Вы находитесь на странице: 1из 155

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan

dengan nidasi atau implantasi. Para kaum perempuan yang sudah menikah pasti ingin

untuk hamil agar ada yang menjadi generasi penerus mereka. Masa kehamilan dimulai

dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil yang normal adalah 280 hari (40

minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid terakhir. Dalam proses

kehamilan perut seorang ibu akan menjadi besar dikarenakan ada janin yang tumbuh di

dalam perutnya dari hari ke hari.


Dalam kehamilan ini mungkin ada beberapa gangguan yang dialami oleh seorang ibu

dan juga ada kendala dalam karirnya, dikarenakan seorang ibu yang hamil tidak boleh

bekerja terlalu keras karena akan mengakibatkan tenaga dari seorang ibu itu menjadi

berkurang. Dan juga dianjurkan agar seorang ibu yang hamil agar makan dan minum yang

bergizi, bervitamin dan makan yang teratur agar calon bayi yang ada di dalam tubuhnya

tidak mengalami kecacatdan dan kekurangan gizi yang dialami oleh seorang ibu dan calon

bayinya.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Pengertian ibu hamil dan kehamilan?
1.2.2 Jenis gangguan pada ibu hamil?
1.2.3 Tanda dan gejala kelainan pada kehamilan?
1.2.4 Konsep asuhan keperawatan pada ibu hamil?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari ibu hamil dan kehamilan.
1.3.2 Mahasiswa mampu mengetahui jenis gangguan pada ibu hamil.
1.3.3 Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala kelainan pada kehamilan.
1.3.4 Mahasiswa mampu mengetahui konsep asuhan keperawatan pada ibu hamil.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini, semoga para pembaca dapat memahami isi dari

makalah ini dan mengerti akan apa yang disampaikan sehingga mampu
mengaplikasikannya di dalam dunia nyata agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam

persepsi dari setiap individu.


1.5 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini Kami menggunakan metode penulisan dengan

penelusuran IT. Pada metode penelusuran IT, kami mencari tambahan refrensi pada

internet untuk melengkapi data-data yang telah kami peroleh.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ibu hamil dan kehamilan


Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam buku Ilmu Kebidanan
(2009; h. 213), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua
15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28
hingga ke-40).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dimulai dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan
ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2008; 89).
Jadi kehamilan merupakan hasil konsepsi yang terjadi ditube fallopi kemudian
mengalami nidasi di uterus dan berkembang selama 0 40 minggu.
B. Jenis jenis gangguan pada ibu hamil
Saat wanita hamil, kemahilan sangat renta pada usia usia 0 16 minggu, terdapat
berbagai jenis gangguan yangterjadi pada iu hamil:
1. Abortus
a. Pengertian
1) Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (Bagian
Obgyn Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya
telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.
2) Pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau
kurang dari ibunya yang kira kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan
(Hacker and Moore, 2001).
b. Jenis - jenis abortus
1) Abortus spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan 20% dari
semua abortus. Abortus spontan terdiri dari 7 macam, diantaranya :
a) Abortus imminens (keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru
mengancam dan ada harapan untuk mempertahankan.
b) Abortus incipiens (keguguran berlangsung) adalah Abortus sudah
berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.
c) Abortus incomplete (keguguran tidak lengkap) adalah Sebagian dari buah
kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih
tertinggal di rahim.
d) Abortus completus (keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan
telah dilahirkan lengkap. Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah
hasil konsepsi keluar.
e) Missed abortion (keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan
dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim
selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
f) Abortus habitualis (keguguran berulang ulang) adalah abortus yang telah
berulang dan berturut turut terjadi sekurang kurangnya 3 kali berturut
turut.
g) Abortus febrilis adalah Abortus incompletus atau abortus incipiens yang
disertai infeksi.
2) Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) merupakan 80% dari semua
abortus. Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya:
a) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah
Pengguguran kehamilan dengan alat alat dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat.
Indikasi pada ibu dengan penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis,
carcinoma cerviks
b) Abortus provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa
alasan medis yang syah dan dilarang oleh hokum
c. Penyebab abortus
1) Kelainan telur
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa
hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti
kelainan chromosom (trisomi dan polyploidi).
2) Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:
a) Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus dan
partus prematurus.
b) Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar
gondok.
c) Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu.
d) Gizi ibu yang kurang baik.
e) Kelainan alat kandungan:
Hypoplasia uteri.
Tumor uterus
Cerviks yang pendek
Retroflexio uteri incarcerata
Kelainan endometrium
f) Faktor psikologis ibu.
3) Faktor suami
Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta
faktor imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan
produk asing secara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.
4) Faktor lingkungan
Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum minuman
beralkohol serta paparan faktor eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia,
memperbesar peluang terjadinya abortus.
2. KET (Kehamilan Ektopik Terganggu)
a. Pengertian
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan berada di
luartempat yangsemestinya. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau
pecah,dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini
disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga
uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi
kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi
implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang
rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga
uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi
kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal).
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan
yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar
rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di
dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba
atau dalam tanduk rudimenter rahim. (Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD).
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik terganggu adalah
kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat
yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.
b. Macam macam KET
Sarwono Prawirohardjodan Cuninghammasing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain.
1) Tuba Fallopii
a) Pars-interstisialis
b) Isthmus
c) Ampula
d) Infundibulum
e) Fimbrae
2) Uterus
a) Kanalis servikalis
b) Divertikulum
c) Kornu
d) Tanduk rudimenter
3) Ovarium
4) Intraligamenter
5) Abdominal
a) Primer
b) Sekunder
Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
c. Penyebab
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui.Trijatmo Rachimhadhidalam bukunya menjelaskan
beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:

1) Faktor mekanis Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum


yang dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain:
a) Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia
lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan
kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat
infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
b) Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau
penyempitan lumen.
c) Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi.
d) Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha
untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
e) Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksia.
f) Penggunaan IUD
2) Faktor Fungsional
a) Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri
yang abnormal.
b) Refluks menstruasi
c) Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesterone.
d) Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
3. Mola Hidatidosa
a. Pengertian
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh
berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil
anggur atau mata ikan. (Mochtar,Rustam, dkk, 2002 : 23)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus
korialis langka,vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi
villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran
yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk,
2002 : 339).
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah
kista yangmenyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola
tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah
besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 2004 : 104).
Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di dalam
rahim yang terjadi pada awal kehamilan.
b. Macam macam
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast :
1) Teori missed abortion
Mudigah (Calon Janin) mati pada kehamilan 3 - 5 minggu karena itu terjadi
gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim
dari villi dan akhirnyaterbentuklah gelembung-gelembung.
2) Teori neoplasma dari Park
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana
terjadireabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul
gelembung.
3) Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata
akibatakumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio
komplit padaminggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus
menerus dan tidak adanyafetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan
melakukan fungsinya selama pembentukancairan. (Silvia, Wilson, 2000 : 467)
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan
kista-kista kecilseperti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi embrio. Secara
histo patologic kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan
bayi normal. Bisa juga terjadikehamilan ganda mola adalah: satu janin tumbuh
dan yang satu menjadi mola hidatidosa.Gelembung mola besarnya bervariasi,
mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1cm.Mola parsialis adalah
bila dijumpai janin dan gelembung - gelembung mola. Secaramikroskopik
terlihat trias :
1. Proliferasi dari trofoblas
2. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma
c. Penyebab
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropoblast.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.
4. Paritas tinggie
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
(Mochtar, Rustam ,2002 : 23)
Mola hidatifosa berasal dari plasenta dan/atau jaringan janin sehingga hanya
mungkin terjadi pada awal kehamilan Massa biasanya terdiri dari bahan-
bahan plasenta yang tumbuh tak terkendali. Sering tidak ditemukan janin sama
sekali. Penyebab terjadinya mola belum sepenuhnya dimengerti. Penyebab yang
paling mungkin adalah kelainan pada sel telur, Rahim dan/atau kekurangan gizi.
Resiko yang lebih tinggi ditemukan pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun
atau diatas40 tahun.Faktor resiko terjadinya mola adalah:
a. Status sosial-ekonomi yang rendah
b. Diet rendah protein, asam folat dan karotin.
4. Hiperemesis
a. Pengertian
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama
kehamilan. (Hellen Farrer, 1999, hal : 112)
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono
Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 1999).
Dalam buku obstetri patologi (1984) Hiperemesis Gravidarum adalah suatu
keadaan dimana seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan di
minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang
dan timbul aseton dalam air kencing.
Jadi, Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang terjadi sampai umur
kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari,
berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine.
b. Factor penyebab
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi
kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang
dikemukakan : ( Rustan Mochtar, 1998 )
1) Faktor Organik,
Yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah
satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
2) Faktor Psikologik.
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
3) Faktor Endokrin
Hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.
5. Pre Eklampsi Dan Eklampsi
a. Pre Eklampsi
1) Pengertian
Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang
disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema
(penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir
minggu pertama setelah persalinan (Manuaba, 1998).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi
tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. (Mansjoer, 2000)
Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh
hipertensi, edema, dan proteinuria (kamus saku kedokteran Dorland ).
2) Klasifikasi
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
a) Preeklampsia Ringan :
(1) Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
pada penyakit trofoblas.
(2) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya 6 jam.
(3) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau
lebih per minggu.
(4) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 +
pada urin kateter atau midstream.
b) Preeklampsia Berat
(1) Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi
lebih atau sama dengan 160/110 mmHg disertai proteinuria pada umur
kehamilan 20 minggu atau lebih.
(2) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
(3) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
(4) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
(5) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium.
(6) Terdapat edema paru dan sianosis.
3) Penyebab
Adapun penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui,
namun ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab
preeklampsia, yaitu :
(1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,hidramnion,
dan mola hidatidosa.
(2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
(3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
(4) Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

Faktor Predisposisi Preeklamsia

(a) Molahidatidosa
(b) Diabetes mellitus
(c) Kehamilan ganda
(d) Hidropfetalis
(e) Obesitas
(f) Umur yang lebih dari 35 tahun
b. Eklampsi
1) Pengertian
Eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti halilintar kata
tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklamsi timbul dengan tiba-
tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. (Sarwono, 2005 : 295)
Eklampsia merupakan kelanjutan pre-eklamsi berat dengan tambahan
gejala kejang-kejang dan atau koma. (Manuaba, 1998 : 245)

Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan
atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia (hipertensi,
edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2000: 49).
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia
memburuk menjadi kejang (helen varney;2007)
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau
masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat
kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan
gejala-gejala pre eklampsia.
2) Macam macam
Eklamsia di bagi atas 3 macam yaitu:
a) Eklampsia gravidarum (Eklampsia antepartum) adalah tekanan darah
tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kencing) atau
edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu
sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.
b) Eklampsia parturientum (Eklampsia intrapartum) intrapartum eklampsia
adalah pengembangan kejang atau koma pada wanita hamil menderita
tekanan darah tinggi. Intrapartum berarti bahwa itu terjadi selama
pengiriman bayi. Eklampsia adalah kondisi serius yang memerlukan
pengobatan medis yang mendesak. Eklampsia dapat dikaitkan dengan
peningkatan moderat serta signifikan pada tekanan darah. Tekanan darah
dapat kembali normal setelah melahirkan atau mungkin bertahan untuk
jangka waktu tertentu.
c) Eklampsia puerperale (Eklampsia post partum) pengembangan kejang
atau koma pada wanita hamil menderita tekanan darah tinggi. Postpartum
berarti bahwa segera setelah melahirkan. Eklampsia adalah kondisi serius
yang memerlukan pengobatan medis yang mendesak. Eklampsia dapat
dikaitkan dengan peningkatan moderat serta signifikan pada tekanan
darah.
3) Penyebab
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung
atau payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru paru.
Sedangkan penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan
persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :
a) Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah
lemak dan protein dapat menimbulkan badan keton
b) Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus
vagus yang menyebabkan :
(1) Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan
dilanjutkan menjadi bradikardi serta irama yang tidak teratur
(2) Peristaltis usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga di
keluarkannya mekonium yang akan masuk ke dalam paru paru
pada saat pertama kalinya neonatus aspirasi.
c) Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan

bertambah gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun di

luar rahim . Oleh sebab itu perlu memperhatikan komplikasi dan

tingginya angka kematian ibu dan bayi. Maka usaha utama adalah

mencegah pre eklampsia menjadi eklampsia perlu diketahui bidan

dan selanjutnya melakukan rujukan ke rumah sakit.


6. Plasenta previa
a. Pengertian
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk
bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya
500 gram. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme
khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini
termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi
imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat
pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan
menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah
satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan
plasenta previa (Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir.
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di
depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah keadaan dimana
plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri
internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki
Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada
keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau
belakang agak ke arah fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).
b. Klasifikasi
1) Menurut De Snoo
Klasifikasi plasenta previa menurut De Snoo dalam Mochtar (2002),
berdasarkan pembukaan 4-5 cm dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostium.
b) Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dapat dibagi menjadi:
(1) Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium
bagian belakang.
(2) Plasenta previa lateralis anterior, bila sebagian menutupi ostium
bagian depan
(3) Plasenta previa lateralis marginalis, bila sebagian kecil atau hanya
pinggir ostium yang ditutupi plasenta.
2) Menurut Browne
Klasifikasi plasenta previa menurut Browne dalam Mochtar (2002) yaitu:
a) Tingkat 1 = Lateral plasenta previa
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim,
namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
b) Tingkat 2 = Marginal plasenta previa.
Plasenta mencapai pinggir pembukaan 3.
c) Tingkat 3 = Complete plasenta previa
Plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila
pembukaan hampir lengkap.
d) Tingkat 4 = Central plasenta previa
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap
3) Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
a) Plasenta previa totalis, yaitu apabila jaringan plasenta menutupi
seluruh ostium uteri internum.
b) Plasenta previa parsialis, yaitu apabila jaringan plasenta menutupi
sebagian ostium uteri internum.
c) Plasenta previa marginalis, yaitu plasenta yang tepinya terletak pada
pinggir ostium uteri internum.
d) Plasenta previa letak rendah, yaitu apabila jaringan plasenta berada
kira-kira 3-4 cm di atas ostium uteri internum, pada pemeriksaan
dalam tidak teraba (Prawirohardjo, 2008).

Gambar 2.1 Implantasi plasenta normal Gambar 2.2 Plasenta previa letak rendah
Gambar 2.3 Plasenta previa parsialis Gambar 2.4 Plasenta previa totalis
c. Penyebab
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa,
antara lain :
a) Umur
b) Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
c) Hipoplasia endometrium
d) Korpus luteum bereaksi lambat
e) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
f) Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta
g) Kehamilan kembar
h) Riwayat plasenta previa sebelumnya (Mochtar, 2002).
7. Solusio Plasenta
a. Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
fundus uteri/korpus uteri sebelum janin lahir (PB POGI,1991).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22
minggu atau berat janin di atas 500 gr (Rustam 2002 ).
Solusio plasenta atau abrupsion plasenta adalah pelepasan sebagian atau
keseluruhan plasenta dari uterus selama hamil dan persalinan (Chapman V,2003)
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable,dimana
plaesnta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korfus) terkelupas
atau terlepas sebelum kala III (Achadiat,2004). Sinonim dari solusio plasenta
adalah Abrupsion plasenta.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal dari uterus,sebelum janin dilahirkan.defenisi ini berlaku pada kehamilan
dengan usia kehamilan (masa gestasi ) di atas 22 minggu atau berat janin diatas
500 gr. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam
desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter (Saefuddin
AB,2006)
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus,sebelum janin dilahirkan.(Sarwono prawirohardjo 2009).
Jadi, Solusio plasenta (abrubtio plasenta) adalah lepasnya sebagian atau
seluruh plasenta dimana pada keadaan normal implantasinya diatas 22 minggu
dan sebelum lahirnya anak.
b. Klasifikasi
1) Klasifikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut:
a) Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas
dari tempat perlengkatannya.
b) Solusio plasenta totalis ( komplek ) : bila seluruh plasenta sudah
terlepas dari tempat perlengketannya.
c) Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan
dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
2) Solusio plasenta di bagi menurut tingkat gejala klinik yaitu :
a) Kelas 0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma
atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus
marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.
b) Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus.
Solusio plasenta ringan yaitu : rupture sinus marginalis atau terlepasnya
sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak,sama sekali tidak
mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya.
Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan
sedikit sekali bahkan tidak ada,perut terasa agak sakit terus-menerus agak
tegang,tekanan darah dan denyut jantung maternal normal,tidak ada
koagulopati,dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress.
c) Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus.
Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari
seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya.
Gejala : perdarahan pervaginan yang berwarna kehitam-hitaman,perut
mendadak sakit terus-menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan
perdarahan pervaginam walaupun tampak sedikit tapi kemungkinan lebih
banyak perdarahan di dalam,didinding uterus teraba terus-menerus dan
nyeri tekan sehingga bagian bagian janin sulit diraba,apabila janin masih
hidup bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus dengan
stetoskop ultrasonic,terdapat fetal distress,dan hipofibrinogenemi (150
250 % mg/dl).
d) Kelas III : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus.
Solusio plasenta berat,plasenta lebih dari dua pertiga
permukaannya,terjadinya sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan
janinnya telah meninggal.
Gejala : ibu telah masuk dalam keadaan syok,dan kemungkinan janin
telah meninggal,uterus sangat tegang seperti papan dan sangat
nyeri,perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan
syok ibu,perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi besar
kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan
ginjal,hipofibrinogenemi (< 150 mg/dl)
3) Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
a) Solusio plasenta ringan
Perdarahan pervaginam <100 -200 cc.
b) Solusio plasenta sedang
Perdarahan pervaginam > 200 cc,hipersensitifitas uterus atau peningkatan
tonus,syok ringan,dapat terjadi fetal distress.
c) Solusio plasenta berat
Perdarahan pervaginam luas > 500 ml,uterus tetanik,syok maternal
sampai kematian janin dan koagulopati.
4) Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
a) Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed)
Terjadi perdarahan pervaginam,gejala klinis sesuai dengan jumlah
kehilangan darah,tidak terdapat ketegangan uterus,atau hanya ringan.
b) Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed)
Tidak terdapat perdarahan pervaginam,uterus tegang dan
hipertonus,sering terjadi fetal distress berat. Tipe ini sering di sebut
perdarahan Retroplasental.
c) Solusio plasenta tipe campuran (mixed)
Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam,uterus tetanik.
5) Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
a) Solusio plasenta ringan
Plasenta yang kurang dari bagian plasenta yang terlepas. Perdarahan
kurang dari 250 ml.
b) Solusio plasenta sedang
Plasenta yang terlepas - bagian. Perdarahan <1000 ml,uterus
tegang,terdapat fetal distress akibat insufisiensi uteroplasenta.
c) Solusio plasenta berat
Plasenta yang terlepas > bagian,perdarahan >1000 ml,terdapat fetal
distress sampai dengan kematian janin,syok maternal serta koagulopati.
c. Faktor Penyebab
1) Faktor kardiorenovaskuler Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial,
sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan
bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh
dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik,
sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio
plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.
2) Faktor trauma. Trauma yang dapat terjadi antara lain: Dekompresi uterus pada
hidroamnion dan gemeli. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan
janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3) Faktor paritas ibu Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara.
Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45
kasus terjadi pada wanita multipara dan 18 pada primipara. Pengalaman di
RSUPNCM menunjukkan peningkatan kejadian solusio plasenta pada ibu2
dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi paritas ibu
makin kurang baik keadaan endometrium.
4) Faktor usia ibu Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa
terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya
umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi
frekuensi hipertensi menahun.
5) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio
plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung
leiomioma.
6) Faktor pengunaan kokain Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian
tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung
jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat
terlepasnyaplasenta . Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka
kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar
antara 13-35%.
7) Faktor kebiasaan merokok Ibu yang perokok juga merupakan penyebab
peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok
1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok
plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada
mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko
terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok
sampai terjadinya kehamilan.
8) Riwayat solusio plasenta sebelumnya Hal yang sangat penting dan menentukan
prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya
kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada
vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya
kehamilan, dan lain-lain.
C. Tanda dan gejala
1. Abortus
a. Gejala Dini
Ada beberapa tanda yang bisa dijadikan peringatan dini keguguran, setidaknya
dengan begitu ibu bisa lebih waspada. Gejala-gejala tersebut adalah:
1) Tidak enak badan; merasa lemas atau tidak fit seperti hari-hari sebelumnya
2) Perut tidak nyaman, kepala pusing, atau terasa limbung
3) Mimisan.

b. Gejala Umum

Ada juga gejala umum keguguran yang memerlukan penanganan medis segera,
yaitu:

1) Ibu hamil kehilangan tanda-tanda kehamilan, seperti tegangnya payudara


disertai pusing dan tubuh terasa loyo.

2) Nyeri di bagian tengah perut yang bertambah parah dan berlanjut lebih dari
sehari.

3) Mengalami kontraksi berlebihan. Cirinya perut mulas dan tegang yang teramat
sangat.

4) Perdarahan yang cukup banyak, seperti saat menstruasi atau dalam satu jam
bisa menghabiskan lebih dari dua pembalut. Namun waspadai juga keluarnya
bercak-bercak darah yang berlanjut terus-menerus (selama lebih dari tiga hari).

5) Ibu mengeluarkan gumpalan berwarna merah muda atau keabuan-abuan dari


vagina. Ini bisa diartikan keguguran telah dimulai. Jika ini terjadi di rumah,
simpan gumpalan tersebut untuk diperlihatkan kepada dokter. Bukti ini sangat
membantu dalam penegakkan diagnosis; apakah ibu hamil hanya mengalami
ancaman keguguran atau memang sudah mengalami keguguran. Bila memang
sudah jadi, apakah janin sudah keluar sebagian atau sudah lengkap, dan apakah
membutuhkan prosedur D&C (Dilation dan Curetage).
6) Punya riwayat keguguran dan saat hamil sekarang mengalami perdarahan atau
kejang, atau kedua-duanya.

Bila ibu hamil merasakan satu atau lebih gejala di atas, segeralah datang ke rumah
sakit untuk memperoleh perawatan yang semestinya.

2. KET (Kehamilan Eruptik Terganggu)


Menurut Manuaba (1998) perbedaan tanda dan gejala pada kehamilan ektopik dan
pada kehamilan intrauteri, yaitu:
a. Keluhan gastrointestinal
Keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien kehamilan ektopik
terganggu adalah nyeri pelvis. Dorfman menekankan pentingnya keluhan
gastrointestinal dan vertigo atau rasa pening. Semua keluhan tersebut
mempunyai keragaman dalam hal insiden terjadinya akibat kecepatan dan taraf
perdarahannya di samping keterlambatan diagnosis.
b. Nyeri tekan abdomen dan pelvis
Nyeri tekan yang timbul pada palpasi abdomen dan pemeriksaan, khususnya
dengan menggerakkan servik, dijumpai pada lebih dari tiga per empat kasus
kehamilan ektopik sudah atau sedang mengalami ruptur, tetapi kadang-kadang
tidak terlihat sebelum ruptur terjadinya.
c. Amenore
Riwayat amenore tidak ditemukan pada seperempat kasus atau lebih. Salah
satu sebabnya adalah karena pasien menganggap perdarahan pervaginam yang
lazim pada kehamilan ektopik sebagai periode haid yang normal, dengan
demikian memberikan tanggal haid terakhir yang keliru.
d. Spotting atau perdarahan vaginal
Selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus biasanya
tidak ditemukan, namun bila dukungan endokrin dari endometrium sudah tidak
memadai lagi, mukosa uterus akan mengalami perdarahan. Perdarahan tersebut
biasanya sedikit-sedikit, bewarna cokelat gelap dan dapat terputus-putus atau
terus-menerus.
e. Perubahan Uterus
Uterus pada kehamilan etopik dapat terdorong ke salah satu sisi oleh masa
ektopik tersebut. Pada kehamilan ligamentum latum atau ligamentum latum
terisi darah, uterus dapat mengalami pergeseran hebat. Uterine cast akan
dieksresikan oleh sebagian kecil pasien, mungkin 5% atau 10% pasien. Eksresi
uterine cast ini dapat disertai oleh gejala kram yang serupa dengan peristiwa
ekspulsi spontan jaringan abortus dari kavum uteri.
f. Tekanan darah dan denyut nadi
Reaksi awal pada perdarahan sedang tidak menunjukkan perubahan pada
denyut nadi dan tekanan darah, atau reaksinya kadang-kadang sama seperti
yang terlihat pada tindakan flebotomi untuk menjadi donor darah yaitu
kenaikan ringan tekanan darah atau respon vaso vagal disertai bradikardi serta
hipotensi.
g. Hipovolemi
Penurunan nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi dalam posisi duduk
merupakan tanda yang paling sering menunjukkan adanya penurunan volume
darah yang cukup banyak. Semua perubahan tersebut mungkin baru terjadi
setelah timbul hipovolemi yang serius.
h. Suhu tubuh
Setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat tetap normal atau bahkan
menurun. Suhu yang lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya
infeksi. Karena itu panas merupakan gambaran yang penting untuk
membedakan antara kehamilan tuba yang mengalami ruptura dengan
salpingitis akut, dimana pada keadaan ini suhu tubuh umumnya diatas 38oC.
i. Masa pelvis
Masa pelvis dapat teraba pada 20% pasien. Masa tersebut mempunyai
ukuran, konsistensi serta posisi yang bervariasi. Biasanya masa ini berukuran
5-15 cm, sering teraba lunak dan elastis. Akan tetapi dengan terjadinya
infiltrasi dinding tuba yang luas oleh darah masa tersebut dapat teraba keras.
Hampir selalu masa pelvis ditemukan di sebelah posterior atau lateral uterus.
Keluhan nyeri dan nyeri tekan kerap kali mendahului terabanya masa pelvis
dalam tindakan palpasi.
j. Hematokel pelvik
Pada kehamilan tuba, kerusakan dinding tuba yang terjadi bertahap akan
diukuti oleh perembesan darah secara perlahan-lahan ke dalam lumen tuba,
kavum peritonium atau keduanya. Gejala perdarahan aktif tidak terdapat dan
bahkan keluhan yang ringan dapat mereda, namun darah yang terus merembes
akan berkumpul dalam panggul, kurang lebih terbungkus dengan adanya
perlekatan dan akhirnya membentuk hematokel pelvis.
3. Mola Hidatidosa
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan
biasanyaterjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari
kehamilan biasa, pembesaran Rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan
bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada
pakaian dalam.Tanda dan gejala serta komplikasi mola :
1) Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
2) Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
3) Gejala-gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB
yang tidakdapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
4) Gejala-gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).
5) Amenore dan tanda-tanda kehamilan
6) Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada
keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ
sekalipun uterus sudahmembesar setinggi pusat atau lebih. (Mansjoer, Arif,
dkk, 2001 : 266)
4. Hiperemesis
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis gravidarum tidak
ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan
tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis
gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkatan I (ringan)
1) Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
2) Ibu merasa lemah
3) Nafsu makan tidak ada
4) Berat badan menurun
5) Merasa nyeri pada epigastrium
6) Nadi meningkat sekitar 100 per menit
7) Tekanan darah menurun
8) Turgor kulit berkurang
9) Lidah mengering
10) Mata cekung
b. Tingkatan II (sedang)
1) Penderita tampak lebih lemah dan apatis
2) Turgor kulit mulai jelek
3) Lidah mengering dan tampak kotor
4) Nadi kecil dan cepat
5) Suhu badan naik (dehidrasi)
6) Mata mulai ikterik
7) Berat badan turun dan mata cekung
8) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
9) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria
c. Tingkatan III (berat)
1) Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma)
2) Dehidrasi hebat
3) Nadi kecil, cepat dan halus
4) Suhu badan meningkat dan tensi turun
5) Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati
wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental
Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati
5. Pre Eklamsi dan Eklampsi
a. Pre Eklampsi
1) Pre-eklamsia ringan tanda-tandanya antara lain :
Kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dengan 2 kali
pengukuran berjarak 1jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmHg

Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau mencapai 140
mmHg.

Protein urin positif 1, edema umum, kaki, jari tangan dan muka. Kenaikan
BB > 1Kg/mgg.

2) Pre-eklampsia Berat tanda-tandanya antara lain :

Tekanan diastolik >110 mmhg

Protein urin positif 3, oliguria (urine, 5gr/L). hiperlefleksia, gangguan


penglihatan, nyeri epigastrik, terdapat edema dan sianosis, nyeri kepala,
gangguan kesadaran.

Gejala Preeklamsia antara lain adalah berupa hal-hal sebagai berikut :

1) Hipertensi. Tekanan darah Anda akan mengalami peningkatan. Misalnya


menjadi 140/90 milimeter merkuri (mm Hg) atau lebih tinggi.

2) Berat badan bertambah. Biasanya lebih dari 2 pon (0,9 kilogram)


seminggu.

3) Sakit kepala.

4) Penglihatan terganggu (kabur, sensitif terhadap cahaya, dll).

5) Mual dan muntah.

6) Produksi urine menurun.

7) Ada kandungan protein yang tinggi dalam urine (proteinuria)

8) Nyeri perut di bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk sisi kanan.
9) Mengalami pembengkakan. Namun, gejala ini tidak bisa dianggap sebagai
gejala dari penyakit pre-eklampsia karena hal ini kebanyakan dialami pada
masa kehamilan.

b. Eklampsi
Biasanya didahului oleh gejala dan tanda per-ekelamsi berat. serangan eklamsi
dibagi dalam 4 tingkat:
1) Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar,
kepala dipalingkan ke kanan atau ke kiri.
Stadium ini berlangsung kira-kira 30 detik.
2) Stadium kejang tonik.
Seluruh otot badan jadi baku, wajah kaku, tangan mengenggam dan kaki
membengkok ke dalam, pernfasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis,
lidah dapat tergigit.
3) Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi berulang-ulang dalam waktu yang cepat. Mulut
terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata
melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama
1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas
seperti mendengkur.
4) Stadium Koma
Lamanya ketidaksadaran (koma) ini berlangsung selama beberapa menit
sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru
dan akhirnya ibu tetap dalam keadaan koma.
Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai
40oC.
6. Plasenta Previa
Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama
biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.
b. Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri
yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua
atau sesudahnya.
c. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan
yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang
singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
d. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP)
akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat
menimbulkan aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005).
7. Solution Plasenta
a. Perdarahan pervagina
b. Nyeri tekan uterus/nyeri pinggang
c. Gawat janin
d. Persalinan premature idiopatik
e. Kontraksi berfrekuensi tinggi
f. Uterus hipertonik
g. Kematian janin

D. Konsep Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan gangguan


1. Abortus

Pengkajian Data Fokus


Pada Ibu hamil dengan kasus abortus pada umumnya mengalami keluhan sebagai
berikut:
a. Tidak enak badan.
b. Badan panas, kadang- kadang panas disertai menggigil dan panas tinggi.
c. Sakit kepala dan penglihatan terasa kabur.
d. Keluar perdarahan dari alat kemaluan, kadang-kadang keluar flek-flek darah atau
perdarahan terus-menerus.
e. Keluhan nyeri pada perut bagian bawah, nyeri drasakan melilit menyebar sampai
ke punggung dan pinggang.
f. Keluhan perut dirasa tegang, keras seperti papan, dan kaku.
g. Keluhan keluar gumpalan darah segar seperti kulit mati dan jarinagn hati dalam
jumlah banyak.
h. Perasaan takut dan khawatir terhadap kondisi kehamilan.
i. Ibu merasa cemas dan gelisah sebelum mendapat kepastian penyakitnya.
j. Nadi cenderung meningkat, tekanan darah meningkat, respirasi meningkat dan
suhu meningkat.
Pemeriksaan Penunjang:
a. Pada pemeriksaan dalam ditemukan terdapat pembukaan serviks atau pada kasus
abortus imminens sering ditemukan serviks tertutup dan keluhan nyeri hebat pada
pasien.
b. Porsio sering teraba melunak pada pemeriksaan dalam, terdapat jaringan ikut
keluar pada pemeriksaan.
c. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
d. Pemeriksaan kadar HCG dalam urine untuk memastikan kehamilan masih
berlangsung.
e. Pemeriksaan auskultasi dengan funduskop dan doppler untuk memastikan kondisi
janin.
f. Pemeriksaan USG untuk memastikan kondisi janin.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d adanya kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan separasi plasenta.
2. Resiko deficit volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute normal dan
atau abnormal (perdarahan).
3. Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan kebutuhan
energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional berlebihan;
perubahan kimia tubuh; perdarahan.
4. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan
nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap perdarahan akibat pelepasan separasi
plasenta.
5. Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (perdarahan); ancaman/perubahan pada status
kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari
keluarga (hospitalisasi, pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.
6. Defisit knowledge / Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat; kesalahan
interpretasi informasi, mitos; tidak mengenal sumber informasi; keterbatasan
kognitif.
7. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan skunder akibat
Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil, Intervensi, dan Rasional
perdarahan; prosedur invasif.
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

Nyeri b/d adanya Pasien dapat Tentukan riwayat nyeri, mis. Menentukan intervensi
kontraksi uterus, mendemonstrasikan Lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan selanjutnya.
skunder terhadap hilang dari intesitas (skala 0-10) dan tindakan
pelepasan separasi ketidaknyamanan. penghilangan yang digunakan.
plasenta
Kriteria evaluasi:
menyangkal nyeri, Mengidentifikasi
melaporkan kemajuan atau
Pantau: TD, nadi, RR setiap 4 jam
perasaan nyaman, penyimpangan dari hasil
bila tidak menerima agen osmotic
ekspresi wajah dan yang diharapkan.
secara intravena, setiap 2 jam bila
postur tubuh rileks.
menerima agen osmotic.

Pantau masukan dan haluaran


setiap 8 jam bila menerima agen
osmotic intravena.
Analgesik memblok jaras
nyeri. Ketidaknyamnan
Berikan analgesic sesuai pesanan mata berat menandakan
dan mengevaluasi keefektifannya. perkembangan
Beri tahu doketr bila nyeri komplikasi dan perlunya
menetap atau memburuk setelah perhatian medis segera.
pemberian obat.

Berikan tindakan kenyamanan


dasar, mis. Reposisi, gosokan
punggung, dan aktifitas hiburan, Meningkatkan relaksasi
mis. Musik, televisi. dan membantu
memfokuskan kembali
perhatian.

Dorong penggunaan keterampilan


manajemen nyeri, mis. Teknik
relaksasi, visualisasi, bimbingan Memungkinkan pasien
imajinasi, tretawa, sentuhan untuk berpartisipasi
terapeutik. secara aktif dan
meningkatkan rasa
control.
Evaluasi penghilangan nyeri.
Informasi memberikan data dasar
untuk mengevaluasi
Tujuannya adalah control
kebutuhan/keefektifan intervensi.
nyeri maksimum dengan
pengaruh minimum pada
AKS.

Resiko deficit Pasien dapat Pantau: Mengidentifikasi


volume cairan b/d mendemostrasikan Tanda-tanda vital, evaluais nadi penyimpangan indikasi
kehilangan status cairan; perifer, pengisian kapiler. kemajuan atau
berlebihan melalui Kekurangan volume Warna urine. penyimpangan dari hasil
rute normal dan cairan tidak terjadi. Masukan dan haluaran. yang diharapkan.
atau abnormal Status umum setiap 8 jam. Menunjukkan
(perdarahan). Kriteria evaluasi: tak keadekuatan volume
ada manifestasi sirkulasi.
dehidrasi, resolusi
oedema, elektrolit Beritahu dokter bila: haluaran Temuan - temuan ini
serum dalam batas urine < 30 ml/jam, haus, mennadakan hipovolemia
normal, haluaran takikardia, gelisah, TD di bawah dan perlunya peningkatan
urine di atas 30 rentang normal, urine gelap atau cairan. Pada luka bakar
ml/jam. encer gelap. luas, perpindahan cairan
Konsultasi doketr bila manifestasi dari ruang intravaskular
kelebihan cairan terjadi. ke ruang interstitial
menimbukan hipovolemi.

Kaji turgor kulit dan kelembaban Indikator tidak langsung


membrane mukosa. Perthanakn dari status hidrasi/derajat
kleuhan haus. kekurangan.

Dorong pemasukan cairan sampai Membantu dalam


3000 cc/24 jam sesuai toleransi memelihara kebuthan
tubuh. cairan dan menurunkan
resiko efek samping yang
membahayakan.

Kolaborasi: Diberikan untuk hidrasi


Berikan cairan IV sesuai indikasi. umum serta
mengencerkan obat
antineoplastik dan
menurunkan efek
samping merugikan, mis.
Mual/muntah atau
nefrotoksitas.

Kelemahan b/d Klien dapat Berikan aktifitas alternatif dengan Mencegah kelelahan
penurunan mengontrol periode istirahat tanpa diganggu. yang berlebihan. Periode
produksi energi kelemahan yang Rencanakan perawatan untuk istirahat sering
metabolic, timbul dan dapat memungkinkan periode istirahat. diperlukan untuk
peningkatan memenuhi aktifitas Jadwalkan aktifitas periodic bila memperbaiki/mengurangi
kebutuhan energi secara mandiri. pasien mempunyai energi banyak. pemakaiann neergi.
(status Kriteria hasil: Libatkan pasien/orang terdekat Perencanaan akan
hipermetabolik); Menunjukkan dalam jadwal perencanaan. memungkinkan pasien
kebutuhan peningkatan dalam menjadi ektif selama
psikologis/emosio beraktifitas. waktu dimana tingkat
nal berlebihan; Kelemahan dan energi lebih tinggi, yang
perubahan kimia kelelahan berkurang. dapat memperbaiki
tubuh; perdarahan. Kebutuhan ADL perasaan sejahtera dan
terpenuhi secara rasa kontrol.
mandiri atau dengan Meningkatkan kekuatan
bantuan. stamina dan
frekuensi memampukan pasien
jantung/irama dan manjadi lebih aktif tanpa
Td dalam batas kelelahan berarti.
normal.
kulit hangat, merah Dorong masukan nutrisi. Masukan/penggunaan
muda dan kering nutrisi adekuat perlu
untuk memenuhi
kebutuhan energi untuk
Anjurkan keluarga untuk aktifitas.
membantu pemenuhan kebutuhan Teknik penghematan
ADL pasien. energi menurunkan
penggunaan energi dan
membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan
oksigen.
Jelaskan pola peningkatan
bertahap dari aktifitas, contoh: Aktifitas yang maju
posisi duduk ditempat tidur bila memberikan kontrol
tidak pusing dan tidak ada nyeri, jantung, meningaktkan
bangun dari tempat tidur, belajar regangan dan mencegah
berdiri dst. aktifitas berlebihan.

Resiko terjadi Gawat janin tidak Anjurkan penderita untuk tidur Meminimalkan tekanan
gawat janin intra terjadi, bayi dapat miring ke kiri. pada aorta sehingga O2
uteri (hipoksia) b/d dipertahankan yang disuplay ke plasenta
penurunan suplay sampai umur 37 dan janin lebih lancar.
O2 dan nutrisi ke minggu dan atau
jaringan plasenta BBL 2500 gr. Deteksi dini terhadap
skunder terhadap Kriteria hasil: Anjurkan pasien untuk melakukan adanya penyimpangan
perdarahan. Gerakan janin aktif. ANC secara teratur sesuai dengan pada kehamilan.

DJJ 120-140 x/mnt. masa kehamilan:

Kontraksi uterus /his 1 x/bln pada trimester I


tidak ada. 2 x/bln pada trimester II

Kehamilan dapat 1 x/minggu pada trimester III. Penurunan DJJ dan

dipertahankan gerakan janin sebagai

sampai umur 37 Pantau DJJ, kontraksi uterus/his, prediksi adanya asfiksia


minggu dan atau gerakan janin. janin.

BBL 2500 gr.


Fase istirahat yang lebih
Perdarahan berhenti
akan membantu
atau tidak ada.
Motivasi pasien untuk meminimalkan
Flek-flek tidak ada.
meningkatkan fase istirahat. pemakaian energi dan O2
sekaligus dapat
mengistirahatkan bayi
sampai cukup bulan.

Sebagai kontrol langsung


dari pasien terhadap
Jelaskan pada pasien untuk segera kondisi kehamilannya.
memeriksakan kehamilannya bila
terdapat:
Gerakan janin berkurang/menurun.
Kontraksi/his terus-menerus.
Perdarahan
Nyeri abdomen.
Perut mengeras dan sangat nyeri.
Ketakutan/ansietas Pasien dapat Kaji derajat ansietas. Menentukan intervensi
b/d krisis situasi mendemonstrasikan keperawatan selanjutnya.
(perdarahan); hilangnya ansietas.
ancaman/perubaha Kriteria hasil: Biarkan pasien mengekspresikan Pengekspresian perasaan
n pada status Pasien melaporkan perasaan tentang kondisinya. membantu pasein
kesehatan, fungsi hilangnya / Pertahankan cara yang tenang dan mngidentifikasi sumber
peran, pola berkurangnya efisien. Jelaskan semua tujuan ansietas dan penggunaan
interaksi; ancaman perasaan tindakan yang ditentukan. respon koping.
kematian; cemas/khawatir. Pendekatan tenang oleh
perpisahan dari Pasien tenang. pemberi perawatan
keluarga Pasien kooperatif menyampaikan
(hospitalisasi, dalam pengobatan. kepercayaan dan control.
pengobatan), Postur tubuh rileks. Pengetahuan apa yang
transmisi/penulara Ekspresi wajah diperkirakan membantu
n perasaan tenang. mengurangi ansietas.
interpersonal. Skala HARS: < 5
Nyeri adalah sumber
Pertahankan control nyeri efektif. ansietas.
Pertahankan kontak sering dengan Memberikan keyakinan
pasien. Bicara dengan menyentuh bahwa pasien tidak
pasien bila tepat. sendiri atau ditolak,
berikan respek dan
penerimaan individu,
mengembangkan
kepercayaan.

Waspada pada tanda Pasien dapat


menyangkal/depresi, mis. Menarik menggunakan
diri, marah, tanda tidak tepat. mekansime pertahanan
Tentukan adanya ide bunuh diri dari menyangkal dan
dan kaji potensial nyeri pada skala mengekspresikan
0-10. harapan dimana
diagnosis tidak akurat.
Persaan bersalah, distress
spiritual, gejala fisik atau
kurang erawatan diri
dapat menyebabkan
pasien menjadi menarik
diri dan yakin bahwa
bunuh diri adalah pilihan
tepat.

Libatkan orang terdekat sesuai Menjamin system


indikasi bila keputusan mayor pendukung untuk pasien
akan dibuat. dan memungkinkan
orang terdekat terlibat
degna tepat.

Tingkatakan rasa tenang dan Memudahkan istirahat,


lingkungan tenang. menghemat energi dan
meningkatkan
kemmapuan koping.
Mengidentiifkasi
Perhatikan koping takefektif, mis. masalah individu dam
Interaksi social buurk, tidak memberikan dukungan
berdaya, fungsi menyerah setiap pada pasien/orang
hari dan kepuasan sumber. terdekat dalam
menggunakan
keterampilam koping
efektif.
Defisit Pasien dapat Tentukan persepsi pasien tentang Memvalidasi tingkat
knowledge / memenuhi kondisi kehamilan sekarang, pemahaman saat ini,
Kurang kebutuhan belajar tanyakan tentang pengalaman mengidentifkasi
pengetahuan secara mandiri, pasien sendiri/sebelumnya. kebutuhan belajar dan
(kebutuhan memahami penyakit memberikan dasar
belajar), mengenai dan pengobatan pengetahuan dimana
penyakit, yang diberikan. pasien membuat
prognosis dan Kriteria hasil: keputusan berdasarkan
kebutuhan Pasien memahami informasi.
pengobatan b/d regimen terapeutik Berikan informasi yang jelas dan
kurang dan perawatan yang akurat dalam cara yang nyata, Membantu penilaian
pemajanan/mengin diberikan. jawab pertayaan dengan jelas. diagnos akanker,
gat; kesalahan Pasien kooperatif memberikan informasi
interpretasi terhadap tindakan yang diperlukan selama
informasi, mitos; pengobatan dan waktu menyerapnya.
tidak mengenal perawatan yang Berikan pedoman antisipasi pada
sumber informasi; diberikan. pasien tentang protocol Pasien mempunyai hak
keterbatasan Pasien taat terhadap pengobatan, hasil yang untuk tahu dan
kognitif. program pengobatan diharapkan, kemungkinan janin beraprtisipasi dalam
dan perawatan yang dapat dipertahankan. Bersikap mengambil keputusan
diberikan. jujur dengan pasien. tentang perawatan dan
pengobatan yang
diterima. Informasi
akurat dan detail
membantu
menghilangkan rasa takut
dan ansietas.
Anjurkan meningkatkan masukan
cairan minimal 2500 ml/24 jam Memperbaiki keadaan
dan diet tinggi kalori serta umum ibu sehingga
membatasi aktifitas. membantu mengurangi
akibat perdarahan.

Mencegah timbulnya
Anjurkan ibu untuk tidak rangsangan pada uterus
melakukan hubungan seksual sehingga kontraksi uterus
dengan suami sampai kehamilan tidak terjadi.
berusia 16 minggu (4 bulan).
Membantu dalam transisi
ke lingkungan rumah

Lakukan evalausi sebelum pulang dengna memberikan

ke rumah sesuai indikasi. informasi tentang


kebutuhan perubahan
pada situasi fisik,
penyediaan bahan yang
diperlukan.

Cemas berkelanjutan

Identifikasi dan ketahui persepsi dapat terjadi dalam

pasien thd ancaman/situasi. berbagai derajat selama


Dorong mengekspresikandan beberapa waktu dan
jangan menolak perasaan marah, dapat dimanifestasikan
takut dll. oleh gejala depresi.

Orientasikan klien/keluarga thd Perkiraan dan informasi


prosedur rutin dan aktifitas. dapat menurunkan

Tingkatkan partisipasi bila kecemasan pasien.


mungkin.

Peningkatan kemandirian
dari pasien dan keluarga
meningkatkan rasa
percaya diri dan
Dorong kemandirian, perawatan kemampuan untuk
diri, libatkan keluarga secara aktif melakukan perawatan
dalam perawatan. diri secara aktif.

Resiko tinggi Pasien Tingkatkan prosedur mencuci Membantu potensial


terhadap infeksi mendemonstrasikan tangan yang baik Tekankan sumber
b/d tidak adanya tanda higienen personal. infeksi/pertumbuhan
ketidakadekuatan dan gejala infeksi skunder.
pertahanan yang terjadi. Pantau suhu.
skunder akibat Kriteria hasil: Peningkatan suhu terjadi
perdarahan; Tanda dan gejala karena berbagai factor,
prosedur invasif. infeksi tidak ada mis. infeksi. Identifikasi
(rubor, dolor, color, dini proses infeksi
penurunan memungkinkan terapi
fungsiolesa, Kaji semua system, mis. Kulit, yang tepat untuk dimulai
painless) pernafasan, genitourinaria, dengan segera.
Vital sign dalam terhadap tanda/gejala infeksi Pengenalan dini dan
batas normal. secara kontinyu. intervensi segera dapat
Perdarahan mencegah progresi pada
berkurang/berhenti. situasi/sepsis yang lebih
Kondisi janin dalam serius.
rahim baik (gerakan
janin, djj, kontraksi Tingkatkan istirahat adekuat. Membatasi keletihan.
berkurang).
Hindari/batasi prosedur invasive, Menurunkan resiko
taati teknik septic. kontaminai, membatasi
entri portal terhadap agen
infeksius.

2. KET
a. Pengkajian
1) Anamnesis dan gejala klinis
a) Riwayat terlambat haid
b) Gejala dan tanda kehamilan muda
c) Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
d) Terdapat aminore
e) Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,
terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
f)Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul
dalam peritoneum.
2) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi

Mulut : bibir pucat


Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
Ekstremitas : dingin

b) Palpasi

Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri
tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.

c) Auskultasi

Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)

d) Perkusi

Ekstremitas : reflek patella + / +

Pemeriksaan fisik umum:

Pasien tampak anemis dan sakit

Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.

Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.

Daerah ujung (ekstremitas) dingin

Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-


tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding abdomen.

Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok


Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri
saat perabaan.

Pemeriksaan khusus:

Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks

Kavum douglas menonjol dan nyeri

Mungkin tersa tumor di samping uterus

Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.

Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris
kanan dan kiri

3) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,


sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat
melakukan:

a. Laboratorium

Hematokrit

Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.

Sel darah putih

Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite


15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.

Tes kehamilan

Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan -hCG positif.


Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar -hCG meningkat 2 kali lipat
setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan
titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya
peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon yang rendah menunjukkan
adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.

Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.

Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat


menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat
melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba,
indung telur, maupun di tempat lain.

USG :

Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri


Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
Adanya massa komplek di rongga panggul

Laparoskopi peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik


sudah diganti oleh USG

Laparotomi Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu


dengan gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).

Kuldosintesis Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal


untuk menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi.
Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan
intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.

Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

b. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:

1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler


yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.

3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.


4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi.

c. Intervensi keperawatan
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.
Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang di
buktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium
tepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.

No Rencana Inervensi Rasional


1 Lakukan pendekatan kepada pasien dan Pasien dan keluarga lebih kooperatif
keluarga.
2 Memberikan penjelasan mengenai pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan
kondisi pasien saat ini lebih kooperatif terhadap tindakan.
3 Observasi TTV dan observasi tanda parameter deteksi dini adanya
akut abdoment. komplikasiyang terjadi.
4 Pantau input dan output cairan Untuk mengetahui kesaimbangan cairan
dalam tubuh
5 Pemeriksa kadar Hb mengetahui kadar Hb klien sehubungan
dengan perdarahan.
6 Lakukan kolaborasi dengan tim medis melaksanakan fungsi independent.
untuk penanganan lebih lanjut.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
Criteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: Tanda-tanda
vital stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapilerbaik, haluaran
urine adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti biasa.

No Tindakan intervensi rasional


1 Awasi tanda vital, kaji pengisian Memberikan informasi tentang
kapiler, warna kulit/membrane mukosa, derajat/adekuat perfusi jaringan dan
dasar kuku. membantu menentukan kebutuhan intervensi.
2 Catat keluhan rasa dingin, pertahankan Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer.
suhu lingkungan dan tubuh hangat Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat
sesuai indikasi. harus seimbang dengan kebutuhan untuk
menghindari panas berlebihan.
3 Kolaborasi dengan tim medis yang lain, Mengidentifikasi defisiensi dan kebuutuhan
awasi pemeriksaan lab: misalnya: pengobatan atau terhadap terapi.
HB/HT
3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital
dalam batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang
kesakitan.

no Rencana Intervensi Rasional


Mandiri:
1 Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Membantu dalam mendiagnosis dan
Kaji kontraksi uterus hemoragi menentukan tindakan yang akan dilakukan.
ataunyeri tekan abdomen. Ketidak nyamanan dihubungkan dengan
aborsi spontan dan molahidatiosa karena
kontraksi uterus yang mungkin diperberat
oleh infuse oksitosin. Rupture kehamilan
ektropik mengakibatkan nyeri hebat, karena
hemoragi tersembunyi saat tuba falopi
rupture ke dalam abdomen.
2 Kaji steres psikologi ibu/pasangan dan Ansietas terhadap situasi darurat dapat
respons emosional terhadap kejadian. memperberat ketidak nyamanan karena
syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri..
3 Berikan lingkungan yang tenang dan Dapat membantu dalam menurunkan tingkat
aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri. asietas dan karenanya mereduksi
Instruksikan klien untuk menggunakan ketidaknyamanan.
metode relaksasi, misalnya: napas
dalam, visualisasi distraksi, dan
jelaskan prosedur.
Kolaborasi:
4 Berikannarkotik atau sedative berikut Meningkatkan kenyamanan, menurunkan
obat-obat praoperatif bila prosedur komplikasi pembedahan
pembedahan diindikasikan.
5 Siapkan untuk prosedur bedah bila Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar
terdapat indikasi akan menghilangkan nyeri.
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi
Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah
sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.

No Rencana Intervensi Rasional


1 Menjelaskan tindakan dan rasional Memberikan informasi, menjelaskan
yang ditentukan untuk kondisi kesalahan konsep pikiran ibu mengenai
hemoragia. prosedur yang akan dilakukan, dan
menurunkan sters yang berhubungan dengan
prosedur yang diberikan.
2 Berikan kesempatan bagi ibu untuk Memberikan klisifikasi dari konsep yang
mengaji\ukan pertanyaan dan salah, identifikasi masala-masalah dan
mengungkapkan kesalah konsep kesempatan untuk memulai mengembangkan
ketrampilan penyesuaian (koping)
3 Diskusikan kemungkinan implikasi Memberikan informasi tentang kemungkinan
jangka ependek pada ibu/janin dari komplikasi dan meningkatkan harapan realita
kedaan pendarahan. dan kerja sama dengan aturan tindakan.
4 Tinjau ulang implikasi jangka panjang Ibu dengan kehamilan ektropik dapat
terhadap situasi yang memerlukan memahami kesulitan mempertahankan
evaluasi dan tindakan tambahan. setelah pengangkatan tuba/ovarium yang
sakit.
d. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,


mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk
data petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang
didasarkan oleh hasil keputusan bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
e. Evaluasi keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan
yang hendak dicapai.
3. Mola Hidatidosa
a. Pengkajian
1) Pengkajian Data Subjetif
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanyasehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien.Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a) Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan danalamat.
b) Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang.
c) Riwayat kesehatan, yang terdiri atas
(a) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau padasaat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
(b) Riwayat kesehatan masa lalu
(c) Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
d) Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klienmisalnya DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-
penyakit lainnya.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogramtersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapatdalam keluarga.
f) Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluahan yang menyertainya.
g) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai daridalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h) Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakanserta
keluhan yang menyertainya.i.
i) Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obatdigitalis dan jenis
obat lainnya.
j) Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB danBAK), istirahat
tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit
2) Pengkajian Data Objektif
a) TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas
b) Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun
c) Status Kardiovaskuler: Bunyi jantung, karakter nadid.
d) Status Respirasi: Pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan
e) Status Hidrasi: Edema, derajat kelembabanf.
f) Keadaan Integumen: Observasi kulit terhadap warna, lesi, laserasi, bekas luka
operasi,kontraksi dinding perut
g) Genital: nyeri kostovertebral dan suprapubik, perdarahan yang abnormal
h) Status Eliminasi: Perubahan konstipasi feses, konstipasi dan perubahan
frekuensi berkemih
i) Keadaan Muskoloskeletal: Bahasa tubuh, pergerakan, tegangan otot, ketut lutut
j) Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai
dengan usiakehamilan)
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
4) Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
5) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
c. Intervensi
1) Diagnosa Keperawatan I
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
a) Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
b) TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu
menentukanintervensi yang tepat.
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah
satuindikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.
c. Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan
distraksi dapatmengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat
mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.
d. Beri posisi yang nyaman
Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area
luka/nyeri.
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tid
at dapat dipersepsikan.
2) Diagnosa Keperawatan II
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan :
Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil :
a) Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
b) Klien nampak rapi dan bersih.

Intervensi :

(1) Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri


Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dala
m merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
hygienenya.
(2) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergant
ungan pada perawat
(3) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya
Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalika
n kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi
kebutuhannya.
(4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu
memenuhikebutuhan klien.
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara
mandiri.
3) Diagnosa Keperawatan III
Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
Tujuan :
Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu
Kriteria Hasil :
a) Klien dapat tidur 7-8 jam per hari.
b) Konjungtiva tidak anemis.

Intervensi :

(1) Kaji pola tidur


Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam me
nentukanintervensi selanjutnya
(2) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat
(3) Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur
Rasional :Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang
untuk tidur.
(4) Batasi jumlah penjaga klien
Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ru
angan dapatdikurangi sehingga klien dapat beristirahat.
(5) Memberlakukan jam besuk
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
(6) Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam
Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat t
enang danmudah tidur.
4) Diagnosa Keperawatan IV
Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan :
Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas
Kriteria Hasil :
a) Tanda-tanda vital dalam batas normal
b) Klien tidak mengalami komplikasi.

Intervensi :

(1) Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaphoresis


Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola d
emam dapatmembantu diagnosa.
(2) Pantau suhu lingkungan
Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus
mendekati normal.
(3) Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak
Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam.
(4) Berikan kompres hangat
Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas
sehingga dapat menurunkan suhu tubuh.
(5) Kolaborasi pemberian obat antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada
hipothalamus.
5) Diagnosa Keperawatan V
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan :
Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
a) Ekspresi wajah tenang
b) Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengur
angikecemasan.
c. Mendengarkan keluhan klien dengan empati
Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien a
kan merasadiperhatikan.
d. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti te
ntang penyakitnya
e. Beri dorongan spiritual/support
Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat
berkurang
4. Hiperemesis
a) Pengkajian
1) Pengkajian Data Subjektif
(a) Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat.
(b) Keluhan utama: mual muntah yg hebat pada pagi hari atau setelah makan, nyeri
epigastrik, tidak nafsu makan, merasa haus.
(c) Riwayat kehamilan saat ini: meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan
antenatal, dan komplikasi.
(d) Riwayat Kesehatan sekarang: meliputi awal kejadian dan lamanya mual dan
muntah, kaji warna volume, frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga factor yg
memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah
dilakukan.
(e) Riwayat medis sebelumnya: seperti riwayat penyakit obstetric dan ginekologi,
kolelithiasis, gangguan tiroid, dan gangguan abdomen lainnya.
(f) Riwayat sosial: seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar
dengan lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab,
pekerjaan, dll.
(g) Riwayat diet: khususnya intake cairan.
(h) Riwayat pembedahan: khususnya pada abdomen.
(i) Integritas Ego: seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, dll.
(j) Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
2) Pengkajian Data Objektif
(a) TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas meningkat, adanya
nafas bau aseton.
(b) Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun.
(c) Status Kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi.
(d) Status Hidrasi: Turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria.
(e) Keadaan Abdomen: Suara Abdomen, adanya nyeri lepas/tekan, adanya distensi,
adanya hepatosplenomegali, tanda Murpy.
(f) Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik.
(g) Status Eliminasi: Perubahan konstipasi feses, konstipasi dan perubahan frekuensi
berkemih.
(h) Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai
dengan usia kehamilan).
b) Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat muntah dan intake
cairan yang tidak adekuat
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang menetap
3) Nyeri pada epigastrium b/d muntah berulang
4) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi
5) Ketakutan b/d efek hyperemesis pada kesejahteraan janin
c) Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa Keperawatan I
Kriteria Hasil:
(a) Keseimbangan cairan kembali ke kondisi normal
(b) Klien tidak muntah lagi
(c) Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat
Intervensi:
(1) Kaji status intake dan output cairan
R/ Pengkajian tersebut menjadi dasar rencana askep dan evaluasi intervensi
(2) Timbang BB setiap hari
R/ Penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan
(3) Beri cairan intravena yg terdiri dari glukosa, elektrolit dan vitamin
R/ mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki keseimbangan asam basa
(4) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan
R/ Pemberian cairan dan makanan sesuai dengan toleransi klien
2) Diagnosa Keperawatan II
Kriteria Hasil:
(a) Klien mengkonsumsi diet oral yg mengandung gizi adekuat
(b) Klien tidak mengalami mual muntah
(c) Klien mengalami peningkatan BB yang sesuai selama kehamilan
Intervensi:
(1) Batasi intake oral selama 24 48 jam
R/ Pembatasan dianjurkan untuk klien agar lambung istirahat
(2) Anjurkan klien menghindari makanan berlemak
R/ Dapat menstimulasi mual dan muntah
(3) Tingkatkan jumlah makanan secara perlahan sesuai kemampuan pasien
R/ Nutrisi dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan nutrisi dan
pertumbuhan janin
(4) Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah muntah
R/ Meningkatkan kenyamanan, mengurangi asam yg mengenai gigi.
(5) Pantau TFU dan DJJ
R/ Malnutrisi klien berdampak terhadap pertumbuhan janin dan mengakibatkan
kemunduran perkembangan janin
3) Diagnosa Keperawatan III
Kriteria Hasil:
Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi:
(a) Kaji tingkat nyeri
R/ Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan rencana tindakan selanjutnya
(b) Atur posisi dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah makan
R/ Dapat mengurangi tekanan pada gastrointestinal
(c) Alihkan perhatian klien pada hal yang menyenangkan
R/ Dapat melupakan rasa nyeri
(d) Anjurkan klien untuk mengonsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen rasa
mint
R/ Untuk mengurangi rasa mual dan muntah pada ibu hamil
(e) Kolaborasi dalam pemberian antiemetic dan sedative
R/ Mengurangi muntah dan membuat tenang sehingga mengurangi nyeri
4) Diagnosa Keperawatan IV
Kriteria Hasil:
Klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai kemampuan
Intervensi:
(a) Anjurkan klien dalam membatasi dengan istirahat yang cukup
R/ Menghemat energy dan meminimalkan kelelahan uterus
(b) Bantu klien beraktivitas secara bertahap jika muntah berkurang
R/ Aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma dan meringankan klien
dalam memenuhi kebutuhannya
(c) Bantu Klien dalam memenuhi kebersihan diri
R/ Kebersihan diri dapat meningkatkan kenyamanan dan menumbuhkan kondisi
sehat serta sejahtera
5) Diagnosa Keperawatan V
Kriteria Hasil:
Klien akan mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya tentang kesejahteraan
janin
Intervensi:
(a) Perlihatkan sikap menerima rasa takut klien
R/ Sikap menerima rasa takut klien memungkinkan komunikasi terbuka
(b) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaaan dan kekhawatirannya
R/ Ditakutkan akan berdampak buruk terhadap kondisi janin
(c) Bantu klien dalam mengidentifikasi kekuatan dirinya dan mekanisme koping
R/ Dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan klien mengatasi penyakit dan
efek-efeknya
(d) Beri klien informasi tentang risiko potensial yang dapat terjadi pada janinnya
R/ Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat membantunya
menghilangkan rasa takut.

d. Evaluasi Keperawatan
1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
2) Frekuensi dan beratnya muntah
3) Intake oral
4) Pengetahuan dan kesanggupan klien untuk mengikuti diet yang telah
diprogramkan
5) Tingkat nyeri epigastrium
6) Kemampuan dalam beraktivitas
7) Kebersihan membrane mukosa oral
8) Mekanisme koping dalam penerimaan kehamilan
9) Perasaan dan kekhawatiran terhadap kesejahteraan janin meliputi TFU dan DJJ

5. Pre Eklampsi dan Eklampsi


a. Pre Eklampsi
1) Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan preeklampsia adalah :
a) Data subyektif :
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, edema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan preeklampsia atau eklampsia sebelumnya
Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b) Data Obyektif :
Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika
refleks + ).
Pemeriksaan penunjang ;
a) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam
b) Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml
c) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d) Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada
otak
e) USG ; untuk mengetahui keadaan janin
f) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
2) Masalah Keperawatan
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan.
3) Perencanaan
Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu.
Kriteria Hasil :
o Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
o Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg
Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt
RR : 16-20 x/mnt
Intervensi :
a) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupakan indikasi
dari PIH
b) Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
c) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan
nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal,
jantung dan paru yang mendahului status kejang
d) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan
terjadinya persalinan
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah
terjadinya kejang
Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
o DJJ ( + ) : 12-12-12
o Hasil NST :
o Hasil USG ;
Intervensi :
a) Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta
b) Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga
timbul IUGR
c) Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim
tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia
bagi janin
d) Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta
aktifitas janin
e) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
Diagnosa keperawatan III :
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat
mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
o Ibu mengerti penyebab nyerinya
o Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
a) Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan
tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya
b) Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
c) Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh
darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
d) Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
o Ibu tampak tenang
o Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
o Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
b) Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi
emosional ibu yang maladaptif
c) Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu
efektif
d) Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang
secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati.
4) Implementasi
Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.
5) Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan.
b. Eklampsi
1) Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia- eklampsia adalah :
a) Data subyektif :
Identitas pasien dan penanggung jawab:Umur biasanya sering terjadi pada
primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklampsia atau eklampsia
sebelumnya
Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya.

b. Data Obyektif :

Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema

Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress

Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika


refleks + )

Pemeriksaan penunjang :

1. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam

2. Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream ( biasanya


meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml

3. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu

4. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan


pada otak

5. USG ; untuk mengetahui keadaan janin


6. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.

2) Diagnosa keperawatan

a) Perubahan perfusi uteroplasental dan jaringan ginjal b.d hipertensi pada


kehamilan

b) Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi

c) Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema


berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan

d) Gangguan Penglihatan b.d peningkatan tekanan vaskular cerebral akibat


hipertensi

e) Kurang pengetahuan,kondisi dan tindakan b.d kurang terpajan pada


informasi

f) Nyeri epigastrium b.d konrtaksi organ yang tidak terkontrol

g) Resti Kejang pada ibu b.d penurunan fungsi organ

h) Resti terjadi fetal distress pada janin b.d perubahan pada plasenta
3) Intervensi keperawatan
DX 1 : Perubahan perfusi uteroplasental dan jaringan ginjal b.d hipertensi
pada kehamilan
Tujuan : Perfusi Uteroplasental dan jaringan ginjal baik.
Kriteria hasil:

a. Tingkat kesadaran baik dan tidak berubah

b. Janin tidak menunjukkan tanda-tanda distress

c. Perfusi maksimal

d. Tekanan darah normal


Intervensi Rasional
Letakkan pasien pada lingkungan Memberikan kenyamanan dan
yang tenang ketenangan pada pasien
Pantau TTV Untuk mengetahui keadaan umum
Auskultasi irama jantung janin pasien
Anjurkan tirah baring Untuk mengetahui perkembangan
Anjurkan periksa urine 24 jam janin
Monitor TD tiap 4 jam Meminimal stimulasi dan
meningkatkan relaksasi
Untuk menentukan intervensi lebih
lanjut
Untuk mengetahui keadaan umum
klien

DX 2 : Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat


hipertensi
Tujuan:Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil:

a. Nyeri hilang atau terkontrol

b. Ekspresi wajah tenang


Intervensi Rasional
Kaji skala nyeri klien Untuk mengetahui tingkat nyeri
Pertahankan tirah baring selama fase yang dialami
akut Meminimalkan stimulasi dan
Anjurkan kompres dingin dan pijat meningkatkan relaksasi
punggung Menurunkan tekanan vaskuler
Bantu pasien dalam aktivitas sesuai Mengurangi nyeri
kebutuhan

DX 3: Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema


berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan
Tujuan :volume cairan normal
Kriteria hasil:

a. Volume cairan sesuai kebutuhan

b. Edema minimal

c. Tanda dan gejala bukan indikasi gagal jantung


Intervensi Rasional
Timbang berat badan pasien setiap Untuk menentukan intervensi lebih
hari lanjut
Pantau intake cairan Membantu mengidentivikasi
Periksa protein urine kebutuhan
Monitor intake dan output klien Meminimalkan komplikasi
Kolaborasi dengan tim medis dalam Agar dapat mengontrol
pemberian obat. keseimbangan antara intake yang
amsuk dan output yang keluar
Agar tidak tejadi kesalahan dalam
pemberian obat

DX 4 : Gangguan Penglihatan b.d peningkatan tekanan vaskular cerebral


akibat hipertensi
Tujuan : Penglihatan tidak kabur lagi dan kembali normal
Kriteria hasil :

a. Pasien dapat menunjukkan fungsi penglihatannya baik

b. Dapat menginterpretasikan benda yang dilihat dengan benar

c. Tingkat kekaburan menurun bahkan hilang

Intervensi Rasional
Kaji tingkat kekaburan penglihatan Untuk mengetahui batas kekaburan
Lakukan pengetesan dengan yang dialami pasien
menyuruh pasien untuk Mengetahui batas kemampuan dan
menginterpretasikan benda di sekitar melatih pasien untuk mengenal orang
Anjurkan tirah baring dan benda sekitar
Kolaborasi dengan dokter dalam Meminimalkan stimulasi dan
pemberian zenjelasan mengenai meningkatkan relaksasi
penyakit Untuk menentukan intervensi
selanjutnya

DX 5: Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan b.d kurang


terpajan pada informasi
Tujuan :Pengetahuan pasien bertambah
Kriteria hasil:

a. Pasien mengerti terhadap apa yang disampaikan

b. Mampu menerapkan informasi yang didapat

c. Mentaati pengobatan

Intervensi Rasional
Kaji kesiapan pasien dan hambatan Meningkatkan minat pasien untuk
belajar belajar.
Jelaskan tentang hipertensi dan Agar pasien mengerti mengenai
efeknya pada jantung penyakit
Berikan pengertian pentingnya kerja Agar masalah dapat diatasi dengan
sama baik
Kolaborasi dengan dokter dalam Agar informasi yang disampaikan
pemberian penjelasan mengenai dapat lebih lengkap dan jelas
penyakit

DX 6 : Nyeri epigastrium b.d konrtaksi organ yang tidak terkontrol


Tujuan : skala nyeri berkurang bahkan hilang
Kriteria Hasil :

a. Nyeri hilang atau terkontrol

b. Ekspresi wajah tenang

Intervensi Rasional
Kaji skala nyeri klien Untuk mengetahui tingkat nyeri
Pertahankan tirah baring selama fase yang dialami
akut Meminimalkan stimulasi dan
Anjurkan kompres dingin meningkatkan relaksasi
Bantu pasien dalam aktivitas sesuai Menurunkan tekanan vaskuler
kebutuhan Mengurangi nyeri

DX 7 : Resti Kejang pada ibu b.d penurunan fungsi organ


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi lagi kejang pada
ibu
Kriteria hasil :

a. Kesadaran baik, compos mentis

b. Kejang tidak mengulang

c. TTV; TD : 110-120 mmHg/70-80 mmHg, Suhu : 36-37 C

Intervensi Rasional
Kaji adanya tanda-tanda eklampsia Gejala tersebut merupakan
Catat tingkat kesadaran pasien manifestasi dari perubahan pada otak,
Monitor adanya tanda-tanda dan ginjal, jantung, paru yang mendahului
gejala persalinan atau adanya kontraksi status kejang
uterus Penurunan kesadaran sebagai
Monitor Tekanan darah tiap 4 jam indikasi penurunan aliran darah otak
Kolaborasi dengan tim medis dalam Kejang akan meningkatkan
pemberian antihipertensi dan SM kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
Tekanan diastole > 110 mmHg dan
sistole > 160 mmHg merupakan
indikasi dari PIH
Anti hipertensi untuk menurunkan
tekanan darah dan SM untuk mencegah
terjadinya kejang

DX 8 : Resti terjadi fetal distress pada janin b.d perubahan pada plasenta
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi fetal distress
pada janin
Kriteria hasil :

a. DJJ (+) : 12-12-12

b. Tidak terjadi distress

c. Hasil USG normal


Intervensi Rasional
Kaji respon janin pada ibu yang Reaksi terapi dapat menurunkan
diberi SM pernapasan janin dan fungsi jantung
Kaji tentang pertumbuhan janin serta aktivitas janin
Monitor DJJ sesuai indikasi Penurunan fungsi plasenta mungkin
Jelaskan adanya tanda-tanda solutio diakibatkan karena hipertensi
plasenta Peningkatan DJJ sebagai indikasi
Kolaborasi dengan medis dalam terjadinya hipoksia, prematur dan
pemeriksaan USG dan NST solutio plasenta
Ibu dapat mengetahui tanda dan
gejala solutio plasenta dan tahu akibat
hipoksia bagi janin
USG dan NST dilakukan untuk
mengetahui keadaan dan kesehatan
janin

4) Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan dimana
awalan kata pada intervensi ditambah dengan kata kerja.misalnya jika pada intervensi
keperawatan kaji TTV maka pada implementasi keperawatan mengkaji TTV.(Judith
M.W.2007)
5) Evaluasi
Evaluasi adalah hasil asuhan keperawatan yang dilakukan (Judith M.W. 2007)
6. Plasenta Previa
a Pengkajian
1) Pengumpulan data
a) Anamnesa
(1) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
(2) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
(a) Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
(b) Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.
(c) Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan
pembuluh darah dan placenta.
b) Inspeksi
(1) Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
(2) Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
c) Palpasi abdomen
(1) Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
(2) Sering dijumpai kesalahan letak
(3) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang/floating
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada
kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
(1) Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
(2) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
(3) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
(4) Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
(5) Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
(6) Komplikasi pada bayi
(7) Rencana menyusui bayi
b) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).
Untuk menentukan TP berdasarkan HPHT dapat digunakan rumus naegle,
yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu, ataukeduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada
saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan
berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ seksual pada janin.
d) Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal
bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi,
prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di
dokumentasikan
3) Pemeriksaan fisik
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
(1) Rambut dan kulit
(a) Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea
nigra.
(b) Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
(c) Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
(2) Mata : pucat, anemis
(3) Hidung
(4) Gigi dan mulut
(5) Leher
(6) Buah dada / payudara
(a) Peningkatan pigmentasi areola putting susu
(b) Bertambahnya ukuran dan noduler
(7) Jantung dan paru
(a) Volume darah meningkat
(b) Peningkatan frekuensi nadi
(c) Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah
pulmonal.
(d) Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
(e) Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
(f) Diafragma meningga.
(g) Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
(8) Abdomen
(a) Menentukan letak janin
(b) Menentukan tinggi fundus uteri
(9) Vagina
(a) Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick)
(b) Hipertropi epithelium
(10) System musculoskeletal
(a) Persendian tulang pinggul yang mengendur
(b) Gaya berjalan yang canggung
(c) Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis
rectal
b) Khusus
(1) Tinggi fundus uteri
(2) Posisi dan persentasi janin
(3) Panggul dan janin lahir
(4) Denyut jantung janin
2) Diagnosa keperawatan
a) Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam
jumlah yang besar.
b) Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan
mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
c) Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah
abnormal, kerusakan system imun.
3) Rencana keperawatan

Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan

1 Penurunan kardiak Setelah dilakukkanya 1. Kaji dan catat Pengkajian yang akurat
output berhubungan tindakan keperawatan TTV, TD serta mengenai status
dengan perdarahan 2 X 24 jam diharapkan jumlah perdarahan. hemodinamik merupakan
dalam jumlah yang penurunan kardiak dasar untuk perencanaan,
besar output tidak terjadi intervensi, evaluasi.
atau teratasi dengan
2. Bantu pemberian Memperbaiki volume
kriteria hasil :
pelayanan kesehatan vaskuler membutuhkan
o Volume darah atau mulai sarankan terapi IV dan intervensi
intravaskuler dan terapi cairan IV atau farmakologi. Kehilangan
kardiak output dapat terapi transfusi darah volume darah harus
diperbaiki sampai nadi, sesuai kebutuhan. diperbaiki untuk
tekanan darah, nilai mencegah komplikasi
hemodinamik, serta seperti infeksi, gangguan
nilai laboratorium janin dan gangguan vital
menunjukkan tanda ibu hamil.
normal

2 Ansietas Setelah dilakukan 1. Terapi bersama Kehadiran perawat dan


berhubungan tindakan keperawatan pasangan dan pemahaman secara empati
dengan kurangnya selama 3 x 24 menyatakan perasaan. merupakan alat terapi
pengetahuan efek diharapkan ansietas yang potensial untuk
2. Menentukan
perdarahan dan dapat berkurang dengan mempersiapkan pasangan
tingkat pemahaman
manejemennya. kriteria hasil : untuk menanggulangi
pasangan tentang
situasi yang tidak
1. Pasangan dapat situasi dan manajemen
diharapkan.
mengungkapkan yang sudah
harapannya dengan direncanakan. Hal yang diberikan
kata-kata tentang perawat akan memperkuat
3. Berikan pasangan
manajemen yang sudah penjelasan dokter dan
informasi tentang
direncanakan, sehingga untuk memberitahu
manajemen yang
dapat mengurangi dokter jika ada penjelasan
sudah direncanakan.
kecemasan pasangan. yang penting.

Pendidikan pasien yang


diberikan merupakan cara
yang efektif mencegah
dan menurunkan rasa
cemas. Pengetahuan akan
mengurangi ketakutan
akan ha-hal yang tidak
diketahui.

3. Resiko tinggi Kriteria evaluasi : 1. Kaji jumlah darahHemoragi berlebihan dan


cedera (janin) b/d yang hilang. Pantaumenetap dapat mengancam
Menunjukkan profil
hipoksia jaringan/ tanda/gejala syok hidup klien atau
darah dengan hitung
organ,profil darah mengakibatkan infeksi
SDP, Hb, dan
abnormal,kerusakan pascapartum, anemia
pemeriksaan koagulasi
system imun. pascapartum, KID, gagal
DBN normal.
ginjal, atau nekrosis
hipofisis yang disebabkan
oleh hipoksia jaringan dan
malnutrisi.

Kehilangan darah
berlebihan dengan
penurunan Hb
2. Catat suhu, hitungmeningkatkan risiko klien
SDP, dan bau sertauntuk terkena infeksi.
warna rabas vagina,
Penurunan perfusi ginjal
dapatkan kultur bila
mengakibatkan penurunan
dibutuhkan.
haluaran urin.
3. Catat
Heparin dapat digunakan
masukan/haluaran
pada KID di kasus
urin. Catat berat jenis
kematian janin, atau
urin.
kematian satu janin pada
4. Berikan heparin,kehamilan multiple, atau
bila diindikasikan untukmemblok siklus
pembekuan dengan
melindungi factor-faktor
pembekuan dan
menurunkan hemoragi
sampai terjadi perbaikan
pembedahan

Mungkin diindikasikan
untuk mencegah atau
meminimalkan infeksi.

5. Berikan antibiotic
secara parenteral

4) Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat
mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan
dimonitor kemajuan kesehatan klien.
5) Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan. Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien.
Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian.

7. Solution Plasenta
a. Pengkajian
1) Biodata
Pada biodata yang perlu dikaji berhubungan dengan solusio plasenta antara
lain
2) Nama
Nama dikaji karena nama digunakan untuk mengenal dan merupakan identitas
untuk membedakan dengan pasien lain dan menghindari kemungkinan tertukar
nama dan diagnosa penyakitnya.
3) Jenis kelamin
Pada solusio plasenta diderita oleh wanita yang sudah menikah dan mengalami
kehamilan.
4) Umur
Solusio plasenta cenderung terjadi pada usia lanjut (> 45 tahun) karena terjadi
penurunan kontraksi akibat menurunnya fungsi hormon (estrogen) pada masa
menopause.
5) Pendidikan
Solusio plasenta terjadi pada golongan pendidikan rendah karena mereka tidak
mengetahui cara perawatan kehamilan dan penyebab gangguan kehamilan.
6) Alamat
Solusio plasenta terjadi di lingkungan yang jauh dan pelayanan kesehatan,
karena mereka tidak pernah dapat pelayanan kesehatan dan pemeriksaan untuk
kehamilan.
7) Riwayat persalinan
Riwayat persalinan pada solusio plasenta biasanya pernah mengalami
pelepasan plasenta.
8) Status perkawinan
Dengan status perkawinan apakah pasien mengalami kehamilan (KET) atau
hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan.
9) Agama
Untuk mengetahui gambaran dan spiritual pasien sebagai memudahkan dalam
memberikan bimbingan kegamaan.
10) Nama suami
Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan memberi
persetujuan dalam perawatan.
11) Pekerjaan
Untuk mengetahui kemampuan ekonomi pasien dalam pembinaan selama
istrinya dirawat.
12) Keluhan utama
Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri
Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah
dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim
tegang.
Perdarahan yang berulang-ulang.
13) Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang
keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan
pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis
atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil
(hydroamnion gameli) dll.
14) Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali
pusat pendek, trauma, uterus / rahim feulidli.
15) Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak
mengetahui asal dan penyebabnya.
16) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : composmetis s/d coma
Postur tubuh : biasanya gemuk
Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
Raut wajah : biasanya pucat
b. Tanda-tanda vital
Tensi : normal sampai turun (syok)
Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)
Suhu : normal / meningkat (> 370 c)
RR : normal / meningkat (> 24x/menit)
c. Pemeriksaan cepalo caudal
Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas
rambut biasanya rontok / tidak rontok.
Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
Mata : conjunctiva anemis
Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat da dangkal,
hiperpegmentasi aerola.
Abdomen
Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat
linea alba dan ligra
Palpasi rahim keras, fundus uteri naik
Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.
Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang
merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.
Ekstimitas
Akral dingin, tonus otot menurun.
d. pemeriksaan penunjang
Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin
b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai
dengan conjungtiva anemis , acral dingin , Hb turun , muka pucat & lemas .
2) Resiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke
plasenta berkurang .
3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di
tandai terjadi distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus .
4) Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan keadaan yang dialami .
5) Potensial terjadinya hypovolemik syok berhubungan dengan perdarahan .
6) Kurang pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya
berhubungan dengan kurangnya informasi .
c. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai
dengan conjunctiva anemis, acrar dingin, Hb turun, muka pucat, lemas.
Tujuan : suplai / kebutuhan darah kejaringan terpenuhi
Kriteria hasil
Conjunctiva tida anemis, acral hangat, Hb normal muka tidak pucat, tida
lemas.
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Rasional : pasien percaya tindakan yang dilakukan
b. Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
Rasional : pasien paham tentang kondisi yang dialami
c. Monitor tanda-tanda vital
Rasional : tensi, nadiyang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi
menunjukkan gangguan sirkulasi darah.
d. Kaji tingkat perdarahan setiap 15 30 menit
Rasional : mengantisipasi terjadinya syok
e. Catat intake dan output
Rasional : produsi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan
penurunan fungsi ginjal.
f. Kolaborasi pemberian cairan infus isotonic
Rasional : cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang
hilang akiba perdarahan.
g. Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah
Rasional : tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat
perdarahan.
Resiko tinggi terjadinya fetal distres berhubungan dengan perfusi
darah ke placenta berkurang.
Tujuan : tidak terjadi fetal distress
Kriteria hasil : DJJ normal / terdengar, bisa berkoordinasi, adanya
pergerakan bayi,bayi lahir selamat.
Intervensi
a. Jelaskan resiko terjadinya dister janin / kematian janin pada ibu
Rasional : kooperatif pada tindakan
b. Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur ke posisi kiri
Rasional : tekanan uterus pada vena cava aliran darah kejantung
menurun sehingga terjadi perfusi jaringan.
c. Observasi tekanan darah dan nadi klien
Rasional : penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pad
sindroma vena cava sehingga klien harus di monitor secara teliti.
d. Oservasi perubahan frekuensi dan pola DJ janin
Rasional : penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar
oksigen dalam janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi
jantung janin.
e. Berikan O2 10 12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda
fetal distress
Rasional : meningkat oksigen pada janin.
2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uteres ditandai
terjadi distrensi uterus, nyeri tekan uterus.
a. Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria hasil :
Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
Intervensi
Jelaskan penyebab nyeri pada klien
Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif
terhadap tindakan
Kaji tingkat nyeri
Rasional : menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
1. Bantu dan ajarkan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri.
Tarik nafas panjang (dalam) melalui hidung dan meng-hembuskan
pelan-pelan melalui mulut.
Rasional : dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang
dirasakan.
Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan)
Rasional : posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.
Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung
Rasional : memberi dukungan mental.
2. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan keadaan yang dialami
Tujuan : klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya.
Kriteria hasil : penderita tidak cemas, penderita tenang, klie tidak
gelisah.
Intervensi
Anjurkan klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan.
Rasional : dengan mengungkapkan perasaannyaaka mengurangi
beban pikiran.
Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin
Rasional : mengurangi kecemasan klien tentag kondisi janin.
Beri penjelasan tentang kondisi janin
Rasional : mengurangi kecemasan tentang kondisi / keadaan
janin.
Beri informasi tentang kondisi klien
Rasional : mengembalikan kepercayaan dan klien.
Anjurkan untuk manghadirkan orang-orang terdekat
Rasional : dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi klien
Anjurkan klien untuk berdoa kepada Tuhan
Rasional : dapat meningkatkan keyakinan kepada Tuhan tentang
kondisi yang dilami.
Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan
Rasional : penderita kooperatif.
3. Potensial terjadinya hypovolemik syok berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi
Kriteria hasil :
Perdarahan berkurang
Tanda-tanda vital normal
Kesadaran kompos metit
Intervensi
Kaji perdarahan setiap 15 30 menit
Rasional : mengetahui adanya gejala syok sedini mungkin.
Monitor tekanan darah, nadi, pernafasan setiap 15 menit, bila
normal observasi dilakukan setiap 30 menit.
Rasional : mengetahui keadaan pasien
Awasi adanya tanda-tanda syok, pucat, menguap terus keringat
dingin, kepala pusing.
Rasional : menentkan intervensi selanjutnya dan mencegah syok
sedini mungkin
Kaji konsistensi abdomen dan tinggi fundur uteri.
Rasional : mengetahui perdarahan yang tersembunyi
Catat intake dan output
Rasional : produksi urine yang kurang dari 30 ml/jam merupakan
penurunan fungsi ginjal.
Berikan cairan sesuai dengan program terapi
Rasional : mempertahanka volume cairan sehingga sirkulasi bisa
adekuat dan sebagian persiapan bila diperlukan transfusi darah.
4. Kurangnya pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya
berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : penderita dapat mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria hasil : dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
penyakitnya.
Intervensi
Kaji tingkat pengetahuan penderita tentang keadaanya
Rasional : menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.
5. Berikan penjelasan tentang kehamilan dan tindakan yang akan dilakukan.
a. Pengetahua tentang perdarahan antepartum.
b. Penyebab
c. Tanda dan gejala
d. Akibat perdarahan terhadap ibu dan janin
e. Tindakan yang mungkin dilakukan
Rasional : penderita mengerti dan menerima keadaannya serta
pederita menjadi kooperatif.

E. Contoh Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan gangguan


1. Abortus

ASUHAN KEPERAWATAN REPRODUKSI

PADA NY. R DENGAN ABORTUS IMMINENS

TANGGAL 17 MARET 2009

Tanggal masuk : 17 Maret 2009 Jam masuk : 11.30 WIB

Ruang :- No. Register : XXXXXXX

Pengkajian tanggal : 17 Maret 2009 Jam : 12.30 WIB.

Pengkajian

Identitas
Nama : Ny. R Nama : Tn. S

Umur : 24 tahun Umur : 28 tahun


Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu RT Pekerjaan : Swasta ( Rp.1.200.000,-)

Alamat : Klampis - Sby. Alamat : Klampis - Sby

Status perkawinan : Kawin Status perkawinan : Kawin


Status Kesehatan
a. Alasan datang ke rumah sakit : Ibu mengeluh terlambat menstruasi sejak 4 bulan yang
lalu, lalu sejak tadi pagi dirasakan keluar darah sedikit dari kemaluan serta ibu
merasakan mules pada perut bagian bawah. Ibu mengatakan tidak melakukan
hubungan seksual kemarin malam, ibu mengatakan habis jalan-jalan di mall.
b. Keluhan utama saat ini : Ibu takut kalau kehamilannya tidak bisa dipertahankan atau
terdapat apa-apa dengan janin yang dikandungnya.
c. Timbulnya keluhan : Mendadak.
d. Faktor yang memperberat : Jika ibu beraktifitas atau berjalan, perdarahan dirasakan
semakin bertambah.
e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi : Istirahat dan duduk.
f. Diagnosa medik : Abortus imminens.

Riwayat Keperawatan

a. Riwayat obstetri:
b. Riwayat menstruasi:
1) Menarche umur 12 tahun
2) Banyak darah menstruasi sedang
3) Siklus teratur
4) Lama menstruasi: 5 -7 hari.
5) HPHT: 16 November 2008
6) Keluhan selama menstruasi tidak ada.
c. Riwayat perkawinan : Ibu menikah 6 bulan yang lalu dan ini adalah pernikahan yang
pertama.
d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : Ibu pada saat ini hamil pertama dan
tidak ada riwayat abortus/keguguran sebelumnya.
e. Genogram:

Hamil ini

Keterangan:

= Laki-laki = Hipertensi = Meninggal

= Perempuan = Ny.R = Tinggal dlm satu


abortus rumah

f. Riwayat Keluarga berencana : Ibu tidak melaksanakan KB, karenanya data lain
tidak dikaji.
g. Riwayat kesehatan:
1) Penyakit yang pernah dialami ibu: tidak ada, ibu tidak pernah menderita
penyakit infeksi seperti typhus, pneumonia, penyakit pada kandungan.
2) Pengobatan yang didapat: tidak ada.
h. Riwayat penyakit keluarga: Hipertensi (ibu Ny.R).
i. Riwayat lingkungan:
1) Kebersihan: menurut ibu kebersihan rumah dan lingkungannya cukup bersih.
2) Bahaya: bahaya dalam rumah dan sekitar rumah seperti pabrik dekat rumah
tidak ada, lantai licin tidak ada. Ibu mengatakan tidak pernah mendapat
kecelakaan atau trauma selama masa kehamilan ini.
j. Aspek psikososial:
Persepsi ibu tentang keluhan/penyakit : Ibu merasa akan mengalami keguguran.
Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari?
Tidak karena ibu memang harus beristirahat. Ibu berharap kehamilannya dapat
diperthanakan karena ibu sangat ingin punya anak. Ibu mengatakan sangat khawatir
dengan keselamatan bayinya dan bertanya bagaimana caranya supaya bayinya dapat
dipertahankan. Orang terpenting bagi ibu adalah keluarga. Sikap anggota keluarga
terhadap keadaan saat ini adalah sangat mendukung. Kesiapan mental untuk menjadi
ibu: siap.
Aktifitas Sehari - Sehari:
a. Pola nutrisi:
1) Frekuensi makan: 3 kali sehari.
2) Nafsu makan baik.
3) Jenis makanan rumah: nasi, lauk, sayur dan buah. Ibu mengatakan tidak
begitu suka minum susu.
4) Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan: tidak ada.
b. Pola eleminasi:
1) BAK:
Frekuensi: 5 kali sehari.
Warna: Kuning jernih.
Keluhan saat BAK: Tidak ada.
2) BAB:
Frekuensi: 1 kali sehari.
Warna: kuning khas feses.
Bau: khas feses.
Konsistensi: padat.
Keluhan: tidak ada.
c. Pola personal hygiene:
1) Mandi:
Frekuensi: 2 kali sehari.
Penggunaan sabun: ya.
2) Oral hygiene:
Frekuensi: 2 kali sehari.
Waktu: pagi dan sore.
3) Cuci rambut:
Frekuensi: 3 kali seminggu.
Penggunaan shampo: ya.
d. Pola istirahat dan tidur:
1) Lama tidur: 8 jam sehari.
2) Kebiasaan sebelum tidur: tidak ada.
3) Keluhan tidur; tidak ada.
e. Pola aktifitas dan latihan:
1) Kegiatan dalam pekerjaan: membantu memasak. Ibu tinggal dengan mertua,
sehingga banyak pekerjaan rumah tangga yang diselesaikan oleh ibu mertua
seperti mencuci, menyetrika, bersih-bersih rumah dan memasak.
2) Waktu bekerja: tidak tentu.
3) Olahraga: ya, jalan-jalan pagi, frekuensi kadang-kadang.
4) Kegiatan waktu luang: tidak ada.
5) Keluhan dalam aktifitas: tidak ada.
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan:
1) Merokok: tidak.
2) Minuman keras; tidak.
3) Ketergantungan obat: tidak.

Pemeriksaan fisik:
a. Umum:
Keadaan umum: baik.
Kesadaran: CM, E4V5M6
Tekanan darah: 120/80 mmHg.
Respirasi: 18 x/mnt.
Nadi: 88 x/mnt
Suhu: 370C.
Berat badan: 48 kg.
Tinggi badan: 154 cm.
b. Khusus:
1) Kepala:
Bentuk: normal.
Keluhan: tidak ada.
2) Mata:
Kelopak mata: simetris, oedem palpebra tidak ada.
Gerakan mata: normal.
Konjungtiva: merah muda.
Sklera: putih, icetrus tidak ada.
Pupil: normal, isokor.
Akomodasi: baik (tidak memakai kacamata).
3) Hidung:
Reaksi alergi: tidak ada.
Sinus: normal.
4) Mulut dan tenggorokan:
Gigi geligi: lengkap, 32 buah.
Kesulitan menelan: tidak ada.
5) Dada dan axilla:
Mamae: membesar
Areolla mamae: hiperpigmentasi.
Papila mamae: menonjol.
Colostrum: belum keluar.
6) Pernafasan:
Jalan nafas: bebas.
Suara nafas: bersih, tidak ada suara nafas tambahan.
Menggunakan otot-otot bantu pernafasan: tidak.
7) Sirkulasi jantung:
Kecepatan denyut apikal: 88 x/mnt.
Irama: reguler.
Kelainan bunyi jantung: tidak ada.
Sakit dada: tidak ada.
8) Abdomen:
Mengecil: tidak
Linea dan striae: tidak ada, tidak ada nyeri tekan.
Luka bekas operasi: tidak ada.
Kontraksi: tidak ada.
TFU: 2 jari bawah pusat, djj: (+) 12-12-12
9) Genitourinary:
Perineum: intak.
Vesika urinaria: kosong.
10) Ekstremitas:
Turgor kulit: baik.
Warn akulit: sawo matang.
Kontraktur pada persendian ekstremitas: tidak ada.
Kesulitan dalam pergerakan: tidak ada.

Data Penunjang
a. laboratorium: --
b. USG: --
c. Rontgen: --
d. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher):
Vulva: fleks ada sedikit, fluxus tidak ada.
Vagina: fleks ada sedikit, fluxus tidak ada.
Porsio: tertutup, licin, nyeri tekan (-).
Cavum uteri: AF (18 20 mg).
Adnexa parametrium ka: soepel, mass (-), nyeri (-).
Adnexa parametrium ki: soepel, mass (-), nyeri (-).
Cavum douglas: tidak menonjol.
e. Terapi yang didapat:
Premaston: 2x1 tablet.
Mefenamic acid 3x500 mg.
Bed rest, KIE, Kontrol 1 bulan lagi atau ada keluhan.

Data Tambahan :
Ibu sangat menginginkan anak dan berharap kandungannya bisa diselamatkan.
Ibu menyakan apakah kondisi janinnya baik.
Saat dilakukan pemeriksaan, ibu tampak gelisah, ekspresi wajah tegang dan postur
tubuh kaku dan tegang.
Analisa Data

Data Etiologi Patofisiologi Masalah

S: Ibu mengatakan keluar Penurunan suplay O2 Implantasi plasenta di Resiko terjadi


darah dari kemaluan dan nutrisi ke jaringan endometrium lepas. gawat janin intra
sejak tadi pagi, perut plasenta skunder uteri (hipoksia).
bagian bawah dirasakan terhadap terlepasnya
mules, Ibu mengatakan separasi plasenta.
tidak nyeri waktu
Suplay O2 dan nutrisi ke
dilakukan periksa
jaringan plasenta terputus
dalam.

O: Ibu hamil 18-20 minggu,


TFU 2 jbpst, djj: 12-12-
12, kontraksi tidak ada,
Janin kekurangan O2 dan
gerakan janin aktif, fleks
nutrisi
(+), fluxus (-). VT:
ditemukan porsio
tertutup, TD: 120/80
mmHg, N: 88 x/mnt,
RR: 16 x/mnt. Gawat janin (Hipoksia)

Kematian janin intra


uteri/abortus

S: Ibu mengatakan sangat Krisis situasi Perdarahan Ansietas.


khawatir dengan (perdarahan dan
perdarahan yang ancaman terhadap
dialami, ibu bertanya- keselamatan bayi
tanya mengenai yang dikandungnya).
Perubahan respon
keselamatan bayi yang
dikandungnya. Ibu psikologis ibu
mengatakan sangat ingin
punya bayi dan ini
adalah kehamilan yang
pertama.

O: Ibu tampak gelisah, saat


Maladaptif
dilakukan pemeriksaan
ibu banyak bertanya
kepada petugas.
Ekspresi wajah ibu
tampak tegang, postur Cemas meningkat
tubuh saat dilakukan
pemeriksaan kaku dan
tegang.

S: Ibu banyak bertanya Kurang informasi. Kurang informasi Defisit


tentang kemungkinan mengenai penyakit, knowledge
bayi dapat diselamatkan. prognosis, kebutuhan (kebutuhan
Ibu juga bertanya pengobatan belajar)
tentang pantangan yang mengenai
harus dilakukan supaya penyakit,
bayinya selamat. Ibu prognosis dan
berkali-kali mengatakan kebutuhan
Ketidakmampuan
sangat ingin punya bayi. pengobatan.
mengenal informasi
O: Ibu banyak bertanya
kepada petugas dan
mahasiswa. Pendidikan
ibu SMA, ibu tidak
Ketidaktahuan tentang
bekerja. Ibu baru
kondisi dan pengobatan.
menikah 6 bulan, ini
adalah kehamilan
pertama dan usia ibu 23
tahun.
Tidak taat terhadap
program pengobatan.

Program pengobatan tidak


berhasil.

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan
suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi
plasenta.
Data penunjang:

S: Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah
dirasakan mules, Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam.

O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada,
gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup, nyeri
tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt.

2. Ansietas b/d krisis situasi (perdarahan dan ancaman terhadap


keselamatan bayi yang dikandungnya).
Data penunjang:

S: Ibu mengatakan sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu bertanya-
tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan sangat
ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama.

O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada
petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan
pemeriksaan kaku dan tegang.

3. Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit,


prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi.
Data penunjang:
S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga
bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu
berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi.

O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu
tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia
ibu 23 tahun.

Rencana Intervensi, Rasional dan Implementasi

No Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Rencana Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil

1. Resiko terjadi Tujuan: setelah a. Pantau DJJ, kontraksi Penurunan DJJ dan
gawat janin diberikan askep, uterus/his, gerakan janin. gerakan janin
intra uteri gawat janin tidak sebagai prediksi
(hipoksia) b/d terjadi, bayi dapat adanya distres
penurunan dipertahankan janin.
suplay O2 dan sampai umur 37 b. Jelaskan penyebab terjadinya
nutrisi ke minggu dan atau perdarahan dan akibat bila
jaringan BBL 2500 gr. perdarahan terus berlangsung Meningkatkan
plasenta Kriteria hasil: (keguguran, janin meninggal). pemahamana ibu
skunder - Gerakan dan kerjasama
terhadap janin aktif. c. Anjurkan penderita untuk tidur dalam pengobatan.
terlepasnya - DJJ 120- miring ke kiri.
separasi 160 x/mnt.
plasenta. - Kontraksi
Data uterus /his
penunjang: tidak ada. d. Motivasi Meminimalkan
S: Ibu - Kehamilan pasien untuk meningkatkan tekanan pada aorta
mengatakan dapat fase istirahat. sehingga O2 yang
keluar darah dipertahank disuplay ke
dari an sampai plasenta dan janin
kemaluan umur 37 lebih lancar.
sejak tadi minggu dan
pagi, perut atau BBL Fase istirahat yang
bagian 2500 gr. lebih akan
bawah - Perdarahan membantu
dirasakan berhenti meminimalkan
mules, Ibu atau tidak pemakaian energi
mengatakan ada. dan O2 sekaligus
tidak nyeri - Flek-flek e. Anjurkan dapat
waktu tidak ada. pasien untuk melakukan ANC mengistirahatkan
dilakukan secara teratur sesuai dengan bayi sampai cukup
periksa masa kehamilan: bulan.
dalam. - 1 x/bln pada trimester I
O: Ibu hamil - 2 x/bln pada trimester II
18-20 - 1 x/minggu pada trimester
minggu, III.
TFU 2 jbpst,
djj: 12-12- Deteksi dini
12, f. Jelaskan pada pasien untuk terhadap adanya
kontraksi segera memeriksakan penyimpangan pada
tidak ada, kehamilannya bila terdapat: kehamilan.
gerakan - Gerakan janin
janin aktif, berkurang/menurun.
fleks (+), - Kontraksi/his terus-menerus.
fluxus (-). - Perdarahan
VT: - Nyeri abdomen.
ditemukan - Perut mengeras dan sangat
porsio nyeri.
tertutup,
nyeri tidak
ada, TD: Sebagai kontrol
120/80 g. Anjurkan me masukan cairan langsung dari
mmHg, N: minimal 2500 ml/24 jam dan pasien terhadap
88 x/mnt, diet tinggi kalori serta kondisi
RR: 16 membatasi aktifitas. kehamilannya.
x/mnt.
h. Anjurkan ibu untuk tidak
melakukan hubungan seksual
dengan suami sampai
kehamilan berusia 20
minggu (5 bulan) atau selama
terjadi perdarahan

Tanya
kan pada ibu tentang
pemahaman terhadap
penjelasan yang diberikan.
Lkaukan pengulangan bila
perlu. Memperbaiki
keadaan umum ibu
sehingga membantu
mengurangi akibat
perdarahan.

Koitus dapat
merangsang
produksi
prostaglandin
eningkat sehingga
dapat terjadi
rangsangan pada
uterus dan
menimbulkan
kontraksi.

Meningkatkan
pemahaman ibu dan
pesanan sebelum
ibu pulang.
2. Ansietas b/d Tujuan: setelah a. Biarkan pasien Pengekspresian
krisis situasi diberikan askep, mengekspresikan perasaan perasaan membantu
(perdarahan ibu dapat tentang kondisinya. pasien
dan ancaman menunjukkan Pertahankan cara yang tenang mngidentifikasi
terhadap hilangnya ansietas. dan efisien. sumber ansietas dan
keselamatan Kriteria hasil: penggunaan respon
bayi yang 3) Ibu koping. Pendekatan
dikandungnya) melaporkan tenang oleh
. hilangnya / pemberi perawatan
Data berkurangnya menyampaikan
penunjang: perasaan kepercayaan dan
S: Ibu cemas/khawatir. b. Jelaskan semua tujuan control.
mengatakan 4) Ibu tindakan yang ditentukan.
sangat tenang. Pengetahuan apa
khawatir 5) Ibu c. Motivasi pasien untuk yang diperkirakan
denagn kooperatif meningkatkan fase istirahat. membantu
perdarahan dalam mengurangi
yang pengobatan. ansietas.
dialami, ibu 6) Post
bertanya- ur tubuh rileks. Fase istirahat yang
tanya 7) Eksp lebih akan
mengenai resi wajah d. Libatkan orang terdekat sesuai membantu
keselamatan tenang. indikasi bila keputusan mayor meminimalkan
bayi yang akan dibuat. pemakaian energi
dikandungn dan O2 sekaligus
ya. Ibu dapat
mengatakan e. Tingktakan rasa tenang dan mengistirahatkan
sangat ingin lingkungan tenang (tutup bayi sampai cukup
punya bayi gorden pada saat pemeriksaan bulan.
dan ini berlangsung, batasi jumlah
adalah petugas dalam ruangan Menjamin system
kehamilan pemeriksaan, nyalakan kipas pendukung untuk
yang angina, sediakan selimut pasien dan
pertama. penutup dll). memungkinkan
O: Ibu tampak orang terdekat
gelisah, saat f. Motivasi ibu untuk tetap terlibat degna tepat.
dilakukan tenang, tidak gelisah terhadap
pemeriksaan kondisinya. Memudahkan
ibu banyak istirahat,
bertanya g. Anjurkan ibu untuk tetap menghemat energi
kepada berdoa untuk keselamatan dan meningkatkan
petugas. bayinya. kemmapuan
Ekspresi koping.
wajah ibu
tampak
tegang,
postur tubuh
saat
dilakukan
pemeriksaan
kaku dan
tegang. Kondisi psikologis
ibu sangat
berpenagruh
terhadap kondisi
janin.

Berdoa lebih
mendekatkan ibu
kepada Than dan
memberikan
ketenangan secara
spiritual.
3. Defisit Tujuan: setelah a. Tentukan persepsi pasien Memvalidasi
knowledge diberikan askep, tentang kondisi kehamilan tingkat pemahaman
(kebutuhan ibu dapat sekarang, tanyakan tentang saat ini,
belajar) memenuhi pengalaman pasien mengidentifkasi
mengenai kebutuhan belajar sendiri/sebelumnya. kebutuhan belajar
penyakit, secara mandiri, dan memberikan
prognosis dan memahami dasar pengetahuan
kebutuhan penyakit dan dimana pasien
pengobatan b/d pengobatan yang b. Berikan informasi yang jelas membuat keputusan
kurang diberikan. dan akurat dalam cara yang berdasarkan
informasi. Kriteria hasil: nyata, jawab pertayaan dengan informasi.
Data 8) Ibu jelas. Membantu
penunjang: memahami penilaian diagnos
S: Ibu banyak regimen c. Berikan pedoman antisipasi akanker,
bertanya terapeutik dan pada pasien tentang protocol memberikan
tentang perawatan yang pengobatan, hasil yang informasi yang
kemungkina diberikan. diharapkan, kemungkinan diperlukan selama
n bayi dapat 9) Ibu janin dapat dipertahankan. waktu
diselamatka kooperatif Bersikap jujur dengan pasien. menyerapnya.
n. Ibu juga terhadap
bertanya tindakan
tentang pengobatan dan Pasien mempunyai
pantangan perawatan yang d. Orientasikan klien/keluarga hak untuk tahu dan
yang harus diberikan. thd prosedur rutin dan beraprtisipasi dalam
dilakukan 10) Ibu aktifitas. Tingkatkan mengambil
supaya taat terhadap partisipasi bila mungkin. keputusan tentang
bayinya program perawatan dan
selamat. Ibu pengobatan dan e. Dorong kemandirian, pengobatan yang
berkali-kali perawatan yang perawatan diri, libatkan diterima. Informasi
mengatakan diberikan. keluarga secara aktif dalam akurat dan detail
sangat ingin perawatan. membantu
punya bayi. menghilangkan rasa
O: Ibu banyak f. Lakukan evalausi sebelum takut dan ansietas.
bertanya pulang ke rumah sesuai
kepada indikasi. Perkiraan dan
petugas dan informasi dapat
mahasiswa. menurunkan
Pendidikan kecemasan pasien.
ibu SMA,
ibu tidak
bekerja. Ibu
baru
menikah 6 Peningkatan
bulan, ini kemandirian dari
adalah pasien dan keluarga
kehamilan meningkatkan rasa
pertama dan percaya diri dan
usia ibu 23 kemampuan untuk
tahun. melakukan
perawatan diri
secara aktif.
Membantu dalam
transisi ke
lingkungan rumah
dengna
memberikan
informasi tentang
kebutuhan
perubahan pada
situasi fisik,
penyediaan bahan
yang diperlukan.

Implementasi
Implementasi Keperawatan

N Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


O
dx

1 Rabu,17 Maret
2014 Memantau djj, kontraksi uterus/his, Djj (+) 12-12-12; kontraksi ute
12.40 gerakan janin. tidak ada; gerakan janin aktif.
- Menjelaskan penyebab terjadinya Ibu mengatakan mengerti deng
13.00 perdarahan dan akibat bila perdarahan penjelasan yang diberik
terus berlangsung (keguguran, bayi akan mahasiswa.
meninggal).
- Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke
arah kiri selama di rumah.
- Memotivasi ibu untuk lebih banyak
istirahat minimal 8 jam sehari dan
kurangi beraktifitas agak berat seperti
olahraga.
- Menganjurkna ibu untuk teratur ANC
yaitu:
- 1 x/bln pada trimester I
- 2 x/bln pada trimester II Ibu mengatakan akan menta

- 1 x/minggu pada trimester III. semua petunjuk yang diberikan

- Mengingatkan ibu untuk segera kontrol


bila terdapat::
- Gerakan janin berkurang/menurun.
- Kontraksi/his terus-menerus.
- Perdarahan
Ibu mengatakan sudah memaha
- Nyeri abdomen.
13.30 semua penjelasan yang diberik
- Perut mengeras dan sangat nyeri.
dan berjanji akan mentaati sem
petunjuk yang diberikan.
- Menganjurkan ibu untuk banyak makan
makanan yang bergizi untuk
meningkatkan keadaan kesehatan ibu dan
minum air minimal 2500 cc /hari.
- Menyarankan ibu dan suami untuk tidak
melakukan hubngan seksual selama
perdarahan terjadi dan sampai umur
kehamilan minimal 5 bulan atau selama
perdarahan berlangsung.
- Menanyakan ibu mengenai penjelasan
yang sudah diberikan.

2 Rabu, 17 Maret Memberiakn kesempatan kepada ibu untuk Ibu bercerita tentang perasa
2014 menceritakan perasaanya dan riwayat cemasnya saat terjadi perdaraha
12.30 terjadinya perdarahan.

Menjelaskan kepada ibu bahwa akan Ibu mau dilakukan pemeriksa


12.40 dilakukan tindakan VT (periksa dalam). dalam.

Mengatur posisi ibu, menyalakan kipas Posisi ibu rileks, ekspresi wa


12.45 angin, mengurangi jumlah petugas tampak cemas.
dalam ruang periksa dan menutup
gorden.
Ibu tampak lega deng
13.00 - Mendiskusikan tentang kemungkinan bayi penjelasan yang diberikan.
dpaat dipertahankan bersama ibu dan
suami denagn syarat ibu mentaati semua
petunjuk yang diberikan. Ibu berjanji akan tetap tenang d
- Memotivasi ibu untuk tetap tenang dan tabah.
tidak gelisah serta lebih banyak berdoa
sehingga harapan untuk punya bayi dapat
tercapai.
3 Rabu,17 Maret Menanyakan perasaan ibu denagn adanya Ibu mengatakan sangat cem
2014 perdarahan dan sakit pada perutnya. denagn perdarahan yang terj
13.00 dan takut kalau bayin
meninggal. Ibu mengatak
perdarahan terjadi tiba-tiba d
ibu tidak tahu sebabnya.

- Mendiskusikan dengan ibu dan suami


13.30 tentang penyakit yang diderita ibu dan Ibu dan suami mengatakan ak
mentaati beberapa pantana
kemungkinan bayi dapat dipertahankan. yang diberikan.
- Menjelaskan beberapa hal yang perlu
ditaati oleh ibu dan suami yaitu:
- Periksa teratur sesuai petunjuk yang
diberikan.
- Tidur miring ke kiri.
- Tidak hubungan seksual selama 5 bualn
kehamilan.
- Makan makanan yang bergizi.
- Lebih banyak istirahat.

13.45 Ibu dan suami mengatakan sud


Melakukan evaluasi sebelum ibu pulang
dapat mengerti penjelasan d
tentang pemahaman ibu mengenai
petunjuk yang diberikan.
penjelasan yang sudah diberikan.

2. KET

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Nama : Ny. V
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Indonesia
Agama : Hindu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat :Jln. Pulau Moyo, Pedungan, Denpasar
No. RM : 205070
Ruang Dirawat :F
Tanggal MRS : 10 Agustus 2015
Tanggal Pengkajian : 10 Agustus 2015
Diagnosa Medis : Kehamilan Ektopik

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. P
Umur : 30tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : : Indonesia
Agama : Hindu
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jln. Pulau Moyo, Pedungan, Denpasar
Hubungan dengan klien : Suami

1. STATUS KESEHATAN
a. Keluhan
Keluhan Utama : Nyeri karena perdarahan
Keluhan saat Pengkajian : Nyeri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak seminggu yang lalu sebelum ke dokter, pasien mengatakan sering
merasakan nyeri ringan diperut klien. Saat nyeri perut hebat terjadi perdarahan
pasienlangsung dibawa oleh suami ke puskesmas terdekat dan pasien langsung
dirujuk ke Rumah Sakit pada tanggal 10 Agustus 2015. Pasien langsung diperiksa
dan di USG oleh dokter kandungan.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti DM, Hipertensi, TBC, dll.

2. RIWAYAT HAID
Menarche : umur 13 tahun.
Haid : tidak teratur dan lamanya haid 6-7 hari.
Siklus : 28-35 hari.
Sifat darah : cair, berbeku-beku, warnanya; merah kehitaman, dan terasa nyeri
saat hari pertama dan kedua.
HPHT : pasien hanya ingat haid terakhirnya pada akhir bulan Mei dan tidak
ingat tanggalnya.
3. RIWAYAT PERKAWINAN
Menikah : pernikahan yang pertama dan lamanya pernikahan sudah setahun
tujuh bulan.

4. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG


Kehamilan : pasien sering mual dan muntah, mengalami perdarahan pervagina
ringan dan merasakan nyeri pada panggul. Ini merupakan kehamilan trimester
pertama.

5. RIWAYAT KESEHATAN FISIK


Pasien tidak pernah mengalami sakit keras atau operasi. Pasien mengalami anoreksia.

6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Ibu merasa senang dengan kehamilan ini karena ini kehamilan yang pertama dan
sangat ditunggu-tunggu. Suami dan keluarga juga sangat senang dengan kehamilan
tersebut.

7. POLA HUBUNGAN SEKSUALITAS PADA KEHAMILAN


Pasien mengatakan melakukan hubungan suami istri sebanyak seminggu 3x. Dan tidak
ada mengalami masalah dalam melakukan hubungan suami istri.

8. KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Makan dan minum : pasien senang memakan nasi jenis lembek, tidak ada
kesukaan khusus terhadap makanan, pantangannya pasien tidak boleh memakan
durian, nanas, minum kopi. Minum air putih sebanyak 6-7 gelas.
b. Eliminasi (BAB/BAK) : BAB : mengalami konstipasi, BAK; 5-6x sehari,
mengeluh nyeri saat kencing.
c. Kegiatan (aktivitas) : klien hanya melakukan aktivitas yang ringan,
karena klien sering mengeluh pusing dan lelah.
d. Istirahat/tidur : pasien mengalami perubahan tidur karena merasa nyeri
ringan diperut dan kadang mual muntah selama seminggu terakhir.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos mentis
2. Tanda-tanda vital :
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- Napas : 26 x/menit
- Suhu : 370C
3. TB dan BB : TB : 157 cm, BB : 52 kg.
4. Muka : Tidak ada cloasme
- Konjungtiva : anemis.
- Sklera : an ikterik
- Pulpil : isokor , tidak ada nistagmus.
5. Mulut dan Gigi : bersih, bibir tampak pucat, tidak ada caries gigi, tidak ada stomatitis,
gigi lengkap, tidak ada gangguan menelan.
6. Leher : tidak ada pembendungan vena jugularis, kelenjar tiroid ataupun
limfe yang membengkak.
7. Dada : Payudara bentuk simetris, hiperpigmentasi putting dan areola, tidak
ada kelainan puting dan menonjol keluar. Tidak ada kolostrum.
8. Abdomen : adanya nyeri saat perabaan di abdomn kuadran bawah, pembesaran
perut kedepan sesuai usia kehamilan yaitu trimester pertama, tidak ada linea nigra dan
striae gravidarum.
9. Vulva : serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
10. Ekstremitas : tidak ada udema, akral; hangat, tidak ada varises.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

Hemoglobin (Hb) : 10 g/dl


Eritrosit: 3,5 juta/mm3
Leukosit: 8000-10.000 mm3

2. Pemeriksaan Penunjang/Khusus

USG : Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri.

Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri.

Adanya massa komplek di rongga panggul.

D. ANALISA DATA
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS : Pasien Ruptur tuba fallopi dan Nyeri
. mengatakan nyeri di perdarahanintraperitonia
abdomen l
DO :
- P : Nyeri karena
ruptur tuba fallopi,
sehingga syaraf di
sekitar tuba tertekan.
- Q : Menusuk-
nusuk
- R : Abdomen
Pasien nampak
meringis menahan
nyeri
- kuadran kanan
bawah
- S : skala nyeri 3
- T : Sewaktu-waktu
2. DS : pasien proses akan Ansietas
mengatakan sedih jika dilakukannya
kehamilannya harus pembedahan
dioperasi dan pasien
tidak bisa tidur karena
memikirkan
kehamilannya.
DO :
- Pasien tampak
gelisah.
- Terdapat kantung
di kedua mata pasien,
dan tampak tampang
bengkak.
- Pasien mengulang-
ulang pertanyaan
tentang keadaan
kandungannya.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii, perdarahan intraperitonial
ditandai dengan pasien mengatakan nyeri di abdomen, P : Nyeri karena ruptur tuba
fallopi, sehingga syaraf di sekitar tuba tertekan, Q : Menusuk-nusuk, R : Abdomen.
Pasien nampak meringis menahan nyeri kuadran kanan bawah, S : skala nyeri 3, T :
Sewaktu-waktu.

2. Ansietas berhubungan dengan proses akan dilakukannya pembedahan ditandai dengan


pasien mengatakan sedih jika kehamilannya harus dioperasi dan pasien tidak bisa
tidur karena memikirkan kehamilannya, pasien tampak gelisah, terdapat kantung di
kedua mata pasien, dan tampak tampang bengkak, pasien mengulang-ulang
pertanyaan tentang keadaan kandungannya.

F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
1. Nyeri yang Setelah dibserika askep - Tentukan sifat, lokasi, dan - Membantu dalam
berhubungan dengan selama.x jam pasien dirasi nyeri. Kaji kontraksi mendiagnosis dan
rupture tuba fallopii, dapat uterus, perdarahan, atau nyeri menentukan tindakan
perdarahan mendemonstrasikan tekan abdomen yang akan dilakukan.
intraperitonial teknik relaksasi, tanda-
tanda vital dalam batas Ketidaknyamanan
normal, tidak meringis dihubungkan dengan
aborsi spontan dan
molahidatidosa karena
kontraksi uterus yang
mungkin diperberat
oleh infuse oksitosin.
Ruptur kehamilan
ektopik
mengakibatkan nyeri
hebat karena
hemoragi yang
tersembunyi saat tuba
fallopii rupture ke
dalam abdomen.

- Kaji stress psikologi ibu - Ansietas sebagai


atau pasangan dan respon respon terhadap
emosional terhadap situasi darurat dapat
kejadian. memperberat
ketidaknyamanan
karena sindrom
ketegangan, ketakutan
dan nyeri.

- Berikan lingkungan yang - Dapat membantu


tenang dan aktifitas untuk dalam menurunkan
menurunkan rasa nyeri. tigkat nyeri dan
Instruksikan klien untuk karenanya mereduksi
menggunakan metode ketidaknyamanan
relaksasi misalnya nafas
dalam, visualisasi distraksi
dan jelaskan prosedur.
Kolaborasi : - Meningkatkan
- Berikan narkotik atau kenyamanan,
sedative berikut obat-obat menurunkan risiko
praoperatif bila prosedur komplikasi
pembedahan diindikasikan pembedahan.

- Siapkan untuk prosedur - Tindakan terhadap


bedah bila terdapat indikasi penyimpangan dasar
akan menghilangkan
nyeri

2. Ansietas Seteleh diberikan askep - Pertahankan hubungan yang - Menjamin bahwa


berhubungan dengan selama ..x jam sering denngan pasien. pasien tidak akan
proses akan diharapkan cemas Berbicara dan berhubungan sendiri atau
dilakukannya pasien berkurang dengan pasien ditelantarkan:
pembedahan dengan KH: menunjukkan rasa
Pasien tampak tenang menghargai, dan
Pasien tidak gelisah menerima orang
Menunjukkan tersebut, membantu
kemampuan untuk meningkatkan rasa
menghadapi masalah percaya.

- Berikan informasi akurat dan - Dapat mengurangi


konsisten mengenai ansietas dan
prognosis.hindari argumentasi ketidakmampuan
mengenai persepsi pasien pasien untuk membuat
terhadap situasi tersebut keputusan/pilhan
berdasarkan realita

- Pasien mungkin akan


menggunakan
- Wapada terhadap tanda-tanda mekanisme bertahan
penolakan/depresi,mis:menarik dengan penolakan dan
diri, marah, ucap-ucapan yang terus berharap bahwa
tidak tepat. Tentukan diagnosanya tidak
timbulnya ide bunuh diri dan akurat.rasa bersalah
kaji potensialnya pada skala 1- dan tekanan spiritual
10 mungkin akan
menyebabkanpasien
menarik diri dan
percaya bahwa bunuh
diri adalah suatu
alternatif

- Berikan lingkungan terbuka - Membantu pasien


dimana pasien akan merasa untuk merasa diterima
aman untuk mendiskusikan pada kondisi sekarang
perasaan atau menahan diri tanpa persaan
untuk berbicara dihakimi dan
meningkatkan persaan
harg diri dan kontrol

- Izinkan pasien untuk - Penerimaan perasaan


merefleksikan rasa akan membuat pasien
marah,takut, putus asa tanpa dapat menerima
konfrontasi. Berikan informasi situasi
bahwa perasaannya adalah
normal dan perlu
diekspresikan
G. IMPLEMENTASI

No Tgl/Jam Implementasi Respon Paraf

Pukul 14.30 1. Mengkaji sifat, lokasi, dan durasi Pasien mengeluh nyeri di
WITA nyeri. perut, pasien tampak
2. Mengkaji stress psikologi
meringis menahan sakit,
ibu/pasangan dengan menggunakan
wajah pasien tampak pucat,
tingkat stress.
pasien tampak lemah.
3. Memberikan lingkungan yang
tenang dan mengajarkan teknik
relaksasi, dengan cara latihan napas
dalam dan visualisasi distraksi.
4. Memberikan kompres dingin di
area yang nyeri.
5. Berkolaborasi dengan memberikan
obat analgesic.
- Injeksi Antrain 3 x 500 mg.
6. Menyiapkan untuk prosedur
pembedahan bila terdapat indikasi.
Pukul 18. 00 1. Menemani ibu dan mengajak bicara Pasien mengatakan
WITA secara perlahan perasaannya sangat sedih
2. Memberi kesempatan untuk dan cemas memikirkan
memikirkan sisi positif dari tindakan keadaan kehamilannya,
yang akan dilakukan pasien terlihat sering
3. Menganjurkan ibu pengungkapkan melamun, tampak murung,
atau mengekspresikan perasaan. pasien masih terlihat
4. Mengarahkankembali mekanisme murung, tampak gelisah dan
koping yang diekspresikan. cemas, pasien terlihat sedih
5. Memberikan masa privasi terhadap (mata bengkak)
rangsangan lingkungan seperti
jumlah orang yang ada sesuai
keinginan ibu.

H. EVALUASI

No. Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf


1. Kamis, 13 S : pasien mengatakan masih merasa nyeri pada perut.
Agustus 2015 O: pasien tampak masih gelisah, wajah pasien masih pucat, skala
Pukul 13. 30 nyeri 3 (0-10)
WITA A : nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan intervensi berkolaborasi dengan dokter kandungan
untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi.
2. Kamis, 13 S : pasien mengatakan merasa sedih yang dirasakan sedikit
Agustus 2015 berkurang
Pukul 13. 30 O : pasien tampak lebih tenang
WITA A : ansietas teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi tekhnik distraksi dan relaksasi

3. Mola Hidatidosa

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. NM
Umur : 39 tahun
Suku/Bangsa : Bali / Indonesia
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jln. Arjuna no.12 Gianyar

Penanggung jawab :
Nama : Tn. MM
Umur : 56 tahun
Suku/bangsa : Bali / Indonesia
Agama : Hindu
Pendidikan : Strata 1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Yogyakarta
Hubungan degan klien : Suami

B. Keluhan Utama

Klien Mengeluh mengalami perdarahan pervaginam dan nyeri pada bagian abdomen.

C. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan dahulu


Klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, kencing, manis,
gondok maupun penyakit keturunan lainnya.
2. Riwayat kesehatan sekarang

Klien diantar oleh suaminya datang kerumah sakit, klien mengeluh mengalami
perdarahan. Klien mengaku sudah mengalami perdarahan sejak 6 hari yang lalu,saat
diperiksa keadaan vulva tampak kotor dan lembab serta adanya tanda infeksi yang
lain seperti kemerahan di perineum, dan keluar cairan putih kekuningan serta
berbau, klien tampak lemah,membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis dan
cubitan kulit kembali dalam 2 detik,mual dan muntah 2-4x/hari selama 6 hari. klien
juga mengeluh nyeri perut bagian bawah dengan skala nyeri 6 dan bertambah saat
melakukan gerakan secara tiba-tiba, klien tampak meringis menahan nyeri, wajah
klien tampak pucat, perdarahan 500 cc, TD 100/90 mmHg, RR 26X/menit, HR
120X/menit.

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Belum pernah ada anggota keluarga klien yang menderita oenyakit serupa dengan
klien sebelumnya.

4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Manda umur 14 tahun, siklus teratur (28 hari) dengan jumlah relatif sedikit
selama 6-7 hari. Klien tidak mengalami dismenorchea. Hari pertama haid terakhir
tangal 10 mei 2011, tanggal 14 mei terjadi perdarahan, di bawa ke bidan tanggal
15 mei 2011, tanggal 19 mei 2011 terjadi perdarahan kembali, dan baru di bawa
ke RS A pada tanggal 20 mei 2011.
b. Riwayat Kehamilan / nifas sebelumnya
Klien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang. Klien sudah
memiliki 3 anak. Klien tidak pernah mengalami abortus sebelumnya.
5. Riwayat KB
Jenis : Suntik 3 bulan
Lama : 20 tahun

6. Basic Promoting Physiology of Health


a. Pola Aktivitas dan latihan
Sebagai ibu rumah tangga, klien menjalankan aktivitas seperti biasanya dan tidak
menambah waktu istirahat karena klien tidak merasa bahwa dirinya hamil. Saat ini
klien merasa nyeri pada perut bagian bawah dan perdarahan. Nyeri yang timbul
terasa lebih berat saat merubah posisi tubuh dengan cepat dan tiba-tiba.

b. Tidur dan Istirahat

Klien tidur sehari hanya 6-8 jam, klien tidak terbiasa tidur siang, klien tidak
mengalami gangguan tidur sebelum sakit, namun saat sakit klien sering terbangun
karena nyeri dan perdarahan yang dialaminya.

c. Kenyamanan dan nyeri


Klien mengalami nyeri pada bagian bawah adomen, nyeri bertambah disaat klien
melakukan gerakan secara tiba-tiba.

d. Pola Nutrisi

Klien mengalami gangguan nafsu makan, karena mual dan muntah, klien makan 2
kali sehari, menghabiskan dari porsi makan, klien tidak berpantang makan.

e. Cairan, elektrolit, asam basa

Mukosa bibir klien kering, dan turgor kulit tidak elastis. Dari hasil pemeriksaan,
ditemukan:

Input : Klien dalam sehari dapat menghabiskan 500 ml air, air dalam makanan 300
ml, infus 500 ml, transfusi darah 1 kolf (125 ml).

Output: Urin 1000 ml, feses 250 ml, IWL 1110 ml, perdarahan 500 ml.

BC = Input-Output.

= 1425 ml 2360 ml

= - 935 ml.

Klien mengalami kekurangan cairan dan elektrolit sebanyak 935 ml.

f. Oksigenasi

Klien tidak mengalami sesak napas, sukar bernapas ataupun gangguan oksigenasi.

g. Eliminasi fekal/bowel

Klien melakukan eliminasi fekal atau bowel 1 kali sehari tanpa menggunakan
pencahar, dan eliminasi dilakukan setiap pagi, berwarna kuning dengan
konsistensi lembek. Klien tidak memiliki gangguan eliminasi seperti diare,
konstipasi atau inkontinensia bowel. Pemenuhan kebutuhan bowel klien dilakukan
secara mandiri.

h. Eliminasi urine

Klien dapat melakukan miksi 6-8 kali dalam satu hari, 100 cc/hari, warna kuning.
Klien tidak memiliki gangguan eliminasi urin seperti nyeri saat BAK, burning
sensation, atau inkontinensia bladder. Kebutuhan pemenuhan ADL ini dilakukan
secara mandiri.

i. Sensori, persepsi dan kognitif

Klien tidak mengalami gangguan penglihatan, ketajaman visus baik, respon


terhadap cahaya pun baik. Klien tidak mengalami gangguan pendengaran,
gangguan penciuman, sensasi taktil maupun pengecapan.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang.

Kesadaran klien composmentis dengan GCS 15 (eye 4, verbal 5, motorik 6), TD:
100/90 mmHg, HR: 110X/menit dengan irama reguler dan berdetak kuat, RR:
20X/menit reguler, suhu 38oC, turgor kulit tidak elastis, warna kulit agak pucat.

a) Kepala

Nampak simetris, rambut nampak bersih, konjungtiva anemis, sclera normal


tidak nampak ikterik, pupil isokor, palpebra normal tidak nampak adanya edema,
lensa normal tidak nampak adanya kekeruhan pada lensa. Hidung klien nampak
normal, tidak terlihat adanya sektum deviasi, epistaksis. Telinga simetris.

b) Leher

Leher terlihat normal tidak terlihat adanya kaku kudu, pembesaran JPV,
tenggorokan normal, tidak ada pembesaran tiroit, tidak ada pemebesaran tonsil
dan nyeri telan.

c) Dada

Bentuk dada simetris, tidak terlihat adanya barelchest, funnal atau pidgeon.
Tidak ada bantuan otot pernapasan, saat dipalpasi fremitus kanan dan kiri sama,
saat di auskultasi tidak terdengar bunyi nafas tambahan seperti wising, bronki
dan crakless, saat di perkusi terdengar bunyi sonor.

d) Abdomen
Tidak ada linea alba, dan terdapat sedikit striae pada perut. Saat di auskultasi
terdengar wising usus, dan prestaltik 14x/menit, saat di palpasi tidak ditemukan
adanya pembesaran hepar maupun splenomegali, saat diperkusi terdengar suara
tympani.

e) Genitalia

Vulva tampak kotor, terdapat perdarahan prvaginam.

f) Rektum

Rektum normal, tidak ada hemmoroid, tumor atau prolaps.

g) Ekstremitas

Kekuatan otot atas, bawah, kanan dan kiri didapatkan hasil kekuatan otot 3,
ROM aktif, dan kapilari reffil 2 detik.

a. Inspeksi:

Abdomen relatif membesar.

Tidak ada linea alba.

Terdapat sedikit striae pada perut.

b. Auskultasi

Bising usus 14 X/Menit.

7. Data Penunjang
HCG Test : 50.000 mIU/L

Hemoglobin : 8,9 mg %

USG : Dari hasil pemeriksaan menunjukkan gambaran Snow Flake


Paterrn (badai salju).

Diagnosa Medis : Mola Hidatidosa

ANALISIS DATA

Tgl/Jam Data Etiologi Diagnosa Keperawatan

20 mei DS : Agen injuri Nyeri Akut


- Klien
2015 jam fisik
mengeluh nyeri
09.00 perut bagian
bawah,nyeri
bertambah saat
aktivitas,skala
nyeri 6

DO :

- Wajah klien
tampak meringis
menahan nyeri

- Nadi
120x/menit

- RR 26x/menit

- TD 100/90
mmhg

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Intervensi

a. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu
menentukanintervensi yang tepat.
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satuindik
asi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.
c. Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi
dapatmengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi
nyeri yang dirasakan.
d. Beri posisi yang nyaman
Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri.
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat
dipersepsikan.

4. Hiperemesis
ASUHAN KEPERAWATAN

1 Pengkajian Keperawatan
A. Identitas klien
Nama : Ny AS
Umur : 20 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Samarinda
B. Keluhan utama
Pasien mengatakan mual dan selalu muntah pada pagi hari. Mual dan muntah
semakin berat bila membau makanan yang merangsang.
C. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli kandungan dengan keluhan terlambat haid 3 minggu,
terakhir mendapat haid tanggal 12 januari 2015, mual dan selalu muntah pada pagi
hari. Pasien juga mengeluh badannya terasa lemas dan mau pingsan karena sudah
beberapa hari sulit makan.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit gastritis.
E. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Sebelum hamil : Makan 3 x (nasi,sayur,lauk)
: Minum 7 gelas/hari
Selama hamil : makan berkurang, minum berkurang
b. Pola eliminasi
Sebelum hamil : BAB 1 x tiap pagi, BAK 5 x/hari
Sesudah hamil : BAB 1 x tiap pagi, BAK 3 x/hari
c. Pola istirahat tidur
Sebelum hamil : Siang 2 jam/hari, malam 8 jam /hari
Sesudah hamil : Siang 3 jam/hari, malam 5 jam/hari
d. Pola aktivitas
Sebelum hamil : Membantu pekerjaan rumah
Sesudah hamil : Membantu pekerjaan rumah
e. Perilaku kesehatan sehari-hari
Penggunaan obat/jamu/rokok
Sebelum hamil : Tidak pernah
Sesudah hamil : Obat dan vitamin dari bidan
Lain lain (personal hygiene)
Mandi : 2 x/hari
Ganti baju : 2 x/hari
Keramas : 3 x/minggu
Gosok gigi : 2 x/hari
f. Riwayat Haid
Menarche : -
Siklus haid : 28 hari (teratur)
Lama haid : 6-7 hari
Banyaknya : 3-4 softek/hari
Dismenorea : -
HPHT : 6 januari 2013
UK : -
TP : -
g. Riwayat Perkawinan
Nikah : 1x
Lama menikah : 1 tahun
Umur pertama kali nikah : 19 tahun
h. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah menikah ibu tidak menggunakan KB apapun.

Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
K/U : lemah, wajah pucat
Kesadaran : compos mentis
BB sebelum hamil : 56 kg
BB saat ini : 53 kg
TB : 157 cm
LILA : 25 cm
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 100 x/menit (teratur)
RR : 20 x / menit (teratur)
Suhu : 36,50 C (axilla)
b. Inspeksi
Hiperemis tingkat satu pada inspeksi ditemukan keadaan umum lemah, turgor kulit
sedikit menurun, lidah kering, dan mata cekung. Hiperemis tingklat dua ditemukan ibu
tampak lebih lemah dan aptis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak
kotor, aceton dapat tercium dalam hawa pernafasan, badan kurus dan berat badan
munurun, kulit kering dan kadang-kadang ada ikterus.
c. Palpasi
Dengan palpasi dapat mengetahui umur kehamilan dengan melihat tinggi fundus
uteri. Karena pada ibu hiperemis gravidarum biasanya terjadi pada umur kehamilan
satu sampai empat bulan, dimana tinggi fundus uteri sekitar setengah simphisis pusat
d. Auskultasi
Untuk memantau sudah terdengar detak jantung janin atau belum dan gerakan anak.
e. Pemeriksaan tanda tanda vital
Pada sekitar hiperemis tingkat satu akan ditemukan nadi meningkat sekitar 100
x/menit, tekanan darah sistolik menurun, suhu normal.
f. Pengukuran berat badan
Pada ibu hamil dengan masalah hiperemis gravidarum pada umumnya terjadi
penurunan BB
Analisa Data
Kelompok Data Masalah Kemungkinan Penyebab
Ds : Px mengatakan mual dan selalu Gangguan cairan Mual muntah
muntah pada pagi hari, dan elektrolit
Do : - k/u lemah
wajah pucat
turgor kulit menurun
-TTV :
TD = 90/60 mm/Hg
N=100x/menit
S= 36,5 C
R= 20 x/menit

Ds : Px mengatakan tidak nafsu makan


Do : -k/u lemah Gangguan nutrisi Mual muntah
- makanan tidak habis
-muntah
-TTV
TD=90/60 mm/Hg
N = 100x/menit
S = 36,5 C
R= 20 x/menit
2 Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus
dan asupan cairan yang tidak adekuat yang ditandai dengan:
Ds : Px mengatakan mual dan selalu muntah pada pagi hari
Do : - k/u lemah
- wajah pucat
- turgor kulit menurun
- TTV : TD = 90/60 mm/Hg
N =100x/menit
S = 36,5 C
R = 20 x/menit
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan nausea
dan volume yang menetap yang di tandai dengan :
Ds : Px mengatakan tidak nafsu makan
Do : - k/u lemah
- makanan tidak habis
- muntah
- TTV : TD=90/60 mm/Hg
N = 100x/menit
S = 36,5 C
R= 20 x/mnit

3 Intervensi Keperawatan
1) Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus
dan asupan cairan yang tidak adekuat yang ditandai dengan:
Ds : Px mengatakan mual dan muntah pada pagi hari
Do : k/u lemas.
wajah pucat
turgor kulit menurun
TTV : TD = 90/60 mm/Hg
N =100x/menit
S = 36,5 C
R = 20
a. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada ibu selama 1 x 24 jam, mual dan
muntah px berkurang :
Kriteria hasil :
Px mengatakan mual dan muntah berkurang

k/u lemah

wajah segar

turgor kulit meningkat

TTV : TD = 100/70 mm/Hg
N=100x/menit
S= 36,5C
R= 20x/mnit
b. Intervensi
1) Pantau dan catat TTV setiap 2 jam atau sesering mungkin sesuai keperluan
sampai stabil. Kemudian pantau dan catat TTV setiap 4 jam.
R/ Takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat mengindikasikan kekurangan
volume cairan atau ketidakseimbangan elektrolit
2) Ukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan perubahan
yang signifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase luka, drainase
nasogastrik, drainase slang dada, dan haluaran yang lain.
3) R/ Haluaran urine yang rendah dan berat jenis urine yang tinggi
mengindikasikan hipovolemia
4) Mengkaji dan mendokumentasi turgor kulit ,kondisi membran mukosa ,tanda-
tanda vital dan berat jenis urine.
R/ Pengkajian status cairan dan elektrolit yang akurat menjadi dasar
penyusunan rencana dan evaluasi intervensi.
5) Menimbang berat badan setiap hari.
R/Upaya memperbaiki keseimbangan elektrolit dan cairan dan dilakukan
melalui pemberian terapi parenteral sampai dalam menoleransi asupan normal.
6) Memantau nilai laboratorium dan melaporkan nilai-nilai yang tidak normal.
R/ Keseimbangan cairan dan elektrolit harus di koreksi untuk mencegah
komplikasi yang berat, seperti asidosis metabolik dan kematian janin dan ibu
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan nausea
dan volume yang menetap yang di tandai dengan :
Ds : Px mengatakan tidak nafsu makan
Do : - k/u lemah
- makanan tidak habis
- muntah
- TTV : TD=90/60 mm/Hg
N = 100x/menit
S = 36,5 C
R= 20 x/mnit
a. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam,kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi
dengan kriteria hasil :
Px mengatakan nafsu makan meningkat
Do : - k/u lemah
- makanan habis 1 porsi
- muntah berkuran
- TTV : TD=100/70 mm/Hg
N = 100x/menit
S = 36,5 C
R= 20 x/mnit
b. Intervensi
1) Kaji TTV klien
R/ untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Timbang dan catat berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari
R/ Untuk mendapatkan pembacaan yang paling akurat
3) Pantau asupan dan haluaran pasien
R/ Karena berat badan dapat meningkat sebagai akibat dari retensi cair
4) Kaji dan catat bising usus pasien satu kali setiap ergantian tugas jaga
R/ Untuk memantau peningkatan dan penurunann
5) Auskultasi dan catat suara napas pasien setiap 4 jam
R/ Untuk memantau aspirasi
6) Untuk berkonsultasi dalam menyusun rencana pengaturan menu yang
memenuhi kebutuhan nutrisi selama hamil
R/ Nutrisi maternal yang adekuat sangat penting untuk kesehatan ibu Memulai
pemberian asupan oral
7) Mendiskusikan pentungnya nutrisi yang adekuat
R/ Mengatur janji dengan ahli diet dan pertumbuhan serta perkembangan
janinnya
8) Memantau berat badan klien
R/ Mengetahui perkembangan janin dan ibu

4 Implementasi Keperawatan
No Waktu TTD
Implementasi
Dx Pelaksanaan
1. 14 03 - 2013 1. Memantau dan mencatat TTV setiap 2 jam atau
08.00 sesering mungkin sesuai keperluan sampai stabil.
Kemudian pantau dan catat TTV setiap 4 jam
TTV
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 100 x/ mnit
Suhu : 36,7 C
RR : 21 x/mnit
2. Mengukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam.
Catat dan laporkan perubahan yang signifikan
termasuk urine, feses, muntahan, drainase luka,
drainase nasogastrik, drainase slang dada, dan
haluaran yang lain.

3. Mengkaji dan mendokumentasi turgor kulit ,kondisi


membran mukosa ,tanda-tanda vital dan berat jenis
urine
4. Menimbang berat badan setiap hari

1) Memantau nilai laboratorium dan melaporkan


2. 14 03 - 2013
nilai-nilai yang tidak normal
08.00
2) Mengkaji TTV klien:
TTV
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 100 x/ mnit
Suhu : 36,7 C
RR : 21 x/mnit

3) Menimbang dan catat berat badan pasien pada


jam yang sama setiap hari
4. Memantau asupan dan haluaran pasien
5. Mengkaji dan catat bising usus pasien satu kali setiap
pergantian tugas jaga
6. Mengauskultasi dan catat suara napas pasien setiap 4
jam

5 Evaluasi
No
Tanggal Evaluasi Paraf
Dx
1. 15 03 2013 S : Px mengatakan mual dan muntah berkurang
08.00 O: k/u lemah
- wajah pucat
- turgor kulit meningkat
- TTV : TD = 100/70 mm/Hg
N=100x/menit
S= 36,5C
R = 20x/mnit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan no 1,2,3,4

2. 15 03 2013 S : Px mengatakan nafsu makan meningkat


08.00 O: - makanan habis 1 porsi
- muntah berkurang
- TTV : TD=100/70 mm/Hg
N = 100x/menit
S = 36,5 C
R= 20 x/mnit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjut kan no 1,2,3,4

5. Pre Eklampsi dan Eklampsi


a. Pre Eklampsi

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PRE EKLAMSIA BERAT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.W P DENGAN MASALAH

PREEKLAMSIA BERAT

A. PENGKAJIAN

1. Biodata

a. Identitas klien

Nama : Ny.W
Umur : 32 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Suku bangsa : Jawa

Alamat : Yogyakarta

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn.P

Umur : 34 th

Jenis kelamin : laki laki

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : swasta

Suku bangsa : Jawa

Alamat : Yogyakarta

Hub dg klien : suami

2. Riwayat Kesehatan.

a. Keluhan utama: mengeluh mual muntah

b. Riwayat kesehatan sekarang: klien mengeluh nyeri kemudian di bawa ke RS


untuk menjalani perawatan medis

c. Riwayat kesehatan dahulu:


d. Riwayat kesehatan keluarga: ibu klien mengatakan dalam keluarga tidak ada
yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.

e. Genogram: -

f. Riwayat alergi obat dan makanan: tidak ada alergi obat dan makanan

3. Pola Fungsi Kesehatan

a. Persepsi terhadap kesehatan: ibu klien melihat tanda dan gejala nyeri pada
anaknya kemudian langsung membawa ke rumah sakit untuk mendapat
perawatan yang optimal.

b. Pola aktivitas- latihan:

Aktivitas 0 1 2 3 4

Makan x

Minum x

Eliminasi x

Mobilisasi x

Berpakaian x

Keterangan:

0 : mandiri

1 : dengan alat Bantu

2 : bantuan orang lain

3 : bantuan orang lain dan peralatan


4 : tergantung total

2. Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas

Gejala : kelemahan, penambahan berat badan, reflek fisiologis +/+ , reflek patologis -/-.

Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka

b. Sirkulasi

Gejala : penurunan oksegen

Tanda :

a. Abdomen

Gejala : Inspeksi : Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, sikatrik bekas
operasi ( - ) Palpasi :

Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba


massa besar, lunak, noduler

Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian bagian kecil


janin di sebelah kanan.

Leopold III : teraba masa keras, terfiksir

Leopold IV : bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul

Auskultasi : BJA 142 x/1 regular

Eliminasi

Gejala : proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup, oliguria

d. Makanan / cairan

Gejala : peningkatan berat badan, muntah-muntah


Tanda : nyeri epigastrium,

e. Integritas ego

Gejala : perasaan takut.

Tanda : cemas.

f. Neurosensori

Gejala : hipertensi

Tanda : kejang atau koma

g. Nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan


penglihatan.

Tanda : gelisah,

h. Pernafasan

Gejala : vesikuler, Rhonki -/-, Whezing -/-, sonor

Tanda : irama teratur, bising tidak ada

i. Keamanan

Gejala : jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan spontan.

Tanda :

j. Seksualitas

Gejala : Status Obstetrikus

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Darah lengkap: trombositopeni,

2. Urin : proteinuria, oliguria


3. USG

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut b/d peningkatan tekanan darah

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan


dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor biologi

3. Resiko kekurangan volume cairan b/d retensi garam dan air

DATA FOKUS

Data subyektif:

klien mengatakan mengalami nyeri hebat pada daerah perut

P: nyeri berkurang setelah minum obat Q: nyeri berat R: nyeri pada daerah perut

S: skala 8 T: nyeri terasa selama 3menit sekali

klien mengatakan susah makan karena sering mual muntah

klien mengatakan sering merasa haus

Data obyektif:

klien tampak pucat, dehidrasi

klien tampak kurus, anoreksia, konjungtiva pucat

klien tampak lemah, bedrest

ANALISA DATA

NO
SYMPTOM PROBLEM ETIOLOGI

1. DS : Pola nafas tidak Deformitas dinding


efektif dada (adanya edema
DO : pada paru)

- Dipsnea

- Napas pendek

- Nyeri dada

- batuk

- hemoptisis

- pembesaran limpa

- hipoksia

2. DS: klien Nyeri akut Agen cidera biologi


mengatakan
anaknya mengalami
nyeri hebat pada
daerah perut P:
nyeri berkurang
setelah minum obat
Q: nyeri berat R:
nyeri pada daerah
perut S: skala 8 T:
nyeri terasa selama
3 menit sekali DO:
klien tampak
menahan nyeri

3. DS: klien Ketidakseimbangan Ketidakmampuan


mengatakan susah nutrisi kurang dari dalam
makan karena sering kebutuhan tubuh memasukkan/mencerna
mual muntah DO: makanan karena faktor
klien tampak kurus, biologi
lemah, anoreksia,
konjungtiva pucat

4. DS: ibu klien Resiko kekurangan Retensi garam dan air


mengatakan sering volume cairan
merasa haus DO:
klien tampak lemah,
bedrest, dehidrasi,
turgor kulit lambat

5. Ds : Gangguan Sindroma nefrotik


eliminasi urin
Do : (penurunan filtrasi)

- Pasien selalu
merasa ingin
BAK
(anyang-
anyangan)

- Pasien merasa
nyeri saat
awal setelah
BAK

- Dipermukaan
saluran
kencing
bawah
(orifisium
uretra)
merah
(eritematus)
dan
membengka
k (oedema)

6. DS : Resiko infeksi Tindakan invasif

DO :

- Pasien tampak lemah

- Skala nyeri 8

- Tampak terpasang
kateter

Diagnosa keperawatan dan prioritas masalah

1. Pola nafas tidak efektif b/d Deformitas dinding dada (adanya edema pada paru)

2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologi

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan retensi garam dan air

5. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan sindroma nefrotik (penurunan filtrasi)

6. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasife

C. INTERVENSI

WAKTU
NO.
NOC NIC RASIONAL
Tgl dan Dx
Jam
1. Setelah dilakukan Airway - Agar memudahkan
tindakan Management bernapas dengan
keperawatan (3140) lancar
selama.X24 jam
- Buka jalan nafas - Untuk memenuhi
diharapkan pola
dengan tehnik kebutuhan O2
nafas klien normal
chin lift klien
dengan kriteria hasil:

- Posisikan klien - Mencegah


Respiratorystatus:
untuk terjadinya
Ventilation(0703)
memaksimalk hipoksia
- Respirasi dalam an ventilasi
- Untuk mengetahui
batas normal
- Identifikasi jika adanya suara
- Mudah bernafas pasien perlu nafas tambahan
pemasangan
- Tidak ada dipsnea - Untuk mengetahui
alat jalan nafas
respirasired dan
buatan
- TTV normal
kebutuhab O2
- Auskultasi suara
- Mengetahui
nafas, catat
keadaan umum
adanya suara
klien
nafas
tambahan

- Monitor respirasi
dan status O2

- Observasi TTV

1 Mengindikasikan
2. Setelah dilakukan Pain management
terjadinya
asuhan keperawatan (1400)
komplikasi.
selama ... x 24 jam
1. Kaji secara
diharapkan nyeri 2.Dapat
komprehensif
berkurang dengan membandingkan
tentang nyeri
kriteria hasil: nyeri yang ada dari
Pain control (1605) meliputi: lokasi, nyeri sebelumnya
karakteristik,
Mengenali 3.Penggunaan
dan onset,
faktor penyebab persepsi diri/
durasi,
perilaku untuk
frekuensi,
Menggunakan
menghilangkan nyeri
kualitas,
metode
dapat membantu
intensitas/beratn
pencegahan
pasien mengatasinya
ya nyeri, dan
lebih efektif
Menggunakan faktor-faktor
metode presipitasi
4. Informasi tentang
pencegahan non
nyeri dapat
2. Kaji pengalaman
analgetik untuk
membantu dalam
individu
mengurangi
menurunkan persepsi
terhadap nyeri,
nyeri
nyeri
keluarga, dengan
Menggunakan nyeri kronis
5.Analgetik
analgetik sesuai
diberikan untuk
3. Evaluasi tentang
kebutuhan
nyeri ringan yang
keefektifitan dari
tidak hilang dengan
Melaporkan tindakan
tindakan
gejala pada mengontrol
kenyamanan.
tenaga nyeri yang telah
kesehatan digunakan
6.Untuk melanjutkan
terapi selanjutnya
Mengenali 4. Berikan
gejala-gejala informasi
nyeri tentang nyeri
seperti
Mencatat
penyebab,
pengalaman
berapa lama
tentang nyeri
terjadi, dan
sebelumnya
tindakan
pencegahan
Melaporkan
nyeri yang
5. Berikan
sudah terkontrol
analgetik sesuai
Keterangan penilaian anjuran
NOC:
6. Beritahu dokter
1. Tidak dilakukan jika tindakan
sama sekali berhasil atau
terjadi keluhan
2. Jarang dilakukan

3. Kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

3. Setelah dilakukan Nutrition 1. Untuk mengetahui


asuhan keperawatan management apakah pasien ada
selama ... x 24 jam (1100) alergi makanan
diharapkan nafsu
1. Kaji adanya 2. intake fe dapat
makan klien normal
alergi makanan meningkatkan
lagi dengan kriteria
kekuatan tulang
hasil:
2. Anjurkan pasien
untuk 3. substansi gula
Nutritional status
meningkatkan dapat meningkatkan
(1004)
intake Fe energi pasien
Stamina,Tenaga
3. Berikan 4. Untuk memenuhi
Kekuatan substansi gula status gizi pasien
menggenggam
4. Berikan 5. Catatan harian
Penyembuhan makanan yang makanan dapat
jaringan terpilih( sudah mengetahui asupan
dikonsultasikan nutrisi pasien
Daya tahan
dengan ahli gizi)
tubuh
5. Ajarkan pasien
Tidak ada
bagaimana
penurunan BB
yg berlebih membuat catatan
makanan harian
Keterangan penilaian
NOC:

1. Tidak pernah
menunjukkan

2. Jarang
menunjukkan

3. Kadang
menunjukkan

4. Sering
menunjukkan

5. Selalu
menunjukkan

4. Setelah dilakukan Fluid 1. Untuk mengetahui


asuhan keperawatan Management perubahan intake
selama 3 x 24 jam output urin klien
1. Pertahankan
diharapkan klien
catatan intake 2.antisipasi
dapat tidak ada
output urin yang terjadinya dehidrasi
resiko kekurangan
di buat berat
volume cairan
dengan kriteria hasil:
2. Monitor adanya 3.untuk memberikan
status dehidrasi tindakan yang sesuai
Mempertahankan
dengan kondisi klien
urin output sesuai
3. Monitor hasil
dengan usia dan
lab. yang sesuai 4.untuk mengetahui
BB
dengan retensi keadaan umum klien
cairan
TTV dalam batas
5.Untuk memulihkan
normal
4. Monitor TTV energi pasien
Elastisitas turgor 5. Kolaborasi 6. Untuk mengetahui
kulit normal pemberian intake nutrisi pasien
cairan atau
Tidak ada tanda- 7. Mengoptimalkan
makanan/ infus
tanda dehidrasi keadaan pasien agar
6. Monitor status kembali normal
Membran mukosa
nutrisi
lembab
7. Dorong
Tidak ada rasa
masukan oral
haus berlebihan

Keterangan penilaian
NOC:

1. Tidak dilakukan
sama sekali

2. Jarang dilakukan

3. Kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

5. Setelah dilakukan Urinary - Untuk mengetahui


tindakan elimination warna, frekuensi,
keperawatan management volume dan
selamax 24 jam senyawa yang
- Monitor
eliminasi urin klien terkandung dalam
pengeluaran
dalam rentang urine yang di
urin termasuk
normal dengan keluarkan oleh
frekuensi,
urinary elimination paisen.
warna,
kriteria hasil :
volume, dan - Untuk mengetahui
- Frekuensi senyawa yang tanda dan gejala
eliminasi urin terkandung yang terjadi pada
dalam rentang didalamnya pasien pada saat
normal terjadi retensi
- Monitor tanda
urine.
- Tidak ada bengkak dan gejala
dan memerah adanya retensi - Untuk mengetahui
pada saluran urin pengeluaran urin
kemih pasien
- Catat waktu
- Tidak ada pengeluaran - Untuk membantu
sekret/cairan urin terakhir pasien dalam
nanah keluar memasukkan
- Ajarkan pasien
dari saluran cairan secara
untuk minum
kencing optimal.
secara lancar
- Urin tidak yaitu 8 gelas - Untuk membantu
mengandung sehari pasien
protein glukosa mengetahui
- Anjurkan klien
ataupun keton gejala apbila ISK
untuk
kembali.
mengenali
adanya ISK
yang
berkelanjutan

6. Setelah dilakukan Infection - Untuk mencegah


tindakan Protection terjadinya infeksi
keperawatan selama (16550)
- Untuk mengurangi
2x24 jam,
- Pertahankan resiko infeksi dari
diharapkan pasien
tehnik isolasi pengunjung
mampu mengkontrol
terjadinya infeksi
- Batasi - Untuk mencegah
dengan criteria hasil:
pengunjung bila penyebaran
perlu pathogen
Risk Control (1902)
terhadap
- faktor resiko dari - Instruksikan pada pengunjung
lingkungan pengunjung
- Untuk mengurangi
terpantau untuk mencuci
penyebaran
tangan saat
- strategi kontrol pathogen
berkunjung dan
resiko
setelah
- Untuk
berkembang
berkunjung
mempertahankan
dengan efektif
asupan nutrisi
- Pertahankan
- memonitor klien
lingkungan
perubahan status
aseptic selama
- Antibiotic sebagai
kesehatan
pemasangan
pelindung tubuh
alat
- melaksanakan untuk menolak
strategi kontrol pathogen yang
- Tingkatkan intake
resiko yang merugikan bagi
nutrisi
terpilih tubuh
- Berikan terapi
Skala:
antibiotic bila
perlu
Tidak pernah sampai
diperlihatkan

1.tidak diperlihatkan

2.jarang
diperlihatkan

3.kadang-kadang
diperlihatkan

4.sering
diperlihatkan

5.konsisten
diperlihatkan
D. IMPLEMENTASI

No
Tgl Implementasi Paraf
DX

1 1. Membuka jalan nafas dengan tehnik chin lift

2. memposisikan klien untuk memaksimalkan


ventilasi

3. mengIdentifikasi jika pasien perlu pemasangan


alat jalan nafas buatan

4. mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara


nafas tambahan

5. memonitor respirasi dan status O2

6. mengobservasi TTV

2 1. mengkaji secara komprehensif tentang nyeri


meliputi: lokasi, karakteristik, dan onset, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan
faktor-faktor presipitasi

2. mengkaji pengalaman individu terhadap nyeri,


keluarga, dengan nyeri kronis

3. mengevaluasi tentang keefektifitan dari tindakan


mengontrol nyeri yang telah digunakan

4. memberikan informasi tentang nyeri seperti


penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
pencegahan

5. memberikan analgetik sesuai anjuran


6. memberitaukan dokter jika tindakan berhasil atau
terjadi keluhan

3 1. mengkaji adanya alergi makanan

2. menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake


Fe

3. memberikan substansi gula

4. memberikan makanan yang terpilih( sudah


dikonsultasikan dengan ahli gizi)

5. memberikan pasien bagaimana membuat catatan


makanan hari

4 1. mempertahankan catatan intake output urin yang


di buat

2. memonitir adanya status dehidrasi

3. memonitor hasil lab. yang sesuai dengan retensi


cairan

4. memonitor TTV

5. mengkolaborasikan pemberian cairan atau


makanan/ infus

6. memonitor status nutrisi

7. mendorong masukan oral

5 1. memonitor pengeluaran urin termasuk frekuensi,


warna, volume, dan senyawa yang terkandung
didalamnya
2. memonitor tanda dan gejala adanya retensi urin

3. mencatat waktu pengeluaran urin terakhir

4. mengajarkan pasien untuk minum secara lancar


yaitu 8 gelas sehari

5. mengajarkan klien untuk mengenali adanya ISK


yang berkelanjutan

6 1. Mempertahankan tehnik isolasi

2. membatasi pengunjung bila perlu

3. mengintruksikan pada pengunjung untuk mencuci


tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung

4. mempertahankan lingkungan aseptic selama


pemasangan alat

5. mmeningkatkan intake nutrisi

6. memberikan terapi antibiotic bila perlu

E. EVALUASI

No
TGL EVALUASI PARAF
DX

1 S:-

O : Pola nafas klien lancar

A : Tujuan tercapai, masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi
2 S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang

O : wajah klien terlit tidak meringis menahan nyeri

A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

3 S : Klien mengatakan sudah tidak merasa mual

O : Klien sudah tidak terlihat lemas, konjungtiva normal

A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

4 S : Klien mengatakan tidak merasa lemah

O :Tugor kulit normal

A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

5 S:-

O : Klien BAK dengan normal

A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

6 S:-

O : Tidak terpasang kateter

A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi


P : Pertahankan intervensi

b. Eklampsi
I IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Usia : 24 tahun
TB/BB : TB/ BB : 150 cm /60 kg
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Diagnosa : Eklampsi Posterm
Suku : Jawa
No.RM : 590543
Alamat : Sendangsari, Garung-Wonosobo

Penanggung Jawab :
Nama : Tn. W
Usia : 26 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sendangsari, Garung-Wonosobo
I Pengkajian
A Wawancara
1Keluhan Utama
Klien mengeluh pusing, kencang dan cemas dengan kondisi kehamilannya.
2Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 24/02/2014 jam : 04 : 20 Klien datang ke IGD RSUD Setjonegoro
mengeluh riwayat kejang 2x kurang lebih 1 jam dirumah, di IGD kejang 1 x
dengan G1P0A0, HPL : 30 januari 2014, usia kehamilan 44 minggu. terapi yang
diberikan O2 2 L/menit, cairan intravena RL dan MgS04 dan masuk ICU jam 05 :
00 dan dilakukan operasi SC pada tanggal 24 Februari 2014, mulai jam 10.45
WIB selesai jam 11.30 WIB, menggunakan General Anestesi (GA)
3Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan kunjungan ANC teratur kurang lebih 10 x, di bidan, klien tidak
pernah mengkonsumsi obat selain dari bidan, obat yg di berikan selama hamil :
Fe, Vit C, B6 dan B1, riwayat hipertensi selama kehamilan.
4Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan misalnya
hipertensi dan DM.
5Riwayat Pekerjaan
Klien tidak bekerja, di rumah sebagai ibu rumah tangga.
6Riwayat Geografi
Kondisi rumah permanen, jauh dari jalan raya, jauh dari perkotaan, keadaan rumah
selalu di rawat oleh klien.
7Riwayat Alergi
Klien tidak mempunyai riwayat alergi apapun debu, cuaca makanan maupun obat -
obatan.
8Kebiasaan Sosial
Klien tidak mempunyai kebiasaan merokok, alcohol dan obat - obatan terlarang.
Klien menginginkan kehamilan keluarga mendukung.

B PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
System tubuh :
1 Breath
Hidung : cuping hidung (-), terpasang oksigen nasal canul 2 liter/menit, tidak ada
rhinorea, fungsi penciuman baik, RR : 37 x/menit, Sound breath : vesikuler,
Saturasi oksigen : 98%, Bentuk dada : simetris, retraksi (-), tidak ada ketinggalan
gerak saat bernafas, pengembangan dada sama.
2 Blood
Nadi : 106 x/menit,teraba kuat,irama teratur, Bunyi Jantung : S1>S2 tidak ada
bunyi tambahan, TD : 164/106 mmHg, JVP : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid.
3 Brain
Tingkat kesadaran : Compos Mentis (E4,M6,V5), Bentuk kepala : mesochepal,
tidak ada lesi. Mata : pandangan tidak kabur, dapat melihat seseorang didepannya
dengan baik, konjungtiva tidak anemis, sclera an ikterik, pupil isokor, palpebra
tidak ada pembengkakan, fungsi pendengaran baik.
4 Bladder
Urine output : kurang lebih 240 cc/6 jam, warna kuning terang, bau khas urin, Alat
bantu : menggunakan kateter DC No.16
5 Bowel
a Mulut : mukosa bibir lembab, terlihat bersih, gigi tersusun rapi.
b Abdomen
TFU 21 cm, janin tunggal, letak memanjang, punggung kiri, presentasi
kepala, penurunan terendah 4/5, DJJ : 138 x/menit., Bising usus tidak terkaji,
status nutrisi diit RG Jenis makanan disesuaikan kondisi kien (sementara di
puasakan).
c BAB : klien belum BAB sejak awal di RS

6 Bone
a ROM : klien sukar bergerak karena usia kandungan tua.
b Deformitas ekstremitas : tidak ada
c Mobilisasi : klien tidak mobilisasi, mobilisasi di bantu perawat dan alat.
d Turgor : baik, Akral dingin , capilery refill kembali dalam <3 detik, Suhu :
37,0oC derajat celcius / aksila.
e Kekuatan otot : 5 5

5 5
f Terdapat edema ekstremitas bawah, tidak sianosis, klien terlihat pucat dan
terlihat gelisah.

7 Social
a Kemampuan komunitas : komunitas klien baik dengan siapapun, tidak ada
disorientasi, klien kooperatif, bisa mampu menjawab pertanyaan perawat
dengan baik.
b Spiritual : klien terlihat tidak beribadah selama di rawat di RS.

II PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil Lab
Nama : Ny.W
No.RM : 590543
Tanggal pemeriksaan : 24 Februari 2014 04:24 (pre 0p)

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.9 g/dL 11.7 15.5
Leukosit H 18.3 10^3/uL 3.6 11.0
DIFF COUNT
. % 2.00 4.00
Eosinofil
. % 0-1
Basofil . % 50 - 70
. % 25 - 40
Netrofil
. % 28
Limfosit 40 % 35 47
5.2 10^6/uL 3.80 5.20
Monosit
269 10^3/uL 150 400
Hematokrit L 78 fL 80 100
L 25 pg 26 34
Eritrosit
32 g/dL 32 36
Trombosit
A
MCV
MCH
MCHC
H 155
9.2 mg/dL 70 150
Golongan Darah
0.60 mg/dL < 50
21.0 mg/dL 0.40 0.90
22.0 U/L 0 - 35
KIMIA KLINIK
0.40 U/L 0 35
Gula Darah Sewaktu
0.10 mg/dL 0.1 1.0
Ureum
0.30 mg/dL
Creatinin 04
SGOT
SGPT
Bilirubin Total
Positive
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek

SERO IMUNOLOGI
Negative
HBsAg

Nama : Ny.W
No RM : 590543
Tanggal Pemeriksaan : 24 februari 2014 jam 13 : 37 (Post Op)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin L 10.4 g/dL 11.7 15.5
Leukosit H 18.6 10^3/uL 3.6 11.0
DIFF COUNT
Eosinofil . % 2.00 4.00
Basofil . % 0 1
Netrofil . % 50 70
Limfosit . % 25 40
Monosit . % 1 8
Hematokrit L 31 % 35 47
Eritrosit 4.1 10^6/uL 3.80 5.20
Trombosit 236 10^3/ uL 150 400
80 100
MCV L 76 fL
26 34
MCH 26 pg 32 - 36
MCHC 33 g/dL
Program Terapi
a Tanggal : 24 februari 2014 jam 06 : 00 pre op
1) O2 nasal canul 2 L/menit
2) Infuse RL 20 tpm
3) MgSo4 1 gr/ jam iv
b Tanggal : 24 februari 2014 jam 11 : 30 pos op
1) O2 nasal canul 2 L/menit
2) Infuse : RL + oxytoxin 1 amp : 20 tpm iv mulaijam 12 : 00
3) MgSo4 1gr/jam via siring pump dari jam 12 : 00
4) Injeksi cefotaxim : 2 x 1 gr iv
5) Injeksi OMZ : 2 X 40 mg iv
6) Injeksi MPS : 3 X 125 mg iv
7) Ketorolac : 3 x 1 amp 30 mg iv
8) Diit : tunda sampe BU+N
c Tanggal 25 februari 2014
1) O2 nasal canul 2 L/menit
2) nifedipin : 2 x 10 mg ( oral )
3) SM 1 gr/jam via siringpump iv s/d jam 12 : 00
4) Cefotaxim 2 x 1 gram iv
5) OMZ 2 X 1 vial 40 mg iv
6) MPS 3X125 mg iv
7) RL + oxytocin 1 amp iv s/d jam 12 : 00
Advice anestesi
a Monitor TTV
b Posisi berbaring
c Bila kesakitan beri ketorolak 30 mg/ iv
d Bila mual muntah berikan ondansentron 8mg/iv
e Cek darah rutin post op
f Bila bising usus (+) boleh makan minum bertahap
g Infuse futrolit I, RL II, maintenance 20 tpm

III ANALISA DATA

Hari/Tgl/ Data Focus Etiologi Problem


jam
Senin Ds : klien mengatakan cemas Krisis situasional Ansietas
24/02/14
dengan kondisi kehamilan nya.
06 : 00
Do :Klien terlihat pucat dan
gelisah, N : 106 x/menit, RR 26
x/menit,akral dingin.
Senin Ds : Klien mengatakan kejang di Kejang ber ulang Resiko Cidera
24/02/14
rumah 2x, pasien mengatakan
06 : 00
pusing, sesak nafas.
Do : TD : 164 /106 mmHg
N : 106 x/menit, RR 37 x/ menit,
Terpasang O2 nasal canul 2 liter/
menit, riwayat Kejang (+), Pusing
(+)
Senin Ds : Klien mengatakan nyeri Agen Cider Fisik Nyeri akut
24/02/14 ( Luka SC )
luka operasi seperti di tusuk
20 : 00
tusuk, nyeri hilang timbul, pada
perut bagian bawah sekala nyeri
7.
Do : Terdapat luka post op SC,
Keadaan luka tertutup, perban
bersih, KU : lemah, kesadaran
composmentis, TD : 120/ 64
mmHg, RR :23 x/ menit, N : 94
x/ menit, saturasi O2 96%
Senin Ds : Prosedur Infansif Resiko Infeksi
24/02/14
Do : Terdapat luka post op SC,
20 : 00
Keadaan luka tertutup, perban
bersih, KU : lemah, kesadaran
composmentis, TD : 120/ 64
mmHg, RR :23 x/ menit, N : 94
x/ menit, S :36,1OC saturasi O2
96%
Leukosit : H 18,6
Post OP hari ke-0
Terpasang infuse RL + oxytosin
20tpm
Terpasang DC No-16
Terpasang o2 nasal kanul 2
liter/menit.

IV PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


1 Resiko cidera berhubungan dengan kejang ber ulang
2 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
3 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik ( luka SC )
4 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infansif
V INTERVENSI
Hari/tgl/ jam Dx Tujuan dan Intervensi Rasional Ttd
Senin Setelah dilakukan1. Membuka jalan nafas Kel x
24/02/14
tindakan asuhan saat kejang
06 : 00
2. Membantu dalam
keperawata selama 2x24
melakukan intervensi
jam tidak terjadi injuri
yang tepat.
dengan criteria hasil :
3. Menghindari jatuh
1. Klien tidak kejang
4. Menghindari cidera
2. TTV dalam batas
kepala
normal.
5. Kebutuhan oksigen
Rencana Tindakan:
tercukupi
1. Posisikan klien miring6. Mengurangi aktifitas
saat kerang. kejang.
2. Monitor TTV dan
kesadaran klien.
3. Pasang penghalang
tempat tidur.
4. Beri bantalan kepala
yang empuk.
5. Berikan okksigenasi
6. Berikan MgSo4 sesuai
advice dokter
Senin Setelah dilakukan 1. Meninkatkan Kel x
24/02/14
tindakan asuhan kepercayaan klien
06 : 00
keperawatan selama1 x terhadap perawat
2. Klien dapat
20 menit kecemasan
mengetahui tujuan
teratasi dengan kriteria
toindakan, bekerja
hasil :
1. Menggunakan teknik sama dan kooperatif
relaksasi untuk dalam program.
3. Meningkatkan
menurunkan kecemasan.
2. Melaporkan penurunan pengetahuan dan
rentang waktu priode mengurangi
cemas. kecemasan.
4. Meningkatkan
Rencana Tindakan :
rileksasi mengurangi
1. Gunakan pendekatan
cemas.
yang menyenangkan.
5. Evaluasi tindakan
2. Jelaskan semua
prosedur dan apa yang
dirasakan selama
prosedur.
3. Berikan informasi
factual mengenai
diagnosis tindakan
prognosis.
4. Instruksikan pada klien
untuk menggunakan
teknik relaksasi.
5. Identivikasi tingkat
kecemasan.
Senin Setelah dilakukan Mengetahui Kel x
24/02/14
tindakan asuhan keadaan umum klien
20 : 00
Tiap skala nyeri
keperawatan selama 2x24
memiliki menejemen
jam nyeri akut teratasi
yang berbeda
dengan criteria hasil :
Relaksasi dapat
1. Nyeri berkurang.
2. Klien terlihat rileks dan mengalihkan presepsi
nyaman. nyeri
3. TTV dalam batas Posisi nyaman
normal dapat mengurangi
4. Melaporkan secara
reaksi nyeri
verbal nyeri berkurang. Terapi analgetik
Rencana Tindakan : dapat membantu
1. Ukur TTV secara melokalisir nyeri
berkala.
2. Kaji skala nyeri.
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Memberikan posisi
nyaman
5. Kolabprasi pemberian
analgetik
Senin Setelah dilakukan
1. Mencegah infeksi Kel x
24/02/14
tindakan asuhan nosokomial
20 : 00
2. Meminimalkan
keperawatan selama 2 x
terjadinya kontaminasi
24 jam diharapkan
3. Untuk mengetahui
infeksi tidak terjadi
adanya tanda tanda
dengan criteria hasil :
infeksi
1. Tidak ada tanda tanda
4. Mengetahui keadaan
infeksi (rubor, color,
doror, tumor, umum klien
5. Leukosit yang
fungsiolaesa)
2. Leukosit dalam batas meningkat
normal menunjukan adanya
3. Suhu tubuh normal
proses infeksi
36 -77,5oC
6. Obat anti biotic
Rencana Tindakan :
dapat membantu
1. Cuci tangan sebelum
membunuh kuman
dan sesudah melakukan
tindakan.
2. Anjurkan klien untuk
tidak memegang pada
bagian yang luka.
3. Observasi tanda tanda
infeksi
4. Monitor tanda tanda
vital
5. Kolaborasi
pemeriksaan darah:
leukosit

6. Kolaorasi dalam
pemberian antibiotic

VI IMPLEMENTASI

Hari/Tgl/ jam Dx Implementasi Respon Ttd


Senin I 1. Menerima klien, memberikan
1. S :- Kex
O : Klien terlihat
24/02/14 posisi nyaman dengan satu
nyaman.
Pagi bantal.
06 : 00
2. Memasang oksigen nasal
2. S:-
I
canul O : O2 5 liter/menit
lancer. Saturasi O2 98%
3. Mengukur tetesan infuse.
3. S: -
O : Infuse RL 20 tpm
I
4. Memberikan MgSo4 lancer.
4. S:-
O : MgSo4 1gr /jam via
I siring pum lancar.
5. Mengukur TTV dan kesadaran
5. S:-
O:Kesadaran
klien
composmentis KU :
I
Lemah
TD : 164/106mmHg
N : 106 x/menit
RR : 37 x/menit
S : 37,0oC
6. S:-
O : Klien dalan keadaan
6. Memasang penghalang tempat aman, kejang (-)
7. S: -
tidur klien
O : Klien mengatakan
08 : 00 I cemas berkurang, klien
7. Menyapa klien dengan ramah
mendengarkan informs
hangat, Memberikan informasi
terkait kesehatannya
terkait dengan diagnosis dan
II dengan penuh perhatian,
menjelaskan tujuan, prosedur
klien paham dan
tindakan.
mengerti, mampu
menjelaskan ulang
tentang pengertian
eklamsi, posterm dan
tujuan dan pprosedur
tindakan SC.
8. S: -
O : Klien mampu
mendemonstrasikan
teknik relaksasi.
8. Menganjurkan teknik nafas
9. S : Klien mengatakan
dalam.
cemas berkurang.
O :ekspresi wajah
09 : 00 I,II
9. Identifikasi tingkat terlihat lebih rileks dan
kecemasan. tenang.

10. S :
O:Kesadaran
10 : 00 II
composmentis
10. Mengukur TTV dan kesadaran
TD : 162/106mmHg
klien N : 93 x/menit RR : 26
x/menit, S :36,1oC
Saturasi O2 99%
10 : 45 I, II 11. S : Klien mengatakan
cemas berkurang
O :ekspresi wajah
terlihat lebih rileks dan
11. Mengantar klien operasi dan
tenang.
memotivasi
12. S : -
O: Anestesi gengan GA
KU : lemah.
11 :30 I
13. Tangan terbebas dari
12. Oprasi SC selesai
mikro organism
14. S :-
O : O2 2 liter/ menit
13. Mencuci tangan sebelum dan
lancer
sesudah melakukan tindakan
15. S :
14. Memasang oksigen nasal canul
O :Infuse RL +
15. Memonitor tetesan infuse Oxytosin 20/ tpm lancer
16. S: -
O : 1gr/jam via siring
IV16. Memberikan MgSo4
pump lancer
17. S : -
O : TD : 150/104 mmHg
I 17. Mengukur TTV dan kesadaran
N : 80 x/ menit
klien. RR : 24 x/ menit
Seturasi O2 98 %,
kesadaran somnolen
I
(pengaruh anestesi )
18. S :-
O : Intake :
Parenteral : 200 cc
12 : 00 I
18. Menghitung balancecairan per
Output :
7 jam. Urine : 250 cc
Iwl : 175
I Balance : - 225

13 : 00
Senin I 1. Mengukur TTV dan
1. S: Ke
O : KU : Lemah
24/02/14 kesadaran klien kesadaran somnolen x
Sore (pengaruh anestesi).
14 : 00 TD : 147/88mmHg, N :
94 x/ menit, RR : 23x/
menit, saturasi O2 : 98%
2. S:
O : 1 gr/jam via siring
I 2. Memberikan MgSo4
pump lancer
3. S:
O: Klien mengatakan
3. Memberikan posisi berbaring,
nyaman, bising usus
III Memonitor bising usus
belum terdengar.
4. Mengatur tetesan infuse 4. S:
O : Infuse RL +oxytosin
1 ampul 20 tpm s/d 12 :
I, 5. Memberikan terapi injeksi 00 25/02/14
5. S:
III analgetik,
O: Injeksi ketorolak,
6. Monitor TTV dan kesadaran MPS, alinamin f masuk
6. S:
pasien
O :KU : Lemah,
16 : 00 III
kesadaran somnolen
( pengaruh anestesi ). TD
:127/73 mmHg, RR : 22
19 : 00 I
x/ menit, N : 96 x /menit,
7. Memberikan terapi injeksi
saturasi O2 : 97 %
antibiotic
7. S:
O: Obat injeksi
8. Menghitung balance cairan
cefotaxim, OMZ masuk
per 13 jam
8. S:
O: Intake : parenteral :
700 cc, output : urine :
20 : 00
450 cc, iwl : 325,
balance : - 22
Senin I 1. Memonitor tetesan infuse dan S: Kex
O :RL +oxytosin 1
24/02/14 Mg So4
ampul 20 tpm, MgSo4
malam
via siring pump lancer
20 : 00
I 2. Memonitor TTV, KU dan S : Klien mengatakan
kesadaran klien nyeri luka operasi
seperti di tusuk tusuk,
nyeri hilang timbul, pada
perut bagian bawah
sekala nyeri 7.
O : KU : lemah,
kesadaran
composmentis, TD :
120/ 64 mmHg, RR :23
x/ menit, N : 94 x/ menit,
S : 36,1OC, saturasi O2
96%
S:
24 : 00 III3. Menganjurkan teknik O:Klien
relaksasi mendemonstrasikan
Selasa dengan baik.
S:
25/02/14
O:Obat injeksi
05 : 30 I, 4. Memberikan terapi obat
ketorolak, MPS,
III , injeksi dan Menganjurkan klien
alinamin masuk
IV untuk istirahat
S:-
5. Memontor TTV, KU dan O: KU : sedang,
06. : 30 I
kesadaran klien kesadaran
composmentis, TD :
151 / 93 mmHg, N : 83,
RR : 24 X/ menit S :
36,5 C,
S:
6. Menghitung balance cairan
O :Intake : parenteral :
07 : 00
1600 cc,
output : 1050 cc, IWL :
600 cc,
balance : - 50
Selasa I 1. Memonitor tetesan infuse 1. S: Kex
O : Infus RL + Oxy 1
25/02/14
ampul 20 tpm s/d 12.00
Pagi
2. Memberikan MgSo4 WIB
08 : 00
2. S:
I O: MgSO4 1 gr /jam via
syiring pump
3. Memberikan diit MC 3. Bising usus (+), Diit
Masuk 200 cc
4. Mengkaji tanda tanda infeksi 4. S:
O : Keadaan luka
IV
tertutup, tidak ada
rembesan balutan
terlihat bersih dan
5. Memberikan terapi injeksi
kering.
antibiotic, analgetik 5. S:
O: Obat injeksi MPS,
I
ketorolak, alinamin,
III,
cefotaxim, OMZ, masuk
IV
6. Mengukur TTV, KU dan
6. S:
O:Kesadaran
kesadaran klien
composmentis KU :
Sedang, bising usus (+)
10 : 00 I
TD : 140 / 96 mmHg
N : 86x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,7 oC
kejang (-)
7. S : Klien mengatakan
tidak sesak
O:. Kejang (-)
7. Aff oksigenasi
8. S: -
O:Kesadaran
composmentis, TD :
8. Mengukur TTV dan kesadaran 130/90mmHg, N : 84
12 : 00 I
klien x/menit RR : 21
x/menit,, S :36,4oC
Saturasi O2 96%
I
9. S:-
O :RL 20 tpm lancer
10. S : Klien mengatakan
9. Memonitor tetesan infuse. nyeri berkurang,sudah
mampu miring /
10. Mengukur TTV dan mengkaji
bergerak secara mandiri.
skala nyeri.
nyeri luka operasi,
seperti tertusuk-tusuk,
perut bagian bawah,
skala 4, hilang-timbul.
I,III
O : TD : 130 / 80
mmHg, N : 74 x/ menit,
RR : 24 x / menit, S : 36
C, Saturasi O2 95 %,
luka post op horizontal
diperut bagian bawah
11. Intake : parenteral :
1400 cc, output :1300
cc, IWL : 175 cc,
11. Menghitung balance cairan balance : - 75 cc

13 : 00 I

VII EVALUASI
Hari/Tgl/ Dx Catatan perkembangan Ttd
jam
Senin I S : klien mengatakan pusing, pandangan tidak kabur. Kel x
24/02/14
10 : 00
O : Klien dalam keadaan aman, kejang (-), Kesadaran
composmentis O2 nasal canul 2 liter/ menit, infuse RL
20 tpm, MgSo4 1gr/ jam via siring pump, TD : 162/106
mmHg, N : 93 x/ menit, RR : 26 x/ menit, Seturasi O2
99 %,

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi : 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

Senin II S : Klin mengatakan cemas berkurang. Kel


24/02/14 X
10 : 00
O : ekspresi wajah terlihat lebih rileks dan tenang. klien
mendengarkan informs terkait kesehatannya dengan
penuh perhatian, klien paham dan mengerti, mampu
menjelaskan ulang (sebagaian) tentang pengertian
eklamsi, posterm dan tujuan dan prosedur tindakan SC.
Kesadaran composmentis
TD : 162/106mmHg
N : 93 x/menit RR : 26 x/menit, S :36,1 oC Saturasi O2
99%

A : Masalah cemas teratasi


P: -

Hari/Tgl/ Dx Catatan perkembangan Ttd


jam
Selasa I S:- Kel x
24/02/14
14.00
O : Klien dalan keadaan aman, kejang (-), Kesadaran
composmentis O2 nasal canul 2 liter/ menit, infuse RL
+ Oxytosin 20 tpm, MgSo4 1gr/ jam via siring pump,
TD : 140/94 mmHg, N : 80 x/ menit, RR : 22 x/ menit,
Seturasi O2 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi : 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

Selasa III S : Klien mengatakan nyeri berkurang,sudah mampu Kel


24/02/14 X
miring, bergerak secara mandiri, nyeri luka operasi,
14.00
seperti tertusuk-tusuk, perut bagian bawah, skala 4,
hilang-timbul

O : luka horizontal diperut bagian bawah


Infuse RL : 20 tpm , oksigen 2 l/m, DC +
TD : 149/96 mmHg
N : 78 x/menit RR : 24 x/menit, S :36,1 oC Saturasi O2
99%

A : Masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5
Selasa 1V S:-
25/02/14
O : luka tertutup kassa keadaan bersih,tidak rembes,
14.00 tidak ada tanda tand infeksi, TD : 140/96 mmHg, N :
86x/menit, RR:23 x/menit, SPO2 :98 %, S :36,7 derajat
celcius, Leukosit : H 18.6, DC +, infuse RL :20tpm

A : masalah resiko infeksi belum teratasi


P : lanjutkan intervensi : 1,2,3,4 dan 5

6. Plasenta Previa
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N DENGAN
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI: PLASENTA PREVIA
a PENGKAJIAN
1) Biodata :
a) Nama Ibu : Ny.N
b) Jenis kelamin : Perempuan
c) Umur : 23 Thn
d) Agama : Islam
e) Pendidikan : SMP
f) Pekerjaan :IRT
g) Tanggal masuk RS : 01-04-2011/09.00 WIB
h) Tanggal pengkajian : 01-04-2011/10.00 WIB
i) No RM : 09.08.08.125
j) Diagnosa medik : plasenta previa
k) Golongan Darah :_
l) Alamat : Jl. Kalijati no.13
PENANGGUNG JAWAB
a) Nama suami : Tn.A
b) Jenis kelamin : laki-laki
c) Umur : 28 Thn
d) Agama :Islam
e) Pendidikan :SMA
f) Pekerjaan :Wiraswasta
g) Golongan Darah :_
h) Alamat :Jl. Kalijati no.13 Antapani Bandung
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama
Keluar cairan disertai Perdarahan
Riwayat penyakit sekarang
Pada saat di kaji pukul 06.00 WIB klien mengeluh nyeri, nyeri yang di akibatkan
oleh adanya perdarahan sejak pukul 05.00 serta ibu merasakan pergerakan janin .
Nyeri dirasakan sangat hebat sekali sampai klien menangis. Skala nyeri 4. Nyeri
dirasakan didaerah abdomen bagian bawah. Nyeri tiba-tiba.
Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat abortus pada kehamilanya yang lalu.
Riwayat Kesehatan Keluarga ;
Ibu mengatakan di keluarganya tidak ada yang mmpunyai penyakit menular atau
pun penyakit keturunan seperti, DM, TBC dan lain-lain.
Riwayat pernikahan :
Ini merupakan pernikahan pertama bagi ibu dan suami. Usia menikah 23 tahun bagi
ibu dan 23 tahun bagi suami, lamanya pernikahan 13 tahun.
Riwayat menstruasi :
Ibu mengatakan pertama kali menstruasi pada usia 12 tahun siklus 28 hari, tidak
teratur lamanya 3 hari, konsistensi darah cair, ibu biasa ganti pembalut biasa 2-3 kali
sehari. Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama haid.
Riwayat Kehamilan Sekarang ;
Ibu merasa hamil 9 bulan, ini merupakan kehamilan ke-3 ibu, ibu tidak pernah
keguguran, ibu selalu memeriksakan kehamilan di puskesmas sebanyak 11 kali. Hari
pertama haid terakhir ibu 28-12-2009. Taksiran persalinan 05-10-2010. Ibu
mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali. TT1 pada saat usia kehamilan 5 bulan
pada tanggal 10 Mei 2010 dan TT2 pada usia kehamilan 7 bulan pada tanggal 01 Juli
Riwayat Penyakit ;
Ibu menyatakan tidak memiliki penyakit yang dapat memperberat khamilan seprti
hipetensi, jantung, asma, ataupun DM.
Riwayat Kontrasepsi :
Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan selam 4 tahun tanpa adanya
keluhan kemudian diganti dengan KB pil selama 1 tahun. Setelah melahirkan
rencana menggunakan kembali KB suntik 3 bulan .
Riwayat penggunaan obat- obatan dan bahan lain ( kebiasaan hidup sehat)
Obat yang di konsumsi ibu hanya obat yang di berikan oleh bidan seperti Fe,
vitamin, dan c/kal. Ibu mengatakan tidak pernah merokok, tidak minum minuman
kerasan dan jamu serta obat obatan terlarang. Suami ibu perokok tapi bukan
peminum alkohol dan tidak mengkonsumsi obat- obatan terlarang.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Data Objektif
aKeadaan Umum : lemah
bKesadaran : compos mentis
cTanda-tanda vital
- Tekana darah : 90/80 mmhg
- Respirasi : 28x/mnt
- Nadi : 110x/mnt
- Suhu : 38 0C
d Berat badan
Sebelum hamil : 65 kg
Sekarang : 73,8 kg
Tinggi badan : 158 cm
e Head to toe
Kepala
tidak ada lesi, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
Rambut
bersih, warna hitam, dan tidak rontok
Muka
tidak ada edema, tidak pucat, tidak ada chausma gravidarum.
Mata
mata simetris, sklera putih jernih, konjungtiva warna merah muda.
Hidung
tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip.
Mulut
bibir kering, warna pucat, tidak ada stomatitis, gigi tidak karies
Leher
tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan, kelenjar limpe
dan tiroid.
Dada
Paru-paru
pergerakan nafas teratur, bunyi nafas vesikuler, tidak ada ronchi, dan
whizeeng
Jantung
bunyi jantung lup dub, frekunsi teratur
Payudara
bentuk simetris, ukuran normal, puting susu menonjol, kolostrom ada, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada retraksi/ dimpling
Abdomen
tidak ada bekas operasi/ sc, ada striae gravidarum, tidak ada lessi.
TFU : 33 cm
Letak bayi : tidak normal ( sungsang )
genital
Pengeluaran pervaginam : lendir dan darah
Vulva dan vagina : adanya pendarahan
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas
Ekstermitas atas : tidak ada oedema,kuku tidak pucat, reflek bisep
dan trisep baik
Ekstremitas bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises, reflek patella
baik.
POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI
No. Pola aktifitas Di rumah Di rumah sakit
1. Nutrisi :
Frekuensi 3x/hari
Jenis Nasi, lauk, sayur,
buah, dan air teh
Porsi 1 porsi habis
Alergi Tidak ada alergi
2. Cairan:
jumlah 8 gelas/hari
3. Personal hygine:
mandi 2x/hari
gosok gigi 2x/hari
4. Eliminasi:
buang air besar
frekuensi Lancar
warna Kuning
kosistensi Padat

buang air kecil


frekuensi Lancar
warna Bening kekuningan
bau Amoniak

POLA PSIKOLOGIS SOSIAL DAN SPIRITUAL


Ibu tinggal bersama suami dan ke-2 anaknya beserta orangtua dari ibu. Respon keluarga
dan suami terhadap kehamilan ini baik. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah
suami.

DATA PENUNJANG
Leukosit : 20000
Trombosit :
Hemoglobin :11,5
USG :
ANALISA DATA
No. Data Etiologi masalah
1. DS: Plasenta berada Kehilangan sebagian
komponen darah.
Klien mengeluh perdarahan di SBR
terus menerus disertai nyeri
Plasenta tertekan Kecemasan
DO: karenaperdarahan
oleh presentasi janin
- Kesadaran: compos mentis
- tekanan darah: 90/80 mmhg Gangguan
-suhu : 38 0C
jaringan

Perdarahan

Sirkulasi

maternal/kejanin

Risiko/actual distress
janin

Kekurangan volume
cairan

Resiko/actual sok hipo

PROSES KEPERAWATAN
No. Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Kekurangan volume Tupan: tidak - Evaluasi, - Perkiraan
terjadi perdarahan
cairan b/d kehilangan laporkan, dan catat kehilangan darah
Tupen: setelah
vaskuler berlebihan. dilakukan jumlah serta jumlah membantu
perawatan selama
kehilangan darah. membedakan
2x/24
jam,diharapkan Lakukan diagnosa, Setiap
tekanan darah
perhitungan gram peningkatan
normal,120/80
mmhg. pembalut Timbang berat pembalut
pembalut pengalas. sama dengan
- Lakukan tirah kehilangan kira-
baring. Instuksikan kira 1 ml darah.
klien untuk - Perdarahan dapat
menghindari berhenti dengan
Valsalva manover reduksi aktivitas.
dan koitus. Peningkatan
tekanan abdomen
atau orgasme
( yang
meningkatkan
aktivitas uterus)
- Posisikan klien dapat meransang
dengan tepat, perdarahan
telentang dengan - Menjamin
panggul ditinggikan keadekuatan darah
atau posisi semi yang tersedia untuk
fowler. Hindari otak; peninggian
posisi panggul
trendelenburg. menghindari
kompresi vena
kava. Posisi semi-
fowler
memungkinkan
Catat tanda tanda janin bertindak
vital Penisian sebagai tanpon.
kapiler pada dasar Membantu
kuku, warna menentukan
menbran mukosa/ beratnya
kulit dan suhu. kehilangan darah,
Ukur tekanan vena meskipun sianosis
sentarl, bila ada dan perubahan
pada tekanan
darah, nadi adalah
tanda-tanda lanjut
dari kehilangan
sirkulasi atau
Hindari terjadinya syok
pemeriksaan rectal Dapat
atau vagina meningkatkan
hemoragi,
khususnya bila
plasenta previa
Diskusikan situasi marginal atau total
dan pemahaman terjadi.
tentang situasi Memberikan
dengan klien dan informasi tentang
pasangan. reaksi individu
Pantau respon terhadap apa yang
Ansietas b/d Tupan: klien verbal dan terjadi.
merasa tenang
2 ancaman kematian nonverbal Menandakan
Tupen:setelah di
(dirasakan atau lakukan intervensi klien/pasangan. tingkat rasa takut
2x24 jam di
actual ) pada diri yang sedang
harapkan
sendiri, janin. kecemasan klien Dengarkan masalah dialami
berkurang.
klien dan dengarkan klien/pasangan.
Dengan kriteria:
-klien tenang secara aktif. Meningkatkan rasa
-klien rilex
control terhadap
situasi dan
memberikan
kesempatan pada
klien untuk
Berikan informasi mengembangkan
dalam bentuk verbal solusi sendiri.
dan tertulis dan beri Pengetahuan akan
kesempatan klien membantu klien
untuk mengajukan mengatasi apa
pertanyaan.Jawab yang sedang terjadi
pertanyaan dengan dengan lebih
jujur. efektif.
Jelaskan prosedur
dan arti gejala-
gejala.
Pengetahuan dapat
membantu
menurunkan rasa
takut dan
meningkatkan rasa
control terhadap
situasi.

7. Solution Plasenta

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI


PADA NY Y G1P0Ab0 UMUR 21 TAHUN UK 37+1 MINGGU
DI BPS DWI MARYATI,S.ST
NGILIPAR GUNUNG KIDUL

No. Register : 045 / BPS/ BUMIL


Masuk RS tanggal/jam : 31 Januari 2013
Dirawat diruang :-

A PENGKAJIAN DATA, Tanggal/Pukul : 31 Januari 2013/pukul 15.00 Oleh : Bidan


1 Biodata Ibu Suami
a Nama : Ny. Y Tn. P
b Umur : 21 tahun 25 tahun
c Agama : Islam Islam
d Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
e Pendidikan : SMU SMU
f Pekerjaan : IRT Buruh
g Alamat : Kwaru RT 1/RW 3 Kwaru RT 1/RW 3
Gunung Kidul Gunung Kidul
2 DATA SUBYEKTIF
a Alasan kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya
b Keluhan utama
Ibu mengatakan rasa nyeri saat dipegang pada perut bagian atas
c Riwayat mensturasi
Menarce : 14 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari Teratur : teratur
Sifat darah : cair Keluhan : tidak ada
d Riwayat perkawinan
Status perkawinan : sah Menikah ke : 1
Lama : 1 tahun Usia menikah pertama : 20 tahun
e Riwayat obstetrik
Persalinan Nifas
Hamil
jns peno komp
ke Tgl UK JK BB Laktasi kompl
prsalinan long l
f Riwa
yat
1 Hamil ini

kontrasepsi yang digunakan


Jenis Pasang Lepas
N tangga Ole tempa keluha Tanggal ole tempa alasa
kontraseps
o l h t n h t n
i
1 Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

g Riwayat kehamilan sekarang


HPM : 6-5-2012 HPL : 13-2-2013
ANC pertama umur kehamilan : 4 minggu
3 Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi : 2x, Tempat :bidan , Oleh : bidan
Keluhan : tidak ada
Terapi : vitonal f 1x1/hari, vit C 1x1/hari
Trimester II
Frekuensi : 3x, Tempat : bidan , Oleh : bidan
Keluhan : tidak ada
Terapi : vitonal f 1x1/ hari, vit C 1x1/ hari
Trimester III
Frekuensi : 1x, Tempat : bidan,Oleh : bidan
Keluhan : rasa nyeri saat perut dipegang bagian atas
Terapi :

4 Imunisasi TT
TT I : 20-5-2006
TT II: 20-6-2006 TT III : 23-9-2012
5 Pergeraakan janin selama 24 jam (dalam sehari )
Ibu mengatakan merasakan pergerakan janin 2x/ jam dalam sehari
h Riwayat kesehatan
1 Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun) ibu
mengatakan tidak pernah / tidak sedang menderita penyakit menular
(TBC,hepatitis,HIV) penyakit menurun(hipertensi, asma) dan penyakit menahun
(jantung, paru-paru).
2 Penyakit yang pernah/sedanng diderita keluarga (menular, menurun dan menahun) ibu
mengatakakan keluarga tidak pernah / tidak sedang menderita penyakit
menular(TBC,hepatitis,HIV) penyakit menurun(hipertensi, asma) dan penyakit
menahun (jantung, paru-paru).
i Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturan kembar
j Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah operasi
k Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi obat

Kesimpulan

Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan


dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi
lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-
40). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid terakhir.
Pada saat hamil wanita mengalami beberapa gangguan yaitu Abortus, KET, Mola
hidatidosa, hiperemesis, pre eklampsi dan eklamsi, plasenta previa, solutio plasenta.
Namun gangguan tersebut dapat di implementasikan pada Asuhan Keperawatan pada ibu
hamil.

Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kita sebagai bagian dari tenaga kesehatan
mampu memahami dari konsep kehamilan dan dapat membantu memberikan sosialisasi
langsung kepada masyarakat mengenai asuhan keperawatan pada ibu hamil, untuk
memberikan wawasan tentang kehamilan sehingga mampu untuk mengerti apa itu arti
kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar,Rustam,dkk. 2002. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Wiknjosastro,Hanifa, dkk. 2002. Buku Ajar Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Hamilton, C. Mary. 2004. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Potter., Perry. (2006). Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Bagian Obstetri & GIinekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. 1984.
OBSTETRI PATOLOGI. Bandung : Elstat Offset.

Hr, Jaka. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Hiperemesis Gravidarum.


https://www.academia.edu/11733203/ASKEP_HEG_02. Diakses pada tanggal 19
September 2015 pukul 10.00 WITA.

Rahmat,Hadriani.2012. ASKEP HIPEREMESIS GRAVIDARUM.


https://www.academia.edu/8236686/ASKEP_HIPEREMESIS_GRAVIDARUM. Diakses
pada tanggal 19 September 2015 pukul 10.00 WITA.
Noname.2012. Askep Pre Eklampsi Dan Eklampsi. Available :
https://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/pre-eklampsi-dan-eklampsi.pdf. Diakses
pada tanggal 19 September 2015 pukul 11.00 WITA

Вам также может понравиться