Вы находитесь на странице: 1из 18

MAKALAH

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

OLEH:

RAHMAT QADRI Z

1610003421901

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS EKASAKTI
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Energi adalah satu kata yang mempunyai makna sangat luas karena tidak ada aktifitas
di alam raya ini yang bergerak tanpa energi dan itulah sebabnya kata salah seorang professor
di Jepang bahwa hampir semua perselisihan di dunia ini dipicu, atau berpangkal pada
perebutan atas penguasaan sumber energi.
Secara umum sumber energi dikategorikan menjadi dua bagian yaitu conventional
energy dan non-conventional energy. Sumber energi fosil adalah termasuk kelompok yang
pertama, dan ternyata sebagaian besar aktivitas di dunia ini menggunakan energi
konvensional.
Dunia membutuhkan sumber energi alternatif ramah lingkungan yang ketersediaannya
berlimpah, serta dapat diperbarui (non-konvensional). Untuk memenuhi kebutuhan energi
yang terus meningkat itulah maka dikembangkan berbagai energi alternatif, di antaranya
energi terbarukan. Potensi energi terbarukan, seperti: biomassa, panas bumi, energi surya,
energi air, energi angin dan energi samudera, sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan,
padahal potensi energi terbarukan di Indonesia sangatlah besar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Surya


Sumber energi berjumlah besar dan bersifat kontinyu terbesar yang tersedia bagi
manusia adalah energi surya, khususnya energi elektrimagnetik yang dipancarkan oleh
matahari.sementara energi surya belum dipakai untuk sumber primer energi bahan bakar
pada saat ini (Gunadarma.ac.id)
Karena kebanyakan energi terbaharui pusatnya adalah "energi surya" istilah ini sedikit
membingungkan. Namun yang dimaksud di sini adalah energi yang dikumpulkan langsung
dari cahaya matahari. Tenaga surya dapat Digunakan untuk:
- Menghasilkan listrik menggunakan sel surya
- Menggunakan menghasilkan pembangkit listrik tenaga panas surya
- Menghasilkan listrik menggunakan menara surya
- Memanaskan gedung, secara langsung
- Memanaskan gedung, melalui pompa panas
- Memanaskan makanan, menggunakan oven surya. (wikipedia.org)

Jelas matahari tidak memberikan energi konstan untuk setiap titik di bumi, sehingga
penggunaannya terbatas. Sel surya sering digunakan untuk daya baterai, karena kebanyakan
aplikasi lainnya akan membutuhkan sumber energi sekunder, untuk mengatasi padam.
Beberapa pemilik rumah menggunakan tata surya yang menjual energi ke grid pada siang
hari, dan menarik energi dari grid di malam hari, inilah keuntungan untuk semua orang,
karena permintaan listrik AC tertinggi pada siang hari.

Sedangkan, energi surya dapat dikonversikan ke bentuk energi lain. Ada 3 proses
dalam pengkonversian nya, yaitu : Proses Helochemical, Proses Helioelectrical, dan proses
Heliothermal (Anynomous,1997).

- Proses Helochemical. Reaksi helochemical yang utama adalah proses foto


sintesa.Proses ini adalah sumber dari semua bahan bakar fosil.
- Prosesn Helioelectrical. Reakasi Helioelectrical yang utama adalah produksi
listrik oleh sel sel surya
- Proses Heliotermal adalah penyerapan radiasi matahari dan pengkonversian energi
ini menjadi energi termal.

2.2 Sel Surya


Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia dan jika
dieksplotasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan kebutuhan konsumsi
energi dunia saat ini dalam waktu yang lebih lama. Matahari dapat digunakan secara
langsung untuk memproduksi listrik atau untuk memanaskan bahkan untuk mendinginkan.
Potensi masa depat energi surya hanya dibatasi oleh keinginan kita untuk menangkap
kesempatan.

Ada banyak cara untuk memanfaatkan energi dari matahari. Tumbuhan mengubah
sinar matahari menjadi energi kimia dengan menggunakan fotosintesis. Kita memanfaatkan
energi ini dengan memakan dan membakar kayu. Bagimanapun, istilah tenaga surya
mempunyai arti mengubah sinar matahari secara langsung menjadi panas atau energi listrik
untuk kegunaan kita. dua tipe dasar tenaga matahari adalah sinar matahari dan
photovoltaic (photo- cahaya, voltaic=tegangan)Photovoltaic tenaga matahari: melibatkan
pembangkit listrik dari cahaya. Rahasia dari proses ini adalah penggunaan bahan semi
konduktor yang dapat disesuaikan untuk melepas elektron, pertikel bermuatan negative yang
membentuk dasar listrik.

Bahan semi konduktor yang paling umum dipakai dalam sel photovoltaic adalah
silikon, sebuah elemen yang umum ditemukan di pasir. Semua sel photovoltaic mempunyai
paling tidak dua lapisan semi konduktor seperti itu, satu bermuatan positif dan satu
bermuatan negatif. Ketika cahaya bersinar pada semi konduktor, lading listrik menyeberang
sambungan diantara dua lapisan menyebabkan listrik mengalir, membangkitkan arus DC.
Makin kuat cahaya, makin kuat aliran listrik.

Sistem photovoltaic tidak membutuhkan cahaya matahari yang terang untuk


beroperasi. Sistem ini juga membangkitkan listrik di saat hari mendung, dengan energi keluar
yang sebanding ke berat jenis awan. Berdasarkan pantulan sinar matahari dari awan, hari-hari
mendung dapat menghasilkan angka energi yang lebih tinggi dibandingkan saat langit biru
sedang yang benar-benar cerah.
2.3 Sumber Energi Surya
Jumlah tenaga matahari yang sampai ke permukaan Bumi yang dikenali sebagai konstan
surya menyamai 1.370 watt per meter persegi setiap saat. Matahari sebagai pusat Tata Surya
merupakan bintang generasi kedua (wikipedia.org). Material dari matahari terbentuk dari
ledakan bintang generasi pertama seperti yang diyakini oleh ilmuwan, bahwasanya alam
semesta ini terbentuk oleh ledakan big bang sekitar 14.000 juta tahun lalu.
Energi matahari yang sampai ke bumi merupakan sebuah pancaran gelombang pendek
dalam bentu radiasi. Radiasi adalah energi pancaran berupa gelombang elektromagnetik
(Plafin, 1998).
Pancaran energi surya atau bisa disebut dengan radiasi surya yang diterima di setiap
permukaan bumi berbeda-beda menurut ruang dan waktunya. Artinya pancaran energi
matahari akan sangat bergantung pada waktu, tempat dan keadaan lingkungan dalam hal ini
adalah kondisi iklim dan topografi masing-masing wilayah. Radiasi diukur dalam satuan
kW/m2, setiap satuan waktu radiasi yang memancar dapat disebut dengan intensitas radiasi
atau dengan kata lain intensitas radiasi matahari ialah jumlah energi matahari yang jatuh pada
suatu bidang persatuan luas dalam satu satuan waktu. Dalam atmosfer bumi terdapat
bermacam-macam radiasi seperti :
1 Direct Solar Radiation (S) yaitu radiasi langsung dari matahari yang sampai ke
permukaan bumi.
2 Radiation Difus (D) yang berasal dari pantulan-pantulan oleh awan dan pembauran-
pembauran oleh partikel-partikel atmosfer.
3 Surface Raflectivity (r) yaitu radiasi yang berasal dari pantulan-pantulan oleh
permukaan bumi.
4 Out Going Terrestial radiation (O), yaitu radiasi yang berasal dari bumi yang
berupa gelombang panjang.
5 Back Radiation (B) yaitu radiasi yang berasal dari awan-awan dan butir-butir uap air
dan CO2 yang terdapat dalam atmosfer.
6 Global (total) Radiation (Q), dan
7 Net Radiation (R)
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Energi Surya Sebagai Alternatif Masa Depan

Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia saat ini, penggunaan energi
diprediksikan akan meningkat sebesar 70 persen antara tahun 2000 sampai 2030. Sumber
energi yang berasal dari fosil, yang saat ini menyumbang 87,7 persen dari total kebutuhan
energi dunia diperkirakan akan mengalami penurunan disebabkan tidak lagi ditemukannya
sumber cadangan baru.

Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan hanya
sampai 40 tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan 200 tahun untuk batu
bara. Kondisi keterbatasan sumber energi di tengah semakin meningkatnya kebutuhan energi
dunia dari tahun ketahun (pertumbuhan konsumsi energi tahun 2004 saja sebesar 4,3 persen),
serta tuntutan untuk melindungi bumi dari pemanasan global dan polusi lingkungan membuat
tuntutan untuk segera mewujudkan teknologi baru bagi sumber energi yang terbaharukan.

Di antara sumber energi terbaharukan yang saat ini banyak dikembangkan [seperti
turbin angin, tenaga air (hydro power), energi gelombang air laut, tenaga surya, tenaga panas
bumi, tenaga hidrogen, dan bio-energi], tenaga surya atau solar sel merupakan salah satu
sumber yang cukup menjanjikan.

Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh
permukaan bumi sebesar 69 persen dari total energi pancaran matahari. Suplai energi surya
dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar biasa besarnya yaitu
mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan 2 x 1017 Watt.

Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia
saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi dengan divais
solar sel yang memiliki efisiensi 10 persen sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi
di seluruh dunia saat ini.
3.2 Pemanfaatan Energi Surya

Karena sel surya sanggup menyediakan energi listrik bersih tanpa polusi, mudah
dipindah, dekat dengan pusat beban sehingga penyaluran energi sangat sederhana serta
sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai karakteristik cahaya matahari yang baik
(intensitas cahaya tidak fluktuatif) dibanding tenaga angin seperti di negara-negara 4 musim,
utamanya lagi sel surya relatif efisien, tidak ada pemeliharaan yang spesifik dan bisa
mencapai umur yang panjang serta mempunyai keandalan yang tinggi.

Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi
yang sudah diterapkan, yaitu:
Teknologi energi surya fotovoltaik, energi surya fotovoltaik digunakan untuk memenuhi
kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas
dengan kapasitas total 6 MW.
Teknologi energi surya termal, energi surya termal pada umumnya digunakan untuk
memasak (kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan,
tanaman pangan) dan memanaskan air.(dunia listrik.blogspot.2008)

3.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Matahari

Kaca-kaca besar mengkonsetrasikan cahaya matahari ke satu garis atau titik. Panas
yang dihasilakan digunakan untuk menghasilkan uap panas. Panasnya, tekanan uap panas
yang tinggi digunakan untuk menjalankan turbin yang menghasilkan listrik. Di wilayah yang
disinari matahari, Pembangkit Listrik Tenaga matahari dapat menjamin pembagian besar
produksi listrik

Berdasarkan proyeksi dari tingkat arus hanya 354MW, pada tahun 2015 kapasitas
total pemasangan pembangkit tenaga panas matahari akan melampaui 5000 MW. Pada tahun
2020, tambahan kapasitas akan naik pada tingkat sampai 4500 MW setiap tahunnya dan total
pemasangan kapasitas tenaga panas matahari di seluruh dunia dapat mencapai hampir 30.000
MW- cukup untuk memberikan daya untuk 30 juta rumah.

3.2.2 Pemanas dan Pendingin Tenaga Matahari

Panas tenaga matahari menggunakan panas matahari secara langsung. Pengumpul


panas matahari diatas atapmu dapat menyediakan air panas untuk rumahmu, dan membantu
menghangatkan rumahmu. Sistem panas matahari berdasarkan prinsip sederhana yang telah
dikenal selama berabad-abad: matahari memanaskan air yang mengisi bejana gelap.
Teknologi tenaga panas matahari yang ada di pasar saat ini sangat efisien dan bisa
diandalkan. Saat ini pasar menyediakan tenaga matahari untuk aplikasi dengan cakupan luas,
dari pemanas air domestik dan pemanas ruangan di perumahan dan gedung gedung
komersial, sampai pemanas kolam renang, tenaga matahari-pendingin, proses pemanasan
industri dan memproses air menjadi tawar.

Saat ini produksi pemanas air panas domestik merupakan aplikasi paling umum untuk
tenaga panas matahari. Di beberapa negara hal ini telah menjadi sarana yang umum
digunakan oleh gedung tempat tinggal. Tergantung pada kondisi dan konfigurasi sistem,
kebutuhan air panas dapat disediakan oleh tenaga matahari hingga 100% . Sistem yang lebih
besar dapat ditambahkan untuk menutupi bagian penting dari kebutuhan energi untuk
pemanas ruangan. Ada dua tipe teknologi:Tabung vakum- penyedot di dalam tabung vakum
menyedot radiasi dari matahari dan memanaskan cairan di dalam, seperti di panel tenaga
matahari datar. Tambahan radiasi diambil dari reflektor di belakang tabung. Bentuk bundar
tabung vakum membuat cahaya matahari dari berbagai sudut dapat mencapai penyerap secara
langsung. Bahkan di saat mendung, ketika cahaya datang dari banyak sudut pada saat
bersamaan, tabung vakum kolektor tetap dapat efektif.Kolektor solar panel datar- pada
dasarnya merupakan kotak yang ditutupi kaca yang ditaruh di atap seperti cahaya langit. Di
dalam kotak terdapat serangkaian tabung pemotong dengan sirip pemotong terpasang.
Seluruhstruktur dilapisi substansi hitam yang didesain untuk menangkap sinar matahari. Sinar
ini memanaskan air dan campuran bahan anti beku, yang beredar dari kolektor turun ke
pemanas air di bawah tanah. Pendingin tenaga matahari: Pendingin tenaga matahari
menggunakan sumber energi panas untuk menghasilkan dingin dan /atau mengurangi
kelembaban udara dengan cara yang sama dengan lemari pendingin atau AC konvensional.
Aplikasi ini cocok dengan energi panas matahari, sejalan dengan meningkatnya permintaan
pendingin ketika panas matahari banyak. Pendingin tenaga matahari telah sukses
didemonstrasikan. Penggunaan skala besar dapat diharapkan di masa depan, sejalan dengan
berkurangnya biaya teknologi ini, terutama untuk sistem skala kecil.

Dalam keadaan cuaca yang cerah, sebuah sel surya akan menghasilkan tegangan
konstan sebesar 0.5 V sampai 0.7 V dengan arus sekitar 20 mA dan jumlah energi yang
diterima akan mencapai optimal jika posisi sel surya 90 o(tegak lurus) terhadap sinar matahari
selain itu juga tergantung dari konstruksi sel surya itu sendiri. Ini berarti bahwa sebuah sel
surya akan menghasilkan daya 0.6 V x 20 mA = 12 mW. Jika matahari memancarkan
energinya ke permukaan bumi sebesar 100W/m2 atau 100 mW /cm2 , maka bisa dibayangkan
energi yang dihasilkan sel surya yang rata-rata mempunyai luas 1 cm2bandingkan dengan
bahan bakar fosil (BBM) dengan proses foto-sintesis yang memakan waktu jutaan
tahun(Saiful Manan:32)

3.3 Proses Kerja Energi Surya

Sel surya yang sering kita lihat adalah sekumpulan modul sel photovoltaic (photo =
cahaya, voltaic = listrik) yang disusun sedemikian rupa dan dikemas dalam sebuah frame. Sel
photvoltaic ini yang nantinya akan merubah secara langsung energi matahari menjadi listrik.

Sel photovoltaic ini terbuat dari bahan khusus semikonduktor yang sekarang banyak
digunakan dan disebut dengan silikon. Ketika cahaya mengenai sel silikon, cahaya tersebut
akan diserap oleh sel ini, hal ini berarti bahwa energi cahaya yang diserap telah ditransfer ke
bahan semikonduktor yang berupa silikon. Energi yang tersimpan dalam semikonduktor ini
akan mengakibatkan elektron lepas dan mengalir dalam semikonduktor. Semua sel
photovoltaic ini juga memiliki medan elektrik yang memaksa elektron yang lepas karena
penyerapan cahaya tersebut untuk mengalir dalam suatu arah tertentu. Elektron yang
mengalir ini adalah arus listrik, dengan meletakkan terminal kontak pada bagian atas dan
bawah dari sel photovoltaic ini akan dapat dilihat dan diukur arus yang mengalir sehingga
dapat digunakan untuk menyuplai perangkat eksternal. Hal diatas adalah dasar perubahan
energi surya menjadi listrik oleh semikonduktor silicon (Alpensteel.com)
Gambar 3.1. Sel Photovoltaic

3.3.1 Dari Cahaya Menjadi Listrik


Secara sederhana solar cell terdiri dari persambungan bahan semikonduktor bertipe p
dan n (p-n junction semiconductor) yang jika tertimpa sinar matahari maka akan terjadi aliran
electron, nah aliran electron inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik. Sedangkan struktur
dari solar cell adalah seperti ditunjukkan dalam gambar 1

Gambar 3.2. Struktur Lapisan Tipis Solar Cell Secara Umum

Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah absorber
(penyerap), meskipun demikian, masing-masing lapisan juga sangat berpengaruh terhadap
efisiensi dari solar cell. Sinar matahari terdiri dari bermacam-macam jenis gelombang
elektromagnetik yang secara spectrum dapat dilihat pada gambar 2. Oleh karena itu absorber
disini diharapkan dapat menyerap sebanyak mungkin solar radiation yang berasal dari cahaya
matahari.

Gambar 3.3. Spektrum Radiasi Sinar Matahari


Lebih detail lagi bisa dijelaskan sinar matahari yang terdiri dari photon-photon, jika
menimpa permukaaan bahan solar sel (absorber), akan diserap, dipantulkan atau dilewatkan
begitu saja (lihat gambar 3), dan hanya foton dengan level energi tertentu yang akan
membebaskan electron dari ikatan atomnya, sehingga mengalirlah arus listrik. Level energi
tersebut disebut energi band-gap yang didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan
utk mengeluarkan electron dari ikatan kovalennya sehingga terjadilah aliran arus listrik.
Untuk membebaskan electron dari ikatan kovalennya, energi foton (hc/v harus sedikit lebih
besar atau diatas daripada energi band-gap. Jika energi foton terlalu besar dari pada energi
band-gap, maka extra energi tersebut akan dirubah dalam bentuk panas pada solar sel.
Karenanya sangatlah penting pada solar sel untuk mengatur bahan yang dipergunakan, yaitu
dengan memodifikasi struktur molekul dari semikonduktor yang dipergunakan.

Gambar 3.4. Radiative Transition dari Solar Cell

Tentu saja agar efisiensi dari solar cell bisa tinggi maka foton yang berasal dari sinar
matahari harus bisa diserap yang sebanyak banyaknya, kemudian memperkecil refleksi dan
remombinasi serta memperbesar konduktivitas dari bahannya.

Untuk bisa membuat agar foton yang diserap dapat sebanyak banyaknya, maka
absorber harus memiliki energi band-gap dengan range yang lebar, sehingga memungkinkan
untuk bisa menyerap sinar matahari yang mempunyai energi sangat bermacam-macam
tersebut. Salah satu bahan yang sedang banyak diteliti adalah CuInSe2 yang dikenal
merupakan salah satu dari direct semiconductor.
Gambar 3.5. Bagian-bagian dari Sel Photovoltaic

Dari begitu banyak keuntungan solar cell seperti telah diuraikan diatas ternyata tidak
polemik tidak kemudian berhenti begitu saja, masih ada yang mengatakan memang benar
solar cell ketika melakukan proses perubahan energi tidak ada polusi yang dihasilkan, tetapi
sudahkah kita menghitung berapa besar polusi yang telah dihasilkan dalam proses
pembuatannya, dibandingkan kecilnya efisiensi yang dihasilkan. Nah tantangannya disini
adalah memang bagaimana untuk menaikkan efisiensi, yang tentunya akan berdampak
kepada nilai ekonomisnya. (Rusminto Tjatur, 2011)

3.4 Potensi Energi Surya


Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam energi surya mengingat posisi
Indonesia yang terletak dikatulistiwa. Hasil pantauan didapat bahwa nilai radiasi harian
terendah adalah di Darmaga, Bogor Jawa Barat dengan intensitas 2,558 kWh/m 2 dan tertinggi
di Waingapu Nusa Tenggara Timur dengan intensitas 5,747 kWh/m 2. Potensi ini baru
dimanfaatkan sangat sedikit yang dimulai pada tahun 1979 oleh BPPT sebagai pengguna.
Pengguna terbanyak adalah DEPKES sesuai dengan kebutuhan Puskesmas pada daerah
terpencil dan kemudian departemen transmigrasi.

Tabel 3.1. Potensi Energi Terbarukan di Indonesia

Kapasitas Pemanfaatan
Jenis Energi Terbarukan Potensi (MW)
Terpasang (MW) (%)

Large Hydro 75.000 42.000 5,600

Biomassa 50.000 302 0,604

Geothermal 20.000 812 4,060

Mini/Mikro Hidro 459 54 11,764

Tenaga Surya 156.487 5 3,19 X 10-3

Energi Angin 9286 0.50 5,38 X 10-3

Jumlah 311.232 5373.5 22,03

Sumber: Ditjen Listrik & Penmanfaatan Energi (2001)

Sebagai negara yang kaya akan energi surya, sudah selayaknyalah untuk
mengembangkan dan memanfaatkan energi yang melimpah tersebut. Namun demikian
pemanfaatan energi surya di Indonesia baru sekitar 882,5 kw, jauh di bawah 1% dari energi
yang tersedia. Jika dibandingkan dengan ketersedianya energi surya maka pencapaian
pemakaian ini masih sangat kecil.
Nilai rata-rata energi radiasi harian adalah 4,815 kWh/m2. Untuk seluruh Indonesia
dengan luas daratan kurang lebih 2 juta km2, potensi energi radiasi harian adalah: 2 x 10 12 m2
x 4,815 kWh/m2 = 9,63 . 1012 kwh.

Dari tabel 2 masih kelihatan bahwa antara kelebihan dan kelemahan masih berimbang
sehingga jika PLTS ini diaplikasikan belum memberikan keuntungan yang signifikan. Namun
melihat permintaan tenaga listrik yang tumbuh rata-rata 8,2 % pertahun (meningkat dari 51,2
TWh pada th 1990 menjadi 555 TWh pada 2021) dengan jumlah pembangkit yang sangat
terbatas (Jawa Bali) maka pengembangan PLTS adalah sangat strategis.

Tabel 3.2. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Konversi Energi Surya

KELEBIHAN KELEMAHAN

Modul solar langsung mengkonversi sinar


matahari menjadi Energi listrik searah tanpa Biaya investasi awal tinggi.
bahan bakar.

Proses konversi tidan menimbulkan kebisingan, Memerlukan baterai sebagai media


gas buang, limbah. penyimpan listrik.

Pemeliharaan sederhana dibanding sistem Pemeliharaan baterai harus rutin


konvensional. Karena dalam proses tidak ada karena keandalan sistem ditentukan
bagian yang bergerak. oleh kondisi baterai.

Untuk beban yang kecil mempunyai ke Alat-alat yang dioperasikan pada


cenderungan makin ekonomis. tengangan rendah terbatas.

Teknisi yang terlatih untuk


Dapat diaplikasikan langsung pada alat alat perencanaan dan pemasangan sistem
praktis. konversi energi surya masih sangat
sedikit.
Instalasisistem lebih aman karena tega ngan
rendah dan searah.

Sumber: Unggul Wibowo, 2000:7

Sarana transformasi guna secara bertahap mengurangi penggunaan energi fosil pada masa
yang akan datang perlu dilakukan suatu tradeoffs antara aspek least cost dengan aspek
lainnya guna memberikan peluang yang memadai bagi:

1 Pengembangan energi terbarukan

2 Pengembangan energi nuklir

3 Pengembangan energi efisiensi tinggi.

4 Pengembangan energi bersih, ramah lingkungan.

Sedang di Indonesia seharusnya sel surya ini mendapatkan perhatian khusus, sebab
Indonesia yang merupakan daerah tropis dan di daerah katulistiwa maka Indonesia
mempunyai karakteristik angin yang kurang baik (sangat fluktuatif) dibanding dengan
karakteristik angin di negara negara Barat namun sangat menguntungkan untuk energi
matahari yang rata-rata mendapat sinar matahari 6 jam dalam sehari dengan cuaca yang
sangat mendukung.

Tabel 3.3. Potensi Sumber Daya Energi Surya di Beberapa Kota di Indonesia.

Tahun Radiasi rata-


No Kota Provinsi
Pengukuran rata
1 Banda Aceh Aceh 1980 4.1
2 Palembang Sumatera Selatan 1979 1981 4.95
3 Menggala Lampung 1972 1979 5.23
4 Rawasragi Lampung 1965 1979 4.13
5 Jakarta Jakarta 1965 1981 4.19
6 Bandung Jawa Barat 1980 4.15
7 Lembang Jawa Barat 1980 5.15
8 Citius, Tangerang Jawa Barat 1980 4.32
9 Darmaga, Bogor Jawa Barat 1980 2.56
10 Serpong, Tangerang Jawa Barat 1991 1995 4.45
11 Semarang Jawa Tengah 1979 1981 5.49
12 Surabaya Jawa Timur 1980 4.30
13 Kenteng, Yogyakarta Yogyakarta 1980 4.50
14 Denpasar Bali 1977 1979 5.26
15 Pontianak Kalimantan Barat 1991 1993 4.55
16 Banjarbaru Kalimantan Selatan 1979 1981 4.80
17 Banjarmasin Kalimantan Selatan 1991 1995 4.57
18 Samarinda Kalimantan Timur 1991 1995 4.17
19 Menado Sulawesi Utara 1991 1995 4.91
20 Palu Sulawesi Tenggara 1991 1994 5.51
Nusa Tenggara
21 Kupang 1975 1978 5.12
Barat
Waingapu, Sumba NusaTenggara
22 1991 1995 5.75
Timur Timur
Nusa Tenggara
23 Maumere 1992 1994 5.7
Timur

Sumber : Rencana Induk Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan, 1997.


Direktorat Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi, DESDM

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Energi matahari mempunyai potensi untuk menyediakan berbagai kebutuhan energi di


seluruh Indonesia. Selain untuk pembangkit listrik, energi matahari juga membantu tumbuhan
untuk berfotosintesis. Energi matahari bukan saja bisa digunakan untuk proses pemanasan
ataupun untuk energi listrik, energi matahari juga bisa digunakan untuk pendingin. Jadi,
energi matahari adalah energi yang paling penting untuk digunakan dalam kehidupan.

4.2 SARAN

4.2.1 Bagi Pemerintah

Instansi pemerintah dan lembaga pendidikan perlu mendorong dan menggalakkan


penelitian-penelitian serta aplikasi sel surya.

4.2.2 Bagi Mahasiswa

Energi surya sangat berpotensi di Indonesia karena wilayah Indonesia yang memiliki
iklim tropis dan matahari dapat muncul sepanjang tahun, oleh sebab itu kita harus lebih
mengembangkan lagi baik dari segi pemanfaatan ataupun pengaplikasiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Widodo, Tjatur. 2011. http://www.chem-is-


try.org/artikel_kimia/kimia_material/solar_cell_sumber_energi_masa_depan_yang_ra
mah_lingkungan/ , diakses pada 4 Maret 2012

---------, ------. 2012. Energi Surya, http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_surya, diakses pada 4


maret 2012
---------, ------. 2008. Fisika Energi, http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/makalah-
energi-matahari-dan-pemanfaatanya/, diakses pada 6 Maret 2012

---------, ------. 2010. Perkembangan Aplikasi Sel Surya


http://majapala18.multiply.com/journal/item/ , diakses pada 7 Maret 2012

Вам также может понравиться