Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.R
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Salaman, Magelang
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status Menikah : Menikah
Tanggal masuk poli : 29 April 2014
Nomor RM : 10- 37 - 57

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pandangan kedua mata Gelap

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datangke poli mata RST Magelang pada tanggal 29

april 2014 dengan keluhan pandangan gselap sejak 1 bulan yang

lalu. Sebelumnya mata kanan pasien terasa kabur sejak 3 bln

yang lalu disusul dengan mata kiri terasa mulai kabur sejak 2

bulan yang lalu.

Pasien mengatakan pada awalnya pandangannya kabur

pada siang hari namun pada malam hari terlihat lebih

jelas.Kemudian perlahan-lahan semakin lama tidak ada perbedaan

pada siang dan malam hari. Pasien juga dulu menggunakan

1
kacamata baca, namun selum pandangannya mulai gelap 1 tahun

yang lalu pasien dapat membaca tanpa kacamata baca.

Pasien sering mengeluh kadang pusing. Mata berair (+),

mata terasa gatal (+), iritasi pada mata (-), mata merah (-). Nyeri

pada mata, cekot-cekot ,mual/muntah, dan melihat pelangi (halo)

di sekitar lampu disangkal oleh pasien. Pandangan yang

menyempit dan tersandung jika berjalan juga disangkal oleh

pasien. Pasien sebelumnya belum pernah berobat ke dokter Mata.

Riwayat Penyakit Dahulu


o Riwayat Hipertensi disangkal
o Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
o Riwayat adanya trauma pada mata seperti terbentur benda tumpul
atau benda tajam disangkal
o Riwayat penggunaan obat-obatan steroid lama
Riwayat Penyakit Keluarga
o Riwayat penyakit gula (DM) disangkal
o Riwayat darah tinggi (hipertensi) disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Kesan ekonomi kurang. Pasien berobat menggunakan jamkesmas.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum
Kesadaran : Compos mentis
Aktivitas : Normoaktif
Kooperatif : Kooperatif
Status gizi : Baik

Vital Sign

2
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 86 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : 36,30C
No. Pemeriksaan Oculus Dexter Oculus Sinister
1. Visus 1/~ 1/300
NC NC
Add S + 3.00
2. Bulbus Okuli Baik ke segala arah, Baik ke segala arah
3. Palpebra

Edema (-) (-)


Hematom (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
Entropion / Ektropion (-) (-)
Blefarospasme (-) (-)
Nyeri tekan (-) (-)
4. Konjungtiva

Injeksi Konjungtiva (-) (-)


Injeksi Siliar (-) (-)
Sekret (-) (-)
Bangunan patologis (-) (-)
Perdarahan sub
(-) (-)
konjungtiva
5. Kornea

Kejernihan Jernih Jernih


Infiltrat (-) (-)
Keratic precipitates (-) (-)
Ulkus (-) (-)

3
Sikatrik (-) (-)
Pannus (-) (-)
6. COA

Kejernihan keruh keruh


Kedalaman Cukup Cukup
Isi (Hifema / Hipopion) (-) (-)
7. Iris

Kripte (+) (+)


Sinekia (-) (-)
8. Pupil

Diameter 3 mm 3 mm
Reflek pupil (+) (+)
Bentuk Bulat Bulat
9. Lensa

Kejernihan Keruh Keruh


Iris Shadow (-) (-)
10. Corpus Vitreum

Kejernihan keruh keruh

11. Fundus Refleks (-) (-)


12. Funduscopy Papil: tidak bisa Papil: tidak bisa
dilihat dilihat
Vasa : tidak bisa Vasa : tidak bisa
dilihat dilihat
Makula : tidak bisa Makula : tidak bisa
dilihat dilihat
Retina : tidak bisa Retina : tidak bisa
dilihat dilihat
13. TIO N N

4
Gambar

Kekeruhan Merata
Kekeruhan Merata

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu : 97 mm/dL
2. Darah Rutin

E. DIAGNOSA BANDING
Oculus Dexter dan Sinister I
1. Katarak Senilis Matur
Dipertahankan karena adanya gejala mata berair (+), mata terasa gatal
(+), mata merah (-), nyeri pada mata (-), melihat pelangi (-), dan
didapatkan penurunan tajam pengelihatan, pada pemeriksaan
didapatkan kekeruhan lensa yang merata (+), COA cukup.
2. Katarak insipien
Disingkirkan karena pada katarak insipien dari hasil pemeriksaan
kekeruhan lensa ringan sedangkan pada pasien pemeriksaan fisik
didapatkan kekeruhan lensa yang merata (+)
3. Katarak Senilis Immatur

5
Disingkirkan karena pada katarak immatur pemeriksa oftalmologi
didapatkan kekeruhan sebagian lensa, COA dangkal sedangakan pada
pasien pemeriksaan didapatkan kekeruhan lensa yang merata (+) COA
cukup.
4. Katarak Senilis Hipermatur
Disingkirkan karena pada pemeriksan didapatkan COA yang dalam
dan kekeruhan lensa yang massif sedangkan pada pasien didapatkan
COA yang cukup dan kekeruhan lensa yang merata dan belum belum
begitu masif.
5. Katarak akibat trauma
Disingkirkan karena dari hasil anamnesis tidak ditemukan riwayat
adanya trauma pada mata

Oculus Dexter dan Sinister II

1. Presbiopi
Dipertahankan karena sebelumnya pasien sudah pernah memakai

kacamata baca dan menglihat usia pasien yaitu 70 tahun


2. Hipermetropia

F. DIAGNOSA
ODS Katarak Senilis Matur + ODS Presbiopia

G. TERAPI
Operatif
EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular) + Penanaman IOL
(Intra Okular Lensa)

Post-operatif diberikan:
Inmatrol ED BT NO.1

4 dd gtt I btl I ODS

Vit B 1 Mononitrate 100 mg tab no. X

1-0-0

6
Vit B6 200 mg tab no. X

1-0-0

Vit B12 500 mg tab no. X

1-0-0

Ciproflocacin tab 500 mg No. X

1-0-1

H. PROGNOSA
Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Quo ad sanam Bonam Bonam
Quo ad functionam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Quo ad vitam Bonam Bonam
Quo ad kosmetikam Bonam Dubia ad Bonam

I. KOMPLIKASI
Komplikasi pada katarak adalah dapat menimbulkan Glaukoma
dan Uveitis.

J. EDUKASI
a. Menjelaskan bahwa visusnya berkurang disebabkan karena adanya

kekeruhan pada lensa mata pasien

b. Memberikan penjelasan bahwa pada Katarak ini (matur) sebaiknya


dilakukan Operasi agar dapat membantu dalam perbaikan
penglihatan kembali.
c. Menjelaskan kepada pasien kemungkinan yang terjadi setelah
dilakukan operasi.
d. Kontrol 1 minggu setelah pengobatan maupun jika ada keluhan-
keluhan pada mata sebelum 1 minggu pasca operasi.

7
e. Lindungi mata dari debu ataupun benda asing dengan cara tutup
dengan kasa.
f. SpD

K. RUJUKAN
Dalam kasus ini dilakukan Rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran
Lainnya yaitu bagian penyakit Dalam untuk pengobatan Hipertensi yang
ada pada pasien

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI LENSA

8
Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah,
tembus pandang, dengan diameter 9 mm, dan tebal sekitar 5 mm.
Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata
dan bersifat being. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri
dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis
pada saat terjadinya akomodasi.
Lensa terdiri dari :
Kapsul lensa
Suatu membrane yang membungkus seluruh lensa, transparan dan halus
Fungsi ;
Bentuk lensa pada akomodasi
Membrane semipermeable
Korteks lensa
Serat lensa yang terbentuk selanjutnya dan terletak di lapisan luar.
Nucleus lensa
Serat lensa yang terbentuk paling awal dan letaknya di sentral

9
B. FISIOLOGI LENSA

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.


Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya
dekat atau jauh dapat difokuskan di retina (akomodasi)
Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris.
Ketika otot siliaris melemas, lig.suspensorium tegang dan menarik
lensa lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal.
Ketika berkontraksi, garis tengah otot ini berkurang dan tegangan
di lig.suspensorium mengendur lensa menjadi bentuk lebih sferis
(bulat).
Semakin besar kelengkungan lensa, semakin besar kekuatannya,
sehingga berkas cahaya lebih dibelokkan.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot
siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil
diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil,
daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau
terfokus ke retina.
Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis
diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
C. KATARAK

10
Definisi.

Setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.

Biasanya kekruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun

dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama (Ilyas, S. 2007).

Etiologi dan Patofisiologi

Kekeruhan pada lensa dapat disebabkan oleh kelainan kongenital mata,

trauma, penyakit mata, proses usia atau degenerasi lensa, kelainan sistemik

seperti diabetes melitus, riwayat penggunaan obat-obatan steroid dan

lainnya. Kerusakan oksidatif oleh paparan sinar ultraviolet, rokok dan

alkohol, dapat meningkatkan risiko terjadinya katarak (Ilyas, S. 2007).

Penyebab katarak senile sampai sekarang masih belum diketahui secara

pasti. Ada beberapa konsep penuaan yang mengarah pada proses

terbentuknya katarak senil (Ilyas, S. 2007) :

11
- Jaringan embrio manusia dapat membelah 50 kali kemudian akan

mati

- Teori cross-link yang menjelaskan terjadinya pengikatan bersilang

asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi

- Imunologis, dengan bertambahnya usia menyebabkan

bertambahnya cacat imunologis sehingga mengakibatkan

keruasakan sel.

- Teori mutasi spontan dan teori radikal bebas

Pada dasarnya, semua sinar yang masuk ke mata harus terlebih dahulu

melewati lensa. Karena itu setiap bagian lensa yang menghalangi,

membelokkan atau menyebarkan sinar bisa menyebabkan gangguan

penglihatan. Pada katarak terjadi kekeruhan pada lensa, sehingga sinar yang

masuk tidak terfokuskan pada retina, maka bayangan benda yang dilihat

akan tampak kabur (Ilyas, S. 2007).

Klasifikasi Katarak

Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan usia, letak kelainan pada

lensa maupun berdasarkan stadiumnya (Daniel V. et al, 2000).

a. Berdasarkan Usia

1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1


tahun
2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia > 3 bulan tetapi
kurang dari 9 tahun
3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun

b. Bedasarkan Letak

1. Katarak Nuklear

12
Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus.
Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari
jernih menjadi kuning sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia
60-70 tahun dan progresiviasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk
yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhin daripada
pandangan dekat, bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik, sulit
menyetir pada malam hari. Penderita juga mengalami kesulitan
membedakan warna, terutama warna biru dan ungu (Daniel V. et al,
2000).
2. Katrak Kortikal
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks,
biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya
lambat. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran
seperti ruji. Banyak pada penderita DM, dengan keluhan yang paling
seringa yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, disertai penglihatan
merasa silau (Daniel V. et al, 2000).

Gambar 2. Katarak Nuklear dan Katarak Kortikal


3. Katarak Subkapsularis Posterior
Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak
subkapsularis posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda
daripada katarak kortikal dan katarak nuklear. Biasanya timbul pada usia
sekitar 40-60 tahun dan progresivitasnya cepat, bentuk ini lebih sering
menyerang orang dengan diabetes obesitas atau pemakaian steroid jangka
panjang. Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, sulau, pandangan
kabur pada kondisi cahaya terang (Daniel V. et al, 2000).

13
Gambar 3. Katarak Subscapsular dan Katarak Lanjut

c. Berdasarkan Stadium (untuk katarak senilis)

1. Katarak Insipien

Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-

bercak yang membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih

diantaranya, kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior.

Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada

stadium ini, terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks

refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang

menetap untuk waktu yang lama (Ilyas, S. 2007).

2. Katarak Imatur

Pada katarak imatur, terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum

mengenai semua lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian

yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat

14
meningkatnya tekanan osmotik

bahan lensa yang degeneratif.

Pada keadaan lensa yang

mencembung akan dapat

menimbulkan hambatan pupil,

mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga

terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau

shadow test, maka akan terlihat bayangan iris pada lensa, sehingga hasil

uji shadow test (+) (Ilyas, S. 2007).

3. Katarak Intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang

degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan

lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik

mata menjadi dangkal dibandingkan dalam keadaan normal. Katrak

intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan

menyebabkan miopia lentikular (Ilyas, S. 2007).

4. Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses

degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama

15
hasil disintegrasi melalui kapsul,

sehingga lensa kembali ke ukuran

normal. Bilik mata depan akan

berukuran kedalaman normal

kembali. Tidak terdapat bayangan

iris pada lensa yang keruh, sehingga bayangan iris negatif (Ilyas, S. 2007).

5. Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang

mengalami degenarsi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa

menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut

disertai kapsul yang tebal., maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak

dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan

nukleus yang terbenam di korteks lensa. Uji banyangan iris memberikan

gambaran pseudopositif (Ilyas, S. 2007).

Insipien Imatur Matur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh

16
Cairan lensa Normal Bertambah Normal

(cairan masuk) (ai

Iris Normal Terdorong Normal

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal

Shadow test Negatif Positif Negatif

Complication Negatif Glaukoma Negatif U

Tabel 1. Perbandingan Katarak Berdasarkan Stadium

Gejala Klinis
Seorang penderita katarak mungkin tidak menyadari telah mengalami

gangguan katarak. Katarak terjadi secara perlahan-lahan, sehingga

penglihatan penderita terganggu secara berangsur, karena umumnya katarak

tumbuh sangat lambat dan tidak mempengaruhi daya penglihatan sejak awal.

Daya penglihatan baru terpengaruh setelah katarak berkembang sekitar 3-5

tahun. Karena itu, pasien katarak biasanya menyadari penyakitnya setelah

memasuki stadium kritis (Ilyas S., 2007; Daniel V. et al, 2000).


Gejala umum gangguan katarak meliputi (Ilyas, S. 2007) :

- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek

- Peka terhadap sinar atau cahaya

- Dapat melihat ganda pada satu mata

- Kesulitan untuk membaca

- Lensa mata berubah menjadi buram

Diagnosis Banding

. 1. Katarak Diabetik

17
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes melitus.

Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan sistemik, seperti salah satnnya

pada penyakit diabetes melitus. Katarak pada diabetes meluts dapat terjadi

dalam 3 bentuk (Ilyas, S. 2007) :

- Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada

lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut.

Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang

bila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali


- Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak

serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau

bentuk piring subkapsular


- Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara

histopatologi dan biokimia sama dengan katarak pasien non-diabetik

2. Katarak Komplikata

Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan porses

degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor

intraokular, iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu

trauma dan pasca bedah mata (Ilyas, S. 2007).

Katarak komplikata dapat pula disebabkan oleh penyakit sistemik

endokrin, seperti diabetes melitu, hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia

distrofi, maupun disebabkan oleh keracunan obat (tiotepa intravena, steroid

lokal lama, steroid sistemik, oral kontraseptik dan miotika antikolinesterase).

Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana kekeruhan dimulai di

18
daerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata,

linier, rosete, reticulum dan biasanya terlihat vakuol (Ilyas, S. 2007)

3. Katarak Traumatik

Katarak jenis ini paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa

atau trauma tumpul terhadap bola mata. Sebagian besar katarak traumatik

dapat dicegah (Ilyas, S. 2007).

Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang

pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadzng corpus

vitreum masuk dalam struktur lensa. Pasien mengeluh penglihatan kabur

secara mendadak. Mata menjadi merah, lensa opak dan mungkin disertai

terjadinya perdarahan intraokular. Apabila humor aqueus atau korpus vitreum

keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah infeksi, uveitis,

ablasio retina dan glaukoma (Ilyas, S. 2007).

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Pengobatan yang

diberikan biasanya hanya memperlambat proses, tetapi tidak menghentikan

proses degenerasi lensa. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk

menghambat proses katarak adalah vitamin dosis tinggi, kalsium sistein

maupun iodium tetes (Ilyas, S. 2007).

Tindakan pembedahan dilakukan dengan indikasi :

a. Indikasi Optik : pasien mengeluh gangguan penglihatan yang

mengganggu kehidupan sehari-hari, dapat dilakukan operasi katarak

19
b. Indikasi Medis : kondisi katarak harus dioperasi diantaranya katarak

hipermatur, lensa yang menginduksi uveitis, dislokasi/subluksasi lensa,

benda asing intraretikuler, retinopati diabetik, ablasio retina atau patologi

segnen posterior lainnya.

c. Indikasi Kosmetik : jika kehilangan penglihatan bersifat permanen karena

kelainan retina atau saraf optik, tetapi leukokoria yang diakibatkan

katarak tidak dapat diterima pasien, operasi dapat dilakukan meskipun

tidak dapat mengembalikan penglihatan.

Pembedahan katarak dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya

yaitu :

a. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsular)

Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum

dilakukan pada katarak senil. lensa beserta kapsulnya dikeluarkan dengan

memutus zonula Zinn yang telah mengalami degenerasi. Pada saat ini

pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan (Ilyas, S. 2007).

b. EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular)

Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsul, untuk memperlunak

lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui sayatan yang

kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi).

Termasuk kedalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan

kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra

okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan

20
presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata

mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah

ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan

katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada

pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder (Ilyas, S. 2007).

c. Fakoemulsifikasi

Ekstraksi lensa dengan fakoemulsifikasi, yaitu teknik operasi

katarak modern menggunakan gel, suara berfrekuensi tinggi dengan

sayatan 3 mm pada sisi kornea. Pada teknik ini diperlukan irisan yang

sangat kecil (sekitar 2-3 mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan

digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phaco akan

menyedot massa katarak yang telah hancur tersebut sampai bersih.

Sebuah lensa intra ocular (IOL) yang dapat dilipat dimasukkan melalui

irisan tersebut. Untuk lensa lipat (foldable lens) membutuhkan insisi

sekitar 2,8 mm, sedangkan untuk lensa tidak lipat insisi sekitar 6 mm.

Karena insisi yang kecil untuk foldable lens, maka tidak diperlukan

jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan dengan cepat

kembali melakukan aktivitas sehari-hari.

Indikasi teknik fakoemulsifikasi berupa calon terbaik pasien

muda (40-50 tahun), tidak mempunyai penyakit endotel, bilik mata

dalam, pupil dapat dilebarkan hingga 7 mm. Kontraindikasinya berupa

tidak terdapat hal-hal salah satu di atas, luksasi atau subluksasi lensa.

Prosedurnya dengan getaran yang terkendali sehingga insidens prolaps

menurun. Insisi yang dilakukan kecil sehingga insiden terjadinya

astigmat berkurang dan edema dapat terlokalisasi, rehabilitasi pasca

21
bedahnya cepat, waktu operasi yang relatif lebih cepat, mudah dilakukan

pada katarak hipermatur. Tekanan intraokuler yang terkontrol sehingga

prolaps iris, perdarahan ekspulsif jarang. Kerugiannya berupa dapat

terjadinya katarak sekunder sama seperti pada teknik EKEK, alat yang

mahal, pupil harus terus dipertahankan lebar, endotel loss yang besar

(Ilyas, S. 2007).

PRESBIOPIA

2.2.1 Definisi

Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin

meningkatnya umur. Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa gangguan

perubahan kencembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya

elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi.

Berikut ini gambar ilustrasi pembentukan bayangan pada penderita

presbiopia.

22
Diterangkan bahwa: terjadi kekakuan lensa seiring dengan bertambahnya

usia, sehingga kemampuan lensa untuk memfokuskan bayangan saat melihat

dekat. Hal tersebut menyebabkan pandangan kabur saat melihat dekat.

2.2.2 Etiologi

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:

- Kelemahan otot akomodasi

- Lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat

sklerosis lensa

2.2.3 Patofisiologi

Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi

mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa

dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur

maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya

untuk menjadi cembung, dengan demikian kemampuan melihat dekat makin

berkurang.

2.2.4 Gejala Klinis

o Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun,

akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair

dan sering terasa pedas.

o Karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin menjauh dan

pada awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan

cetakan kecil.

23
o Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung

menegakkan punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga

mencapai titik dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca lebih jelas.

o Presbiopia timbul pada umur 45 tahun untuk ras Kaukasia dan 35 tahun untuk

ras lainnya.

2.2.5 Pemeriksaan

a. Alat

- Kartu Snellen

- Kartu baca dekat

- Seuah set lensa coba

- Bingkai percobaan

a. Teknik

- Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan

kacamata jauh sesuai yang diperlukan (dapat poitif, negatif ataupun

astigmatismat)

- Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca)

- Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat

- Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai

terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini

ditentukan

- Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu

b. Nilai

24
Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna

merupakan ukuran lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca.

Hubungan lensa adisi dan umur biasanya: 40 sampai 45 tahun 1.0 dioptri

45 sampai 50 tahun 1.5 dioptri

50 sampai 55 tahun 2.0 dioptri

55 sampai 60 tahun 2.5 dioptri

60 tahun 3.0 dioptri

2.2.6 Penatalaksanaan

Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu umur

40 tahun (umur rata rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5

tahun diatasnya ditambahkan lagi sferis + 0.50

Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara:

1. kacamata baca untuk melihat dekat saja

2. kacamata bifokal untuk sekaligus mengoreksi kelainan yang lain

3. kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas,

penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di

segmen bawah
4.
kacamata progressive mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh,

tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan

bertingkat.

DAFTAR PUSTAKA

25
1. Shock JP, Richard AH, MD. Lensa. Dalam : Whitcher John P, Paul

Riordan Eva, editor. Oftalmologi Umum; edisi ke-17. Jakarta: Penerbit

buku Kedokteran EGC, 2010 : 169-177.


2. Ilyas S. Lensa Mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan

Mahasiswa Kedokteran; edisi ke-2. Cetakan I. Jakarta: FKUI, 2002: 143-

157.
3. Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam: Ilmu

Penyakit Mata; edisi ke-3. Cetakan I. Jakarta: FKUI, 2006: 200-211.


4. Rahmadani, Siti. Diktat Kuliah Ilmu Penyakit Mata Tingkat IV. Jakarta:

2007.
http://www.nei.nih.gov/health/cataract/cataract_facts.asp
http://medicastore.com/penyakit/65/Katarak.html
http://users.telenet.be/mvanlint/anatomie/html/Fysiologie.htm
http://majiidsumardi.blogspot.com/2011/03/anatomi-dan-fisiologi-

lensa.html

26

Вам также может понравиться