Вы находитесь на странице: 1из 4

ROKOK DAN CERUTU

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman flora. Iklimnya


sangat cocok untuk tumbuh berbagai jenis tanaman. Tanaman tembakau
merupakan merupakan salah satu komoditi yang strategis dari jenis tanaman
semusim perkebunan. Produk tembakau yang utama diperdagangkan adalah daun
tembakau dan rokok. Daun tembakau dan rokok yang merupakan komoditas
perkebunan yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian nasional,
yakni merupakan sumber pendapatan negara melalui devisa negara, cukai, pajak,
serta sumber pendapatan petani, dan dapat menciptakan lapangan kerja.
Cerutu adalah gulungan utuh daun tembakau yang dikeringkan dan
difermentasikan, yang mirip dengan rokok salah satu ujungnya dibakar dan
asapnya dihisap oleh mulut melalui ujung lainnya. Sebuah cerutu akan terlihat
dari balutan daun terluar atau pembungkus yang berasal dari bagian perkebunan
yang luas dan penentuan atas pembungkus cerutu dapat menjelaskan karakter dan
rasa termasuk dengan warnanya yang sering dipergunakan untuk menggambarkan
cerutu secara keseluruhan (Michel, 2011).
Hasil industri dalam negeri yang berasal dari tanaman tembakau salah
satunya juga rokok. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus,
dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies
lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan. Rokok dibuat dari tembakau rajangan yang di balut dengan
kertas dengan cara dilinting untuk dipakai tanpa mengindahkan bahan pengganti
atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya (Heryani, 2014).
Menurut Wigand (2006) rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang
antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar
10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada
salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
mulut pada ujung lainnya. Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Rokok berdasarkan bahan baku atau isinya, dibedakan menjadi:
a. Rokok Putih
Isi rokok ini hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu (Mardjun, 2012). Rokok putih mengandung
14 - 15 mg tar dan 5 mg nikotin (Alamsyah, 2009).
b. Rokok Kretek
Bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi
saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu (Mardjun, 2012).
Rokok kretek mengandung sekitar 20 mg tar dan 44-45 mg nikotin
(Alamsyah, 2009).
c. Rokok Klembak
Bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok
kelembak kemenyan adalah sigaret yang dalam pembuatannya dicampur
dengan kelembak atau kemenyan asli maupun tiruan tanpa
memperhatikan jumlahnya (Mardjun, 2012).
2. Rokok berdasarkan penggunaan filter menurut Mardjun (2012) dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Rokok Filter
Rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
b. Rokok Non Filter
Rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
3. Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
a. Sigaret Kretek Tangan (SKT)
Rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting
dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.
b. Sigaret Kretek Mesin (SKM)
Rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya,
material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran
yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Menurut
Wigand (2007), Sigaret Kretek Mesin dapat dikategorikan ke dalam 2
jenis :
- Sigaret Kretek Mesin Full Flavor merupakan rokok yang dalam proses
pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas.
- Sigaret Kretek Mesin Light Mild merupakan rokok mesin yang
menggunakan kadar tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini
jarang menggunakan aroma yang khas.
4. Rokok berdasarkan bahan pembungkus
a. Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kulit jagung.
b. Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
c. Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas (Wigand, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, R. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan
Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di Kota Medan
Tahun 2007. [Thesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Heryani, R. 2014. Kumpulan Undang Undang dan Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Khusus Kesehatan. Jakarta : CV. Trans Info Media

Mardjun, Y. 2012. Perbandingan Keadaan Tulang Alveolar Antara Perokok dan


Bukan Perokok. [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasannudin.

Michel, 2011. Perancangan Ulang Identitas Visual Cerutu Lokal Ramayana, Desain
Komunikasi Visual. Jakarta: Bina Nusantara.

Wigand, J.S., 2006. Additives, Cigarette Design and Tobacco Product Regulation,
A Report To:WHO, Tobacco Free Initiative. Tobacco Product Regulation
Group, World Health Organization.

Вам также может понравиться