Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
budaya patriarkis yang membuat hubungan laki-laki dan perempuan tidak setara. Hal ini
sangat nampak pada kebijakan yang tidak berpihak pada perempuan dan semakin lemahnya
peran Negara untuk melindungi warganya akibat tekanan globalisasi. Dalam sector ekonomi,
Negara lebih memberikan perlindungan kepada pemilik modal daripada menjaga sumber
daya alam dan mensejahterakan perempuan. Perempuan secara sistematis telah dikondisikan
untuk tidak berpeluang memikirkan wilayah public dan mengambil keputusan yang
adalah korban sekaligus tokoh penggeraknya yang langsung berhadapan dengan kelompok
penguasa (penindas). Konsep ecofeminisme Shiva yaitu menawarkan pandangan atau jalan
keluar tentang masalah kehidupan manusia dan alam di masa mendatang. Ekofeminisme
seperti dalam buku Reclaim The Earth menawarkan analisis relasi perempuan dan alam dan
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga Negara.
Terjadinya kerusakan lingkungan hidup akibat eksploitasi telah mengabaikan hak warga
negara untuk mendapatkan lingkungan yang sehat. Perempuan dan anak adalah bagian warga
Negara yang mempunyai dampak secara langsung akibat pencemaran. Perempuan yang
terganggu kesehatannya akibat lingkungan hidup yang tidak sehat akan berakibat secara tidak
langsung terhadap kesehatan anak sebagai generasi penerus bangsa (Hidayah, 2011).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tentunya menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk yang tidak memiliki lahan untuk
diolah, dan akibatnya semakin banyak wanita yang mencari pekerjaan sebagai buruh tani
yang dibayar. Di Amerika Latin, buruh wanita sering dipekerjakan untuk tugas buruh yang
rumit seperti memetik biji kopi, serta pemilihan dan penyortiran kacang. Wanita dikatakan
cocok dengan pekerjaan seperti itu, yang membutuhkan jari yang cekatan dan dedikasi yang
tinggi untuk tugas yang menjenuhkan dan berulang-ulang. Di India, hampir seluruh
penanaman padi dilakukan oleh wanita, yang terus bekerja tanpa henti dari pukul 10.30 pagi
hingga pukul 06.00 malam yang menurut hukum adalah upah minimum. Di negara-negara
Asia Tenggara, seperti Indonesia, wanita juga sangat aktif dalam penanaman padi. Bekerja
sebagai pemetik daun teh, penyadap getah karet atau pekerja lepas, wanita di Malaysia dan
Sri Lanka berkerja lebih dari setengah kemampuan buruh dalam penanaman, namun
Pekerja penanaman wanita pada umumnya diperkerjakan dengan upah terendah, seperti
penyiangan, penyemprotan dan pemanenan. Pekerjaan ini bisa menjadi tugas yang berat dan
melelahkan, pada saat penyemprotan, dapat terkena bahaya semprotan bahan kimia. Di
Malaysia, wanita mendapatkan 63 persen dari angkatan pekerja dalam penanaman karet,
pekerjaan penyadap getah karet mulai dari pukul 06.00 am dan agar dapat menyadap jumlah
pohon yang diperlukan, rata-rata 500, dibutuhkan sebuah tangga yang wanita itu harus bawa
dari pohon ke pohon. Pekerjaan selesai pukul 02.00 siang, dan banyak dari wanita itu
Di bagian perkebunan teh, wanita memetik daun teh ke dalam keranjang besar yang
kondisi kerja yang sangat tidak menyenangkan, para wanita harus memetik di bawah terik
matahari dan hujan tanpa adanya pakaian pelindung. Keranjang menjadi sangat berat dan
proses pemetikan memberikan tegangan pada otot bahu dan punggung. Para pekerja wanita
mengeluhkan adanya penyakit dan luka pada kaki mereka karena berdiri di atas lumpur, dan
terkadang di atas kotoran manusia, karena tidak adanya fasilitas sanitary di kebun tersebut.
Banyak wanita pekerja penanaman itu bersentuhan dengan cairan kimia beracun.
Kutipan berikut ini menggambarkan kegunaan dari herbisida beracun dalam penanaman di
Malaysia.
Selama 8 jam sehari para pekerja wanita itu mulai dari masa remaja hingga umur
50-an terkena cairan kimia yang sangat beracun ini. Para wanita tidak dilengkapi
dengan peralatan yang layak untuk menangani bahan kimia saat mereka
mengangkatnya dengan bahu dalam kontainer yang diikat pada tiang yang akan
sering air dari sungai dan saluran air hujan digunakan untuk pencairan dan pencucian
container bahan kimia tersebut. Hal ini mengakibatkan kontaminasi pada sungai.
tentang bahaya dari bahan kimia yang mereka selalu gunakan. Mereka juga tidak
mengerti bahaya racun dari bahan kimia itu. Walaupun terdapat label peringatan dan
instruksi bahaya, hal ini tidak cukup dan tidak berguna karena para pekerja wanita itu
buta huruf.
Kondisi kehidupan para pekerja penanaman tersebut seringkali tidak sesuai standard.
Berdasarkan pada laporan ILO (International Labor Organization), wanita yang bekerja di
penanaman di Sri Lanka mengeluhkan kurangnya ruang dan masalah sumber air bersih.
Rata-rata 30-35 orang menggunakan 1 keran air, dalam banyak kasus seringkali
tidak ada air dan para wanita harus mengangkatnya, entah apakah karena pipanya
rusak atau dicuri. Masalah lainnya adalah kondisi sanitasi yang buruk, bau dari
jamban, lubang di dinding, atap yang bocor, dan pintu juga jendela yang rusak.
Bagian ini tidak berusaha menggambarkan seluruh aspek dari pekerja wanita, tapi
hubungan dengan lingkungan. Di banyak kasus, mereka dilibatkan dengan lingkungan secara
langsung, sebagai contoh, mereka menggunakan lingkungan alam untuk mendapatkan energi
dan bahan mentah, dan wanita yang bekerja dalam proyek konstruksi terlibat dalam
modifikasinya. Di sisi lain, pabrik tempat wanita bekerja dapat menyebabkan kerusakan
Pengolahan bahan pangan dalam berbagai bentuk sangat meluas dan merupakan
pekerjaan alami wanita sebagai penghasil makanan. Walaupun banyak dari hasilnya adalah
untuk keluarga, tapi beberapa juga sering dijual di jalanan dan di pasar.
Di Ghana, dan banyak negara lainnya, wanita sering terlibat dalam memproduksi
minyak kelapa yang digunakan untuk memasak. Metode tradisional dengan mendidihkan
buah kelapa, kemudian mengetukkannya untuk mengekstrak minyak dan kemudian harus
dididihkan kembali agar minyaknya terpisah, telah tergantikan dengan metode yang lebih
modern menggunakan tanki penekan dan penyulingan. Para wanita menjual minyak dalam
jumlah banyak ke pasar, kebanyakan pada agent, walaupun beberapa dijual dalam jumlah
sedikit.
Contoh pengolahan makanan yang menggunakan minyak dalam jumlah yang besar dari
lingkungan yaitu pembakaran ikan. Banyak wanita membuat barang-barang dari bahan yang
mereka kumpulkan atau mereka pelihara untuk dijual di pasar lokal. Di India, beragam
produk dapat dilihat di pasar desa mingguan. Kerajinam tangan dan juga industri kecil juga
penting, bahan-bahan lokal, khususnya yang berasal dari hutan digunakan untuk membuat
produk seperti keranjang dan tikar. Wanita sebagai penghasil barang-barang rumah tangga
dilibatkan dalam pembuatan baju, furnitur kecil, alas kaki dan renda dan beedis (sejenis
cerutu).
Telah menjadi hal wajar bahwa banyak wanita dilibatkan dalam beberapa bentuk
managemen lingkungan. Dalam bagian ini, wanita sebagai pengelola telah dipertimbangkan
dengan acuan kepada populasi dan sumber daya alam. Wanita adalah kunci keseimbangan di
antara populasi dan lingkungan, karena mereka bisa memainkan peran vital dalam
mengontrol pertumbuhan populasi. Wanita sebagai pengelola dari sumber daya alam adalah
subjek dari bagian final bab ini. Bagian ini ditulis oleh Collete Dehlot, ahli dalam bidangnya,
yang memiliki manfaat tambahan dari pengetahuan tentang pemanfaatan sumber daya alam
pengurangan laju pertambahan populasi, Dan karena tekanan populasi adalah faktor kunci
Dalam beberapa golongan masyarakat, status seorang wanita tergantung dari berapa
banyak anak yang dimilikinya, terutama anak laki-laki, yang cenderung lebih diperhatikan
Diskriminasi menentang wanita dan anak perempuan dimulai saat lahir, ketika
kelahiran anak perempuan dinilai lebih rendah dibandingkan anak laki-laki. Dari 38
negara yang diteliti oleh World Fertility Survey, 23 menunjukkan anak laki-lakinya
lebib disukai, Anak laki-laki disusui lebih lama, lebih banyak diberi protein, dan lebih
sebagai wanita dari umur yang sangat muda. Seorang anak perempuan melewati masa
keibuan menjadi lebih besar. Mendapatkan anak dalam usia muda, terlalu sering, dan
pada umur yang telah tua, mengacaukan kesehatan dan kekuatan juataan wanita.
Wanita di negara berkembang menikah saat umur mereka masih muda. Berdasarkan
pada angka World Fertility Survey, 50% wanita Afrika menikah pada umur 18 tahun, 40%
wanita Asia, dan 30% wanita Amerika Latin. Di Bangladesh umur rata-rata bagi anak
perempuan yang menikah pada umur 11.6 tahun dan 15.7 di Sierra Leone. Dari umur yang
lebih awal ini pada wanita melakukan reproduksi secara terus menerus, kemudian
mempunyai anak dalam jumlah banyak dengan jarak umur yang dekat.
Ada beberapa alasan mengapa masyarakat menginginkan jumlah anak yang banyak;
untuk mengimbangi tingkat kematian bayi yang tinggi, untuk mempertahankan persediaan
tenaga kerja yang cukup, harapan yang tidak berhenti untuk memiliki anak laki-laki, dan,
dalam kasus keluarga berpoligami, dan yang paling penting hak istimewa dan nilai warisan
Reproduksi yang terus menerus ini dapat membayahakan kesehatan wanita dan anak
mereka. Di negara berkembang, terdapat tingkat kematian ibu yang sangat tinggi. DI negara
Afrika, satu dari 21 wanita meninggal disebabkan karena kehamilan dan melahirkan; angka
untuk negara di Asia dan Amerika Selatan adalah satu dari 38 dan satu dari 90 masing-
masingnya. Ibu termuda dan tertua memiliki resiko yang paling besar, penyebab utama dari
kematian ibu adalah pendarahan setelah melahirkan, yang paling umum terjadi pada wanita
yang telah memiliki beberapa, kehamilan dengan jarak yang dekat. Banyak wanita yang
meninggal atau terpengaruh sangat buruk karena aborsi yang tidak medis. Masalah kesehatan
lainnya adalah karena kekurangan gizi, yang pada kelahiran dengan jarak yang dekat
mengarah pada anak yang kurang sehat, dan ini menjadi salah satu faktor tingginya tingkat
kelahiran bayi.
Terpisah dari efek pada wanita itu sendiri, terdapat juga efek tidak langsung pada
lingkungan. Di mana kemampuan wanita untuk bekerja dipengaruhi oleh sakit yang
ditimbulkan saat hamil, dan begitu banyak waktu tersita untuk merawat anak-anak kecil,
lingkungan akan menjadi terlantar, karena semakin berkurangnya waktu yang tersedia untuk
memberikan mereka kesempatan untuk memilih berapa banyak anggota keluarganya dan
mengizinkan mereka mengakses pilihan sexual yang lebih luas. Dengan memperhitungkan
populasi dunia, perencanaan keluarga penting jika target populasi ingin dicapai. Berdasarkan
pada PBB, populasi dunia pada akhir abad 20-an akan menjadi 6,25 miliar, dan pada tahun
2025 akan menjadi 8,5 miliar. Pertambahan itu bisa dihentikan pada angka 10 miliar, kira-
kira dua kali jumlah pada waktu ini, pada akhir abad 21.
Proyeksi ini cukup optimis, diasumsi bahwa kesuburan di dunia yang berkembang
secara keseluruhan akan berkurang satu hingga tiga di 30-40 tahun ke depan. Hal ini pada
gilirannya diasumsi bahwa sejumlah besar wanita di negara berkembang akan mulai
melaksanakan Keluarga Berencana harus ditingkatkan menjadi 730 juta (58%) pada tahun
2000 dan menjadi 1.218 milyar (71%) (atau tingkat sekarang di negara Industri) pada tahun
2025.
menunjukkan bahwa lebih dari seperempat wanita lebih memilih keluarga yang lebih
kecil,dan sampai pada setengah wanita umur 40-49 tahun tidak menginginkan kehamilan
terakhir mereka.
Ada beberapa alasan mengapa wanita tidak memiliki akses ke keluarga berencana.
Salah satu kesulitan adalah akses ke klinik, pada khususnya untuk masalah waktu. Wanita
pedesaan tidak mampu berjalan dalam waktu dan jarak yang lama untuk mendapatkan
persediaan alat kontrasepsi. Bahkan biaya saat perjalanan ke klinik menjadi faktor lainnya.
PELUANG
Jika wanita memilih untuk tidak menginginkan anak, akan ada 38% pengurangan kelahiran dan 29% penurunan tingkat kematian ibu di dunia
Kematian Ibu Kelahiran
27%
AFRICA
35%
33%
ASIA
35%
35%
AMERIKA LATIN
33%
Ada sedikit perselisihan mengenai pentingnya wanita dalam mengelola sumber daya
rekomendasi dan resolusi telah diadopsi dalam keterlibatan wanita dalam setiap tingkat
Perhatian kepada wanita dan sumber daya alam saat ini sedang berkembang, tapi
kekurangan pengetahuan tentang kedua hubungan ini tetap ada. Maksud dalam
mengidentifikasi hubungan peran wanita dan manajemen sumber daya alam sangat
bergantung pada kerangka berpikir, tujuan kebijakan dan perintah untuk bertindak.
Sumber daya alam dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu dapat diperbaharui
dan tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu tumbuhan dan
vegetasi, manusia dan hewan. Hal ini dapat ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui adlah seperti air dan lahan (tanah). Dalam hal
kuantitas mereka terbatas, tapi kualitasnya dapat ditingkatkan dengan syarat bio-kondisi dan
dengan pengelolaan yang baik. Satu sumber daya alam yang jarang dibicarakan adalah waktu.
Waktu adalah faktor konstan yang dikenakan siklus lengkap dari semua sumber daya alam.
Walaupun, pada kebanyakan sumber daya alam, manipulasi genetik dapat memodifikasi
waktu dalam hal durasi; hanya waktu yang dapat mengatakan apakah manipulasi tersebut
Proses Pengelolaan
Efek dari pengelolaan Sumber Daya Alam yang buruk telah banyak ditunjukkan secara
dramatis di banyak negara berkembang. Ekosistem berbeda telah dan sedang diserang secara
konstan dari berbagai sisi. Sebagai contoh, dalam sumber daya laut, ketika wanita mengolah
ikan, demi kesejahteraan keluarganya, industri perikanan menggunakan bahan peledak untuk
menangkap lebih banyak ikan sehingga menghabiskan ekosistem laut dari tingkat
keanekaragaman spesiesnya. Ketika wanita mengumpulkan kayu bakar untuk memasak atau
membuat bir rumahan, eksploitasi secara berlebihan dari perindustrian kayu membuka kanopi
hutan langsung terpapar sinar matahari dan menghancurkan ekosistem yang rapuh. Hal ini
sebagai pengelola sumber daya alam mereka sendiri. Hal inilah yang menunjukkan
bagaimana hubungan tersebut yang kurang dimengerti. Diagram 3.1 Proses Manajemen
Sumber Daya Alam di atas untuk menunjukkan adanya hubungan itu. Sebagai agen
perubahan sosial, wanita di negara berkembang menjalankan tiga tingkat yang khusus, atau
dimensi pada pengelolaan Sumber Daya Alam, yang ditunjukkan pada diagram tersebut.
Pertama adalah dimensi perilaku. Dalam setiap budaya, ada bentuk perilaku
lingkungan yang lebih dan juga kurang melindungi lingkungan alam. Di beberapa daerah
Afrika, sebagai contoh, sangatlah jelas. Pohon tertentu secara khusus disebut pohon wanita,
artinya para pria tidak mempunyai hak untuk mengambil sumber daya apapun dari pohon
tersebut. Sebagai contoh adalah pohon karite di Mali. Pada beberapa daerah di hutan tropis
itu, pohon tertentu menyediakan maksud tertentu, dan denda sering dikenakan karena
pelanggaran. Hal ini adalah contoh budaya terikat perlindungan lingkungan. Tetapi juga,
tempat di mana wanita mengumpulkan kayubakar adalah dari ranting-ranting mati yang telah
Kedua adalah dimensi ekonomi. Subjek ini telah dibahas dalam banyak forum
internasional di mana telah diakui bahwa wanita dalam bentuk umum adalah Dunia Kelima,
karena mereka adalah terendah dari yang rendah. Tampaknya, bagaimanapun, bahwa
pengembang, perencana, organisasi bilateral dan multilateral telah khawatir untuk bekerja
melawan kapasitas wanita Dunia Ketiga yang produktif. Dari perkenalan monokultur
tanaman, hingga penyubur dari bahan kimia wanitalah yang tidak mengerti mekanismenya,
tapi walaupun demikian wanita diminta untuk memperbaiki efeknya yang memburuk. Lahan
yang digarap diksploitasi untuk penanaman satu jenis tanaman yang belum dapat wanita lihat
adanya keuntungan. Di lain pihak, berkurangnya wanita yang menggunakan sumber daya
alam apapun yang tersedia dari sudut pandang ibu rumah tangga atau pencari nafkah,
khususnya belakangan ini. Wanita bertanggungjawab sebagai peran yang penting dalam
produksi pertanian, ternyata pengelolaan sumber daya alam sangatlah penting untuk mereka
dan mereka dapat memberikan saran yang berharga dan informasi, menyediakan pendapat
reproduksi dari lingkungan nyata tempat teknologi itu akan digunakan. Di negara
apakah teknologi tersebut dapat sesuai atau tidak untuk kondisi sosial dan areanya (lihat
Bab.5). Ketika beberapa lembaga menuntut hubungan teknologi mereka dengan wanita,
untuk wanita itu) dibandingkan dengan pengurangan beban mereka atau peningkatan kegiatan
yang menghasilkan pendapatan. Permintaan yang besar dari sumber daya alam dan
usaha wanita. Dan juga, sangat disayangkan, konstribusi mereka untuk konservasi dari
PEMBAHASAN
Pertanyaan yang diajukan pada kelompok kami saat persentase tanggal 20 November
lalu adalah tentang bagaimana peran pemerintah melihat kondisi memprihatinkan para
pekerja wanita tersebut di negaranya. Tentunya di samping daripada kondisi para pekerja
berkembang itu juga banyak mendapatkan penghargaan untuk usaha mereka dalam
lingkungan hidup. Selain itu, beberapa begara berkembang yang kami jelaskan dalam
persentase, memang permasalahan gender masih menjadi budaya dan adat yang telah ada.
Ada dikatakan dalam tinjauan pustaka, berdasarkan 38 negara yang disurvey oleh World
Fertility Survey, 23 negara masih mendiskriminasi kelahiran anak perempuan dan anak lelaki.
Negara-negara itu masih menganut paham tradisional tentang betapa pentingnya anak laki-
laki. Satu contoh yang disebutkan dalam refrensi, pekerja wanita penanaman Padi
Mariana amiruddin, Jurnal perempuan no.42 tahun 2005, Vandana Shiva Pembangunan
Yohe Ling, Chee (1989) The Malaysian Experience, Women, Environment, Development,