Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membalut merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai dengan baik
oleh perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lainnya. Membalut merupakan suatu
ketrampilan yang akan sangat sering dilakukan oleh seorang perawat di tempatnya
bekerja khususnya pada pasien yang mengalami luka.
Keterampilan dalam pembalutan ini sangatlah penting, karena membalut dapat
mengehentikan pendarahan, dapat mencegah terjadinya infeksi dan juga sebagai
acuan pertolongan pertama, dan ini khususnya dalam dunia kesehatan terutama bagi
seorang perawat. Oleh karena itu paper ini dibuat dengan harapan agar banyak tenaga
kesehatan khususnya perawat mempelajari tentang teknik pembalutan yang umum
dilakukan dengan baik dan benar sehingga dapat menambah ketrampilan dan juga
profesionalitas dalam dunia kerja. (Hidayat & Uliyah. 2014)

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan berbagai teknik balutan luka.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa memahami pengertian balutan luka
b. Mahasiswa memahami tujuan membalut luka
c. Mahasiswa memahami syarat-syarat membalut luka
d. Mahasiswa memahami macam-macam pembalut luka
e. Mahasiswa memahami prinsip-prinsip membalut luka
f. Mahasiswa memahami pengkajian sebelum melakukan pembalutan luka
g. Mahasiswa memahami dan melakukan prosedur kerja atau seni membalut
luka
h. Mahasiswa memahami evaluasi yang harus dilakukan setelah luka dibalut

BAB II
KONSEP MEMBALUT LUKA

A. Pengertian
Menurut Morison, Moya J. (2004)

1
Pembalutan merupakan suatu tindakan medis yang dilakukan untuk
menutupi luka dari kontaminasi menggunakan bahan tertentu. Pembalutan juga
dikatakan sebagai penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahan
tertentu dan dengan tujuan tertentu.
Pembalut luka adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan
penutup luka. Mempertahankan penutup luka. pembalut dibuat dari bermacam
materi kain.
Membalut luka merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai
dengan baik oleh Perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lainnya. Apapun
alasannya perlu diingat bahwa jika tidak diterapkan dengan benar membalut dapat
lebih cepat dan mudah menyebabkan injury.

B. Tujuan Membalut Luka


1. Menahan bagian tubuh supaya tidak bergeser seperti:
a) menahan penutup luka
b) menahan bagian tubuh yang cedera dari gerakan dan geseran
c) Menahan pembengkakan yang dapat terjadi pada luka.
2. Melindungi bagian tubuh yang cedera
3. Menutup bagian tubuh luka agar tidak terkontaminasi oleh cahaya, debu dan
kotoran.
4. Memberikan tekanan seperti terhadap:
a) kecenderungan timbulnya pendarahan atau hematum
b) adanya ruang mati (dead space). (Morison, Moya J. 2004)

C. Syarat-Syarat Membalut Luka


1. Mengetahui tujuan yang akan dikerjakan
2. Mengetahui seberapa batas fungsi bagian tubuh tersebut dikehendaki dengan
balutan
3. Tersedia bahan(bahan memadai sesuai dengan tujuan pembalutan bentuk
besarnya bagian tubuh yang akan dibalut. (Morison, Moya J. 2004)

D. Prinsip-Prinsip Membalut Luka


1. Balutan harus rapat, rapi dan jangan terlalu erat karena dapat mengganggu
sirkulasi.
2. Jangan terlalu kendor sehingga mudah tergeser dan lepas
3. Ujung-ujung jari dibiarkan terbuka untuk mengetahui adanya gangguan
sirkulasi

2
4. Bila ada keluhan balutan terlalu erat hendaknya sedikit dilonggarkan tapi tidak
terlalu rapat kemudian e2aluasi keadaan sirkulasi. (Morison, Moya J. 2004)

E. Macam-Macam Pembalut
Menurut Darwis, dkk (2007) Bentuk pembalut yang dapat digunakan terdapat
beberapa bentuk :
1. Plaster
Plester biasanya dipergunakan untuk menutup luka yang telah diberi
antiseptik. Juga dapat dipakai merekatkan penutup luka dan fiksasi pada
sendi yang terkilir.
2. Pembalut pita/gulung
Pembalut pita/gulung dapat dibuat dari kain katun, kain kasa, flannel
ataupun bahan elastik. Di pasaran, yang banyka dijual sebagai pembalut
pita adalah yang terbuat dari kain kasa.
Ada beberapa ukuran pembalut pita/gulung:
1) Pembalut pita ukuran 2,5 cm untuk jari-jari
2) Pembalut pita ukuran 5 cm untuk leher dan pergelangan tangan
3) Pembalut pita ukuran 7,5 cm untuk kepala, lengan atas, lengan bawah,
betis dan kaki.
4) Pembalut pita ukuran 10 cm untuk paha dan sendi panggul
5) Pembalut pita ukuran >10 - 15 cm untuk dada, punggung dan perut
3. Mitela
Mitela merupakan kain segitiga sama kaki dengan panjang kaki 90 cm,
terbuat dari kain mori. Pada penggunaannya seringkali dilipat-lipat
sehingga menyerupai dasi. Dalam hal ini mitela dapat diganti dengan
pembalut pita.

4. Funda
Funda adalah kain segitiga sama kaki yang sisi kiri dan kanannya dibelah
6 10 cm tingginya dari alas, sepanjang kurang lebih 1/3 dari panjang alas
3
dan sudut puncaknya dilipat ke dalam. Ada beberapa kegunaan dari
pembalut funda ini seperti funda maksila, funda nasi, funda frontis, funda
vertisis, funda oksipitis dan funda kalsis.

5. Platenga
Platenga merupakan pembalut segitiga yang dibelah dari puncak sampai
setengah tingginya. Pembalut ini biasa digunakan pada pembalutan
payudara/mammae untuk mengurangi nyeri mastitis atau untuk membalut
perut atau panggul.

F. Pengkajian sebelum melakukan pembalutan luka


Pengkajian dilakukan adalah:
1. melihat penampilan luka seperti adanya perdarahan, proses inflamasi
(kemerahan dan pembengkakan).
2. luas lukanya sehingga kita dapat menentukan seberapa besar luka yang harus
kita balut.
3. Selain itu, juga perlu dikaji adanya drainase, pembengkakan, bau yang kurang
sedap, dan nyeri pada daerah luka.

G. Prosedur Kerja
Menurut Darwis, dkk. (2007)
1. Cara membalut dengan pita (gulung)
Pembalut pita dapat digunakan sebagai pengganti pembalut yang
berbentuk segitiga. Secara umum cara membalut dengan pita dapat mengikuti
langkah-langkah berikut:

4
a. Berdasar pada besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka dipilih
pembalut pita dengan ukuran Iebar yang sesuai.
b. Pembalutan biasanya dibuat beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung
yang dibalutkan mulai dari proksimal bergerak ke distal untuk menutup
sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut, kemudian dari distal ke
proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling menyilang dan tumpang
tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya.
c. Kemudian ujung pembalut yang pertama diikat dengan ujung yang lain
secukupnya.

Beberapa teknik penggunaan pembalut pita antara lain :


1) Balutan sirkuler (spiral bandage)
Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk silinder.

Caranya:
Pembalut mula-mula dikaitkan dengan 2-3 putaran, lalu pada saat
membalut tepi atas balutan harus menutupi tepi bawah balutan
sebelumnya, demikian seterusnya.
2) Balutan pucuk rebung (spiral reverse bandage)
Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk kerucut.

5
Caranya:
Setelah pembalut dikaitkan dengan 2-3 putaran, maka pembalut diarahkan
ke atas dengan menyudut 45, lalu di tengah pembalut tadi dilipat
mengarah ke bawah dengan sudut 45 juga, demikian seterusnya.
3) Balutan angka delapan (figure of eight)
Teknik balutan ini yang dapat digunakan pada hampir semua bagian
tubuh, terutama pada daerah persendian. Pada kasus terkilir, ligamentum
yang sering robek ialah yang terletak di lateral, karena itu kaki diletakkan
dalam posisi eversi/rotasi eksterna untuk mengistirahatkan dan
mendekatkan kedua ujung ligamentum tersebut baru kemudian dibalut.

Caranya:
a. Pembalut mula-mula dililitkan di pergelangan beberapa kali, lalu
diteruskan ke punggung kaki (dalam hal membalut pergelangan kaki),
melingkari telapak kaki, naik lagi ke punggung dan pergelangan kaki,
demikian seterusnya sehingga membentuk angka delapan.
b. Untuk menghindari menghindari teregangnya balutan ini,
dipergunakan plester selebar 2-3 cm. Plester tersebut dilekatkan dari
sisi medial pergelangan melingkari telapak kaki ke sisi lateral, lalu dari
sisi medial punggung kaki melingkari rtumit ke sisi lateral, demikian
seterusnya dengan diselang-seling. Plester harus cukup panjang hingga
mencapai kulit yang tak terbalut. Balutan ini harus diganti setiap 4-6
hari.
4) Balutan rekurens (recurrent bandage)
6
Balutan ini dapat dilakukan pada kepala atau ujung jari, misalnya pada
luka di puncak kepala.

Caranya:
Pembalut dilingkarkan di kepala tepat di atas telinga 2-3 kali. Setelah
pembalut mencapai pertengahan dahi, dengan dipegang oleh seorang
pembantu pembalut ditarik ke oksiput dan disini dipegang oleh pembantu,
lalu pembalut kembali ditarik ke dahi. Setelah seluruh kepala tertutup,
ujung-ujung bebas di dahi dan di oksiput ditutup dengan balutan sirkuler
lagi. Lalu diperkuat dengan plester selebar 2-3 cm mengelilingi dahi
sampai oksipital.

2. Cara membalut dengan mitella


Dalam kasus pertolongan pertama, pembalut segitiga sangat banyak
gunanya, sehingga dalam perlengkapan medis pertolongan pertama pembalut
jenis ini sebaiknya disediakan lebih dari satu macam.
Mitella dipergunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk bulat.
Dapat pula untuk menggantung lengan yang cedera. Selain itu dapat dilipat
sejajar dg alasnya, menjadi pembalut bentuk dasi (cravat), dalam hal ini
mitella dapat diganti dengan pembalut pita.
Secara umum cara membalut dengan pita dapat mengikuti langkah
langkah berikut:
a. Salah satu sisi mitella dilipat 3-4 cm sebanyak 1-3 kali.
b. Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan di luar bagian yang akan
dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan.
c. Salah satu ujung lainnya yang bebas ditarik dan dapat diikatkan pada
ikatan (b) diatas, atau diikatkan pada tempat lain atau dapat dibiarkan
bebas, hal ini tergantung tempat dan kepentingannya.
7
1) Membalut tubuh
a) Membalut dada
Puncak kain segitiga diletakkan di salah satu bahu penderita,
sedang sisi alasnya dirapatkan di perut dan kedua sudut alasnya
ditarik ke punggung kemudian disimpulkan. Puncak kain tadi dari
atas bahu ditarik ke punggung dan disimpulkan dengan salah satu
sudut alas.

b) Membalut punggung
Pemasangan pembalut dibalik, merujuk pada cara membalut dada
diatas.
2) Membalut anggota tubuh dan persendian
a) Membalut sendi siku atau sendi lutut
Sendi siku (atau sendi lutut) dibalut pada posisi dengan nyeri yang
minimum. Sebuah kain segitiga berbentuk dasi selebar 20 cm,
bagian tengahnya diletakkan pada lekuk siku (atau lekuk lutut) dan
ujung-ujungnya dililitkan mengelilingi sendiujung atas
mengelilingi lengan atas (atau tungkai atas) dari proksimal ke
lekuk sendi, sedang ujung bawah mengelilingi lengan bawah (atau
tungkai bawah) dari distal ke lekuk sendi. Lalu kedua ujug itu
disimpukan di sisi lateral sendi.

8
b) Menggendong lengan
- Pilihlah jenis dan ukuran pembalut mitella yang sesuai dengan
keadaan luka dan postur pasien
- Letakkan kain segitiga di depan dada dan di bawah lipatan
ketiak, dengan puncak alas kain mengarah ke sisi lengan yang
cedera dan salah satu sudut alas kain ujungnya mencapai
belakang leher dari sisi yang berlawanan dengan lengan yang
cedera
- Dalam posisi badan tegak, lekukkan siku dan letakkan lengan
bawah yang patah di atas kain dalam posisi datar
- Untuk mengurangi perdarahan atau pembengkakan, letakkan
jari tangan lebih tinggi daripada siku
- Lipatlah ke atas sudut alas lain dengan ujung mencapai
belakang leher dari arah sisi
- yang cedera sehingga membungkus lengan bawah seperti
menggendong
- Simpul kedua ujung alas kain di belakang leher, dengan posisi
tidak boleh terletak di tengah untuk menghindari simpul
menekan kulit ke tulang belakang, dan juga tidak boleh
diletakkan diatas pleksus brakialis Tarik puncak kain di lateral
siku ke arah ventral dan lekatkan dengan peniti.

9
c) Membalut pergelangan tangan
Sebuah kain segitiga berbentuk dasi bagian tengahnya diletakkan
di telapak tangan; ujung-ujungnya disilang di punggung tangan,
lalu mengitari pergelangan tangan dan disimpulkan disitu.

d) Membalut tumit dan dan pergelangan kaki


Kain segitiga dilipat-lipat dari sisi alas sampai 2/3 tinggi kain, lalu
letakkan alas (yang telah dilipat tadi) di pangkal tumit. Kedua
ujungnya dililitkan di pergelangan kaki membentuk angka delapan;
setelah diulang secukupnya, lalu disimpulkan di sisi dorsal
pergelangan kaki.

10
3. Cara Membalut dengan Funda
Funda merupakan kain segitiga sama kaki yang sisi kiri dan kanannya di belah
6-10 Cm tingginya dari alas, sepanjang + 1/3 dari panjang alas; sudut
panjangnya dilipat ke dalam.
Pembalut ini dapat digunakan sebagai:
1. Funda maksila untuk menahan tulang maksila yang patah atau untuk
menekan perdarahan didaerah maksila
2. Funda nasi untuk menutup dan menekan luka daerah hidung
3. Funda frontis untuk menutup dan menekan luka di dahi
4. Funda vertitis untuk menutup dan menekan luka daerah puncak kepala
5. Funda oksipitis untuk menutup dan menekan luka daerah bagian kepala
6. Funda kalsis untuk membalut tumit dan pergelangan kaki

Evaluasi
1. Apakah pembalutan lukanya sudah tepat.
2. Evaluasi keadaan sirkulasi
3. Apakah pasien nyaman atau terlalu ketat/kendor.
4. kita lihat dan cek bagian yang sudah dibalut.
5. dan selanjut kita dokumentasikan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

11
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup
luka. Pembalutan juga dikatakan sebagai penutupan suatu bagian tubuh yang
cedera dengan bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu. Pembalutan terdiri
dari beberapa tujuan, prinsip dan syarat.
Macam-macam pembalut yaitu Mitella, Dasi (cravat), Pita, Plester,
Pembalut yang spesifik dan Kassa steril. Masing-masing dari macam-macam
pembalut tersebut memiliki fungsi dan peranan yang berbeda-beda pada luka
tertentu, dan dari segi cara penggunaan serta tempat biasanya pembalut itu
digunakan.

B. Saran
Sebagai perawat hendaknya kita lebih mengetahui dan memahami tentang
seni balutan luka agar dapat menentukan tindakan balutan luka yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Darwis, dr. Allan. & Sarana, dr. Lita, dkk. 2007. Pedoman Pertolongan
Pertama. Jakarta : PMI.

Morison, Moya J. 2004. Manajemen Luka. Jakarta : EGC.


12
Hidayat, A, Aziz Alimul. & Uliyah, musrifatul. 2014. Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia 1. Jakarta: Salemba Medika

Prosedur Melakukan Pembidaian

Pemasangan bidai adalah suatu tindakan untuk mengatasi atau membantu pasien yang
mengalami patah tulang sehingga tidak terjadi pergerakan / pergeseran sehingga pasien tidak
merasa sakit. Prosedur ini dilakukan sebagai acuan dan langkah-langkah dalam pelaksanaan
pemasangan bidai / spalk pada pasien. Pemasangan bidai / spalk pada pasien patah tulang
dilakukan oleh petugas IGD untuk mencegah komplikasi.

13
1. PENGERTIAN PEMBIDAIAN :

Bidai menurut kamus bahasa indonesia : jaliana bilah bambu ( kulit kayu randu ) untuk
membalut tangan yang patah dsb;

Bidai tau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi
ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak
bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.

2. TUJUAN

Mengurangi nyeri trauma ekstremitas


Memudah kan memobilisasi pasien trauma ekstremitas bawah
Mempertahankan posisi yang nyaman

3. TEKNIK PEMBIDAIAN

Pembidaian sementara untuk transportasi


Pembidaian untuk menahan atau mencapai reduksi fraktur atau dislokasi serta
untuk memberikan imobilisasi yang lama.

4. INDIKASI
A, Patah tulang :
Posisi abnormal
Perdarahan bisa ada atau tidak
Memar
Bengkak
Perubahan bentuk
Nyeri gerak aktif dan pasif
Nyeri sumbu
Krepitasi
Fungsiolesa
B. sendi yang pernah mengalami dislokasi

5. PERINSIP UMUM PEMBIDAIAN

Mempertahankan nyawa, mendapatkan prioritas dibandingkan pembidaian


darurat. Obati asfkasi,kendalikan perdarahan hebat,

14
Pada ekstermitas yang cedera ,perikasa tanda tanda cedera arteria dan
syaraf,sebelum mencari adanya fraktur dan melakukan pembidaian darurat.
Rabalah denyut nadi di distal fraktur.
Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.
Pakaian pada ekstermitas yang cedera harus dilepas atau dilepas.

Prioritas pembiadaian dalam menangani fraktur:

a. fraktur spinal;

b. fraktur tulang kepala dan tulang rusuk;

c. fraktur extremitas

model pembidaian :

a. Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau bahan
lainyang keras.

b. Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut atau bahan
yang lunak lainnya.

c. Bidai Traksi

Contoh-contoh pembidaian

a. Biadai leher

15
b. Tulang bahu

c. Pembidaian Tulang Lengan

16
d. Tulang iga

e. Pembidaian siku

f. Pembidaian lengan atas

17
g. Pembidaian jari

h. Pembidaian tungkai atas

18
i. Pembidaian tungkai kaki

j. Pembidaian tulang betis

19
6. TINDAKAN PEMBIDAIAN PRA HOSPITAL

Prinsip Pertolongan

1. Memeriksa kesadaran

2. Lakukan penanganan ABC

3. Mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;

4. Mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan


lunak sekitarnya seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan lainnya.

5. Segera cari pertolongan medis

7. TINDAKAN PEMBIDAIAN DI HOSPITAL

Prosedur Pembidaian
1) Siapkan alat-alat selengkapnya
2) Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat
lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
3) Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur
dahulu pada sendi yang sehat.
4) Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara
bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah,
atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.

20
5) Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari
sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas
bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada
permukaan anggota tubuh yang dibidai.
6) Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara
keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
7) Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
8) Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

DAFTAR PUSTAKA
MODUL PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR. SUB BIDANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN,PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR DAN
RADIOLOGI,BATAN.,2008

KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA,.EDISI II, DEPERTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUD

21

Вам также может понравиться