Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
1
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya
Alinyemen horizontal
Alinyemen vertikal
Pada gambar alinyemen vertikal, akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa
kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan ini, dipertimbangkan
bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai dengan kondisi medan dengan
memperhatikan fungsi - fungsi dasar dari jalan tersebut. Pemilihan alinyemen
vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan tanah yang mungkin timbul akibat
adanya galian dan timbunan yang harus dilakukan
Bagian bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya
median, drainase permukaan, kelandaian serta galian dan timbunan. Koordinasi
yang baik antara bentuk alinyemen horizontal dan vertikal akan memberikan
keamanan dan kenyamanan pada pemakai jalan.
2
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya
Perkerasan jalan
3
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya
Standar Perencanaan
Penampang melintang
Volume Lalu lintas
Keadaan Topografi
Alinyemen Horizontal
Alinyemen Vertikal
Bentuk Tikungan
4
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya
tiga golongan umum yang dibedakan menurut besarnya lereng melintang dalam
arah kurang lebih tegak lurus sumbu jalan.
Alinyemen horizontal adalah garis proyeksi sumbu jalan yang tegak lurus
pada bidang peta yang terdiri dari garis garis lurus yang dihubungkan dengan
garis garis lengkung yang dapat berupa busur lingkaran ditambah busur
peralihan ataupun lingkaran saja.
Bagian yang sangat kritis pada alinyemen horizontal adalah bagian
tikungan, dimana terdapat gaya yang dapat melemparkan kendaraan ke luar
daerah tikungan yang disebut gaya sentrifugal. Atas dasar itu maka perencanaan
tikungan diusahakan agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan,
sehingga perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
5
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya
Alinyemen vertikal adalah biang tegak yang melalui sumbu jalan atau
proyeksi tegak lurus bidang gambar. Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya
jalan terhadap muka tanah asli, sehingga memberikan gambaran terhadap
kemampuan kendaraan dalam keadaan naik dan bermuatan penuh (dimana truck
digunakan sebagi kendaraan standar), alinyemen vertikal sangat erat hubungannya
dengan besar biaya pembangunan, biaya penggunaan, maka pada alinyemen
vertikal yang merupakan bagian kritis justru pada bagian yang lurus.
Landai maksimum
Landai Minimum
Pada setiap penggantian landai dibuat lengkung vertikal yang memenuhi
keamanan, kenyamanan, dan drainase yang baik. Disini digunakan lengkung
parabola biasa.
6
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya
Lebar perkerasan
Pada umumnya lebar perkerasan ditentukan berdasarkan lebar jalur lalu lintas
normal yang besarnya adalah 3,5 meter sebagaimana tercantum dalam daftar I
PPGJR, kecuali:
Lebar bahu
Untuk jalan kelas III lebar bahu jalan minimum adalah 1,50 2,50 m untuk
semua jenis medan.
Drainase
Drainase merupakan bagian yang sangat penting pada suatu jalan, seperti
saluran tepi, saluran melintang, dan sebagainya, harus direncanakan berdasarkan
data hidrologis setempat seperti intensitas hujan, lamanya frekuensi hujan, serta
sifat daerah aliran.
7
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya
Bentuk tikungan pada suatu jalan raya ditentukan oleh tiga faktor :
1. Sudut tangent () yang besarnya dapat diukur langsung pada peta
2. Kecepatan rencana, tergantung dari kelas jalan yang akan direncanakan.
3. Jari jari kelengkungan
1. Penentuan lintasan
Jarak lintasan
Sudut azimut
Kemiringan jalan
Elevasi jalan pada titik kritis
Luas tampang
2. Alinyemen horizontal
Spiral Circle Spiral, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari jari
kecil dan sudut tangen yang relatif besar.
Spiral-Spiral, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari jari kecil
3. Alinyemen vertikal
Lengkung vertikal cembung
8
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya
5. Pekerjaan Tanah/kubikasi.
7. Jenis Lapisan perkerasan, lapisan pondasi atas dan lapisan pondasi bawah
8. Data CBR