Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PELAJAR
Sadar atau tidak mencontek dapat mendatangkan bahaya baik jangka pendek
maupun jangka panjang, baik bagi penyontek maupun yang dicontek Bila seorang siswa
terbiasa mencontek, maka kebiasaan itulah yang akan membentuk dirinya. Beberapa
karakter yang dapat dihasilkan dari kegiatan mencontek antara lain mengambil milik orang
lain tanpa ijin, menyepelekan, senang jalan pintas dan malas berusaha keras. Bisa
dipastikan, saat siswa sudah dewasa dan hidup sendiri, tabiat-tabiat hasil perilaku
mencontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuri, korupsi,
manajemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pedapatan tinggi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang
pengertian mencontek dan faktor penyebab mencontek, untuk mengetahui tinjauan
psikologi tentang mencontek, dan memberikan masukan tentang cara-cara mengatasi
perbuatan mencontek di sekolah sehingga dapat memahami makna dari proses
pembelajaran atau pendidikan. Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan juga dapat
mengetahui akibat dari perbuatan mencontek sehingga mempunyai kesadaran untuk tidak
melakukan hal tersebut dan dapat menghindarinya bahkan dapat meninggalkan kebiasaan
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mencontek
Mencontek memiliki arti yang beraneka macam, akan tetapi biasanya dihubungkan
dengan kehidupan sekolah khususnya bila ada ulangan dan ujian.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mencontek adalah suatu
perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara yang
dilakukan seseorang untuk mencapai nilai yang terbaik dalam menyelesaikan tugas
terutama pada ulangan atau ujian.
Meskipun dapat dikatakan cara sederhana ataupun dengan cara yang canggih, dari
sesuatu yang sangat tercela sampai yang mungkin dapat ditolerir, mencontek tetap
dianggap oleh masyarakat umum sebagai perbuatan ketidakjujuran, perbuatan curang yang
bertentangan dengan moral dan etika serta tercela untuk dilakukan oleh seseorang yang
terpelajar.
B. Kategori Mencontek
Menurut Vegawati, Oki dan Noviani (2004), pada saat dorongan tingkah laku
mencontek muncul, terjadilah proses atensi, yaitu muncul ketertarikan terhadap dorongan
karena adanya harapan mengenai hasil yang akan dicapai jika ia mencontek. Pada proses
retensi, faktor-faktor yang memberikan atensi terhadap stimulus perilaku mencontek itu
menjadi sebuah informasi baru atau digunakan untuk mengingat kembali pengetahuan
maupun pengalaman mengenai perilaku mencontek, baik secara maya (imaginary) maupun
nyata (visual).
a. Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal. Biasanya disebabkan
ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan kurangnya waktu belajar.
b. Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.
c. Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.
d. Merupakan bentuk pelarian atau protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini
disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti dan
sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari guru atau dosen.
e. Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni
merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi
keseriusan belajar.
f. Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu
mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan
termasuk tes atau ujian.
g. Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.
a. Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga yang
terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas
belajar.
b. Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan
untuk membuat soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu
kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak
mengalami variasi soal.
c. Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
d. Tidak ada integritas dan keteladpan dalam diri guru berkenaan dengan mudahnya
soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.
e. Kurangnya sistem pengawasan dari guru.
a. Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada hasil studi berupa angka dan
nilai yang diperoleh siswa dalam tes formatif atau sumatif.
b. Pendidikan moral baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam
kehidupan siswa.
c. Sikap malas yang terukir dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam menguasai
mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.
d. Anak remaja lebih sering mencontek dari pada anak SD, karena masa remaja bagi
mereka penting sekali memiliki banyak teman dan populer di kalangan teman-
teman sekelasnya.
e. Kurang mengerti arti dari pendidikan.
f. Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan mencontek meskipun
pada awalnya tidak ada niat melakukannya.
g. Karena jawaban dari pertanyaan tersebut sama dengan yang ada pada buku
sehingga bisa langsung disalin dari buku.
h. Merasa dosen atau guru kurang adil dalam memberikan nilai.
i. Adanya kesempatan atau pengawasan tidak ketat.
j. Takut gagal karena yang bersankutan merasa belum siap menghadapi ujian dan dia
tidak ingin mengulang.
k. Ingin mendapat nilai tinggi
l. Tidak percaya diri sehingga tidak yakin pada jawabanya sendiri.
m. Terlalu cemas menghadapi ujian sehingga apa yang dipelajari sudah hilang
sehingga terpaksa membuka catatan atau bertanya kepada teman yang duduk
berdekatan.
n. Merasa sudah sulit menghafal atau mengingat karena faktor usia, sementara soal
yang dibuat penguji sangat menekankan kepada kemampuan mengingat.
o. Mencari jalan pintas dengan pertimbangan daripada mempelajari sesuatu yang
belum tentu keluar lebih baik mencari bocoran soal.
p. Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan pribadi kepada
dosen atau guru lebih efektif daripada belajar serius.
q. Penugasan guru atau dosen yang tidak rasional yang mengakibatkan siswa atau
mahasiswa terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara.
r. Yakin bahwa dosen atau guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan
berdasarkan pengalaman sebelumnya sehingga bermaksud membalas dengan
mengelabui dosen atau guru yang bersangkutan.
Ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan
pertimbangan moral.
a. Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap).
b. Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif.
c. Lakukan pengawasan yang ketat.
d. Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan
dengan mempertimbangkan prinsip paedagogy serta prinsip andragogy.
Selain itu kita sebagai calon pendidik tentunya memiliki tugas yang berat dalam
upaya mengatasi kebiasaan mencontek dikalangan pelajar. Salah satu upaya yang bisa kita
lakukan sebagai calon guru ialah memberikan motivasi pada peserta didik yang mencontek
pada saat ulangan agar peserta didik dapat bersikap jujur dalam menghadapi ulangan dan
menanamkan rasa percaya diri pada setiap peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tidak munafik jika kebiasaan mencontek sulit untuk dihilangkan. Bahkan penulis
sendiri sangat sulit untuk meninggalkan kebiasaan mencontek ini. Namun kita tidak boleh
hanya menyerah dengan kebiasaan buruk ini, tapi kita harus tetap berusaha menjadi
manusia yang lebih baik. Jika kita memang benar-benar sulit menghilangkan kebiasaan ini,
tapi paling tidak kita dapat meminimalisir kebiasaan mencontek ini. Bukan hal yang
mustahil kebiasaan ini untuk dihilangkan, jika tekad dan niat kita sungguh-sungguh maka
tidak mungkin jika tidak dapat meninggalkan kebiasaan ini.
Mencontek bukanlah salah satu bentuk solidaritas, tapi justru mencontek itu adalah
bentuk dari kecurangan. Mencontek adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur,
curang, dan menghalalkan segala cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai nilai yang
terbaik dalam menyelesaikan tugas terutama pada ulangan atau ujian.
DAFTAR PUSTAKA
Vegawati, Dian., Oki, Dwita.,P.S., Noviani, Dewi, Rina. 2004. Perilaku Mencontek di
Kalangan Mahasiswa. http://www.pikiran-rakyat.com.