Вы находитесь на странице: 1из 18

BAB I

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data pasien

Data pasien yang terdiri dari :

a. Nama pasien

b. Jenis kelamin pasien

c. Umur pasien

d. Pekerjaan pasien

e. Agama

f. Dan lain-lain

2. Riwayat penyakit saat ini

Keluhan yang sering muncul antara lain :

a. Mual dan muntah


Mual adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului
muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi dibagian mana saja dari
saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi.
Muntah adalah suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di
medulla oblongata otak. (Smeltzer, 2002)

b. Kembung dan sendawa


Akumulasi gas didalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa,
pengeluaran gas dari lambung melalui mulut atau flatulens yaitu pengeluaran gas
dari rektum. Sendawa terjadi bila menelan udara, yang dengan cepat akan
dikeluarakan bila mencapai lambung. Biasanya, gas diusus halus melewati kolon
dan dikeluarkan sebagai flaws. Pasien sering mengeluh kembung, distensi, atau
merasa penuh dengan gas (Smeltzer, 2002)

1
c. Ketidaknyamanan abdomen
Ketidaknyamanan pada abdomen secara lazim berhubungan dengan gangguan
kontrol saraf lambung, gangguan saluran pencernaan, atau bagian tubuh lainnya.
Makanan berlemak cenderung menyebabkan ketidaknyamanan karena lemak
tetap berada didalam lambung lebih lama dari protein atau karbohidrat. Dasar
distres abdomen ini mungkin berasal dari gerakan peristaltik lambung pasien
sendiri. (Smeltzer, 2002)

d. Perubahan pada kebiasaan defekasi dan karakteristik feses


Diare didefinisikan sebagai peningkatan cairan yang abnormal pada feses dan
pada berat fese harian. Diare secara umum terjadi bila isi bergerak terlalu cepat
melalui usus dan kolon sehingga tidak terdapat ketidakadekuatan waktu absorpsi
sekresi GI. Kejadian ini membuat isi cairan feses pada diare menjadi meningkat.
Diare terkadang dihubungkan dengan nyeri abdomen atau kram, mual, dan
muntah. (Smeltzer, 2002)

e. Konstipasi
Konstipasi adalah retensi atau perlambatanpengeluran isi fekal dari rektum.
Absorpsi air kelebihan dari bahan fekal, menghasilkan feses yang keras, kering,
dan volume yang lebih kecil dari normal. Konstipasi dapat dihubungkan dengan
ketidaknyamanan anal dan perdarahan rektal. Karakteristik feses dapat sangat
bervariasi, yaitu dapat berwarna coklat, berisi darah merah terang, hitam atau
kuning pucat berminyak. (Smeltzer, 2002)

4. Riwayat pengobatan sebelumnya

a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.


b. Obat yang di minum pasien meliputi warna, jenis obat dan dosis obat
c. Berapa lama pasien menjalani pengobatan.
d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

5. Riwayat Psiko-sosio

a. Status emosi,kognitif dan perilaku pasien.


b. Riwayat pekerjaan meliputi jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja dan
penghasilan

2
6. Faktor Pendukung

a. Riwayat Pemukiman Pasien.


b. Pola Hidup Yang Tidak Sehat.
c. Pola istirahat yang tidak teratur.

7. Pemeriksaan fisik

Sebelum melakukan pemeriksaan,tanyakan pada klien apakah ada bagian yang


merasa nyeri. Jika ada bagian yang terasa nyeri,lakukan palpasi paling akhir pada
daerah tersebut. Tawarkan pada klien untuk buang air besar atau buang air kecil
terlebih dahulu sehingga tidak terganggu jalannya pemeriksaan fisik (fundamental
keperawatan, kozier 2010)

a. Inspeksi
1) Perlihatkan bentuk abdomen klien, apakah bentuknya datar,cembung,atau
cekung ke dalam.
2) inspeksi warna kulit abdomen,(kuning, hijau, kecoklatan).warna hijau
disekitar unbilikus menunjukan adanya kebocororan kendung empedu
3) perhatikan elastisitas kulit abdomen, jika kulit tampak keriput dan tidak
elastis kemungkinan klien menglami dehidrasi
4) lihat bentuknya apakah ada yang asimetris,apakah ada gerakan peristaltik
kusus yang tampak dari luar,kesemetrisan bentuk abdomen,
masa,asites,stria,kaput medusa.stria bisa di temukan pada wanita
hamil.kaput medusa dapat di temukan pada klien dengan penyakit hepar
5) inspeksi ubilikus.normalnya tidak menonjol sedangkan jika menonjol
menunjukan hermia umbilikalis.
6) Lihat lah klien apakah menggunakan pernapasan abdomen.
7) perhatikan apakah tampak gerakan peristaltik kusus pada dinding abdomen.
Gerakan peristaltik khusus yang tampak pada dinding abdomen di sebut
darm kontour.

b. Auskultasi
1) auskultasi pada ke empat kuadrat abdomen.dengar peritaltik khusus 1 menit
penuh.peristaltik khusus adalaha bunyi sperti orang berkumur, terjadi karna
pergerekan udara dalam saluran pencernaan

3
2) bisng ususnya normalnya terdengar 5-30 kali permenit. Jika kurang dari itu
ataua tidak sama sekali kemungkina ada paralitik ileus,
konstipasi,peritonitis, atau obstruksi.
3) jika peritaltik khusus terdengar lebih dari nilai normal kemungkinan klien
sedang mengalami diare.
4) Bunyi bising usus yang lebih dari normal terasa nyeri, dan tampak dari luar
peritaltiknya tampak dari luar(darm conkour) karna adanya obstruksi di
sebut borborigmi.
5) dengarkan ada bising pada pembuluh aorta, femoral, dan renalis. Jika
terdengar bising isi ini kemungkinan ada gangguan pada pembuluh adarah
tersebut. Jika ada gangguan pada atrium kanan, akan tampak pulsasi
pembuluh adarah sekitar umbilikus.

c. Perkusi
1) Lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen.
2) jika perkusi terdengar timpani,bearti perkusi di lakukan di atas organ yang
berisi udara.
3) jika terdengar pekak bearti perkusi mengenai organ padat.
4) Perhatikan perubahan bunyi ini. Bunyi normal perkusi abdomen tympani jika
ada kelebihan udara akan terdengar lebih nyaring atau di sebut hypertimpani.
5) perkusi khsusu: perkusi ginjal.
a) minta klien untuk miring cari batas akhir kosta ikuti alurnya kebelakang.
Lalu berhenti pada ujung vertebra(sudut costovertebrae).
b) Letakkan punggung tangan kiri pada area tersebut, lalu pukulkan kepalan
tangan kanan pada punggung tangan anda.
c) Normalnya prosuder ini tdiak akan menimbulkan rasa nyeri pada klien.

6) perkusi khusus: perkusi asites( rusari dkk.2005)


a) Pekak berpindah ( shifting dullness)
akan tedengar jika volume cairan asites >1.500 cc prinsipnya, perkusi akan
terdengar tympani pada area yang kosong( berisi udara) dan terdengar
pekak jika berisi cairan/ benda padat minta klien untuk miring ke salah
satu sisi perkusi dari mulai sisi atas hingga bawah dengarkan baik-baik
peralihan dari bunyi tympani ke bunyi pekak, lalu mintak klien berbaring
miring ke sisi yang lain dan lakukan prosdur yang sama. Jika ada
perubahan bunyi dari tympani ke pekak, maka hasil dullness ( +) klien
mengalami asites

4
b) pemntulan gelombang air(undulating fluid wave)
pemeriksaan di lakukan dengan cara meminta klien berbaring terlentang
letak tangan yang tidak dominan pada sisi tedekat dengan pemeriksa.
Tangan dominan memberi goncangan pada sisi yang lain. Jika ada asites,
gelombang cairan akan terasa memantul di tangan yang tidak dominan

7) Pantulan suara/ suara perkusi yang biasa dijumpai diantaranya :


a) Sonor
Yaitu suara menggema, biasanya didapati pada daerah paru pada orang
yang normal.

b) Hypersonor
Yaitu suara menggema yang keras, biasanya dijumpai pada paru-paru
dengan kelainan (emphysema, pneumothoraks, hypermeteorisme) serta
bagian tubuh yang menggandung udara.

c) Tympani
Yaitu suara yang keras, bernada tinggi, biasanya ditemukan pada lambung
yang penuh dengan udara, serta usus yang kembung.

d) Dullnes
Suara pekak/tumpul yang biasa dijumpai pada objek yang padat seperti
hepar.

d. palpasi
sebelum palpasi abdomen, lakukan palpasi ringan pada seluruh lapang abdomen.
Tanyakan apakah ada bagian yang terasa nyeri. Jika ada bagian yang terasa nyeri,
lakukan palpasi terakhir tersebut

a. Palpasi hepar
berikut adalah palpasi hepar dengang teknik bimanual.
a) berdiri di samping kanan klien
b) letakkan tangan kanan bawah tulang rusuk kanan.
c) Letakkan tangan kiri pada dinding toraks posterior kira kira pada kosta ke
11 dan ke 12. Tekan tangan kiri ke atas sehingga sedikit menggangkat
dinding dada.
d) Minta klien untuk menarik napas dalam sebanyak 2-3 kali.

5
e) Saat klien menghembuskan napas, tekan tangan kanan kiri ke arah atas
sedalam 4-5 cm
f) Rasakan batas hepar bergerak menentang tangan anda
g) Normalnya hepara tidak teraba.
h) Jika ada tahanan yang terasa di telapak tangan anda, ulang prosuder
dengan posisi tangan lebih ke bawah. Jika sudah terasa batas terbawah
hepar , tahan tangan kanan pada batas tersebut. Dengan menggunakan
tangan kiri ukur pembesarannya hingga sebatas kosta ke 12. Dokumentasi:
terdapat pembesaran hepar 3 jari di bawah kosta(8 cm).

b. Palpasi titik Mcburney


a) Titik mcburney berada pada batas spertiga luar dan 2 pertiga dalam dari
garis imajiner yang menghubungkan umbilikus dengan SIAS ( spina liaca
anti superior ) kanan perhatikan ekspresi wajah klien saat penekanan
maupun mendadak di lepas
b) Minta klien menrik napas dalam, tekan sedalam kurang lebih 4-5 cm saat
klien menghambuskan napas . lepaskan tangan anda saat setelah melkukan
palpasi
c) Jika klien mengeluh nyeri saat di tekan dan di temukan rebound
tendreness ( nyeri hebat saat palpasi di lepaskan ), maka klien menderita
apendisitas ( radang pada umbai caing/usus buntu

8. Region pada abdomen


thorax dan abdomen terbagi menjadi 9 bagian atau biasa disebut dengan region,
diantaranya :
a. Regio Hypochondrica Dextra
Yakni regio yang dibatasi oleh kanan linea maxillaris dextra, bawah oleh bidang trans
pylorik, kiri oleh linea mamillare/linea medio clvicularis dextra.

b. Regio Epigrastica
Yakni region yang dibatasi oleh linea mamillar/linea medio clavicularis dextra dan
linea mamillaris sinistra, sebelah bawah oleh bidang trans pylorik.

c. Regio Hypochondrica Sinistra


Regio yang dibatasi sebelah kiri oleh linea maxilaris sinistra dan kanan oleh linea
mamillaris/linea medio clavicularis sinistra, bagian bawah oleh bidang trans pylorik.

6
d. Regio Lateralis Dextra
Regio yang dibatasi oleh sebelah kanan linea maxillaris dextra, sebelah kiri oleh linea
medio clavicularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik dan pada bagian
bawah oleh bidang transtuberkuler.

e. Regio Umbilikalis
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah atas bidang trans pylorik, sebelah kanan oleh
linea medio clavicularis dextra dan bagian bawah dibatasi oleh bidang tuberkularis,
disebelah kiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra.

f. Regio Lateralis Sinistra


Regio yang dbatasi oleh sebelah kanan linea medio clavikularis dextra, sebelah atas
oleh bidang trans pylorik, sebelah kiri dibatasi oleh linea maxilaris sinistra, bagian
bawah dibatasi oleh bidang trans tuberkularis.

g. Regio Inguinalis Dextra


Yakni region yang dibatasi oleh kanan spina illiaca superior anterior dextra, sebelah
atas oleh bidang trans tuberkularis, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis dextra,
sebelah bawah oleh tepi dari lipatan paha, jadi bentuk region ini adalah berbentuk
segitiga.

h. Regio Pubica
Yakni region yang dibatasi oleh bidang trans tuberkularis, sebelah bawah sepanjang
lipatan paha dan melintas pubis, sampai kekiri dibatasi oleh linea medio clavicularis
sinistra.

i. Regio Inguinalis Sinistra


Yakni region yang dibatasi oleh sebelah kanan oleh linea medio clavicularis sinistra,
sebelah atas oleh bidang trans tuberkularis sinistra, bagian kiri oleh spina illiaca
superior anterior sinistra.

7
9. Kwadran-Kwadran abdomen :

>Kwadran kanan atas :


Sebagian besar hati
Kandung empedu
Duodenum
Bagian kepala pancreas
Fleksur hepatikus colon
Sebagian kolon asenden dan tranversum

>Kwadran kiri atas :


Lobus kiri hati
Lambung
Lien
Badan dan ekor pancreas
Pleksur splenikus colon

8
Sebagian kolon tranversum dan asenden

>Kwadran kanan bawah :


Sekum
Apendiks
Ureter kanan
Ovarium kanan dan tuba fallopi
Korda spermatikus kanan

>Kwadran kiri bawah :


Sebagian kolon desenden
Kolon sigmoid
Ureter kiri
Ovarium kiri dan tuba fallopi
Korda spermatikus kiri

10. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan


Definisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
Rontgen
Ultrasonografi (USG)
Perunut radioaktif
Pemeriksaan kimiawi.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis,


menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga
pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan
pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.

9
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan
pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga
dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem
pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.

1. Pemeriksaan Kerongkongan
1. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui
fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau
difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan
(misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau
kaset video.

Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa
ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara
normal.
Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa
menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.

2. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan
dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi
kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.

3. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.

10
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.

4. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).


Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui
sebuah selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi
kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya
peradangan kerongkongan (esofagitis).

- Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau
mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur
ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
1. Intubasi Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung.
Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan
apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan
karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya.
Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.

Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:


- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.

Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi


lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap
gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau

11
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Intubasi Nasoenterik.
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena
harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.

Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk
biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk
analisa aktivitas enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak
menimbulkan nyeri.

3. Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat
optik yang disebut endoskop.

Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:


- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).

Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar
30 cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya
sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat
contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.

12
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang
mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya
diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.

Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa
dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan
perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan
menghentikan perdarahannya.

Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu
selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan
bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat
pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.

Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.


Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya
endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.

4. Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop

Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.


Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar.
Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.

Dengan laparoskopi dokter dapat:


- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan

13
- melakukan pembedahan perbaikan.

5. Rontgen
1. Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan
persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
2. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan
membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan,
lambung dan usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan
varises kerongkongan.

Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan
barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam
saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.

Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat


menilai:
- fungsi kerongkongan dan lambung
- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.

Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah.
Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan
struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.

14
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam
tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang
berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.

6. Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.

Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah
kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi
lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau
untuk membuang cairan yang berlebihan.

Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk
memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik
dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan
dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan
diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.

7. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ
dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan
juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.

USG juga dapat menunjukkan adanya cairan.


Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan,
sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus
halus atau usus besar.

15
USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke
berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa
dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.

8. Pemeriksaan Darah Samar


Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun
kanker yang serius.
Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau
mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).

Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan
tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya
ulkus, kanker dan kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan
pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia
lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.

16
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan Abdomen digunakan untuk memeriksa keadaan perut si pasien dengan
melalui empat cara. Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi
dan perkusi dengan tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita
belum melakukan
manipulasi terhadap abdomen.
Setiap teknik harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar hasil yang kita dapatkan
bisa seteliti mungkin dan menghindari setiap kesalahan yang biasanya sering dilakukan
oleh setiap perawat.

B. Saran
Sebaiknya kita sebagai perawat harus menerapkan konsep-konsep asuhan keperawatan
dalam proses keperawatan. Hal ini agar mencapai pelayanan kesehatan masyarakat yang
maksimal dan mencapai kesehatan masyarakat yang lebih meningkat. Dan mempererat

17
komunikasi antara perawat dan klien yang lebih harmonis dan terjalin kepercayaan yang
saling memperkuatkan persaudaraan.

DAFTAR PUSTAKA

Bates, Barbara. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Priharjo, Robert. 1995. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rahardjo, Djoko Setijadji. 2001. Pedoman Praktis Pengkajian Fisik Secara Umum.
Surabaya: Cipta Usaha Makmur.

18

Вам также может понравиться