Вы находитесь на странице: 1из 23

Askep AIDS

Wednesday, May 6th, 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASEIN DENGAN ACQUARED


IMMUNODEFISIENCY SYNDROM (AIDS)

TINJAUAN TEORI

A.Pengertian

Disebabkan oleh Human immunodeficiency virus (HIV), ditandai dgn berbagai


gejala klinik, termasuk immunodefisiensi berat disertai infeksi oportunistik dan
keganasan dan degerasi susunan saraf pusat.

Virus HIV menginfeksi berbagai jenis sel system imun termasuk sel-T, macrofag
dan seldendritik.

B.Etiologi

1.Human immunodefisiensi virus (HIV).

2.Virus RNA.

3.RNAREVERSE TRANS-DNA

CRYPTOSE ENZYME

C.Diagnosis AIDS bila seseorang mengalami infeksi oportunistik, dimana


menunjukkan adanya immunodefisiency (Sel-T 200/mm3) dan menunjukkan
adanya antibody yang positif terhadap HIV.

Sering berhubungan dgn :

Dementia yang progresif


Wasting syndrome

Kanker

D.Gejala

Gejala Mayor : ~ BB menurun atau gagal tubuh, ~ Diare > 1 bulan

(kronis/berulang).

~ Demam > 1bulan (kronis/berulang), ~ Infeksi sal.nafas

bawah yangparah atau menetap.

Gejala Minor : ~ Lymfadenopati generalisata atau hepatosplenomegali.

~ Kandidiasis oral.

~ Infeksi THT yang berulang.

~ Batuk kronis, ~ Dermatitis generalisata, ~ Encefalit

E.Insiden :

Kecenderungan berkembang pada masa datang

Terjadinya mutasi sel yang dipengaruhi oleh virus

Mulai berkembang pada tahun 1981

Dilaporkan AS 1994 terdpt 270.870 kematian dewasa, remaja dan anak-


anak.

Angka kematian meningkat sangat tinggi

90 % mengalami kondisi penyakit semakin berat dan meninggal dlm 4 th


setelah didiagnosa AIDS
insiden infeksi meningkat tajam pd wanita

F.Faktor resiko :

Pria dgn homoseksual

Pria dgn biseksual

Pengguna IV drug

Transfuse darah

Pasangan heteroseksual dgn pasien infeksi HIV

Anak yang lahir dgn ibu yang terinfeksi

Diketahui bahwa virus dibawa dlm limfosit yang terdapat pd spermamemasuki


tubuh melalui mucosa yang rusak, melalui ASI, kerusakan permukaan kulit.

Ditularkan dari orang ke orang mll pertukaran cairan tubuh, termasuk darah,
semen, cairan vagina dan air susu ibu.

G.Pathofisiologi:

Menginfeksi limfosit T4 dan monosit. Partikel-2 HIV bebas yang dilepas dari sel
yang terinfeksi dpt berikatan dgn sel lain yang tidak terinfeksi.

Segera setalah masuk kedlm sel, enzim dalam kompleks nukleoprotein menjadi
aktif dan dimulailah siklus reproduksi.

Limfosit T, monosit/makrofag adalah sel pertama yang terinfeksi.


Besar kemungkinan bahwa sel dendritik berperan dalam penyebabaran HIV dalam
jaringan limfoid fungsi sel dendritik menangkap antigen dalam epitel lalu
masuk melalui kontak antar sel.

Dalam beberapa hari jumlah virus dalam kelenjar berlipat ganda dan
mengakibatkan viremia. Pada saat itu jumlah virus dalam darah infeksi akut.

Viremia menyebabkan virus menyebar diseluruh tubuh dan menginfeksi sel T,


monosit maupun makrofag dlm jaringan limfoid perifer.

Sistem immun spesifik akan berupaya mengendalikan infeksiyang nampak dari


menurunnya kadar viremia.

Setelah infeksi akut, berlangsung fase kedua dimana kelenjar getah bening dan
limfa merupakan tempat replikasi virus dan dekstruksi jaringan secara terus
menerus fase laten.

Destruksi sel T dlm jaringan limfoid terus berlangsung sehingga jumlah sel T
makin lama makin menurun (jml sel T dlm jaringan limfoid 90 % dari jml sel T
diseluruh tubuh)

Selama masa kronik progresif,m respon imun thdp infeksi lain akan meransang
produksi HIVdan mempercepat dekstruksi sel T, selanjutnya penyakit bertambah
progresif dan mencapai fase letal yang disebut AIDS.

Viremis meningkat drastis karena karena replikasi virus di bagian lain dalam
tubuh meningkat pasien menderita infeksi oportunistik, cacheksia,
keganasan dan degenerasi susunan saraf pusat.
Kehilangan limfosit Th menyebabkan pasien peka thdp berbagai jenis infeksi
dan menunjukkan respon immune yang inefektif thdp virud onkogenik.

Masa inkubasi diperkirakan bervariasi 2 5 tahun

H.Manifestasi Klinis :

Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan pada dasarnya mengenai setiap
sistem organ.

Pneumonia disebabkan o/ protozoa pneumocystis carini (paling sering


ditemukan pd AIDS) sangat jarang mempengaruhi org sehat. Gejala: sesak
nafas, batuk-batuk, nyeri dada, demam - tdk teratasi dapat gagal nafas
(hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan status mental).

Gagal nafas dpt terjadi 2 3 hari

Tbc

Nafsu makan menurun, mual, muntah

-Diare merupakan masalah pd klien AIDS 50% - 90%

Kandidiasis oral - infeksi jamur

Bercak putih dalam rongga mulut tdk diobati dpt ke esophagus dan lambung.

Wasthing syndrome penurunan BB/ kaheksia (malnutrisi akibat penyakit


kronis, diare, anoreksia, amlabsorbsi gastrointestinal)

Kanker : klien AIDS insiden lebih tinggi mungkin adanya stimulasi HIV
thdp sel-2 kanker yang sedang tumbuh atau berkaitan dng defesiensi
kekebalan mengubah sel yang rentang menjadi sel maligna.
Sarcoma kaposis kelainan maligna berhubungan dgn HIV (paling sering
ditemukan) penyakit yang melibatkan endotel pembuluh darahdan linfe.
Secara khas ditemukan sebagai lesi pd kulit sebagian tungkai terutama pada
pria. Ini berjalan lambat dan sudah diobati. Lokasi dan ukuran lesi dpt
menyebabkan statis aliranvena, limfedema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan
merusak intergritas kulit dan meningkatkan ketidak nyamanan serta
kerentanan thdp infeksi.

Diperkirakan 80 % klien AIDS mengalami kalianan neurologis gangguan pd


saraf pusat, perifer dan otonom. Respon umum pd sistem saraf pusat
mencakup inflamasi, atropi, demielinisasi, degenerasi dan nekrosis.

Herpes zoster pembentukan vesikel yang nyeri pd kulit.

Dermatitis seboroikruam yang difus, bersisik yang mengenai kulit kepala


dan wajah.

Pada wanita: kandidiasis vagina dapat merupakan tanda pertama yang


menunjukkan HIV pd wanita.

I.Pemeriksaan diagnostic :

Serologis : skrining HIV dengan ELISA, Tes western blot, limfosit T

Pemriksaan darah rutin

Pemeriksaan neurologist

Tes fungsi paru, broskoscopi

J.Penatalaksanaan:
Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi HIV perlu
dilakukan. Pencegahan berarti tdk kontak dgn cairan tubuh yang tercemar
HIV.

Pengobatan pd infeksi umum

Penatalaksanaan diare

Penatalaksanaan nutrisi yang adekuat

Penanganan keganasan

Terapi antiretrovirus

Terapi alternative : terapi spiritual, terapi nutrisi, terapi obat tradisional, terapi
tenaga fisik dan akupungtur, yoga, terapi massage, terapi sentuhan.

KONSEP KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

1.Aktifitas /istirahat :

Mudah lelah, berkurangnya tolerangsi terhdp aktifitas, kelelahan yang progresif

Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhdp aktifitas

2.Sirkulasi

Proses penyembuhan lika yang lambat, perdarahan lama bila cedera

takikardia, perubahan tekanan darah postural, volume nadi periver menurun,


pengisian kapiler memanjang
3.Integritas ego

Faktor stress yang berhubungan dgn kehilangan: dukungan keluarga, hubungan


dgn org lain, pengahsilan dan gaya hidup tertentu

Menguatirkan penampilan: alopesia, lesi , cacat, menurunnya berat badan

Merasa tdk berdaya, putus asa, rsa bersalah, kehilangan control diri, dan
depresi

Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis, kontak


mata kurang

4.Eliminasi.

Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih

Faeces encer disertai mucus atau darah

Nyerio tekan abdominal, lesi pada rectal, perubahan dlm jumlah warna urin.

5.Makanan/cairan :

Tidak ada nafsu makan, mual, muntah

Penurunan BB yang cepat

Bising usus yang hiperaktif

Turgor kulit jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan
warna mucosa mulut

Adanya gigi yang tanggal. Edema

6.Hygiene
Tidak dapat menyelesaikan ADL, memepeliahtkan penampilan yang tdk rapi.

7.Neurosensorik

Pusing,sakit kepala.

Perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi

Kelemahanotot, tremor, penurunan visus.

Bebal,kesemutan pada ekstrimitas.

Gayaberjalan ataksia.

8.Nyeri/kenyamanan

Nyeri umum/local, sakit, rasaterbakar pada kaki.

Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.

Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan ROM,


pincang.

9.Pernapasan

Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non,

sesak pada dada, takipnou, bunyi napas tambahan, sputum kuning.

10.Keamanan

Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, lauka lambat proses penyembuhan

Demam berulang
11.Seksualitas

Riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan kondom


yang tdk konsisten, lesi pd genitalia, keputihan.

12.Interaksi social

Isolasi, kesepian,, perubahan interaksi keluarga, aktifitas yang tdk terorganisir

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitasyang tdk terorganisir

2.Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status hipermetabolik.

3.Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan makanan (muntah/mual), gangguan
intestinal, hipermetabolik.

4.Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan.

INTERVENSI

Dx 1: Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitasyang tdk


terorganisir

Tujuan :

Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi
tdk purulent)

Tindakan :

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dgn pasin

R/. Resiko cros infeksi dpt melalui prosedur yang dilakukan


1. Ciptakan lingkungan yang bersih dan ventilasi yang cukup

R/. Lingkungan yang kotor akan mneingkatkan pertumbuhan kuman pathogen

1. Informasikan perlunya tindakan isolasi

R/. Penurunan daya tahan tubuh memudahkan berkembangbiaknya kuman


pathogen. Tindakan isolasi sebagai upaya menjauhkan dari kontak langsung
dgn kuman pathogen

1. Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu badan.

R/. Peningkatan suhu badan menunjukkan adanya infeksi sekunder.

1. Kaji frekwensi nafas, bunyi nafas, batuk dan karakterostik sputum.

2. Observasi kulit/membrane mucosa kemungkinan adanya lesi/perubahan warna

3. bersihkan kuku setiap hari

R/ Luka akibat garukan memudahkan timbul infeksi luka

1. Perhatikan adanya tanda-tanda adanya inflamasi

R/ Panas kemerahan pembengkakan merupakan tanda adanya infeksi

1. Awasi penggunaan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan
menggunakan wadah tersendiri.

R/ Tindakan prosuder dapat menyebabkan perlukaan pada permukaan kulit.

Dx 2 : Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status hipermetabolik.

Tujuan : Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat


Tindakan :

1.Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP bila terpasang.

R/ denyut nadi/HR meningkat, suhu tubuh menurun, TD menurun


menunjukkan adanya dehidrasi.

2.Catat peningkatan suhu dan lamanya, berikan kmpres hangat, pertahankan


pakaian tetap kering, kenyamanan suhu lingkungan.

R/ Suhu badan meningkat menunjukkan adanya hipermetabolisme.

3.Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus.

R/ Indikator tanda-tanda dehidrasi.

4.Timbang BB setiap hari

R/. penurunan BB menunjukkan pengurangan volume cairan tubuh.

5.Catat pemasukan cairan mll oral sedikitnya 2500 ml/hr.

Mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa hausdan melembabkan


membrane mucosa.

6.Berikan maknan yang mudah dicerna dan tdk merangsang

Peningkatan peristaltic menyebabkan penyerapan cairanpd dinding usus akan


kurang.

Dx 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan makanan (muntah/mual),


gangguan intestinal, hipermetabolik.

Tujuan: klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.


Tindakan:

1. Kaji kemampuan mengunyah, merasakan dan menelan.

Lesi pada mulut, esophagus dpt menyebabkan disfagia

1. auskultasi bising usus

Hipermetabolisme saluran gastrointestinal akan menurunkan tingkat


penyerapan usus.

1. timbang BB setiap hari

BB sebagai indicator kebutuhan nutrisi yang adekuat

1. hindari adanya stimulus leingkungan yang berlebihan.

2. berikan perawatan mulut, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat


kumur yang mengandung alcohol.

Pengeringan mucosa, lesi pd mulut dan bau mulut akan menurunkan nafsu
makan.

1. rencanakan makan bersama keluarga/org terdekat. Barikan makan sesuai


keinginannya (bila tdk ada kontraindidkasi)

2. sajikan makanan yang hangat dan berikan dalam volume sedikit

3. dorong klien untuk duduk saat makan.

Dx. 4. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot
pernafasan.

Tujuan: klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif


Tindakan:

1. auskultasi bunyi nafas tambahan

bunyi nafas tambahan menunjukkan adanya infeksi jalan nafas/peningkatan


sekresi.

1. catat kemungkinan adanya sianosis, perubahan frekwensi nafas dan


penggunaan otot asesoris.

2. berikan posisi semi fowler

3. lakukan section bila terjadi retensi sekresi jalan nafas

EVALUASI

1.Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdk
purulent)

2.Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat

3.Klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.

4.Klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif

DAFTAR PUSTAKA

Bruner, Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC.
2002

http://andaners.wordpress.com/asuhan-keperawatan/

Tags: Askep, Tambahkan tag baru


Posted in Imunologi | No Comments

Askep Ca Ovarium
Wednesday, May 6th, 2009

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER OVARIUM

A. Definisi

Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering
ditemukan pada wanita berusia 50 - 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke
bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.

Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini
merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995)

B. Etiologi

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

1. Hipotesis incessant ovulation


Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel
epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel
tumor.

2.Hipotesis androgen

Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

C. Faktor Risiko
Diet tinggi lemak

merokok

alkohol

penggunaan bedak talk perineal

riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium

riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium

nulipara

infertilitas

menstruasi dini

tidak pernah melahirkan

D. Tanda & Gejala

Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :

haid tidak teratur

ketegangan menstrual yang terus meningkat

menoragia

nyeri tekan pada payudara

menopause dini

rasa tidak nyaman pada abdomen


dispepsia

tekanan pada pelvis

sering berkemih

flatulenes

rasa begah setelah makan makanan kecil

lingkar abdomen yang terus meningkat

E. Stadium

Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of


Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :

STADIUM I > pertumbuhan terbatas pada ovarium

1.Stadium 1A : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi
sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.

2.Stadium 1B : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas,
tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.

3.Stadium 1C : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau
kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.

STADIUM II > Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke
panggul

1.Stadium 2A : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba


2.2. Stadium 2B : perluasan jaringan pelvis lainnya

3.Stadium 2C : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau
kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan
bilasan peritoneum positif.

STADIUM III > tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis
kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.

1.Stadium 3A : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi
secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan
(seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.

2.Stadium 3B : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan
peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar
getah bening negativ.

3.Stadium 3C : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah
bening retroperitoneal atau inguinal positif.

STADIUM IV > pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan


metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu
juga metastasis ke permukaan liver.

F. Penegakan Diagnosa Medis

Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila
pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker
ovarium).

Ciri2 kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :


1. Kista cepat membesar

2. Kista pada usia remaja atau pascamenopause

3. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan

4. Kista dengan bagian padat

5. Tumor pada ovarium

Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti :

USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah

Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI

Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta - HCG dan
alfafetoprotein

Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan
tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.

G. PENATALAKSANAAN

Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya


kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel
yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi
diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 - 4 minggu sekali dengan melakukan
pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum
tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem
saraf dan sistem kardiovaskuler.

Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :


Operasi (stadium awal)

Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)

Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Data diri klien

Data biologis/fisiologis > keluhan utama, riwayat keluhan utama

Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat reproduksi > siklus haid, durasi haid

Riwayat obstetric > kehamilan, persalinan, nifas, hamil

Pemeriksaan fisik

Data psikologis/sosiologis> reaksi emosional setelah penyakit diketahui

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen cidera biologi

2. Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi
dan peran

3. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi
tubuh, perubahan kadar hormon
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi

Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan

Intervensi :

Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi

Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien

Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic

Jelaskan kegunaan analgesic dan cara-cara untuk mengurangi efek samping

Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan:


imajinasi, relaksasi, stimulasi kutan

Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam
penampilan fungsi dan peran

Tujuan : Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.

Intervensi :

Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri

Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan


pembuatan keputusan

Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi


kekhawatiran tentang perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif untuk
ekspresi seksual yang lazim
Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur
atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormon

Tujuan :

-Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.

-Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara
mengekspresikan keinginan seksual

Intervensi:

Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan

Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons


individu

Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan
pengaruh prosedur pembedahan

Identifikasi faktor budaya/nilai budaya

Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka

Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka

Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya

Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus


seksual saat kelelahan

4. Evaluasi

1.Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan


2.Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.

3.Tidak adanya tanda-tanda disfungsi seksual


a.Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
b.Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa
alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta

Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Вам также может понравиться