Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB III
konsumen. Kendati demikian, secara implisit dapat ditarik beberapa pasal yang
Ketentuan pidana yang dapat dikaitkan dengan akibat hukum peredaran obat
113
114
satu tahun.
empat tahun.
b. Bahan makanan, minuman atau obat-obatan itu dipalsu, jika nilainya atau
lain.
secara palsu nama, firma atau merek yang menjadi hak orang lain atau
sendiri atau pada bungkusnya ditirukan nama, firma atau merek yang
penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak
enam ratus
b. Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat lima tahun sejak
konsumen dan Undang-undang Nomor 2001 tentang Paten juga dapat dikaitkan
19 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, Pasal 25, dan Pasal 26.
2 Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak
undangan.
4 Pasal 61 UU Nomor 8 tahun 1999:
116
pengurusnya.
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1)
huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) , dan Pasal 18 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling
11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d
dan huruf fdipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
d Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap
kerugian konsumen;
masalah obat-obatan palsu ini dapat terlihat diantaranya diatur dalam Pasal 130,
(empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus
ribu rupiah).
b. Pasal 131 UU No. 14 tahun 2001 :
Barang siapa dengan sengaja tanpa hak melanggar hak Pemegang
(dua) tahun dan/atau denda Rp. 250.000.000 (dua ratus ribu rupiah).
c. Pasal 134 UU No. 14 tahun 2001:
Dalam hal terbukti adanya pelanggaran Paten, hakim dapat
Menurutnya saat ini pihaknya tengah mengkaji sistem penerapan sanksi profesi
itu dengan sejumlah asosiasi farmasi seperti GP Farmasi dan ISFI. Hal itu
dilakukan karena banyak temuan panel apotek dalam pasar gelap obat-obatan
seperti yang dilakukan pedagang bernama SN (38). Ia membuka toko obat pada
SN, memasang kotak obat mulai dari jenis bebas hingga obat daftar G yang
ditata sedemikian rupa. Ketika konsumen meminta salah satu obat dari yang
memasok Ponstan palsu ke apotek, toko obat, warung maupun pedagang lapak
Pada tanggal 4 Januari 2007, ribuan butir obat ilegal (tanpa nomor registrasi),
dari lima lapak milik sejumlah pedagang di Pasar 16. Dua tersangkanya, Arwai
(30), warga Jl. KH Anwar Mangku, Plaju Palembang, dan Roh (55), warga
Selanjutnya dikemukakan ibu Endah Yulia, Apt bahwa Ketua Ikatan Pengusaha
jenis obat yang boleh beredar,yakni generik dan original (obat yang melalui riset
apotek nakal yang biasa menjual obat dengan harga sangat murah karena
membeli dari black market dan impor akan tersingkir dengan sendirinya, selain
itu perda juga dapat menjadi kekuatan hukum yang dapat membantu
rakyat.Kasus yang pernah terjadi yaitu dapat ditemukan berupa sejumlah obat
yang beredar di Pasar 16 Ilir Palembang terbuat dari sagu.Oleh Ketua Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sumsel, RM Taufik Husni MM, temuan ini
Dalam PP nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Obat Farmasi dan Alat
sanksi pidana maksimal 15 tahun, dan denda berupa uang sebesar tiga ratus
jauh dari peraturan tersebut. Ini dapat membuat pelanggar menjadi tidak jera.
Dalam KUHP subyek tindak pidana berupa orang atau person (subyek
Perlindungan Konsumen subyek tindak pidana terdiri dari Naturlije Persoon, yaitu
individu atau manusia pribadi, dan Redhtpersoon yaitu badan hukum atau
pemalsuan obat adalah orang atau pribadi (persoon).Subjek tindak pidana orang
atau pribadi (persoon) adalah orang yang secara tunggal perbuatannya sudah
pembuat tunggal.
3.5 Untuk dapat dikatakan sebagai pembuat tunggal atau Dader ada kriteria-
keterlibatan orang lain baik secara fisik maupun psikis, sehingga dalam
Dalam KUHP masih mengakui subjek tindak pidana adalah orang, bukan
dapat merujuk pada Pasal 59, yang berbunyi Dalam hal-hal dimana karena
maka pengurus, anggota badan atau komisaris yang ternyata tidak ikut campur
melakukan pelanggaran tidak dipidana. Hal ini dapat dilihat dari rumusan tindak
diancamkan kepada pelaku seperti pidana penjara, pidana denda atau pidana
ekonomi, hukum fiscal, dan hukum pidana politik mulai meninggalkan pandangan
ini. Dalam mencermati Pasal 59 telah terjadi perkembangan dalam dokrin hukum
pidana, yaitu : Hanya orang (pribadi kodrati) yang dapat melakukan tindak pidana
pertanggungjawaban pidana:
2 Orang dan/atau korporasi dapat dimintai pertanggungjawaban
1 Koorporasi
untuk saat ini, mengingat bahwa sebagian besar produsen obat palsu
business), dan perlu ada payung hukum yang secara tegas mengatur sanksi
eksplisit mengenai tindak pidana korporasi, namun untuk saat ini sudah secara
2009 Tentang Kesehatan, yang menyatakan bahwa : Dalam hal tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal 191, Pasal 192, Pasal
196, Pasal 198, Pasal 199, dan Pasal 200 dilakukan oleh korporasi, selain
pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan
terhadap korporasi berupa pidana dengan dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari
pidana dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal 191,
123
Pasal 192, Pasal 196, Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199 Selain pidana denda
dilihat bahwa subjek tindak pidana pemalsuan obat bukan hanya orang atau
dikenakan pada korporasi lebih berat yang dibanding bila dilakukan oleh pelaku
pribadi manusia. Dalam pasal 201 juga dapat dilihat adanya penggunaan asas
perbuatan orang lain. Dalam hal korporasi melakukan tindak pidana pemalsuan
korporasi.
Korporasi sebagai subjek tindak pidana diatur di luar KUHP, salah satunya dapat
atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
Dalam penjelasan Pasal 1 butir 3 yang yang termasuk dalam pengertian Pelaku
kepada pengurus korporasi, dimana hal ini dapat dilihat melalui Pasal 61
dikenakan pidana tambahan yang berupa sanksi administrasi antara lain berupa
penarikan penarikan produk, pembayaran ganti rugi, atau pencabutan izin usaha
pidana.
125
orang).Penyertaan terjadi apabila terdapat Pelaku yang lebih dari 1 orang yang
dalam melakukan tindak pidana pemalsuan obat melibatkan lebih dari satu
pelaku tunggal, meskipun pada kenyataannya tindak pidana pemalsuan obat sulit
dilakukan jika seseorang diri. Dalam melakukan tindak pidana pemalsuan obat
paling tidak membutuhkan bantuan orang lain atau kerjasama dari orang lain
Umpamanya dalam hal untuk dapat membuat obat yang mirip dengan obat yang
memiliki izin edar, dibutuhkan seseorang yang ahli dalam mendesain kemasan
obat agar tampak seperti aslinya atau juga dibutuhkan orang-orang yang mau
mendistribusikan obat yang telah diketahui palsu agar orang yang membantu
golongan, yaitu :
lainnya, baik secara fisik atau psikis. Jadi untuk seorang Pleger diperlukan
sumbangan dari peserta lain dalam melakukan tindak pidana pemalsuan obat.
(dader), diatur dalam Pasal 55 Ayat (1) butir ke-1 mereka yang melakukan.
pidana, jadi orang tersebut (manus domina) menggunakan orang lain (manus
ministra) dalam mewujudkan tindak pidana pemalsuan obat, orang yang disuruh
menyuruh lakukan tetap sama dengan pelaku (Dader), diatur dalam pasal 55
ayat (1) butir ke-1 yang menyuruh lakukan.Orang yang menyuruh lakukan
perantaraan orang lain, sedangkan peraturan itu hanya merupakan suatu alat,
Dalam hal tindak pidana pemalsuan obat maka sangat kecil kemungkinan
menyuruh orang lain yang masih dibawah umur atau terganggu jiwanya untuk
3 Orang yang turut serta (Mede pleger) adalah orang yang sengaja turut berbuat
perbuatannya. Misalnya seseorang memproduksi obat palsu dan orang lain turut
pertanggungjawaban diatur dalam Pasal 55 Ayat (1) butir ke-1 mereka yang turut
a. Salah seorang memenuhin semua unsur tindak pidana, sedang yang lain
tidak.
b. Tindak seorang pun memenuhi unsur tindak pidana seluruhnya tetapi
4 Penganjur Penganjur dalam tindak pidana pemalsuan obat adalah orang yang
menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana pemalsuan obat
praktek kefarmasian.
berdasarkan pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP yang berbunyi Mereka yang dengan
dipertanggungjawaban.
Orang yang membantu perbuatan adalah orang yang secara sadar dan
dalam hal tindak pidana pemalsuan obat pembantuan dapat dilakukan antara lain
memberikan pinjaman tempat untuk melakukan produksi obat palsu. Orang yang
1 Membantu pada saat tindak pidana pemalsuan obat dilakukan, yaitu memberikan
bantuan pada saat obat palsu tersebut dijual, ditawarkan atau diserahhkan
obat tersebut.
melakukan kejahatan.
sepertiga.
untuk mencegah terjadinya tindak pidana obat-obat palsu ini, antara lain:
tiga bulan ke depan dan efektif mulai pertengahan Juni 2007. Hal
POM.
4 Menindak tegas pelaku tindak pidana obat-obatan palsu ini, baik
diduga palsu.
7 Pemberdayaan masyarakat agar jangan membeli obat di tempat-
obat palsu, karena keberadaan toko obat mendapat izin operasi dari Pemda.
YLKI menghimbau agar konsumen tidak membeli obat di tempat yang tidak
terhadap obat-obatan illegal yang tidak di registrasi atau tidak terdaftar, juga
terhadap obat yang sudah kadaluarsa tapi masih diperjual belikan. Kesemuanya
ini menuntut agar asyarakat bisa lebih waspada. Konsumen juga wajib
memperhatikan ciri-ciri obat palsu. Beberapa tanda obat palsu adalah dilihat dari
nomor obat yang tidak terdaftar dan substandar yang mencakup dosis dan
tidak mencantumkan nomor registrasi ,yang diikuti angka 9 digit, karena jamu
tersebut berarti belum dievaluasi mutu dan keamanannya. Salah satu penyebab
mahalnya harga obat di Indonesia adalah karena bahan bakunya masih impor.
produsen bertanggung jawab atas mutu dan keamanan produk yang dihasilkan.
Produsen harus memiliki sistem pengawasan mutu yang dapat mengontrol dan
mendeteksi mutu produknya sejak awal proses sampai produk tersebut beredar
cara pembuatan obat yang baik. Selain itu, adalah kewajiban dari Badan
lanjut terhadap aturan tersebut, dengan maraknya obat palsu, BPOM belum
masyarakat tidak perlu terlalu resah atau panik dengan adanya obat palsu yang
beredar bebas. Obat palsu yang beredar hanya satu persen (1%) dari obat palsu.
Itupun peredarannya biasanya hanya dijalur illegal, bukan melalui apotek. BPOM
sendiri mengakui, tidak bisa bergerak sendiri untuk mencegah peredaran obat
peredaran obat- obat palsu yang merupakan obat- obat yang illegal sudah ada
ketentuan hukum yang mengatur diantaranya diatur didalam KUHP Pasal 386
Ayat (1) dan (2), Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang merek yang
132
dinyatakan dalam ketentuan pasal 90-95, dan Undang-undang No. 8 Tahun 1999
hukum di Indonesia yang berkaitan dengan peredaran obat palsu ini umumnya
Konsumen saja. Secara hukum yang bertanggung jawab atas peredaran obat-
Selain dapat dikenakan pidana pokok juga dapat dikenakan pidana tambahan
yang berupa sanksi administrasi antara lain berupa penarikan penarikan produk,
pembayaran ganti rugi, atau pencabutan izin usaha. Secara hukum produsen
Tetapi sanksi dikenakan masih jauh dari peraturan tersebut. Ini dapat membuat
kedepan perlu Peraturan Daerah (Perda) pembatasan jenis obat yang boleh
beredar dan yang lebih penting konsumen harus lebih berhati- hati dalam
membeli obat misalnya konsumen tidak membeli obat di tempat yang tidak
semestinya.
114
haknya, bukan jelmaan dari hak tersebut. Jelmaan dari hak tersebut dilindungi
Jadi dengan hal tersebut di atas dapatlah dilihat bahwa pengertian dari
sebagai suatu benda tidak berwujud tetapi hak nya dapat dimiliki oleh
milik yang bersifat immaterial yang merupakan hak benda. Yang dimaksud
dengan hak kebendaan ialah hak mutlak atas sesuatu benda dimana hak itu
terhadap siapapun juga Jika kita lihat hak milik intelektual sebagai suatu hak
kebendaan yang Immaterial maka kita akan teringat kepada hak milik. Hak milik ini
menjamin kepada pemilik untuk menikmati dengan bebas dan boleh pula
melakukan tindakan hukum dengan bebas terhadap miliknya itu. Pengakuan yang
demikian berlaku juga terhadap hak milik intelektual sebagai hak milik
Hal ini membuktikan bahwa hak milik intelektual itu merupakan hak
yang dapat dimiliki dan oleh karenanya berlaku syarat-syarat pemilikan, baik
undang-undang terhadap hak milik intelektual misalnya dalam hal hak cipta
adalah untuk menstimulir aktivitas para pencipta agar terus mencipta atau lebih
Perlindungan hak milik intelektual yang dalam hal ini kita ambil
terhadap pelanggar hak cipta sebagai suatu delik aduan yang dengan keluarnya
Undang-Undang hak Cipta No. 7 Tahun 1987, delik aduan tersebut diubah
menjadi delik biasa dimana untuk menjamin perlindungan yang lebih utuh
Dari uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa hak milik intelektual adalah
hak tersebut. Maka dengan alasan-alasan tersebut terhadap pemilik hak milik