Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkat-

perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan

listrik utamanya petir.[1] Sistem pentanahan digambarkan sebagai hubungan

antara suatu peralatan atau sirkuit listrik dengan bumi. Pentanahan suatu

peralatan listrik diharapkan dapat membatasi tegangan antara bagian-bagian

dari suatu peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini

dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman (tidak membahayakan)

untuk semua keadaan, baik pada keadaan normal atau pada sat terjadi

gangguan.

Secara umum tujuan pentanahan adalah sebagai berikut:

1. Membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri

arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga

yang aman (tidak membahayakan) untuk semua kondisi operasi normal

atau tidak normal.

2. Memperoleh impedansi yang kecil/rendah dari jalan balik arus hubung

singkat ke tanah. Apabila impedansi tinggi saat hubung singkat ke tanah

terjadi akan menimbulkan perbedaan potensial yang besar dan berbahaya,


8

dapat menimbulkan busur listrik dan pemanasan yang cukup besar pada

sambungan-sambungan rangkaian pentanahan.

3. Menjaga tingkat kinerja peralatan sehingga sistem dapat berjalan dengan

baik, tanpa terganggu akibat adanya gangguan yang ditimbulkan oleh

sistem pentanahan yang kurang baik.

4. Menyalurkan muatan-muatan yang disebabkan oleh petir ke bumi.

2.2 Bagian-bagian yang Ditanahkan[7]

Bagian-bagian yang harus ditanahkan adalah:

1. Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan

dapat tersentuh. Hal ini bertujuan agar potensial dari logam yang mudah

disentuh manusia selalu sama dengan potensial tanah (bumi) tempat

manusia berpijak sehingga tidak berbahaya bagi manusia yang

menyentuhnya.

2. Bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari arrester. hal ini

bertujuan agar arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu membuang

muatan listrik yang diterimanya dari petir ke tanah.

3. Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini

berada di sepanjang saluran transmisi, semua kaki tiang transmisi harus

ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat disalurkan ke

tanah melalui kaki tiang saluran transmisi.

4. Titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Tujuan dari

pengetanahan titik netral adalah untuk membatasi besar arus gangguan

tanah dan tegangan dari fasa-fasa yang tidak terganggu pada sistem yang
9

terdiri dari generator dan transformator. Pemilihan metode pengetanahan

yang tepat dapat menghindarkan kerusakan pada peralatan sistem tenaga

serta menghindarkan bahaya bagi keselamatan personil operasi dan

pemeliharaan.

2.3 Tahanan Pentanahan

Nilai tahanan pentanahan dipengaruhi oleh tahanan jenis tanah dan metode

sistem pentanahannya. Pada penelitian ini sistem pentanahan yang digunakan

adalah sistem driven rod, yaitu sistem pentanahan dengan cara menanam

batang elektroda konduktor tegak lurus kedalam tanah. Persamaan untuk

mencari nilai tahanan pentanahan pada sistem pentanahan driven road adalah

sebagai berikut.

= 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.1)

Dimana : = tahanan jenis tanah (ohm.m)

= 3.14 atau (22/7)

= panjang elektroda (m)

= jari-jari elektroda (m)

Tahanan tanah ini akan semakin besar nilainya bila berada didekat elektroda

batang pentanahan dan semakin jauh dari elektroda batang semakin kecil nilai

tahanan pentanahannya karena akan semakin tersebar arus yang mengalir di

dalam tanah.
10

2.4 Tahanan Jenis Tanah ()[8]

Tahanan jenis tanah adalah sebuah faktor keseimbangan antara tahanan tanah

dan kapasitansi disekitarnya yang di representasikan dengan (rho) dalam

sebuah persamaan matematik.

Tahanan jenis tanah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

= 2 Rt . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2)

dimana: = Tahanan jenis rata-rata tanah (ohm-meter)


= Jarak antara batang elektroda yang terdekat (meter)

= Tahanan tanah terukur (ohm)

Untuk memperoleh harga tahanan jenis tanah yang akurat diperlukan

pengukuran secara langsung pada lokasi pembangunan karena struktur tanah

yang sesungguhnya tidak sesederhana yang diperkirakan. Pada suatu lokasi

tertentu sering dijumpai beberapa jenis tanah yang mempunyai tahanan jenis

yang berbeda-beda (non uniform), contohnya seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Tahanan jenis tanah

No. Jenis Tanah Tahanan jenis tanah (.m)

1 Tanah Rawa 10-40


2 Tanah Pertanian 20-100
3 Pasir Basah 50-200
4 Kerikil Basah 200-3000
5 Kerikil Kering <1000
6 Tanah Berbatu 2000-3000
Sumber: PUIL 2000
11

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tahanan Jenis Tanah

Beberapa faktor yang mempengaruhi tahanan jenis tanah antara lain:

a. Kadar garam tanah

Kandungan zat-zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik

maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan. Didaerah

yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan

jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan

atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan

yang efektif yaitu dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih

dalam dimana larutan garam masih terdapat.

b. Pengaruh kandungan air (kelembaban)

Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tanahan jenis

tanah terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu

test laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan air tanah dari

20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah sampai 30 kali. Kenaikan

kendungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali. Semakin

lembab kadar air pada lapisan tanah tersebut semakin tinggi dan tahanan

jenisnya akan semakin rendah.

c. Pengaruh Temperatur

Pengaruh temperatur pada tahanan jenis tanah sangat kecil sekali pada

kondisi di atas titik beku air (0o), sedangkan untuk kondisi di bawah titik

beku tahanan jenis tanah bertambah besar. Hal ini di karenakan pada

temperatur di bawah titik beku molekul-molekul air dalam tanah sulit

untuk bergerak sehingga daya hantar listrik tanah menjadi sangat rendah.
12

Bila temperatur naik, kebekuan tersebut akan menjadi cair, molekul-

molekul dan ion-ion bebas bergerak sehingga daya hantar listrik tanah

menjadi besar atau tahanan jenis tanah akan turun. Temperatur tanah juga

dipengaruhi oleh musim lingkungan tersebut.

d. Pengaruh Kandungan Elektrolit Tanah

Kandungan elektrolit merupakan suatu zat yang dapat menghantarkan

listrik. Zat tersebut dapat menghantarkan listrik karena zat tersebut

memiliki ion-ion yang bergerak bebas di dalam larutan tersebut. Ion-ion

inilah yang nantinya akan menjadi penghantar. Semakin banyak ion yang

dihasilkan semakin baik kandungan tersebut menghantarkan listrik.

Secara grafik pengaruh kandungan garam, kelembaban tanah dan

temperatur jenis tanah dapat dilihat pada gambar 3.1.[9]

Gambar 3.1 Grafik pengaruh tahanan jenis karena:


a. Kandungan garam; b kelembaban tanah; c. temperatur
13

2.6 Pengukuran Tahanan Pentanahan Metoda Tiga Titik

Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk mengukur tahanan

pentanahan dari suatu elektroda pentanahan, Berdasarkan ANSI / IEEE std

80-2000 metode pengukuran tahanan pentanahan dapat dilakukan dengan

metode dua titik, metode Fall of potential dan metode tiga titik.

Pada pengujian ini metode yang digunakan adalah metode tiga titik. Metode

tiga titik (three point methode) dimaksudkan untuk mengukur tahanan

pentanahan. Misalkan tiga buah batang pembumian disusun pada gambar di

mana batang 1 yang tahanannya hendak diukur dan batang-batang 2 dan 3

sebagai elektroda bantu yang belum diketahui tahanannya.

Bila tahanan diantara tiap-tiap batang pentanahan diukur dengan arus

konstan, tiap pengukuran dapat dituliskan sebagai berikut :

= = + 2 . . (2.3)

!
! = = + !! 2 ! . . (2.4)

!
! = = + !! 2 ! . . (2.5)

+ ! !
= 2 2 2 ! 2 !

Tetapi

! = + !

Jadi

= = ! + !
14

Maka

= + + ! + !

Gambar 2. Rangakaian pengukuran tahanan pentanahan dengan metode tiga


titik.

Tahanan batang pentanahan dari elektroda 1 dapat ditulis:

+ ! ! =0

Metode pengukuran tahana pentanahan di atas dapat juga digunakan untuk

menentukan tahanan jenis tanah dengan tahanan pentanahan yang telah di

ketahui, serta diameter dan panajang elektroda diketahui pula.


15

2.7 Bentonit[10]

Bentonit adalah lempung (clay) yang sebagian besar terdiri dari

montmorillonit dengan mineral-mineral seperti kwarsa, kalsit, dolomit,

feldspars, dan mineral lainnya. Montmorillonit merupakan bagian dari

kelompok smectit dengan komposisi kimia secara umum Al2O3.4SiO2.H2O.

Nama monmorilonit itu sendiri berasal dari Perancis pada tahun 1847 untuk

penamaan sejenis lempung yang terdapat di Monmorilon Prancis yang

dipublikasikan pada tahun 1853 1856 . Bentuk fisik bentonit dapat dilihat

pada gambar 3.2.

Gambar 3.2. Bentonit

Di dalam satu unit sel montmorilonit terdapat daerah interlayer yang diisi

oleh molekul air dan kation-kation. Daerah interlayer dapat mengembang bila

dicelupkan di dalam air.

Bentonit berbeda dari lempung lainnya karena hampir seluruhnya (75%)

merupakan mineral monmorillonit (mempunyai luas permukaan lebih besar


16

dan sangat mudah menyerap air dalam jumlah banyak). Mineral

monmorillonit terdiri dari partikel yang sangat kecil sehingga hanya dapat

diketahui melalui studi menggunakan XRD (X-Ray Difraction).

Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bentonit diperlihatkan pada tabel

berikut :

Tabel 2. Komposisi Bentonit

Komposisi kimia Na-Bentonit (%) Ca-Bentonit (%)


SiO2 61,3-61,4 62,12
Al2O3 19,8 17,33
Fe2O3 3,9 5,30
CaO 0,6 3,68
MgO 1,3 3,30
Na2O 2,2 0,50
K2O 0,4 0,55
H2O 7,2 7,22

Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu Na-Bentonit dan Ca

Bentonit. Pada penelitian ini bentonit yang digunakan adalah bentonit tipe

Na-bentonit.

1. Na-bentonit

Na-bentonit, yaitu jenis mineral montmorilonit yang mempunyai lapisan

partikel air tunggal (single water layer particle), yang mengandung kation

Na+ yang dapat dipertukarkan. Na bentonit memiliki daya mengembang

hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi

beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau

kream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna

mengkilap. Perbandingan antara kation Na+ dan kation Ca+ yang terdapat
17

di dalamnya cukup tinggi, serta suspensi koloidalnya mempunyai pH 8,5

sampai 9,8.

2. Ca-bentonit

Ca-bentonit, yaitu jenis mineral montmorilonit yang kurang dapat

mengembang apabila dicelupkan di dalam air, namun setelah diaktifkan

dengan asam maka akan memiliki sifat menyerap sedikit air, dan akan

cepat mengendap tanpa membentuk suspensi. Ph-nya sekitar 4,0-7,1 dan

daya tukar ionnya cukup besar. Dalam keadaan kering berwarna abu-abu,

biru, kuning, merah, coklat.

2.8 Proses Aktivasi Bentonit

Aktivasi merupaka perlakuan terhadap zat kimia yang bertujuan untuk

memperbesar pori yaitu dengan cara mencegah ikatan hidrokarbon atau

mengosksidasi molekul permukaan sehingga zat kimia itu mengalami

perubahan fisik, baik fisik atau kimia.

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk aktivasi bentonit, yaitu :

1. Secara Fisika (Pemanasan)

Pada proses ini, aktivasi dilakukan dengan bantuan panas, uap dan gan

Co2. Bentonit dipanaskan pada temperatur 300-350oC untuk memperluas

permukaan butiran bentonit.

2. Secara Kimia (Kontak Asam)

Tujuan dari aktivasi kontak asam adalah untuk menukar kation Ca+ yang

ada dalam Ca-bentonit menjadi ion H+ dan melepaskan ion Al, Fe, dan Mg

dan pengotor-pengotor lainnya pada kisi-kisi struktur, sehingga secara


18

fisik bentonit tersebut menjadi aktif. Zat kimia yang umum digunakan

untuk proses aktivasi ini adalah asam sulfat (H2SO4) dan asam klorida

(HCL.

2.9 Penelitian Yang Pernah Dilakukan

Dalam kaitannya dengan perbaikan tahanan pentanahan, beberapa penelitian

yang pernah dilakukan diantaranya

1. Penelitian dari Wiwik purwati widyaningsih yang berjudul Perbaikan

Tahanan Pentanahan Dengan Menggunakan Bentonit. Metode yang

digunakan pada penelitian ini adalah metode parit melingkar dengan

memvariasikan kedalaman parit dan banyaknya bentonit yang di masukan

kedalam parit. Dari hasil penelitan tersebut didapat bahwa semakin dalam

batang elektroda di tanamkan dan semakin banyak bentonit yang di

masukan maka akan di dapatkan tahanan pentanahan yang semakin kecil.

2. Siow Chun LIm et al, preliminary results of the performance of

grounding electrodes encased in bentonite-mixed concrete, 2012.

Penelitian ini melakukan pencampuran beton dengan bentonit, banyak

semen di gantikan dengan bentonit sebanyak 10 %, 20%, 30%, 40%,

50%, 60% dan 70%. Hasil penelitian yaitu pada campuran bentonit

sebanyak 20% di dapatkan resistansi yang sangat tinggi pada awal

pengukuran tetapi setelah bulan pertama mendapatkan nilai tanahan yang

stabil dan kosisten lebih rendah. Sedangkan bentonit di bawah 30%


19

memiliki resistansi lebih rendah dari pada campuran beton biasa dan

campuran diatas 30% memiliki tahanan pentanahan yang lebih tinggi.

3. Hiroshi YAMANE at al, long-term stability of reducing graund resistance

with water.absorbent polymers pada penelitian ini polimer penyerap air

opoxy dibandingkan dengan bentonit dan di uji dengan kondisi tanah

yang sangat kering, dan basah dengan temperatur 25oC, 70oC dan 90oC.

Hasil penelitian ini adalah pada kondisi sangat kering pada suhu 25oC

tahanan pentanahan stabil tetapi pada 70oC dan 90oC meningkat dengan

cepat, ketika sampel ini di berikan air tahanan pentanahan kembali ke

nilai awal, sedangkan bentonit hancur sekitar seminggu di temperatur

70oC dan 90oC. Pada kondisi basah polimer dan bentonit di dapatkan hasil

yang stabil.

4. IGN Junardana, Perbedaan penambahan garam dengan penambahan

bentonit terhadap nilai tahanan pentanahan pada sistem pentanahan, 2005.

Melakukan penelitian tentang perbandingan penambahan garam dengan

penambahan bentonit terhadap nilai tahanan pentanahan pada sistem

pentanahan. Pada penelitian ini elektroda yang di gunakan adalah tipe rod

dengan panjang dan diameter yang sama yaitu 240 cm dan diameter 1,0

cm. Hasil dari penelitian ini didapatkan nilai tahanan pentanahan saat

menggunakan bentonit jauh lebih kecil yaitu sekitar 3-3,2 ohm sedangkan

dnegan menggunakan garam di dapatkan tahanan pentanahan sebesar 7-8

ohm.
20

5. IGN Junardana, pengaruh umur pada bentonit terhadap nilai tahanan

pentanahan, 2005. Penelitian ini di lakukan selama 6 bulan, dengan

mevariasikan banyaknya bentonit yang akan di masukan ke dalam tanah

yaitu 5kg, 10 kg dan 15 kg. Hasil dari penelitian ini di dapatkan nilai rata-

rata tahanan pentanahan dengan penambahan zat aditif berupa bentonit

seberat 5 kg selama 6 bulan adalah 3,25 0,27 ohm. Nilai rata-rata

tahanan pentanahan dengan penambahan zat aditif berupa bentonit seberat

10 kg selama 6 bulan adalah 2,51 0,23 ohm. Nilai rata-rata tahanan

pentanahan dengan penambahan zat aditif berupa bentonit seberat 15 kg

selama 6 bulan adalah 2,01 0,008 ohm.

Вам также может понравиться