Вы находитесь на странице: 1из 10

BUDAYA MENCONTEK DIKALANGAN

PELAJAR

Dosen Pengampu : Dra. Jufrida, M. Si


NIP : 19660809 199303 2 002

Disusun Oleh : Eko Wijayanto (A1C314020)

Program Studi Pendidikan Fisika


Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Perdidikan
Universitas Jambi
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah kita ketahui bersama bahwa budaya mencontek di kalangan pelajar sudah hal
yang wajar bahkan seolah-olah sudah menjadi tradisi. Bahkan ketika Ujian Nasional pun
tradisi contek-mencontek tidak penah ditinggalkan. Dengan alasan standar kelulusan
semakin tinggi sehingga perbuatan contek-mencontek di halalkan. Mencontek sering kali
diartikan sebagai bentuk solidaritas. Tapi solidaritas ini sering disalahartikan yaitu
bagaimana kita membantu teman, baik dalam hal positif maupun negatif. Jika solidaritas
diartikan sebagai solidaritas yang positif maka akan berdampak poositif juga, yaitu
semakin eratnya rasa persatuan. Tapi jika solidaritas disalah artikan dengan memberikan
contekan kepada teman tentu saja ini akan menyimpang arti dari solidaritas yang
sebenarnya. Biasanya mereka beranggapan jika tidak memberikan contekan maka akan di
anggap pelit dan tidak mempunyai teman. Hal ini yang membuat kita serba salah sehingga
kita tetap mencontek meskipun kita tahu bahwa apa yang kita lakukan adalah hal yang
salah.

Sadar atau tidak mencontek dapat mendatangkan bahaya baik jangka pendek
maupun jangka panjang, baik bagi penyontek maupun yang dicontek Bila seorang siswa
terbiasa mencontek, maka kebiasaan itulah yang akan membentuk dirinya. Beberapa
karakter yang dapat dihasilkan dari kegiatan mencontek antara lain mengambil milik orang
lain tanpa ijin, menyepelekan, senang jalan pintas dan malas berusaha keras. Bisa
dipastikan, saat siswa sudah dewasa dan hidup sendiri, tabiat-tabiat hasil perilaku
mencontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuri, korupsi,
manajemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pedapatan tinggi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari mencontek?


2. Bagaimana tinjauan psikologi tentang mencontek?
3. Apa faktor yang menyebabkan para pelajar mencontek?
4. Apakah dampak dari perbuatan mencontek?
5. Bagaimana cara mengatasi kebiasaan mencontek dikalangan pelajar?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang
pengertian mencontek dan faktor penyebab mencontek, untuk mengetahui tinjauan
psikologi tentang mencontek, dan memberikan masukan tentang cara-cara mengatasi
perbuatan mencontek di sekolah sehingga dapat memahami makna dari proses
pembelajaran atau pendidikan. Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan juga dapat
mengetahui akibat dari perbuatan mencontek sehingga mempunyai kesadaran untuk tidak
melakukan hal tersebut dan dapat menghindarinya bahkan dapat meninggalkan kebiasaan
tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Mencontek

Mencontek memiliki arti yang beraneka macam, akan tetapi biasanya dihubungkan
dengan kehidupan sekolah khususnya bila ada ulangan dan ujian.

Ada berbagai macam pegertian tentang mencontek, yaitu:

1. Menurut Purwadarminta mencontek adalah sebagai suatu kegiatan


mencontoh/meniru/mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya.
2. Cheating (mencontek) menurut Wikipedia Encyclopedia sebagai suatu tindakan
tidak jujur yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan keuntungan yang
mengabaikan prinsip keadilan.
3. Bower (1964) yang mendefinisikan cheating is manifestation of using illigitimate
means to achieve a legitimate end (achieve academic success or avoid academic
failure). Maksudnya, mencontek adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara
yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan
akademis atau menghindari kegagalan akademis.
4. Deighton (1971) yang menyatakan Cheating is attempt an individuas makes to
attain success by unfair methods. Maksudnya, mencontek adalah upaya yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak
jujur.

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mencontek adalah suatu
perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara yang
dilakukan seseorang untuk mencapai nilai yang terbaik dalam menyelesaikan tugas
terutama pada ulangan atau ujian.

Pada dasarnya mencontek dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu


mencontek dengan usaha sendiri dengan membuka buku catatan atau membuat berbagai
catatan kecil yang ditulis pada kertas kecil, tangan atau di tempat lain yang dianggap aman
dan tidak diketahui oleh guru atau pengawas. Dan yang kedua yaitu dengan meminta
bantuan teman. Misalnya dengan meniru jawaban dari teman atau dengan berkompromi
menggunakan berbagai macam kode tertentu, menerima jawaban dari pihak luar dan
mencari bocoran soal.

Dalam perkembangannya mencontek dapat ditemukan dalam bentuk perjokian


seperti kasus yang sering terjadi dalam UMPTN/SMPTN, memberi lilin atau pelumas pada
lembar jawaban komputer atau menebarkan atom magnet dengan maksud agar mesin
scanner komputer dapat terkecoh ketika membaca lembar jawaban sehingga gagal
mendeteksi jawaban yang salah atau menganggap semua jawaban benar. Dan banyak cara-
cara yang sifatnya spekulatif maupun rasional.

Ternyata praktik mencontek banyak macamnya, dimulai dari bentuk yang


sederhana sampai dalam bentuk yang canggih. Teknik mencontek tampaknya mengikuti
pula perkembangan teknologi, artinya semakin canggih teknologi yang dilibatkan dalam
pendidikan semakin canggih pula bentuk mencontek yang bakal menyertainya. Bervariasi
dan beragamnya bentuk perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai mencontek maka
sekilas dapat diduga bahwa hampir semua pelajar pernah melakukan mencontek meskipun
mungkin wujudnya sangat sederhana dan sudah dalam kategori yang dapat ditolerir.

Meskipun dapat dikatakan cara sederhana ataupun dengan cara yang canggih, dari
sesuatu yang sangat tercela sampai yang mungkin dapat ditolerir, mencontek tetap
dianggap oleh masyarakat umum sebagai perbuatan ketidakjujuran, perbuatan curang yang
bertentangan dengan moral dan etika serta tercela untuk dilakukan oleh seseorang yang
terpelajar.

B. Kategori Mencontek

Mencontek dapat dikatagorikan dalam dua bagian ; pertama mencontek dengan


usaha sendiri; kedua dengan kerjasama. Usaha sendiri disini adalah dengan membuat
catatan sendiri, buka buku, dengan alat bantu lain seperti membuat coretan-coretan dikertas
kecil, rumus ditangan, di kerah baju, bisa juga dengan mencuri jawaban teman Kerjasama
dengan teman dengan cara membuat kesepakatan terlebih dahulu dan membuat kode-kode
tertentu atau meminta jawaban kepada teman.

C. Tinjauan Pskologi Tentang Mencontek

Menurut Vegawati, Oki dan Noviani (2004), pada saat dorongan tingkah laku
mencontek muncul, terjadilah proses atensi, yaitu muncul ketertarikan terhadap dorongan
karena adanya harapan mengenai hasil yang akan dicapai jika ia mencontek. Pada proses
retensi, faktor-faktor yang memberikan atensi terhadap stimulus perilaku mencontek itu
menjadi sebuah informasi baru atau digunakan untuk mengingat kembali pengetahuan
maupun pengalaman mengenai perilaku mencontek, baik secara maya (imaginary) maupun
nyata (visual).

Pertimbangan-pertimbangan yang sering digunakan adalah nilai-nilai agama yang


akan memunculkan perasaan bersalah dan perasaan berdosa, kepuasan diri terhadap
prestasi akademik yang dimilikinya, dan juga karena sistem pengawasan ujian, kondusif
atau tidak untuk mencontek. Masalah kepuasan prestasi akademik juga akan menjadi
sebuah konsekuensi yang mungkin menjadi pertimbangan bagi seseorang untuk
mencontek. Bila ia mencontek, maka ia menjadi tidak puas dengan hasil yang
diperolehnya.

Yesmil Anwar (dalam Rakasiwi, 2007), mengatakan sebenarnya nilai hanya


menjadi alat untuk mencapai tujuan dan bukan merupakan tujuan dari pendidikan itu
sendiri. Karena pendidikan sejatinya adalah sebuah proses manusia mencari pencerahan
dari ketidaktahuan. Yesmil Anwar mengungkapkan, bahwa mencontek terlanjur dianggap
sepele oleh masyarakat. Padahal, bahayanya sangat luar biasa. Bahaya buat anak didik
sekaligus untuk masa depan pendidikan Indonesia. Ibarat jarum kecil di bagian karburator
motor. Sekali saja jarum itu rusak, mesin motor pun mati.
C. Faktor-Faktor Penyebab Mencontek Ketika Ujian

Menurut Nugroho (2008), yang menjadi penyebab munculnya tindakan mencontek


bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya berasal dari dalam internal yakni diri
sendiri, maupun dari luar (eksternal) misalnya dari guru, orang tua maupun sistem
pendidikan itu sendiri.

1. Faktor dari dalam diri sendiri

a. Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal. Biasanya disebabkan
ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan kurangnya waktu belajar.
b. Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.
c. Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.
d. Merupakan bentuk pelarian atau protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini
disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti dan
sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari guru atau dosen.
e. Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni
merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi
keseriusan belajar.
f. Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu
mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan
termasuk tes atau ujian.
g. Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.

2. Faktor dari Guru

a. Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga yang
terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas
belajar.
b. Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan
untuk membuat soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu
kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak
mengalami variasi soal.
c. Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
d. Tidak ada integritas dan keteladpan dalam diri guru berkenaan dengan mudahnya
soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.
e. Kurangnya sistem pengawasan dari guru.

3. Faktor dari Orang Tua

a. Adanya hukuman yang berat jika anaknya tidak berprestasi.


b. Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari
anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan pelajar melakukan mencontek ketika
ujian adalah sebagai berikut:

a. Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada hasil studi berupa angka dan
nilai yang diperoleh siswa dalam tes formatif atau sumatif.
b. Pendidikan moral baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam
kehidupan siswa.
c. Sikap malas yang terukir dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam menguasai
mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.
d. Anak remaja lebih sering mencontek dari pada anak SD, karena masa remaja bagi
mereka penting sekali memiliki banyak teman dan populer di kalangan teman-
teman sekelasnya.
e. Kurang mengerti arti dari pendidikan.
f. Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan mencontek meskipun
pada awalnya tidak ada niat melakukannya.
g. Karena jawaban dari pertanyaan tersebut sama dengan yang ada pada buku
sehingga bisa langsung disalin dari buku.
h. Merasa dosen atau guru kurang adil dalam memberikan nilai.
i. Adanya kesempatan atau pengawasan tidak ketat.
j. Takut gagal karena yang bersankutan merasa belum siap menghadapi ujian dan dia
tidak ingin mengulang.
k. Ingin mendapat nilai tinggi
l. Tidak percaya diri sehingga tidak yakin pada jawabanya sendiri.
m. Terlalu cemas menghadapi ujian sehingga apa yang dipelajari sudah hilang
sehingga terpaksa membuka catatan atau bertanya kepada teman yang duduk
berdekatan.
n. Merasa sudah sulit menghafal atau mengingat karena faktor usia, sementara soal
yang dibuat penguji sangat menekankan kepada kemampuan mengingat.
o. Mencari jalan pintas dengan pertimbangan daripada mempelajari sesuatu yang
belum tentu keluar lebih baik mencari bocoran soal.
p. Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan pribadi kepada
dosen atau guru lebih efektif daripada belajar serius.
q. Penugasan guru atau dosen yang tidak rasional yang mengakibatkan siswa atau
mahasiswa terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara.
r. Yakin bahwa dosen atau guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan
berdasarkan pengalaman sebelumnya sehingga bermaksud membalas dengan
mengelabui dosen atau guru yang bersangkutan.

D. Dampak dari Perbuatan Mencontek

a. Peserta didik akan menanam kebiasaan berbuat tidak jujur.


b. Pidak mau berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain.
c. Akan muncul generasi-generasi yang bodoh dan tidak jujur.
d. Para pelajar atau mahasiswa akan malas belajar.
e. Kreatifitas dalam dirinya terhambat.
f. Membodohi diri sendiri.
g. Penuh dengan rasa malas, putus asa, dan tidak bertanggung jawab.
E. Cara Mengatasi Kebisaan Mencontek

Ada beberapa macam untuk mengatasi kebiasaan mencontek yaitu:

1. Dari dalam diri sendiri

a. Bangkitkan rasa percaya diri.


b. Arahkan self consept ke arah yang lebih proporsional.
c. Biasakan berpikir lebih realistis dan tidak ambisius.

2. Dari Lingkungan dan Kelompok

Ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan
pertimbangan moral.

3. Dari Sistem Evaluasi

a. Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap).
b. Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif.
c. Lakukan pengawasan yang ketat.
d. Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan
dengan mempertimbangkan prinsip paedagogy serta prinsip andragogy.

4. Dari Guru atau Dosen

a. Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.


b. Bersikap rasional dan tidak mencontek dalam memberikan tugas ujian atau tes.
c. Tunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.
d. Berikan umpan balik atas setiap penugasan.

Selain itu kita sebagai calon pendidik tentunya memiliki tugas yang berat dalam
upaya mengatasi kebiasaan mencontek dikalangan pelajar. Salah satu upaya yang bisa kita
lakukan sebagai calon guru ialah memberikan motivasi pada peserta didik yang mencontek
pada saat ulangan agar peserta didik dapat bersikap jujur dalam menghadapi ulangan dan
menanamkan rasa percaya diri pada setiap peserta didik.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam batas-batas tertentu mencontek dapat dipahami sebagai sesuatu fenomena


yang manusiawi, artinya perbuatan mencontek bisa terjadi pada setiap orang. Sebagai
bagian dari aspek moral, maka terjadinya mencontek sangat ditentukan oleh faktor
kondisional yaitu suatu situasi yang membuka peluang, mengundang, bahkan memfasilitasi
perilaku mencontek. Seseorang yang memiliki nalar moral, yang tahu bahwa mencontek
adalah perbuatan tercela, sangat mungkin akan melakukannya apabila ia dihadapkan
kepada kondisi yang memaksa.

Mencontek adalah tindakan negatif yang mempengaruhi kinerja otak yang


membuat siswa menganggap enteng pelajaran tersebut. Mencontek merupakan salah satu
wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang. Ia bukan merupakan sifat bawaan individu,
tetapi sesuatu yang lebih merupakan hasil belajar atau pengaruh yang didapatkan seseorang
dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, mencontek lebih muatan
aspek moral daripada muatan aspek psikologis.

Tidak munafik jika kebiasaan mencontek sulit untuk dihilangkan. Bahkan penulis
sendiri sangat sulit untuk meninggalkan kebiasaan mencontek ini. Namun kita tidak boleh
hanya menyerah dengan kebiasaan buruk ini, tapi kita harus tetap berusaha menjadi
manusia yang lebih baik. Jika kita memang benar-benar sulit menghilangkan kebiasaan ini,
tapi paling tidak kita dapat meminimalisir kebiasaan mencontek ini. Bukan hal yang
mustahil kebiasaan ini untuk dihilangkan, jika tekad dan niat kita sungguh-sungguh maka
tidak mungkin jika tidak dapat meninggalkan kebiasaan ini.

Mencontek bukanlah salah satu bentuk solidaritas, tapi justru mencontek itu adalah
bentuk dari kecurangan. Mencontek adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur,
curang, dan menghalalkan segala cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai nilai yang
terbaik dalam menyelesaikan tugas terutama pada ulangan atau ujian.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Anisah. 2012. Kebiasaan Mencontek. http://aceh.tribunnews.com.

Alhadza, Abdullah. 2004. Makalah mencontek (Cheating) di Dunia Pendidikan.


http;//www.depdiknas.go.id/Jurnal.

Megawangi, Ratna. 2005. Indonesia Merdeka Manusia Indonesia Merdeka?.


http://www.suarapembaruan.com

Poedjinoegroho, Baskoro. 2006. Biasa Mencontek Melahirkan Koruptor.


http://ilman05.blogspot.com. Rakasiwi, Agus. 2007. Nyontek, Masuk Katagori
Kriminogen. http://www.pikiran-rakyat.com.

Sujinalarifin. 2009. Mencontek, Penyebab dan Penanggulangannya.


http://sujinalarifin.wordpress.com/2009.

Vegawati, Dian., Oki, Dwita.,P.S., Noviani, Dewi, Rina. 2004. Perilaku Mencontek di
Kalangan Mahasiswa. http://www.pikiran-rakyat.com.

Widiawan, Kriswanto. 1995. Mencontek Jadi Budaya Baru.


http://www1.bpkpenabur.or.id/kwiyata.

Вам также может понравиться