Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh kelompok V
1. H. Wawan Hermawan
2. H. Hasan Syiaruddin
3. Hj. Yayah Rohayah
4. Hamdan Hermawan
5. Asep Hidayatullah
6. Hj. Emut Mutiah
7. Ishak
Asuhan Keperawatan 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak negara
berkembang.Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini
tiap tahunnya.DiIndonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300
810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian
2%.Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakitinfeksi
terpenting.Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit
infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten.Di
Sulawesi Selatan melaporkan demam typhoid melebihi 2500/100.000
penduduk (Sudono, 2006).Demam tifoid atau typhus abdominalls adalah suatu
infeksi akut yang terjadi pada ususkecil yang disebabkan oleh kuman
Salmonella typhi.
Typhi dengan masa tunas 6-14 hari.Demam tifoid yang tersebar di
seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan peroranganyang buruk
merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya
adalahbaik.Di Indonesia penderita Demam Tifoid cukup banyak diperkirakan
800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana.Ditemukan
hampir sepanjang tahun, tetapi terutama padamusim panas. Demam tifoid
dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering padaanak besar,
umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan
perbandingan 2-3: 1.12 Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak
usia seseorang mulai dapatmengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan
atau minuman yang dikonsumsi kurangbersih. Biasanya baru dipikirkan suatu
demam tifoid bila terdapat demam terus-menerus lebihdari 1 minggu yang
tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring
pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari
(BahtiarLatif, 2008).
Asuhan Keperawatan 2
B. TUJUAN
Tujuan penulisan karya tulis Ilmiah ini adalah:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui seluk beluk tentang demam thypoid pada para
pembaca sehingga dapatmenjadi referensi untuk pembelajaran atau upaya
preventif mencegah penyakit demam thypoid.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai berbagai hal
yang berhubungan dengan penyakit demam thypoid untuk diusahakan
mencari data-data beserta pemecahanya kemudian mencocokan berdasarkan
teori yang telah diperoleh dari kuliah maupun literature.
Asuhan Keperawatan 3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Asuhan Keperawatan 4
B. ETIOLOGI
Etiologi dari typhoid adalah Salmonella thypi/ salmonella thyphosa, basil gram
negatif yang bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora. (Suriadi, Yuliani
Rita, 2001).
Etiologi dari thypoid menurut Rahmat Juwono pada tahun 2002 adalah :
1. 96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak
dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam
antigen, yaitu :
a. Antigen O (somatic terdiri dari zat kompleklipolisakarida)
b. Antigen (flagella)
c. Antigen VI dan protein membrane hialin
2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
5. Feces dan urin yang terkontaminasi dari penderita typus
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Ngastiyah (2005: 237), typoid pada anak biasanya lebih ringan
daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama
30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan
tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat,
kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu:
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sekali.Minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat
lagi pada sore dan malam hari.Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun
dan normal kembali.
2. Gangguan Pada Saluran Pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden).Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
tepinya kemerahan.Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut
kembung.Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.
Asuhan Keperawatan 5
3. Gangguan Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen.Jarang
terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan, pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada
minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan
epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam typoid, akan
tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua
setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut
teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak
dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.
Asuhan Keperawatan 6
6. Lemas, pusing, dan sakit perut, Terkesan acuh tak acuh bahkan
bengong, Ini terjadi karena adanya gangguan kesadaran.Jika
kondisinya semakin parah, seringkali tak sadarkan diri/pingsan.
7. Tidur pasif, Penderita merasa lebih nyaman jika berbaring atau tidur.
Saat tidur, akan pasif (tak banyak gerak) dengan wajah pucat.
E. PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi
oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan
dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella
thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk
ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini
kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan
oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan
bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
G. PATHWAYS
Asuhan Keperawatan 7
Salmonella typhosa
Saluran cerna
H. KOMPLIKASI
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perporasi usus
c. Ilius paralitik
2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan
syndroma uremia hemolitik.
c.Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis,
kolesistitis.
e.Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus,
meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma
katatonia.
Asuhan Keperawatan 8
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan satu
laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi
yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit Biakan darah
terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh
biakan darah dapat positif kembali.
c.Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid di
masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien,
antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
Asuhan Keperawatan 9
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba. Bila klien sebelum
pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan
mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi
terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang
yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin
yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal
dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin
besar klien menderita typhoid.
5. Faktor-faktor Teknis
a. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung
antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu
spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang
lain.
b. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi
hasil uji widal.
c. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada
penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi
antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari
strain lain.
Asuhan Keperawatan 10
J. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi pendarahan usus.Mobilisasi bertahap bila tidak ada
panas, sesuai dengan pulihnya transfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2. Terapi
a. Kloramfenikol
Dosis yang diberikan adalah 100mg/kg BB/hari, maksimum
pemberian 2g/hari.Dapat diberikan secara oral atau intravena,
sampai 7 hari bebas panas.
b. Tiamfenikol
Dosis yang diberikan 4x500mg/hari.
c. Kortimoksazol
Dosis 48mg/kg BB/hari ( sibagi 2 dosis ) per oral sela 10 hari.
d. Ampicilin dan Amokcilin
Dosis berkisar 100mg/kg BB, selama 2 minggu.
e. Sefalosporingenerasi ketiga seperti seftriakson
Dosis 80mg/kg BB IM atau IV.1x1, sela 5 -7 hari.Atau seiksim oral
dosis 20mg/kg BB/haridibagi 2 dosis selama 10 hari.
f. Golongan Fluorokuinolon
- Norfloksasin : dosis 2 x 400mg/hari selama 14 hari
- Siprofloksasin : dosis 2 x 500mg/hari selama 6 hari
- Ofloksasin : dosis 2 x 400mg/hari selama 7 hari
- Pefloksasin : dosis 1 x 400mg/hari selama 7 hari
- Fleroksasin : dosis 1 x 400mg/hari selama 7 hari
g. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan
tertentu seperti: tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik,
karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme
dalam kultur darah selain kuman salmonella typhi. ( Widiastuti S,
2001 ).
3. Diet
a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dpat diberi bubur saring.
Asuhan Keperawatan 11
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Identitas
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab, berisi tempat tanggal
lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, diagnosa medis, no RM.
B. Keluhan Utama / Alasan Masuk RS.
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apati sampai somnolen, dan
gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau tegang dan nyeri pada
perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan sekarang
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau terkonta-
minasi dengan minuman.
2. Riwayat Kesehatan lalu
( Khusus untuk anak usia 0 5 tahun )
a. Pre Natal Care
Asuhan Keperawatan 12
a) Mulai melakukan perawatan selama hamil
b) Keluhan ibu selama hamil : emesi, demam
c) Riwayat terkena sinar X
d) Kenaikan BB selama hamil
e) Imunisasi
f) Golongan darah ibu dan ayah
b. Natal
a) Tempat melahirkan di ..
b) Lama dan jenis persalinan
c) Menolong persalinan adalah
d) Cara untuk memudahkan persalinan
c. Post Natal
a) Kondisi bayi
b) Riwayat penyakit
( Untuk semua usia )
- Riwayat perawatan atau operasi
- Riwayat alergi
- Riwayat pengobatan
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Thypoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita demam
tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah.
2. Riwayat Imunisasi
Berisi mengenai pemberian vaksin BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis, waktu
pemberian dll.
3. Riwayat tumbuh kembang
Dibagi menjadi 2 yakni : pertumbuhsn fisik meliputi berat badan, tinggi
badandan perkembangan tiap tahap meliputi berguling, duduk, merangkak,
berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain, bicara, berpakaian.
4. Riwayat Nutrisi
Jenis yang dikaji pemeberian asi, pemberian susu tambahan, pemberian
makanan tambahan (sereal)
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual,
perut tidak enak, anorexia.
2. Kepala dan leher
Asuhan Keperawatan 13
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal,
konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering,
lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher
simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3. Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen
ditemukan nyeri tekan.
4. Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat
cuping hidung.
5. Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang
meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh.
6. Sistem integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
7. Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih
pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal).N -1 cc/kg
BB/jam.
8. Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada
gangguan.
9. Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan
tonsil.
10. Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita
penyakit thypoid.
Asuhan Keperawatan 14
E. Diangnosa Keperawatan
Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
Typhoid menurut Suriadi & Yulianni (2006) adalah:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adanafsu makan, mual dan kembung.
2. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake
cairandan peningkatan suhu tubuh.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.
5. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi
F. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanIntervensi keperawatan pada pasien dengan Typhoid
menurut Suriadi &Yulianni(2006) adalah:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada
nafsu makan, mual dan kembung.
Tujuan : Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan.
Intervensi:
a. Nilai status nutrisi anak
b. Izinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi
anak,rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera
makan anak meningkat
b. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi
untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
c. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan makanan dengan teknik
porsikecil tetapi sering
d. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan
skalayang samaf.
e. Pertahankan kebersihan mulut anak
f. Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan
penyakit.
g. Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral. Jika
pemberian makan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak
2. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake
cairandan peningkatan suhu tubuh.
Asuhan Keperawatan 15
Tujuan : Mencegah kurangnya volume cairan.
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital (suhu tubuh ) paling sedikit setiap empat
jam
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak
elastis,ubun-ubun cekung, produksi urine menurun, membran mukosa
kering, bibirpecah-pecah
c. Observasi dan catat intake dan output dan mempertahankan intake
danoutput yang adekuat
d. Monitor dan catat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala
yang sama
e. Monitor pemberian cairan intravena melalui intravena setiap jam
f. Kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water
loss/IWL)dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid
sponge
b. Berikan antibiotik sesuai program
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
Tujuan : Mempertahankan fungsi persepsi sensori
Intervensi :
a. Kaji status neurologis
b. Istirahkan anak hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil
c. Hindari aktivitas yang berlebihan.
d. Pantau tanda-tanda vital
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total
Tujuan : Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
Intervensi
a. Kaji aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan tugas
perkembangananak
b. Jelaskan kepada klien dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak
dapatdilakukan hingga demam berangsur-angsur turun
c. Bantu memenuhi kebutuhan dasar anak
b. Libatkan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak
5. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Mempertahankan suhu dalam batas normal
Intervensi :
Kaji pengetahuan anak dan keluarga tentang hipertermia
b. Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
c. Beri minum yang cukup
Asuhan Keperawatan 16
d. Lakukan tepid sponge (seka)
e. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat
f. Pemberian obat antipireksiag.
g. Pemberian cairan parenteral (IV yang adekuat)
G. Evaluasi
Evaluasi menurut Suriadi & Yulianni (2006) yaitu:
1. Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi
2. Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
3. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan kesadaran yang lebihlanjut
4. Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat
perkembangan klien.
5. Anak akan menunjukkan tanda - tanda vital dalam batas normal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN.S DENGAN DIAGNOSA SUSP. TYPOID
DI RUANG PLAMBOYAN
Asuhan Keperawatan 17
No. Register : 2016092001
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama : An. S
Umur : 7 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan :
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda Indonesia
Status :
Alamat : Kp Kadu Bera Ds Kadubera Kec Picung
Diagnosa : Typhoid
Penanggung Jawab
Nama : Tn A
Pekerjaan : Wiraswasta
Asuhan Keperawatan 18
turun-turun, kemudian klien dibawa berobat ke puskesmas saketi
dan ternyata harus dirawat.
Keluhan utama
Klien / keluarga mengatakan bahwa abdomen bagian
bawah terasa nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum disertai pusing-
pusing dan panas badan yang tinggi dan disertai demam.
Keluhan pada saat di data
Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen terutama
usus dan kepala pusing apabila banyak melakukan aktivitas dan
nyeri akan berkurang apabila istirahat dengan berbaring. Keluhan
ini dirasakan apabila melakukan aktivitas sehingga klien terihat
lemas dan melakukan segala aktivitasnya harus dibantu oleh
keluarganya.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan belum pernah mengalami sakit yang berat
sampai dirawat di rumah sakit.
5. Struktur keluarga
Klien belum menikah dan klien anak ke 2 dari tiga bersaudara,
anak pertamanya sekolah SD kelas IV dan adiknya masih Batita.
Asuhan Keperawatan 19
Keterangan :
Klien
Laki-laki
Wanita
6. Data Biologis
NO. POLA DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
1 Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 2x per hari 3x per hari
Jenis Makan biasa nasi,lauk,sayur Bubur ML + lauk + sayur
Jumlah Satu porsi habis & makanan I/4 porsi habis + makanan
tambahan tambahan kue + buah
buahan
Makanan pantangan Makanan yang pedas-pedas
dan yang asem-asem
Keluhan Tidak ada tidak nafsu makan
b. Minum
Frekuensi 7-8 gelas per hari 2 gelas per hari 500 CC
Jenis air putih air putih
Keluhan tidak ada tidak ada
Asuhan Keperawatan 20
NO. POLA DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2x per hari 2 hari sekali
c. BAK
Frekuensi 4-5 x/hari 3-4x/hari
Warna Kuning jernih kuning jernih
Bau khas khas
4 Personal Hygiene
a. Mandi
Frekuensi 2x per hari 2x per hari
memakai sabun mandi memakai sabun mandi
b. Gosok gigi
Frekuensi 2x per hari klien belum pernah meng-
memakai pasta gigi gosok gigi karena tidak bisa
melakukannya
c. Keramas
Frekuensi 2x seminggu klien belum pernah keramas
memakai shampo karena jika keramas dapat
kedinginan dan menambah
pusing di bagian kepala
Asuhan Keperawatan 21
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
Klien tampak lemas dan lemah, wajah klien tampak meringis
TTV N : 100x/menit, T : 40 C
R : 20x/menit
BB : 20 kg
TB : 120 cm
Asuhan Keperawatan 22
Penglihatan : normal,
bias meliha dalam jarak 30 cm
d. Telinga
a. Bentuk simetris kanan-kiri, berukuran sama
b. Posisi spina sejajar dengan sudut mata
c. Daun telinga keras, kulit lembut, tidak terdapat lesi,
benjolan/masa
d. Keadaan telinga agak kotor dan serumen
e. Dapat mendengkur suara bisikan
e. Hidung
a. Bentuk hidung simetris kanan-kiri
b. Tidak terdapat sekret, lendir, polip maupun sumbatan dan
pendarahan
c. Nyeri tekan pada sinus frontalis dan sinus maxillaris
d. Dapat mencium bau dan membedakannya
g. Dada
a. Rongga thorax : - Bentuk simetris
- Kulit permukaan thorax berwarna
coklat muda tidak terdapat lesi, ptekie,
nodul, maupun masa
Asuhan Keperawatan 23
- Tidak terdapat nyeri tekan
Paru-paru : - expansi paru simetris
Jantung :
- Letak jantung : Batas kiri : MCL ICS
Batas kanan : LMSD atas : 1csII
h. Abdomen
a. Abdomen lembut dan datar
b. Hepar tidak teraba dan tidak terdapat nyeri tekan
c. Limpa tidak teraba membesar dan tidak ada nyeri tekan
d. terdengar Bising usus, ireguler 12x/mmt dan nyeri tekan
pada bagian abdomen
h. Data Psikologis
1. Status emosi
Agak labil dan cepat marah, klien tidak dapat menerima
penyakitnya.
2. Konsep diri
Agak terganggu oleh penyakitnya
3. Gaya berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan 2 arah dengan baik.
i. Aspek Sosial
Asuhan Keperawatan 24
1. Gaya komunikasi
Dalam menjawab setiap pertanyaan klien menggunakan
bahasa verbar, klien terbuka dalam mengungkapkan perasaannya.
2. Pola Interaksi
Klien menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan
sekitarnya.Kleuarga klien mengatakan bahwa klien memiliki
banyak teman di rumahnya.
j. Data Sosial
1. Pendidikan : Sd kelas 1
2. Pekerjaan :
3. Hubungan keluarga : Dapat berinteraksi dengan baik
4. Sosio kultural : Sunda
5. Gaya hidup : sederhana
k. Data Spiritual
Klien adalah seorang penganut agama Islam, masih belajar
menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya dan
klien selalu berusaha dan berdoa untuk kesembuhan penyakitnya.
l. Theraphy
1. Injek Ceftriaxon : 2 x 0,5 gr
2. Paracetamol : 3 x 250mg
3. Vit B com : 3 x 250 mg
4. RL inpusan : 20 tts/mnt
m. Data Penunjang
normal
1. HB : 10,7 12-18 g/dl
Asuhan Keperawatan 25
2. Leko : 8,3 5,0-10,0 mm3
3. Trombosit : 227 150-440 ribu
4. Hematokrit : 30,9 37-48 %
Asuhan Keperawatan 26
B. ANALISIS DATA
Asuhan Keperawatan 27
Nama : An.S Ruangan : Anggrek
Asuhan Keperawatan 28
NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : - Pasien mengeluh - Infeksi salmonela typosa - Gangguan keseim-
demam bangan sushu tubuh/
- Nyeri kepala Terjadi replikasi virus dan hyperternia
pengeluaran endotoksin serta
DO : membentuk antibodi virus
- Bibir kering
- Lidah kotor Merangsang sintesis dan
- Nadi 100 x/menit pelepasan pirogen oleh
- Suhu 40 C lekosit, oleh jaringan yang
- Kulit teraba panas dan mradang (pada usus halus)
tampak memerah
- Banyak keluar keringat Set point temperatur
hyphotalamus
Demam
Gangguan keseimbangan
suhu tubuh/hypertermi
2 DS : - Gangguan peme-
- Klien mengatakan tidak- Virus salmonela typosa nuhan nutrisi
nafsu makan masuk ke usus halus
- Mual-mual
- Ingin muntah Kerusakan saluran pencerna-
- Klien mengatakan BB an menimbulkan ketidak-
menurun mampuan mencerna dan
meningkatnya asam lambung
DO : Kekurangan intake
- Klien tampak lemah +
lemas Lemah
- BB turun 3 kg
- makan 1/4 porsi kecil Gangguan penurunan nutrisi
Asuhan Keperawatan 29
Prioritas masalah
1. Gangguan keseimbangan suhu tubuh/hypertermia sehubungan dengan
adanya infeksi salomonela typhosa.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan adanya
anoreksia dan mual.
3. Gangguan pola kebutuhan istirahat dan tidur sehubungan dengan demam.
Asuhan Keperawatan 30
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan 31
Rencana Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan
1 Gang. keseimbangan suhu NOC : Thermoregulation NIC :
tubuh hypertermia Kriteria Hasil : Fever treatment
sehubu.
Suhu tubuh dalam rentang normal Monitor suhu sesering mungkin
dengan adanya infeksi Monitor warna dan suhu kulit
salmo- Nadi dan RR dalam rentang normal Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Monitor penurunan tingkat kesadaran
nela thyposa ditandai Tidak ada perubahan warna kulit
Monitor intake dan output
dengan : dan tidak ada pusing, merasa
Kolaborasi pemberian anti piretik
nyaman
DS : Berikan pengobatan untuk mengatasi
penyebab demam
- Pasien mengeluh Selimuti pasien
demam Lakukan tapid sponge
Kolaboraikan dengan dokter mengenai
pusing-pusing
pemberian cairan intravena sesuai program
DO : Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
- Kulit teraba panas Berikan pengobatan untuk mencegah
- Suhu 40 C terjadinya menggigil
Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan
Tindakan dan Evaluasi
Asuhan Keperawatan
Catatan Perkembangan
Asuhan Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam typoid (typus abdominalis, Typoid fever) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi atau Salmonella Paratyphi A,B, atau C. Penyakit ini
mempunyai tanda-tanda khas berupa perjalanan yang cepat berlangsung lebih kurang 3
minggu disertai dengan demam, toksemia, gejala-gejala perut, pembesaran limpa dan erusi
kulit. Sedangkan menurut Tambayong (2000), mengatakan tifus abdominalis adalah penyakit
infeksi hebat yang diawali di selaput lendir usus dan jika tidak diobati secara progresif
menyerbu jaringan di seluruh tubuh.
Menurut Wulandari (2008), Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam
yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran. Penyebarannya melalui lima F yaitu : Feses (tinja), Flies (lalat), Food
(makanan),Finger (jari tangan) dan Fomites (muntah). Untuk pengobatan terhadap penyakit
typoid dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat, Sampai saat ini masih menganut Trilogi
penatalaksanaan demam thypoid, yaitu :Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg,
hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama demam berkanjut sampai 2 hari bebas demam,
kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari kemudian. Penelitian terakhir
(Nelwan, dkk. di RSUP Persahabatan), penggunaan kloramphenikol masih memperlihatkan
hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat obat terbaru dari jenis kuinolon. Dan lain
sebagainya.
Untuk dapat megatasi penyakit typoid dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Diet dengan Cukup kalori dan tinggi protein
2. Perawatan sehari-hari dalam perawatan selalu dijaga personal hygiene, kebersihan
tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang digunakan oleh klien.
3. Istirahat, bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Klien harus
tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14
hari.
Asuhan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan Keperawatan