Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN TEORI
A.Pengertian
Virus HIV menginfeksi berbagai jenis sel system imun termasuk sel-T, macrofag
dan seldendritik.
B.Etiologi
2.Virus RNA.
3.RNAREVERSE TRANS-DNA
CRYPTOSE ENZYME
Kanker
D.Gejala
(kronis/berulang).
~ Kandidiasis oral.
E.Insiden :
F.Faktor resiko :
Pengguna IV drug
Transfuse darah
Ditularkan dari orang ke orang mll pertukaran cairan tubuh, termasuk darah,
semen, cairan vagina dan air susu ibu.
G.Pathofisiologi:
Menginfeksi limfosit T4 dan monosit. Partikel-2 HIV bebas yang dilepas dari sel
yang terinfeksi dpt berikatan dgn sel lain yang tidak terinfeksi.
Segera setalah masuk kedlm sel, enzim dalam kompleks nukleoprotein menjadi
aktif dan dimulailah siklus reproduksi.
Dalam beberapa hari jumlah virus dalam kelenjar berlipat ganda dan
mengakibatkan viremia. Pada saat itu jumlah virus dalam darah infeksi akut.
Setelah infeksi akut, berlangsung fase kedua dimana kelenjar getah bening dan
limfa merupakan tempat replikasi virus dan dekstruksi jaringan secara terus
menerus fase laten.
Destruksi sel T dlm jaringan limfoid terus berlangsung sehingga jumlah sel T
makin lama makin menurun (jml sel T dlm jaringan limfoid 90 % dari jml sel T
diseluruh tubuh)
Selama masa kronik progresif,m respon imun thdp infeksi lain akan meransang
produksi HIVdan mempercepat dekstruksi sel T, selanjutnya penyakit bertambah
progresif dan mencapai fase letal yang disebut AIDS.
Viremis meningkat drastis karena karena replikasi virus di bagian lain dalam
tubuh meningkat pasien menderita infeksi oportunistik, cacheksia,
keganasan dan degenerasi susunan saraf pusat.
Kehilangan limfosit Th menyebabkan pasien peka thdp berbagai jenis infeksi
dan menunjukkan respon immune yang inefektif thdp virud onkogenik.
H.Manifestasi Klinis :
Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan pada dasarnya mengenai setiap
sistem organ.
Tbc
Bercak putih dalam rongga mulut tdk diobati dpt ke esophagus dan lambung.
Kanker : klien AIDS insiden lebih tinggi mungkin adanya stimulasi HIV
thdp sel-2 kanker yang sedang tumbuh atau berkaitan dng defesiensi
kekebalan mengubah sel yang rentang menjadi sel maligna.
Sarcoma kaposis kelainan maligna berhubungan dgn HIV (paling sering
ditemukan) penyakit yang melibatkan endotel pembuluh darahdan linfe.
Secara khas ditemukan sebagai lesi pd kulit sebagian tungkai terutama pada
pria. Ini berjalan lambat dan sudah diobati. Lokasi dan ukuran lesi dpt
menyebabkan statis aliranvena, limfedema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan
merusak intergritas kulit dan meningkatkan ketidak nyamanan serta
kerentanan thdp infeksi.
I.Pemeriksaan diagnostic :
Pemeriksaan neurologist
J.Penatalaksanaan:
Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi HIV perlu
dilakukan. Pencegahan berarti tdk kontak dgn cairan tubuh yang tercemar
HIV.
Penatalaksanaan diare
Penanganan keganasan
Terapi antiretrovirus
Terapi alternative : terapi spiritual, terapi nutrisi, terapi obat tradisional, terapi
tenaga fisik dan akupungtur, yoga, terapi massage, terapi sentuhan.
KONSEP KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1.Aktifitas /istirahat :
2.Sirkulasi
Merasa tdk berdaya, putus asa, rsa bersalah, kehilangan control diri, dan
depresi
4.Eliminasi.
Nyerio tekan abdominal, lesi pada rectal, perubahan dlm jumlah warna urin.
5.Makanan/cairan :
Turgor kulit jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan
warna mucosa mulut
6.Hygiene
Tidak dapat menyelesaikan ADL, memepeliahtkan penampilan yang tdk rapi.
7.Neurosensorik
Pusing,sakit kepala.
Gayaberjalan ataksia.
8.Nyeri/kenyamanan
9.Pernapasan
10.Keamanan
Demam berulang
11.Seksualitas
12.Interaksi social
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitasyang tdk terorganisir
3.Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan makanan (muntah/mual), gangguan
intestinal, hipermetabolik.
4.Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan.
INTERVENSI
Tujuan :
Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi
tdk purulent)
Tindakan :
1. Awasi penggunaan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan
menggunakan wadah tersendiri.
Pengeringan mucosa, lesi pd mulut dan bau mulut akan menurunkan nafsu
makan.
Dx. 4. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot
pernafasan.
EVALUASI
1.Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdk
purulent)
DAFTAR PUSTAKA
Bruner, Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC.
2002
http://andaners.wordpress.com/asuhan-keperawatan/
Askep Ca Ovarium
Wednesday, May 6th, 2009
A. Definisi
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering
ditemukan pada wanita berusia 50 - 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke
bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini
merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995)
B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
2.Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
C. Faktor Risiko
Diet tinggi lemak
merokok
alkohol
nulipara
infertilitas
menstruasi dini
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
menoragia
menopause dini
sering berkemih
flatulenes
E. Stadium
1.Stadium 1A : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi
sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2.Stadium 1B : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas,
tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3.Stadium 1C : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau
kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
STADIUM II > Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke
panggul
3.Stadium 2C : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau
kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan
bilasan peritoneum positif.
STADIUM III > tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis
kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1.Stadium 3A : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi
secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan
(seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
2.Stadium 3B : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan
peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar
getah bening negativ.
3.Stadium 3C : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah
bening retroperitoneal atau inguinal positif.
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila
pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker
ovarium).
Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta - HCG dan
alfafetoprotein
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan
tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
G. PENATALAKSANAAN
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
2. Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi
dan peran
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi
tubuh, perubahan kadar hormon
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
Intervensi :
Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam
penampilan fungsi dan peran
Tujuan : Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
Intervensi :
Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
Tujuan :
-Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara
mengekspresikan keinginan seksual
Intervensi:
Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan
pengaruh prosedur pembedahan
4. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta