Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Ben Ibratama
1
benibratama10@gmail.com
Mahasiswa Magister Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan UGM
Abstrak
Tulisan ini membahas tentang pengertian imitasi dari dua perspektif yaitu sosiologi dan psikologi
serta membahas tentang imitasi dan sugesti dalam proses komunikasi dalam interaksi sosial.
Tulisan ini juga memaparkan tentang model proses komunikasi Osgood dan Schramm serta
proses imitasi dan sugesti yang terjadi secara sirkular berdasarkan gagasannya Tarde.Selain itu
juga memaparkan tentang proses imitasi dan sugesti berdasarkan gagasannya Albert Bandura dan
Baldwin dalam komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal yang terjadi secara linear.
Terakhir adalah menyajikan tentang posisi imitasi,sugesti,dan komunikasi dalam proses interaksi
sosial. Metode penulisan ini menggunakan studi pustaka atau literatur review dari beberapa buku
dan jurnal dan internet.
I. Pendahuluan
A. Imitasi dari Perspektif Sosiologi
Ada tiga hal pokok dari pemikiran Gabriel Tarde dalam sosiologi, yaitu, invension, peniruan
dan oposisi. Gabriel Tarde melihat invension sebagai sumber dari kemajuan manusia.Tarde
menekankan bahwa invension/penemuan atau penciptaan dapat memberikan pengaruh sosial. Ia
mencontohkan penemuan ilmu pengetahuan dari para saintis memberikan perubahan signifikan
bagi masyarakat. Pemikiran Gabriel Tarde yang kedua adalah imitasi atau peniruan. Penemuan
memang memberi manfaat di kalangan masyarakat, namun tanpa peniruan, pemapanan perubahan
atas penemuan tersebut hasilnya tidak signifikan. Penemuan ilmu pengetahuan kemudian
disebarkan melalui peniruan. Contoh lainya adalah peniruan bentuk pemerintahan, bentuk undang-
undang pemerintahan, dan bentuk pendidikan.
Sumbangan ketiga adalah oposisi. Bagi Tarde, oposisi sangat penting bagi perubahan dan
kemajuan sosial di masyarakat. Karena oposisi memunculkan sesuatu yang baru, perlawanan atas
kekuasaan yang terlalu lama dan menindas. Gabriel Tarde menilai oposisi adalah sebuah
keniscayaan dari sebuah masyarakat. Dari ketiga teori tersebut, teori imitasi yang menjadikan
Gabriel Tarde dikenal sebagai sosiolog. Menurut Tarde setiap individu mengimitasi individu yang
lain dan sebaliknya. Misalnya bagaimana seorang anak belajar bicara. Tidak hanya berbicara,
tetapi juga cara-cara lainnya untuk menyatakan dirinya, dipelajarinya melalui proses imitasi.
Misalnya, tingkah laku tertentu, seperti cara memberikan hormat, cara menyatakan terima kasih,
dan cara memberikan isyarat tanpa bicara1 (Ensiklo.com,diakses pada 23 Februari 2017).
Pada dasarnya bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial. Suatu interaksi sosial dapat
berlangsung jika memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Interkasi
merupakan suatu proses dimana orang-orang saling mempengaruhi pikiran dan tindakan2 (Resta,
2014). Disisi lain Gabriel Tarde juga menyampaikan bahwa terjadi berbagai fenomena seperti
perkembangan fashion dan tingkat kriminalitas merupakan suatu fenomena sosial, dan merupakan
proses imitasi serta sugesti yang seharusnya menjadi dasar dan filosofi dalam sebuah sistem sosial.
Menurut Tarde pengulangan aksi oleh berbagai individu karena perubahan pikiran dan tindakan
yang terjadi dalam jumlah yang besar merupakan suatu misteri.
Dengan uraian di atas Gabriel Tarde memiliki pemikiran bahwa society is imitation, imitasi
merupakan fenomena sosial paling dasar. Tatanan masyarakat baik secara struktural maupun
fungsional merupakan proses imitasi. Kebutuhan, kepuasaan, pengetahuan dan seni merupakan
salah satu jalan dari proses imitasi. Tarde memiliki gagasan bahwa imitasi memiliki dua hukum
atau disebut dengan law of imitation. Dua hukum tersebut adalah menyebarluaskan imitasi melalui
masyarakat secara geometrikal dan yang kedua menyebarluaskan imitasi melalui bebagai media3
(Charles,1901).
C. Sugesti
Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya
adalah bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya, sedangkan pada
sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di
luarnya. Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat dirumuskan sebagai suatu proses di mana seorang
individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain
tanpa kritik terlebih dahulu. Secara garis besar, terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-
syarat yang memudahkan sugesti terjadi, yaitu:
a) sugesti karena hambatan berpikir. Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang
dikenalinya mengambil alih pandangan - pandangan dari orang lain tanpa memberinya
pertimbangn-pertimbangan kritik terlebih dahulu. Orang yang terkena sugesti itu menelan apa saja
yang dianjurkan orang lain, b) sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah (disosiasi). Selain
dari keadaan ketika pikiran kita dihambat karena kelelahan atau karena rangsangan emosional,
sugesti itu pun mudah terjadi pada diri seseorang apabila ia mengalami disosiasi dalam pikirannya,
yaitu apabila pemikiran orang itu mengalami keadaan terpecah-belah.
c) sugesti karena otoritas atau prestise. Dalam hal ini, orang cenderung menerima pandangan-
pandangan atau sikap-sikap tertentu apabila pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh para ahli
dalam bidangnya sehingga dianggap otoritas pada bidang tersebut atau memiliki prestise sosial
yang tinggi, d) sugesti karena mayoritas. Dalam hal ini, orang lebih cenderung akan menerima
suatu pandangan atau ucapan apabila ucapan itu didukung oleh mayoritas, oleh sebagian besar dari
golongan, kelompok atau masyarakat
e) sugesti karena will to believe terdapat pendapat bahwa sugesti justru membuat sadar akan
adanya sikap-sikap dan pandangan-pandangan tertentu pada orang-orang. Dengan demikian yang
terjadi dalam sugesti itu adalah diterimanya suatu sikap atau pandangan tertentu karena sikap-
pandangan itu sebenarnya sudah terdapat padanya tetapi dalam kedaan terpendam. Dalam hal ini,
isi sugesti akan diterima tanpa pertimbangan lebih lanjut karena pada diri pribadi orang yang
bersangkutan sudah terdapat suatu kesediaan untuk lebih sadar dan yakin akan hal-hal disugesti itu
yang sebenarnya sudah terdapat padanya7(Rahayu,2011).
D. Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan
sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya,
antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu.
Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai suatu nilai atau makna
yang diberikan kepada mereka yang menggunakannya. Proses interaksi sosial menurut Herbert
Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki
sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi
antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah makna tidak bersifat tetap namun dapat
dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang
ketika menjumpai sesuatu. Proses itu disebut juga dengan interpretative process8(Rahayu,2011).
Message
encoder encoder
Interpreter Interpreter
Decoder Decoder
Message
imitasi dan
sugesti
identifikasi simpati
Faktor-
faktor
interaksi
sosial
Syarat
Kontak sosial Komunikasi interaksi
sosial
Komponen
dalam Interaksi
Sosial
Berdasarkan penjabaran pada bagian pendahuluan dan pendapat dari berbagai ahli mengenai
imitasi, sugesti, komunikasi, dan interkasi sosial penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa
ketiga hal tersebut merupakan komponen utama dalam interaksi sosial. Artinya adalah ketiga hal
tersebut memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses interaksi sosial. Pada bagan di atas
penulis mecoba memaparkan mengenai perbedaan diantara ketiga komponen tersebut. Menurut
hemat penulis berdasarkan gagasan Tarde mengenai imitasi, penulis mengambil suatu kesimpulan
bahwa imitasi merupakan peniruan yang dilakukan oleh individu atau kelompok karena
dipengaruhi oleh lingkungan eksternal, dan proses peniruan tersebut terjadi tanpa disadari atau
melalui proses yang alamiah. Hal ini penulis simpulkan bahwa dalam imitasi individu atau
kelompok berada pada posisi yang cenderung pasif dan menerima rangsangan dari luar.
Hal sebaliknya adalah sugesti yang mampu mempengaruhi lingkungan eksternalnya,
rangsangan yang datang dari dalam diri individu maupun kelompok sehingga memiliki pengaruh
pada lingkungan eksternalnya baik positif maupun negatif. Dalam hal ini sugesti berada pada
posisi aktif karena bersifat mempengaruhi lingkungan eksternalnya. Dari penjabaran ini kita bisa
melihat perbedaan antara imitasi dan sugesti, yang pertama dari sumber rangsangan, yang kedua
dari segi posisi (aktif dan pasif).
Dalam komunikasi cenderung lebih dinamis, karena ada proses timbal balik seperti saling
mempengaruhi dan menempatkan sumber dan penerima pesan dalam posisi yang setara, hal ini
berdasarkan gagasan Osgood dan Schramm. Dalam komunikasi prilaku aktif dan pasif berjalan
secara sirkular bukan linear seperti pada imitasi dan sugesti. Ada kalanya sumber pesan juga bisa
berperan sebagai penerima pesan, begitu juga sebaliknya. Dari hal ini kita bisa melihat garis
pembeda antara imitasi, sugesti, dan komunikasi. Dalam hal ini penulis memiliki pandangan
bahwa imitasi pasti terjadi dalam komunikasi dan komunikasi juga mampu dalam memberikan
sugesti.
Bagan 5. Imitasi dan Sugesti dalam Proses Komunikasi
(Perspektif Sosiologi)
Message
imitasi sugesti
sugesti imitasi
Message
Berpikir Terbuka
(Openness)
Imitasi Komunikasi
(Learning Intrapersonal
Process) (Berpikir) Berpikir Tertutup
(Dogmatis)
Sugesti
(positif,negatif)
Komunikasi
Interpersonal
(Interaksi Sosial)
Pada bagan yang terakhir ini penulis mencoba untuk menjelaskan mengenai imitasi dan
sugesti dalam proses komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal. Dalam hal ini
penulis mengikuti alur berpikirnya Albert Bandura dan Baldwin yang melihat bahwasanya imitasi
tidak terjadi secara alamiah melainkan melalui proses belajar terlebih dahulu, proses belajar yang
dilewati menentukan komunikasi intrapersonal atau cara berpikir seseorang. Cara berpikir
seseorang akan mempengaruhi sugestinya apakah nanti bersifat positif atau negatif. Dalam hal ini
penulis melihat bahwasanya cara berpikir itu ada dua yaitu cara berpikir tertutup atau terbuka. Dua
hal ini kemungkinan disebabkan oleh proses imitasi dan sugesti. Proses imitasi, berpikir, dan
sugesti mempengaruhi proses komunikasi interpersonal atau interaksi sosial seseorang dengan
lingkungan.
III. Kesimpulan
Penulis bisa menarik suatu kesimpulan bahwa imitasi dan sugesti merupakan salah satu faktor
dalam proses interaksi sosial, dan komunikasi sebagai salah satu syarat dalam proses interkasi
sosial. Imitasi merupakan proses peniruan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan eksternal
tanpa disadari, dan kita berada pada posisi yang pasif, sementara sugesti merupakan proses untuk
mempengaruhi lingkungan eksternal dan kita berada pada posisi aktif. Sementara komunikasi
merupakan proses interaksi yang terjadi secara dinamis, ada hubungan timbal balik (aktif dan
pasif), saling mempegaruhi, berada pada posisi yang setara serta terjadi pada lingkungan internal
dan eksternal. Imitasi dan sugesti juga terjadi dalam proses komunikasi secara umum berdasarkan
perspektif sosiologi yang digagas oleh Tarde dan menunjukan bahwa imitasi dan sugesti berjalan
secara sirkular dan berkelanjutan serta saling mempengaruhi antara (encoder dan decoder). Dari
perspektif psikologi yang digagas oleh Albert Bandura dan Baldwin mengenai imitasi dan sugesti
dalam ruang lingkup komunikasi intrapersonal dan interpersonal berjalan secara linear.
Daftar Pustaka