Вы находитесь на странице: 1из 20

Mari kita modelkan struktur balok sederhana WF 400.200.8.

13 dengan bentang 6 m seperti gambar di


bawah.

Batang baja IWF 400.200.8.13 memiliki nilai properti penampang seperti yang diberikan pada contoh
tabel baja Gunung Garuda di bawah.

Tunggu sebentar, apakah disini masih ada yang bingung dengan bagian-bagian tubuh dari profil IWF
(Wide Flange (Sayap Lebar) yang berbentuk huruf I) ataupun HWF (Wide Flange yang berbentuk
huruf H) seperti bagian web (badan) dan bagian flange (sayap)? Jika ada, tentunya sukar untuk
mengikuti apa yang ingin saya sampaikan pada penjelasan selanjutnya. Oke, agar lebih memastikan
pembaca memahaminya, dibawah saya berikan gambar simpel penjelasan mana yang disebut
sebagai bagian web dan bagian flange pada profil baja Wide Flange:
Sudah jelas kan? Mari lanjut :-)

Kebanyakan struktur-struktur utama bangunan baja menggunakan profil bentuk wide flange, seperti
untuk struktur kolom dan struktur balok utama. Pertanyaannya, kenapa sih bentuknya harus seperti
itu? Kenapa harus seperti huruf I dan H? Kenapa tidak seperti huruf A atau B saja? He2.. Pada
prinsipnya tujuan utama dari bentuknya yang ramping adalah agar penggunaan profil baja menjadi
lebih ekonomis. Bayangkan saja jika kita menggunakan balok pejal seperti balok beton ketika
merancang suatu struktur bangunan baja, berapa harga yang harus dibayar untuk material bajanya
saja? Belum lagi efek dari berat profil baja tersebut dimana material baja memiliki berat jenis sebesar
7850 kg/m3. Bandingkan dengan berat jenis beton yang hanya sekitar 2400 kg/m3. Dan harga baja
jauh lebih mahal daripada harga beton. Oleh karenanya, dirancanglah suatu bentuk yang ekonomis
namun tanpa mengurangi kekuatan (secara drastis) pada arah sumbu lemah dan kuatnya. Bentuk
seperti huruf I dan H adalah jawabannya. Lalu mana yang termasuk profil IWF dan mana yang
termasuk profil HWF? Mudah sekali, profil HWF selalu memiliki dimensi tinggi total dan lebar total
penampang yang sama besarnya, B = H . Sedangkan profil IWF memiliki dimensi tinggi total dan
lebar total penampang yang berbeda, B < H. Maka profil baja yang kita gunakan sebagai simulasi
adalah termasuk profil IWF.

Sumbu lemah dan sumbu kuat?.. Makanan apa itu?

He2.. Pada intinya, sumbu lemah adalah salah satu (dari dua) sumbu suatu penampang yang
memiliki perlawanan lentur yang lebih kecil daripada sumbu lainnya. Jika suatu balok persegi pejal
memiliki tinggi 400 mm dan lebar 200 mm, maka sumbu lemahnya adalah sumbu yang sejajar arah
melebar balok, dan sumbu kuat adalah sumbu yang sejajar arah tinggi balok. Kenapa bisa begitu?
Jelas, karena faktor yang sangat mempengaruhi tahanan lentur suatu balok adalah nilai momen
inersianya. Dimensi yang lebih tinggi secara otomatis juga akan memiliki nilai momen inersia yang
lebih besar.

Lalu kapan kita menggunakan profil IWF dan kapan kita menggunakan profil HWF?

Sebenarnya kita bebas untuk menentukan memakai profil mana saja asal semuanya memenuhi
syarat keamanan struktur. Namun lagi-lagi, ketika kita benar-benar terjun pada dunia kerja/bisnis, kita
dituntut untuk merancang struktur yang tidak hanya aman, namun juga ekonomis. Jika kita lihat tabel
profil baja PT.Gunung Garuda, nampak bahwa profil HWF dengan dimensi tinggi yang sama memiliki
bobot yang jauh lebih berat daripada profil IWF (dengan tinggi yang sama).

Contohnya, profil IWF 400.200.8.13 memiliki bobot sebesar 66 kg/m. Namun profil HWF
400.400.13.21 memiliki bobot sebesar 172 kg/m! Gile, hampir 3 kali lipatnya <:-) Tapi tentu saja
sebagai engineer kita perlu melihat lebih jauh ke dalam nilai properti penampangnya. Ternyata berat
profil HWF berbanding lurus dengan nilai momen inersianya. Profil HWF 400.400.13.21 memiliki nilai
momen inersia arah sumbu kuat sebesar 66.600 cm4. Sedangkan profil IWF 400.200.8.13 hanya
memiliki nilai inersia sebesar 23.700 cm4. Ternyata hampir 3x nya juga. <:-) Lalu, kalau kita memang
membutuhkan nilai inersia sebesar itu, ya kita pakai saja profil HWF tersebut, beres kan? Eits, tunggu
dulu Jangan buru-buru.. he2.. Kita pastikan terlebih dahulu, apakah tidak ada profil IWF yang
memiliki nilai inersia sebesar itu walaupun dengan tinggi penampang yang lebih besar namun dengan
bobot yang lebih ringan? Cek cek cek Dan Wah, ternyata ada oi :-) Silahkan lihat tabel di
bawah untuk buktinya:
Lihatlah, ternyata kita bisa menggunakan profil IWF 600.200.11.17 sebagai pengganti balok HWF
400.400.13.21. Selain memiliki nilai momen inersia arah sumbu kuat yang lebih besar, tapi juga
memiliki bobot yang lebih ringan, beda 65 kg/m.. Asiiik Lumayan untuk beli bakso kan.. hehe

Lalu kapan kita pakai profil HWF kalo bobotnya berat gitu? Rugi bandar dong.. he2.. Ya gak juga.
Untuk apa diciptakan profil HWF kalo gak bakal kepake di pasaran? Ya gak? :-) Apa yang
membedakan antara profil IWF dan HWF adalah nilai momen inersia sumbu lemah-nya. Profil HWF
memiliki nilai momen inersia sumbu lemah yang sangat besar dibandingkan dengan nilai momen
inersia sumbu lemah profil IWF. Contoh, Profil HWF 400.400.13.21 memiliki nilai momen inersia
sumbu lemah sebesar 22400 cm4. Banding kan dengan profil IWF. Bahkan dengan penampang profil
IWF sebesar 900.300.16.28 , dengan bobot yang hampir 1.5 kali lebih berat, nilai momen inersia
sumbu lemahnya hanya 12600 cm4. Oleh karenanya profil HWF lebih banyak digunakan untuk
struktur kolom, karena kolom biasanya menerima beban lentur dari kedua arah, baik sumbu lemah
maupun sumbu kuatnya. Namun, kolom dengan profil H lebih mutlak dibutuhkan pada struktur baja
tanpa bracing, alias Struktur Rangka Baja Pemikul Momen. Kenapa? Hal ini akan kita bahas pada
tulisan saya berikutnya. Sekarang kita fokus saja dulu pada struktur balok ya.. :-)

Oke, lanjut gan!.. :-)

Oya, sebenarnya Sap2000 telah menghitung secara otomatis nilai2 properti penampang di atas dari
tiap dimensi profil yang kita buat lho. Nilai itu terdapat pada menu section properties seperti dalam
gambar di bawah:
Lho, kalau kita amati kok nilai yang ada pada sap2000 lebih kecil daripada nilai yang ada pada tabel
data profil Gunung Garuda ya?.. Luas area penampang pada Sap2000 = 81.92 cm2, sedangkan pada
tabel Gunung Garuda = 84.1 cm2. Nilai inersia sumbu x pada sap2000 pun hanya 22964.8 cm4,
sedangkan pada tabel Gunung Garuda besarnya adalah 23700 cm4.. Mana yang benar?.. Tenang
saudara-saudara Belanda masih jauh.. :-) Bentuk profil penampang pada sap2000 memang bisa
dikatakan tidak sama persis dengan bentuk aktual profil baja yang ada di pasaran. Apa yang beda?
Coba kita lihat bentuk profil yang digambarkan oleh PT.Gunung Garuda di bawah:

Bisa melihat perbedaannya? Yup, benar. Pada kondisi aktual, tiap profil baja ternyata memiliki ketiak
yang menebal pada sudut pertemuan antara bagian web (badan) dengan bagian flange (sayap)
dimana ketebalannya didefinisikan dengan nilai r. Pada Sap2000 nilai r ini tidak ada, alias diabaikan.
Lho kok diabaikan? Terus gimana? Ya jelas tidak apa-apa, karena sudah tentu struktur akan semakin
aman jika kekuatan bahan ditentukan lebih kecil daripada aktualnya. Bukan begitu? :-) Jadi tidak perlu
khawatir dengan tidak diperhitungkannya nilai r ini pada Sap2000. Tapi, kok bisa timbul ketiak kayak
gitu? Asalnya dari mana? Bau gak? He2.. Yang pasti tidak bau asam.. :-) Pada proses pembuatan
baja profil hot-rolled (digilas dalam kondisi panas), ketiak itu timbul pada waktu penggilasan,
sedangkan pada profil baja built up (profil baja yang dibentuk dari gabungan pelat-pelat yang
digabungkan menjadi satu dengan pengelasan), ketiak itu adalah tebalnya las yang menyatukan
antara pelat sayap dengan pelat badan, namun dengan kelengkungan ke arah luar atau cembung.
Sebelumnya mari kita cek satu2 nilai di atas, apakah rumus yang pernah kita pelajari sesuai dengan
perhitungan yang digunakan oleh Sap2000? Mari kita buktikan.. Untuk mempersingkat pembuktian,
beberapa saya hanya mengecek arah sumbu kuatnya (major) saja. Rumus praktisnya adalah sebagai
berikut (tampilan format rumus di bawah saya ambil dari blog orang lain yang sayangnya saya lupa
alamat websitenya. Tolong ingatkan saya jika ada yang mengetahui dari mana sumbernya):

Oke, mari kita mulai membuktikan..

1. Luas Area

Nilai Sap2000, A = 81.92 cm2 ==> Cocok!

2. Area Geser

Pada buku Sap2000 karangan Pak Wiryanto Dewobroto, luas efektif geser penampang profil wide
flange untuk arah sumbu lemah adalah sebagai berikut:

Nilai Sap2000, Av-y = 43.333 cm2 ==> Cocok!


Perhatikan pada rumus tersebut, ternyata area geser yang diperhitungkan untuk tahanan geser arah
sumbu lemah tidak sampai 100% dari luas pelat sayap, namun hanya 83 % nya saja. Sedangkan
untuk luas efektif geser arah sumbu kuat adalah sebagai berikut:

Nilai Sap2000, Av-x = 32 cm2 ==> Cocok!

3. Momen Inersia

Kita hitung momen inersia untuk sumbu kuat saja, yaitu Ix:

Nilai pada Sap2000, Ix = 22964.868 cm4. Loh, kok tidak cocok?... <:-)

He2.. jelas saja tidak cocok.. Ternyata yang salah adalah rumusnya. Jika diamati, rumus inersia profil
wide flange diatas jika dijabarkan adalah menjadi bentuk berikut:

Apakah rumus di atas benar? Jelas salah. Perhatikan baik2, rumus diatas adalah penjumlahan inersia
dari dua dimensi dengan bentuk yang berbeda. Jika melihat dari rumusnya, yang benar seharusnya
adalah dikurangkan, bukan ditambah. Sehingga perhitungannya seharusnya menjadi sebagai berikut:

Nilai pada Sap2000, Ix = 22964.868 cm4 ==> Cocok bo! :-)


4. Modulus Penampang

Modulus penampang adalah nilai yang sangat penting untuk menentukan kekuatan lentur suatu
balok. Secara kasar, dengan mudah kita dapat menentukan kekuatan lentur suatu balok baja profil
terkekang lateral yang penampangnya tidak kompak hanya dengan mengalikan nilai modulus
penampangnya dengan tegangan leleh baja.

Sebentar, balok terkekang lateral dan penampang tidak kompak? Apaan tuh?

Maksud balok dikekang secara lateral adalah balok yang stabilitas arah tegak lurus bidang lenturnya
dijaga agar dapat berdiri dengan stabil. Contohnya, jika kita membuat balok sederhana lewat menu
template, maka Sap2000 secara otomatis akan menjepit tumpuan balok yang tegak lurus arah bidang
lentur. Gunanya adalah untuk kestabilan struktur. Apa yang terjadi jika tumpuan arah tegak lurus
bidangnya kita buat sendi alias tidak terkekang secara lateral? Sap2000 akan memberikan warning
akan kondisi tersebut karena struktur dianggap dalam kondisi tidak stabil. Gambar di bawah
menjelaskan kondisi tersebut.

Masih kurang jelas maksudnya? Oke, begini, bayangkan sebuah penggaris dengan lebar 3 cm, tebal
3 mm, dan panjang 30 cm kita letakkan seperti gambar sketsa di bawah:

Apakah penggaris tersebut dapat berdiri dengan stabil jika arah lateralnya tidak dipegang dengan
baik? Tentu tidak, bukan? Penggaris cenderung akan jatuh ke arah samping/arah lateral. Jika dilihat
melalui arah view A, maka arah jatuhnya penggaris adalah sebagai berikut:
Oleh karenanya, agar dapat berdiri dengan stabil (tidak jatuh ke samping), maka minimal tumpuan
balok arah lateral tersebut perlu dipegang. Sketsa nya menjadi seperti berikut:

Inilah yang dimaksud balok terkekang secara lateral. Sekarang sudah cukup jelas bukan apa yang
dimaksud dengan kekangan/tambatan arah lateral? :-) Namun ternyata, semakin panjang bentang
balok, kekangan lateral ini juga dibutuhkan pada area tengah bentang, tidak hanya pada tumpuannya
saja. Balok memiliki nilai batas jarak pertambatan lateral agar mampu dibebani hingga batas elastis
maupun plastis. Loh, boleh sampai plastis? Bukannya batas amannya hanya pada kondisi elastis?
Oke, lanjut saja dulu.. :-) Bagaimana jika jarak pertambatan lateralnya tidak memenuhi nilai batas
yang ditentukan? Maka akan terjadilah apa yang dinamakan Tekuk torsi lateral.

What? Apaan tuh? *sambil tutup satu mata ala Jaja Miharja* :-)

Tekuk torsi lateral adalah suatu keadaan dimana balok melendut dan sekaligus memuntir. Hal ini
disebabkan faktor buckling (tekuk) bagian flange yang mengalami tekan. Karena buckling flange arah
ke bawah dan ke atas telah dijaga oleh bagian web, maka sumbu yang tidak dijaga lah yang akhirnya
menjadi korban, sehingga gaya tekan yang terjadi pada bagian flange akan menimbulkan buckling
yang arahnya ke samping (ke arah sumbu lemah).
Lalu apa itu penampang tidak kompak?.. Penampang yang sering berantem karena tidak
akur?..

He2.. Secara analogi bisa saja dikatakan begitu. Kok? Iya, karena tidak akur maka kekuatannya tidak
maksimum, ibarat pepatah: bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. J Kenapa bisa tidak akur?..
Seperti yang telah kita ketahui, pada penampang balok sederhana yang melentur (karena beban
gravitasi) akan terbentuk area tarik pada sayap bagian bawah dan setengah badan bagian bawah
dan area tekan pada sayap bagian atas dan setengah badan bagian atas. Untuk area tarik,
kekuatan tarik hingga batas leleh akan mudah tercapai tanpa adanya gangguan kestabilan . Namun
berbeda dengan area tekan. Pada penampang yang tidak kompak, kemampuan bagian flange
maupun web pada area tekan tidak memiliki tahanan tekan yang cukup baik dibandingkan dengan
penampang yang kompak karena masalah kelangsingan. Oleh karenanya, faktor bentuk penampang
pada struktur balok dibedakan menjadi penampang kompak dan tidak kompak yang didasarkan atas
nilai rasio antara tinggi dan lebar penampang dengan ketebalan pelat.

Oya, tadi ada kata2: dengan mudah kita dapat menentukan kekuatan lentur suatu balok baja
profil terkekang lateral yang penampangnya tidak kompak hanya dengan mengalikan nilai
modulus penampangnya dengan tegangan leleh baja.Yakin? Kok bisa?

Ya bisa dong, karena pada dasarnya gaya momen kopel yang terbentuk akibat gaya luar akan
menimbulkan tegangan tarik dan tekan pada penampang profil baja sesuai dengan rumus sebagai
berikut:

Dimana nilai c adalah besar jarak suatu titik pada profil baja yang akan kita cari nilai tegangannya
diukur dari sumbu netral penampang. Jika kita memiliki profil setinggi h, maka nilai maksimal untuk c
dimana akan memiliki tegangan maksimum adalah sebesar h. Padahal kita ketahui profil baja
memiliki tegangan maksimum tertentu yang tidak boleh dilampaui, yaitu tegangan leleh, sehingga
tegangan terbesar yang terbentuk pada titik c maksimal ini adalah sebesar fy (tegangan leleh).
Dengan memasukkan nilai c sebesar h, dan nilai tegangan maksimum sebesar fy, maka akan
didapatkan rumus sebagai berikut:

Dapat disederhanakan menjadi:


Lihatlah, kita memiliki rumus yang langsung menghubungkan antara besar momen dengan tegangan
leleh. :-) Pada bagian penyebut, rumus itulah yang dinamakan modulus penampang suatu bahan.
Yang jika pada penampang persegi panjang kita mengenalnya sebagai rumus berikut:

Langsung saja kita cek, apakah nilainya sesuai dengan apa yang ditampilkan pada Sap2000 atau
tidak:

Nilai pada Sap2000, Sx = 1148.2434 cm3 ==> Cucok! :-)


Sudah kita ketahui pada tulisan sebelumnya (Part 1), nilai kuat lentur balok (dengan panjang
terkekang lateral yang cukup tanpa menimbulkan masalah terhadap tekuk torsi lateral) dipengaruhi
oleh dua nilai bentuk penampang, yaitu nilai modulus elastis penampangnya (S) dan nilai modulus
plastis penampangnya (Z), dimana penurunan rumus modulus elastis penampang dan kaitannya
dengan nilai tahanan momen maksimum sudah kita bahas bersama di Part 1.

Yang menarik dari modulus plastis ini adalah adanya kata plastis. Secara refleks kita akan berpikir;
Loh, kok boleh sampai kondisi plastis? Kalau sudah mencapai kondisi plastis bukankah berarti nilai
fy (tegangan leleh) sudah terlampaui dan artinya bukankah rumus dengan analisis linear sudah tidak
valid lagi untuk digunakan?..

Pertanyaan yang lumrah, karena selama ini kita selalu mematok nilai fy (batas tegangan elastis)
sebagai batas atas tegangan penampang. Kenapa? Karena rumus2 yang biasa kita gunakan untuk
menghitung regangan dan tegangan penampang memiliki karakteristik yang linear, alias hubungan
tegangan dan regangan masih memiliki rasio (/) yang tetap. Berbeda jika terjadi kondisi plastis, kita
tidak bisa mencari besarnya tegangan suatu penampang berdasarkan besarnya regangan (maupun
sebaliknya) dari rumus linear yang selama ini kita gunakan.

Jika kita mengamati diagram tegangan sebuah penampang balok sederhana yang mengalami reaksi
momen akibat pembebanan dimana serat tepi atas dan tepi bawah tepat mengalami tegangan leleh
seperti di bawah:

kita akan melihat ada bagian serat penampang balok yang belum mengalami leleh, yaitu pada area
bagian tepi bawah serat tarik dan pada area bagian tepi atas serat tekan. Semakin ke tengah,
tegangan akan semakin kecil secara linear dan tepat pada garis netral tegangan akan bernilai = 0.
Bagian yang belum mengalami leleh ini sebenarnya memiliki tahanan terhadap momen hingga
tegangan leleh tercapai. Namun untuk penampang yang dikategorikan tidak kompak, kontribusi area
ini dalam menahan momen hingga kondisi leleh sengaja untuk diabaikan (tidak diperhitungkan)
karena faktor stabilitas bagian penampang yang mengalami gaya tekan. Pada penampang balok
yang dikategorikan kompak, kekuatan di area ini dapat dikerahkan hingga seluruh area mencapai
kondisi leleh tanpa terjadinya gangguan stabilitas pada daerah tekan penampang, sehingga hasilnya
penampang kompak pun akan memiliki tahanan momen yang lebih besar daripada penampang tidak
kompak.
Lalu bagaimana dengan area yang sudah mengalami kondisi plastis?

Jika kita melihat grafik tegangan-regangan material baja seperti di bawah:

Terlihat bahwa deformasi yang terjadi setelah baja mengalami tegangan leleh tidak merubah
besarnya tegangan hingga pada titik batas regangan tertentu (titik regangan batas deformasi plastis
dan daerah pengerasan (atau istilah kerennya: strain hardening)). Dengan kata lain, walaupun
kondisi leleh sudah terjadi pada serat paling luar penampang, penampang yang kompak dianggap
mampu terus mengembangkan deformasi hingga semua serat penampang mengalami kondisi leleh
tanpa mengakibatkan peningkatan tegangan.

Bagaimana dengan rumus modulus plastis penampangnya?

Di beberapa buku yang pernah saya baca, saya amati banyak yang tidak menjelaskan penurunan
rumus modulus plastis penampang (secara mudah). Ujug-ujug biasanya langsung ditampilkan rumus
modulus plastis penampang balok IWF untuk arah sumbu kuat seperti di bawah:

Zx = (b.tf)(h - tf) + tw(1/2h tf)(1/2h - tf)

Dimana:

tf = tebal flange, tw = tebal web, h = tinggi profil, b = lebar profil

Jika melihat rumus di atas, mungkin kita akan berpikir lebih lama untuk mencari tahu bagaimana
rumus itu bisa diturunkan. Namun untuk penampang balok persegi, rumusnya terlihat lebih
sederhana, yaitu seperti berikut:

Zx = 1/4. b. h2

Rumus opo tho kui, mas? Seko endi asale?

Seebenarnya cukup mudah untuk memahami proses penurunan bentuk rumus di atas. Sebelum
meninjau penurunan rumus (secara sederhana) dari modulus plastis penampang, agar bisa lebih
memahami konsepnya, kita mulai saja dulu memahami penurunan rumus modulus elastis
penampang untuk balok pejal sederhana. Di tulisan Ngulik Sap2000 Part 1, kita sudah mencoba
mencari korelasi antara modulus elastis penampang dari nilai momen inersia penampangnya. Namun
untuk rumus modulus plastis penampang sudah tidak ada korelasinya lagi dengan momen inersia
penampang. Sehingga kedua nilai modulus penampang ini akan kita turunkan dari analisa diagram
tegangannya.
Untuk mempermudah pemahaman, saya akan menggunakan penampang balok pejal sederhana
sebagai bahan analisa. Berikut adalah diagram tegangan dari penampang balok pejal sederhana:

Dimana: C = Compression (Tekanan), T = Tension (Tarikan)

Karena penampang berbentuk simetris, maka nilai C dan T adalah sama. Nilai C dan T ini diperoleh
dengan cara mengalikan tegangan leleh dengan luas penampangnya. Sehingga diperoleh rumus
resultan gaya tekan C = 1/2.fy.B.(1/2.H). Jika disederhanakan menjadi:

C = (1/4.B.H).fy

Dari nilai C ini dapat kita cari tahanan momen elastisnya dengan cara mengalikan nilai C dengan
lengan momennya (jarak antara gaya C dan T) sebesar 2/3.H. Sehingga:

Mn = C.(L momen)

Mn = (1/4.B.H).fy.(2/3.H)

Mn = (1/6.B.H2).fy

Sebelumnya sudah kita ketahui bahwa:

Mn = Sx .fy, maka

Sx = 1/6.B.H2 ==> Cocok.

Ini penurunan untuk rumus modulus penampang elastis. Untuk penurunan rumus modulus
penampang plastis, kita menggunakan diagram tegangan seperti berikut:
Dari gambar di atas dapat diperoleh rumus resultan gaya tekan sebagai berikut:

C = 1/2.(B.H).fy

Dari nilai C ini dapat kita cari tahanan momen plastisnya dengan cara mengalikannya dengan lengan
momen (jarak antara gaya C dan T) sebesar 1/2.H. Sehingga:

Mnp =C.(L momen)

Mnp = 1/2.(B.H).fy.(1/2.H)

Mnp = (1/4.B.H2).fy

Dari rumus yang kita ketahui, dapat kita peroleh:

Mnp = Zx .fy, maka nilai modulus penampang plastisnya adalah

Zx = 1/4.B.H2

Mudah sekali, bukan? Konsep penurunan rumus modulus plastis penampang ini berlaku juga untuk
bentuk-bentuk yang lain, termasuk untuk profil baja IWF. Berikut adalah contoh proses penurunannya:
Untuk mempermudah pemahaman, kita analisa bagian flange dan web secara terpisah. Untuk bagian
flange, diagram tegangan dan rumusnya adalah sebagai berikut:
Dari gambar di atas dapat diperoleh rumus resultan gaya tekan sebagai berikut:

C1 = (B.tf).fy

Dari nilai C1 ini dapat kita cari tahanan momen plastis (untuk bagian flange) dengan cara mengalikan
nilai C1 dengan lengan momen tegangan flange (jarak antara gaya C1 dan T1) sebesar (H tf).
Sehingga:

Mnp1 = C1.(L momen)

Mnp1 = (B.tf).fy.(H - tf)

Dan untuk bagian web, diagram tegangan dan rumusnya adalah sebagai berikut:

Dari gambar di atas dapat diperoleh rumus resultan gaya tekan sebagai berikut:

C2 = tw.(1/2.H-tf).fy

Dari nilai C2 ini dapat kita cari tahanan momen plastis (untuk bagian web) dengan cara mengalikan
nilai C2 dengan lengan momen tegangan web (jarak antara gaya C2 dan T2) sebesar (1/2.H tf).
Sehingga:

Mnp2 = C2.(L momen)

Mnp2 = tw.(1/2.H-tf).fy.(1/2.H-tf)

Maka tahanan momen plastis totalnya adalah:

Mnp = Mnp1 + Mnp2

Mnp = (B.tf).fy.(H-tf) + tw.(1/2.H-tf).fy.(1/2.H-tf)

Mnp = [(B.tf)(H-tf) + tw.(1/2.H-tf).(1/2.H-tf)].fy


Sehingga,

Zx = (B.tf)(H-tf) + tw.(1/2.H-tf).(1/2.H-tf) ==> Cocok.

Wah, mudah sekali ya?

Yup, memang sangat mudah dipahami jika prosesnya diperlihatkan secara bertahap.

Sekarang kita cek hasil perhitungan rumus secara manual dengan nilai yang dihitung oleh Sap2000.
Berdasarkan rumus, nilai modulus plastis penampang untuk profil IWF 400.200.8.13 adalah sebagai
berikut:

Sedangkan jika kita cek pada Sap2000 nilai modulus plastisnya adalah:

Kesimpulan: Cocok.

Oke mas, nilai modulus plastisnya udah cocok. Trus, gimana dengan tahanan momen profil bajanya
berdasarkan nilai modulus penampang ini?

Sebelumnya, kita abaikan dulu masalah torsi lateral dengan cara menetapkan bentang balok yang
pendek. (Masalah tekuk torsi lateral ini akan dibahas pada Ngulik Sap2000 Part III) Untuk
menentukan panjang bentang balok maksimum agar terhindar dari bahaya tekuk torsi lateral, kita
gunakan rumus sederhana seperti berikut:

Lp = 790.ry / fy
Maka didapat hasil panjang maksimal bentang balok terkekang lateral di ujung2nya agar terhindar
dari analisa tekuk torsi lateral adalah sebagai berikut:

Untuk itu dalam permodelan digunakan beam dengan bentang 2 m (< Lp = 2.347 m).

Pertama-tama kita cek terlebih dahulu persyaratan kompak dan non-kompak penampang profil baja
IWF (hati-hati, beda penampang maka nilai batasnya juga berbeda). Karena bagian profil IWF yang
mengalami tekan ada dua bagian, yaitu bagian flange dan bagian web (sehingga ada dua macam
tekuk lokal, yaitu tekuk lokal web dan tekuk lokal flange), maka syarat kompak dan non-kompak dicek
terhadap kedua bagian ini.

Masing2 bagian memiliki nilai batas kelangsingannya masing-masing, yaitu:

1. Untuk pelat sayap (flange):

Kelangsingan penampang sayap: f = B / (2.tf)

Syarat batas kompak / tidak kompak penampang sayap:

p.f = 170 / fy

r.f = 370(fy fr)


2. Untuk pelat badan (web):

Kelangsingan penampang web: w = H / tw

Syarat batas kompak / tidak kompak penampang web:

p.w = 1680 / fy

r.w = 2550 / fy

Profil termasuk kompak atau tidak kompak, aturannya adalah sebagai berikut:

Sekarang kita cek penampang profil WF400.200.8.13 secara manual:

Cek bagian flange:


Cek bagian web:

Penampang IWF400.200.8.13 secara perhitungan manual termasuk penampang kompak. Sehingga


kuat ijin tahanan momen profil berdasarkan rumus adalah:

Dan berdasarkan hasil output sap2000, profil WF400.200.13.28 dengan bentang 2 m (tumpuan sendi-
rol) memiliki tahanan ijin momen sebesar:

Вам также может понравиться