Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
Yoheva Surandari 1
Dewi Prabawati, MAN 2
DR. Rustika, MSc 3
ARTIKEL ILMIAH
ABSTRAK
Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus that attacks white blood cells that
cause a decline in the human immune. The incidence of HIV/AIDS is increasing at
productive period who are at young age, this will affect all aspects of life, and quality
of life is one of them. The purpose of this study was to identify the relationship
between the level of knowledge, family support, nutritional status, ARV medication
adherence and quality of life. This research was a descriptive correlation with cross
sectional approach. There were 65 patients of HIV at Dr. Mintohardjo Hospital as the
respondent, which taken using purposive sampling technique. The Univariate
analysis showed that the majority of respondents have good level of knowledge
(63.1%), lack of family support (53.8%), good nutritional status (63.1%), dutifully
taking antiretroviral drugs (58.5%) and poor quality of life (53.8%). From bivariate
analysis using Kendall Tau B tests, it was showed that there is relationship between
quality of life with knowledge level ( value=0.005), family support ( value=0.000),
and medication adherence ARV ( value=0.018); however the is no relationship
between quality of life with nutritional status ( value=0.577). It is suggested for
nurses in specialized HIV outpatient unit to provide education on HIV transmission,
especially how to use the communicative media such as leaflet. Aside from that, the
hospital should encourage family support as the support system element so that the
patients with will achieve satisfying quality of life.
Keyword : quality of live, HIV/AIDS
2
PENDAHULUAN
Penyakit HIV/AIDS disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus
(HIV) yang menyebabkan penyakit yang disebut Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS), berupa kumpulan gejalagejala penyakit infeksi lain akibat
menurunnya system kekebalan tubuh (Hawari, 2009).
Menurut Laporan Perkembangan HIV/AIDS Triwulan I tahun 2016
Direktorat Jendral Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit, mulai bulan Januari
Maret 2016, jumlah infeksi HIV yang dilaporkan sebanyak 7.146 orang.
Persentasi HIV tertinggi pada kelompok umur 2549 tahun (69,7%), diikuti
kelompok umur 2024 tahun (16.6%), dan kelompok umur 50 tahun (7.2%).
Sedangkan pada kasus AIDS, presentasi angka kejadian pada kelompok umur 30
39 tahun (37,7%), diikuti kelompok umur 20-29 (29,9%), dan kelompok umur 40
49 tahun (19%).
Data tersebut menunjukkan bahwa, penderita HIV/AIDS banyak diderita
oleh orangorang dengan usia produktif (Kemenkes, 2016). Dari banyaknya usia
produktif yang terkena HIV/AIDS, hal ini dapat mengganggu aspek secara bio,
psiko, sosio dan spiritual yang akan ikut berpengaruh terhadap kualitas hidup
pasien. Kualitas hidup merupakan indikator yang dinilai tidak hanya dari seberapa
baik fungsi individu dalam kehidupan seharihari, tetapi juga bagaimana persepsi
individu dari status kesehatan mempengaruhi sikap hidup (Bello&Bello, 2013
dalam Novianti, 2014). Menurut WHO kualitas hidup dibagi menjadi 4 domain,
yaitu a) domain fisik, b) domain hubungan social, c) domain psikologis d) domain
lingkungan.
Seperti kita tahu, bahwa kepatuhan pada terapi adalah suatu hal yang sangat
penting untuk diperhatikan. Menurut Brannon dan Feist (1997) dalam Yuli (2011)
dijelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang bisa mendukung kepatuhan seperti :
a) karakteristik penyakit pasien; b) karakter personal; c) norma budaya; d)
interaksi pasien dan dokter. Lasserman & Perkins (2001) dalam Kusuma (2011)
mengatakan, dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien HIV/AIDS
sebagai support system atau sistem pendukung utama sehingga ia dapat menjalani
terapidengan patuh dan mengembangkan respon atau koping yang efektif untuk
3
beradaptasi dengan baik dalam menangani stressor yang ia hadapi terkait
penyakitnya baik fisik, psikologis, maupun sosial.
Selain itu, status nutrisi juga ikut mempengaruhi kualitas hidup pasien
HIV/AIDS. Mengingat bahwa, efek samping yang ditimbulkan dari konsumsi obat
ARV memberi pengaruh kepada seseorang. Misalnya saja, rasa mual dan muntah
yang secara langsung akan mempengaruhi status gizi dari pasien HIV/AIDS
(Kemenkes, 2010).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, banyak usia muda yang
produktif menderita penyakit HIV, dimana seharusnya mereka masih bisa tetap
bekerja atau menjalankan aktifitas seharihari. Peningkatan jumlah penderita
HIV/AIDS di RS. AL. Dr. Mintohardjo, ini tidak lepas dari kurangnya kesadaran
para pasien HIV/AIDS dalam mengetahui pentingnya pengobatan yang harus
dilakukan. Aspek kualitas hidup pada pasien HIV/AIDS sangat penting untuk
diperhatikan karena penyakit ini bersifat kronis sehingga berdampak luas pada
masalah fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual. Berdasarkan fenomena
tersebut, maka peneliti ingin mengetahui tentang faktorfaktor yang berhubungan
dengan kualitas hidup pada pasien dengan HIV/AIDS.
Tujuan dari penelitian ini agar mengetahui faktorfaktor apa saja yang
berhubungan dengan kualitas hidup pada pasien dengan HIV/AIDS di Unit Rawat
Jalan RS. AL. Dr. Mintohardjo. Faktor tersebut akan dijadikan perawat sebagai
awal dari proses keperawatan yaitu pengkajian yang lebih mendalam.
4
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan metode kuantitatif dengan
menggunakan desain penelitian deskripsi korelasional dengan pendekatan cross
sectional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependennya. Populasi penelitian ini 150 orang pasien HIV/AIDS selama 6
bulan terakhir yang menjalani terapi ARV di Unit Rawat Jalan RS. AL. Dr.
Mintohardjo, teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling non
probability sampling melalui purposive sampling, dengan jumlah sampel yang
diperlukan 65 orang pasien HIV/AIDS yang menjalani terapi ARV di Unit Rawat
Jalan RS. AL. DR. Mintohardjo. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan
Desember 2016 di Unit Rawat Jalan RS. AL. Dr. Mintohardjo.
Prosedur pengumpulan data peneliti melewati beberapa proses sebagai berikut :
peneliti mendapat persetujuan dari Direktur Rumah Sakit dan Kepala Unit Rawat
Jalan RS. AL. DR. Mintohardjo, kemudian peneliti mendatangi tempat penelitian
untuk melakukan survey dan melakukan penjaringan sampel dengan purposive
sampling. Setelah didapat, subyek mengisi lembar informed consent dan mengisi
lembar kuesioner. Subjek diberi penjelasan tentang manfaat dan tujuan penelitian,
penjelasan tentang kuesioner dan kerahasiaan. Setelah semua kuesioner terkumpul
kemudian peneliti melakukan pengolahan data dan analisa data. Setelah itu maka
akan didapatkan hasil penelitian.
Pada penellitian ini, alat instrument yang digunakan berupa kuesioner. Analisa
data diolah menggunakan analisa univariat dimana analisa dilakukan untuk
mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan presentase semua variabel independen
dan dependen, sedangkan analisa bivariat di gunakan untuk melihat hubungan antara
dua variabel yaitu variabel dependen dengan variabel independen. Analisa bivariat
dibuat dengan Kendall Tau karena membandingkan skala ukur ordinal dan ordinal.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN .
Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi Pasien
HIV/AIDS di RS. AL. Dr. Mintohardjo Tahun 2016
Frekuensi Persen (%)
Jenis Pria 40 61,5 %
Kelamin Wanita 25 38,5 %
Dewasa muda 1934 tahun 31 47,7 %
Usia
Dewasa tua 3560 tahun 34 52,3 %
Pendidikan dasar dan menengah
31 47,7 %
Tingkat (SD, SMP, SMA)
Pendidikan Perguruan tinggi
34 52,3 %
(Sarjana & Pasca Sarjana)
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Hasil analisa dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden pria lebih
banyak dibandingkan reponden wanita dengan jumlah presentase 61,5%, usia
responden dewasa tua lebih besar dibandingkan usia dewasa muda dengan
presentase 52,3%, kemudian pada tingkat pendidikan sebanyak 52,3%
responden memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi,
6
Status nutrisi merupakan faktor yang sangat menunjang kelangsungan
kualitas hdiup pasien HIV/AIDS. Hal ini dikemukakan oleh Depkes (2011)
bahwa, efek pengobatan ARV seperti mual dan muntah dapat menyebabkan
asupan gizi tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang
meningkat, apalagi disertai infeksi akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan
kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan sistim imun,
adalah defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro. Memburuknya status gizi
bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangnya asupan makanan,
gangguan absorbsi dan metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik, serta
kurangnya aktivitas fisik.
Asumsi dari peneliti, hal ini didasari karena keberadaan pasien yang
hampir sebagian merupakan kalangan menengah keatas, yang juga status
ekonomi nya sangat baik. Dengan demikian, pemenuhan kebutuhan nutrisi
bukan suatu hal yang sulit untuk di penuhi. Ratarata IMT responden sesuai
dengan standar yang diberlakukan untuk daerah Asia Pasifik, berada di batas
normal yaitu kisaran 18,5 22,9.
Selain itu, pasien dengan HIV/AIDS seharusnya sangat memperhatikan
asupan gizi seimbang yang di konsumsi. Hal ini mengingat bahwa penyakit
HIV/AIDS yang menyerang daya tahan tubuh akan akan membuat tubuh
seorang penderita akan mudah terkena penyakit lain. Tidak hanya dengan gizi
yang seimbang, makanan yang dikonsumsi juga harus di jamin kebersihan nya.
Makanan yang bersih, akan mengurangi seorang pasien terkena penyakit lain
yang di sebabkan dari makanan.
7
Tabel Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kualitas Hidup Pasien
HIV/AIDS di RS. AL. Dr. Mintohardjo Tahun 2016
Kualitas Hidup
Tingkat Pengetahuan
Tidak Baik Baik Total Nilai
n % n % n %
Kurang 18 75% 6 25% 24 100%
0,005
Baik 17 41,5% 24 58,5% 41 100%
Total 35 53,8% 30 46,2% 65 100%
Sumber : Data Primer Yang Diolah
10
dibutuhkan dalam keluarga dan hal ini akan membuat pasien memiliki rasa
percaya diri untuk menjalani kegitan.
Dukungan keluarga juga sangat mungkin dipengaruhi dari adanya stigma
yang sangat melekat dalam masyarakat. Hal ini bisa saja memberi dampak bagi
keluarga. Stigma ini membuat pasien HIV/AIDS seringkali dianggap telah
melanggar norma-norma dalam keluarga dan memalukan keluarga.
Dengan dampak yang begitu besar pada keluarga, maka ini dapat
berdampak pula pada keluarga dalam melaksanakan fungsinya dalam
memberikan dukungan bagi anggota keluarga yang sakit. Akibatnya, pada
individu tersebut dapat berkembang penilaian negatif terhadap diri, kurang
termotivasi untuk menjaga kesehatannya, dan kurangnya bantuan dalam
perawatan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari keluarga sehingga
kualitas hidupnya akan semakin memburuk.
Perawat memberdayakan orangorang terdekat pasien dalam hal ini
keluarga untuk menjadi support system yang efektif agar dapat senantiasa
memberikan dukungan dan bantuan yang dibutuhkan oleh pasien sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Ketika pasien masih di tatanan rumah
sakit dapat dilakukan dengan konseling kesehatan mengenai dukungan
keluarga yang dibutuhkan pasien serta hal-hal yang perlu diketahui keluarga
terkait penyakit yang diderita pasien seperti cara penularan, perjalanan
penyakit, dan perawatan/pengobatan atau hal-hal yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan pasien. Selain itu, perlu juga untuk melibatkan
keluarga dalam manajemen pengobatan dan perawatan pasien sehingga
keluarga dapat memberikan dukungan secara efektif pada pasien. Selanjutnya,
perawat di rumah sakit dapat bekerja sama dengan perawat komunitas agar
dapat dilakukan kontrol dan intervensi lanjutan dalam usaha pemberdayaan
keluarga.
11
Tabel 5.2.4 Hubungan Antara Kepatuhan Minum Obat ARV Dengan Kualitas
Hidup Pasien HIV/AIDS di RS. AL. Dr. Mintohardjo Tahun 2016
Kualitas Hidup
Kepatuhan
Tidak Baik Baik Total Nilai
n % n % n %
Tidak Baik 19 70,4% 8 29,6% 35 100%
0,018
Baik 16 42,1% 22 57,9% 30 100%
Total 35 53,8% 30 46,2% 65 100%
Sumber : Data Primer Yang Diolah
13
DAFTAR PUSTAKA
14