pansistolik di sela iga 3-4 kiri sternum dan murmur ejeksi sistolik pada daerah
katup pulmonal. Terapi ditujukan untuk mengendalikan gejala gagal jantung serta
memelihara tumbuh kembang yang normal. Jika terapi awal berhasil, maka pirau akan
menutup selama tahun pertama kehidupan. Operasi dengan metode transkateter dapat
dilakukan pada anak dengan risiko rendah (low risk) setelah berusia 15 tahun.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Agar Mahasiswa/i Ners tingkat II mampu memahami asuhan keperawatan


pada klien dengan gangguan Kardiovaskuler : Atrial Septal Defect (ASD) & Ventrikel
Septal Defect

1.3 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar medik asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan Kardiovaskuler : Atrial Septal Defect (ASD) & Ventrikel
Septal Defect
2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar keperawatan asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan Kardiovaskuler : Atrial Septal Defect (ASD) &
Ventrikel Septal Defect

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep dasar medik


2.1.1 Pengertian
Defek septum atrium (atrial septal defect,ASD) adalah penyakit jantung bawaan
berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antara serambi) yang terjadi karena
kegagalan funsi septum interatrial semasa janin. ASD adalah suatu lubang pada dinding
(septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan). Kelainan
jantung ini mirip seperti VSD, tetapi letakkebocoran di septum antara serambi kiri dan kanan.
Kelainan ini menimbulkan keluhan yang lebih ringan dibandingkan VSD. (Reni, 2014).
Defek septum ventrikel (ventrikel septal defect, VSD) adalah suatu keadaaan
abnormal, yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan kanan. Penyakit ini merupakan
penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan, yaitu 30% dari semua PJB. Pada
sebagian kasus, diagnosis kelainan ini ditegakkan setelah melewati masa neonatus, karena
minggu-minggu pertama bising yang bermakna biasanya belum terdengar karena resistensi
vaskular paru masih tinggi dan akan menurun setelah 8-10 minggu. (Reny, 2014)

2.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi lubang, defek septum atrium diklasifikasikan dalam tiga tipe, yaitu
ostium primum, ostium sekundum, dan defek sinus venosus. Pada ostium primum, lubang
terletak pada bagian bawah septum dapat disertai kelainan katup mitral. Lubang terletak
ditengah septum pada kondisi ostium sekundum. Pada defek sinum venosusu, lubang terletak
diantara vena kava superior dan atrium kanan. (Reny, 2014)

2.1.3 Etiologi
Penyebab pasti defek septum atrium & defek septum ventrikel belum diketahui, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
ASD & ASV,yaitu faktor prenatal dan faktor genetik.
1. Faktor prenatal
a. Ibu menderita infeksi rubela
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderi IDDM
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah dan ibu menderita PJB
c. Kelaianan kromosom misalnya sindrom Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain .(Reny,2014)

2.1.4 Patofisiologi
Adanya katub trikuspidalis dan terbentuknya ventrikel kanan teratrialisasi
menyebabkan terjadinya pembesaran atrium kanan. Katup tikuspidalis ini tidak mampu
bekerja untuk menutup sempurna sehingga terjadi regurgitasi darah dari ventrikel kanan,
kejadian ini yang menyebabkan pembesaran atrium. Dengan adanya penambahan volume
terjadi juga peningkatan tekanan pada atrium kanan sehingga terjadilah patensi foramen
ovale dan akhirnya pirau kanan dan kiri. (Reny, 2014)
Ruangan ventrikel kanan teratrialisasi lebih banyak menghambat arus darah yang
menuju ruangan funsional ventrikel kanan dan arus keluar ventrikel kanan. Perbedaan
tekanan dan kontraksi, ruangan ini relatif mengahambat arus darah dari ventrikel kanan
menuju arteri pulmonalis. (Reny, 2014)
Hambatan yang terjadi pada arus keluar ventrikel akan diperberat dengan tidak
efektifnya proses kontraksi ventrikel kanan, menyebabkan curah jantung kanan menurun,
yang juga menurunkan ambilan oksigen. Hal ini memacu otak untuk lebih memacu kerja
pernapasan dan jantung. Maka terjadilah takikardia dan napas cepat serta dangkal, terjadi
juga pacuan untuk lebih memproduksi darah. (Reny, 2014)
Defek septum ventrikel menyebabkan tekanan ventrikel kiri dan meningkat dan
resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal sehingga
darah mengalir ke arteri pulmonal melalui defek septum. (Reny, 2014)

Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru.
Dengan demikian, tekanan di ventrikel kanan meningkat akibat adanya pirau dari kiri ke
kenan. Hal ini akan mengakibatkan risiko terjadinya endokarditis dan mengakibatkan
terjadinya hipertropi otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan beban
kerja sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi beban kerja, terjadi pembesaran atrium
kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak
sempurna. (Reny, 2014)

Pada VSD berukuran kecil hanya terjadi pirau dari kiri ke kanan yang minimal
sehingga tidak terjadi gangguan hemodinamik yang berarti. Pada VSD ukuran sedang dan
besar terjadi pirau yang bermakna dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Pada beberapa hari
pertama pasca lahir belum terdapat pirau kiri ke kanan yang bermakna karena resistensi
vaskuler paru masih tinggi, hal ini menyebabkan bising baru terdengar beberapa hari hingga
beberapa minggu setelah bayi lahir. Pirau kiri ke kanan yang besar menyebabkan
menyebabkan tekanan ventrikel kanan, yang bila tidak terdapat obstruksi jalan keluar
ventrikel kanan akan diteruskan ke arteri pulmonalis. Pada defek besar terjadi perubahan
hemodinamik akibat peningkatan tekanan terus-menerus pada ventrikel kanan yang
diteruskam ke arteri pulmonalis. Pada suatu saat terjadi perubahan dari pirau kiri ke kanan
menjadi kanan ke kiri sehingga pasien menjadi sianosis, ini disebut sebagai sindrom
Eisenmenger. (Reny, 2014)
2.1.5 Manifestasi Klinik
Sebagian besar penderita ASD tidak menampakan gejala (asimptomatik) pada masa
kecil, kecuali pada ASD besar yang dapat menyebabkan kondisi gagal jantung di tahun
pertama pada kehidupan sekitar 5% penderita. Kejadian gagal jantung meningkat pada
dekade ke-4 dan ke-5, dengan disertai adanya gangguan aktivitas listrik jantung (aritmia).
(Reny, 2014)
Gejala yang mencul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah adanya infeksi saluran
napas bagian bawah berulang ditandai dengan batuk dan panas yang hilang timbul (tanpa
pilek). Selain itu, gejala gagal jantung (pada ASD besar) dapat berupa sesak napas, kesulitan
menyusu, gagal tumbuh kembang pada bayi atau cepat kelelahan saat aktivitas fisik pada
anak yang lebih besar. (Reny, 2014)
Gejala ASD dapat berupa sering mengalami infeksi saluran napas, dispnea, sesak
napas ketika beraktivitas, palpitasi, dan aritmia. Pada kelainan yang sifatnya ringan hingga
sedang, mungkin sama sekali tidak ditemukan gejala atau gejala baru muncul pada usia
pertengahan. (Reny, 2014)
Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami VSD tergantung pada besar
kecilnya defek (lubang). Tanda khas yang terjadi pada penderita adalah murmur pansistolik
keras dan kasar, umumnya paling jelas terdengar pada tepi kiri bawah sternum. Pada VSD,
ventrikel kanan bekerja terlalu berat sehingga menyebabkan hipertrofi dan pembesaran
jantung yang nyata. Selain itu, dengan meningkatnya resistensi vaskular paru sering terjadi
dispnea dan infeksi paru. Klien juga dapat menunjukkan tanda sianosis, pertumbuhan
terganggu, dan kesulitan makan. (Reny, 2014)

2.1.6 Pathway
Terbukanya foramen ovale (septum) setelah lahir
Berat bdan tidak bertambah Faktor prenatal &
genetik

Darah dari atrium kanan mengalir ke atrium kiri

Gangguan
Volume darah pertukaran
pada atriumgas Volume darah atrium kanan meningkat
kiri menurun

Volume
Volume darah pada ventrikel kiridarah ventrikel
menurun Katupkanan meningkat
trikuspidalis tidak dapt menutup sempurn

Penurunan curah jantung


Curah jantung pada aliran sistemik menurun
Volume arteri pulmonalis meningkat
Regurgitasi ventrikel kanan ke atrium

Penurunan suplai O2 ke seluruh


Peningkatan
tubuhkontraksi ventrikel kiri
Tekanan arteri pulmonalis meningkat
Takikardi & dispnea
Hipertropi ventrikel kiri
Peningkatan kontraksi ventikel kanan
Sulit saat menyusu
Anoreksia
Gagal jantung
Hipertropi venrikel kanan
akseimbangan nutria kurang dari kebutuhan tubuh

Gagal jantung

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat defek septum atrium adalah gagal jantung,
penyakit pembuluh darah paru, endokarditis, dan aritmia. (Reny, 2014)

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan elektrokardiogram
Pemeriksaan ini menunjukkan adanya gangguan konduksipada ventrikel kanan
dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90o. Pemeriksaan ekokardiogram
menunjukkan adanya pembesaran ventrikel kanan serta gerakan paradoksal septum
interventrikular. ( Arif Muttaqin, 2011)
2. Foto toraks
Pada penderita ASD dengan pirau yang bermakna, foto toraks anteroposterior (AP)
menunjukkan atrium kananyang menonjol, dan dengan konus pulmonalis yang
menonjol. Jantung hanya sedkit membesar dan vaskularisasi paru yang bertambah
sesuai dengan besanya pirau.
3. Ekokardiografi
Tujuan utama pemeriksaan ekokardiografi pada ASD adalah mengevaluasi pirau dari
kiri ke kanann ditingkat atrium antara lain mengidentifikasi secara tepat defek diantra
kedua atrium, memvisualisasikan hubungan seluruh vena pulmonalis, menyingkirkan
lesi tambahan lainnya, dan menilai ukuran ruang jantung (dilatasi).
4. Kateterisasi jantung
Penderita dioperasi tanpa kateterisasi jantung, kateterisasi hanya dilakukan apabila
terdapat keraguan akan adanya penyakit penyerta atau hipertensi pulmonal.

2.1.9 Penatalaksanaan
1. Terapi medis
a. Pembedahan penutupan defek dianjurkan pada saat anak berusia 5-10 tahun.
Prognosis sangat ditentukan oleh resistensi kapiler paru, dan bila terjadi sindrom
Eisenmenger, umumnya menunjukkan prognosis buruk.
b. Amplazer septal ocluder
c. Sadap jantung (bila diperlukan)
2. Pembedahan
Tindakan pembedahan dilakukan untuk menutup defek septum atrium dengan kateter.
Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan alat payung ganda dengan kateter
jantung. Pendekatan ini terutama cocok dilakukan untuk defek yang lebih kecildan
terletak lebih sentral.
3. Terapi intervensi non bedah
Aso adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD tipe sekundum secara non
bedah yang dipasang melalui kateter secara perkutaneus lewat pembuluh darah lipat
paha (arteri femoralis). Alat ini terdiri atas 2 buah cakram yang dihubungkan dengan
pinggang pendek dan terbuat dari anyaman kawat nitinol yang dapat teregang
menyesuaikan diri dengan ukuran ASD. Di dalamnya ada patch dan benang poliester
yang dapat merangsangtrombosis sehingga lubang atau hubungan anatara atrium kiri
dana kanan akan tertutup sempurna. (Reny, 2014)

2.2 Konsep Dasar Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Identitas (data biografi)
ASD & VSD sering ditemukan pada anak-anak, gejalanya baru muncul pada usia
pertengahan. ASD & VSD juga dapat diturunkan secara genetik dari orang tua yang
menderita jantung bawaan atau juga dapat karena kelainan kromosom.
2. Keluhan utama
Klien dengan ASD & VSD biasanya sering mengalami infeksisaluran pernapasan,
kesulitan bernapas
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien dengan ASD & VSD, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda infeksi
saluran pernapasan, dispnea, sesak napas ketika melakukan aktivitas, jantung berdebar-
debar
4. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari rebela.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit ASD & VSD
karena ASD & VSD juga dapat diturunkan secara genetik dariorang tua yang menderita
penyakit jantung bawaan atau juga dapat karena penyakit kromosom.
6. Riwayat psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang
digunakan, kebiasaan anak, respons keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga
dan penyesuaian keluarga terhadap stres.
7. Pengkajian fisik (review of system, ROS)
a. B1 (Pernapasan)
Nafas cepat dan dangkal, sesak napas, sering mengalami infeksi saluran napas,
sesak napas ketika melakukan aktivitas, sianosis. Bunyi napas ronki kasar dan
kering, mengi.
b. B2 (kardiovaskuler)
Takikardia, jantung berdebar, denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada dengan
bunyi jantung abnormal. Bunyijantung abnormal, dapat terdengar murmur akibat
peningkatan aliran darah yang melalui katup pulmonalis, juga dapat terdengar
akibat peningkatan alirand arah yang mengalir melalui katup trikuspidalis pada
pirau yang besar. Pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi dada.
Terkadang terjadi pulsasi yang dpat dilihat, jari tabuh.
c. B3 (Persarafan)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
d. B4 (Perkemihan)
Produksi urine menurun (oliguria)
e. B5 (Pencernaan)
Nafsu makan menurun (anokreksia), porsi makan tidak habis.
f. B6 (Muskuloskeleta dan integumen)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d factor biologis
4. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan

2.2.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
1 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung : 4040
jantung b.d keperawatan selama... x 24 1. Evaluasi adanya nyeri dada
perubahan irama jam klien menunjukan (intensitas, lokasi, radiasi,
jantung curah jantung adekuat, durasi dan faktor pencetus
dengan kriteria hasil: nyeri)
2. Catat adanya disritmia jantung
1. TD dalam batas
3. Monitor tanda-tanda vital
normal 4. Monitor adanya dispnea,
2. Nadi perifer kuat
kelelahan, takipnea, dan
3. Tidak ada distensi vena
ortopnea
jugularis
5. Intruksikan klien dan keluarga
4. Bunyi jantung normal
tentang pembatasan aktivitas
6. Anjurkan klien untuk
melaporkan adanya
ketidaknyamanan dada
7. Tentukan periode latihan dan
istrahat untuk menghindari
kelelahan
8. Ciptakan hubungan yang saling
mendukung antara klien dan
keluarga
9. Tawarkan dukungan spiritual
untuk klien dan keluarganya
10. Kolaborasi dalam pemberian
terapi antiaritmia sesuai
kebutuhan
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Terapi oksigen : 3320
pertukaran gas b.d keperawatan selama... x 24 1. Bersihkan mulut, hidung dan
kongesti pulmonal jam klien menunjukan trakea dari sekresi sesuai
pertukaran gas adekuat, kebutuhan
2. Pertahankan kepatenan jalan
dengan kriteria hasil:
napas
1. Klien bernapas dengan
3. Siapkan perlengkapan oksigena
mudah
dan atur sistem humidifikasi
2. Tidak ada sianosis
4. Berikan tambahan oksigen
3. Tidak ada dispnea
4. PaO2 dalam batas sesuai permintaan
5. Monitor aliran oksigen
normal
6. Monitor posisis pemberian
5. PCO2 dalam batas
oksigen
normal
7. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
8. Monitor efektivitas terapi
oksigen
9. Monitor kemampuan klien
dalam menoleransi perpindahan
oksigen ketika makan
10. Monitor tingkat kecemasan
klien berhubungan dengan
kebutuhan terapi oksigen
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi : 1100
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan 1. Tanyakan pada klien tentang
kebutuhan tubuh selama... x 24 jam klien alergi terhadap makanan
2. Tanyakan makanan kesukan
b.d factor biologis dapat meningkatkan status
klien
nutrisi, dengan kriteria
3. Anjurkan asupan kalori yang
hasil :
tepat yang sesuai dengan gaya
1. Asupan nutrisi adekuat
hidup
2. Asupan makanan dan
4. Anjurkan peningkatan asupan
zat besi yang sesuai
5. Anjurkan peningkatan asupan
protein dan vitamin C
6. Anjurkan untuk banyak makan
buah dan minum
7. Berikan diet tinggi protein,
tinggi kalori
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang jumlah kalori dan tipe
nutrisi yang dibutuhkan
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Atrium Septal Defect (ASD)
Atrium Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek)
pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi
septum interatrial semasa janin.Atrial Septal Defect (ASD) adalah suatu lubang pada
dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium
kanan).
2. Ventrikel septal defect (VSD)
Suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel
kanan.Adanya defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat
dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi
pulmonal.Hal ini mengakibatkan darah mengalir ke arteri pulmonal melalui defek
septum.Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah
paru. Dengan demikian tekanan diventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting
dari kiri kekanan. Ini akan beresiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya
hipertropi otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan workload
sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya workload, terjadilah
pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh
pengosongan atrium yang tidak sempurna.

3.2 Saran
1. Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan jantung
ASD/ VSD Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk
menanganinya secara efektif dan efisien .
2. Mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan mnegetahui konsep. Atrium septum
defek/ ventrikel septum defek dan askep nya guna unttuk mengaplikasikan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien
3. Perawat memiliki pengetahuan tentang ASD/ VSD untuk dapat mempengaruhi
orang tua dalam menjalani pengobatan untuk sehingga penyakit lebih berat dapat
dihindari .
4. Pelayanan keperawatan dapat memberikan anjuran kepada orang tua untuk
melalukan terapi agar ASD/ VSD dapat teratasi.

Вам также может понравиться