Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB II

PEMBAHASAN
A. EKSTRAKSI

II.A.1. DEFINISI EKSTRAKSI


Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan
larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran. Berlawanan misalnya
dengan proses rektifikasi, pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan
yang akan diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak
(dalam pelarut).

II.A.2. TUJUAN EKSTRAKSI


Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi
masuk ke dalam pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme.
Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat
modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan
dengankebutuhanpemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya
alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari
senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini,
metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat
diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang
sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu.
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan
biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM)
seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air
untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak
akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika
tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara
apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika
tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau

1
didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa
dengan aktivitas biologi khusus.

II.A.3. JENIS-JENIS EKSTRAKSI

Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua macam


ekstraksi yaitu :

1. Ekstraksi padat-cair
Yaitu jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam campurannya yang
berbentuk padat. Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut
dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis
dalam skala besar terutama dibidang industri bahan alami dan makanan, misalnya untuk
memperoleh :
- Bahan-bahan aktif dari tumbuhan atau organ-organ binatang untuk keperluan farmasi
- Gula dari umbi
- Minyak dari biji-bijian
- Kopi dari biji kopi
Pengambilan garam-garam logam dari pasir besi adalah juga ekstraksi padat-cair atau
sering disebut dengan leaching. Proses ini menggunakan ekstraksi yang digabungkan
dengan reaksi kimia. Dalam hal ini ekstrak, dengan bantuan suatu asam anorganik
misalnya, dikonversikan terlebih dahulu kedalam bentuk yang larut.
Pembilasan kue filter dan pelarutan pada proses rekristalisasi bahan padat juga dianggap
sebagai ekstraksi padat-cair. Ekstrak yang akan dipisahkan, berbentuk padat atau cair,
dapat terkurung dalam bahan ekstraksi atau berada dalam sel-sel khusunya pada bahan-
bahan hewani dan nabati. Dalam keadaan-keadaan tersebut bahan ekstraksi bukan
merupakan substansi yang homogen, melainkan berpori dan berkapiler banyak.

2. Ekstraksi cair-cair
Yaitu jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam campurannya yang
berbentuk cair. Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari satu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam
skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, produk minyak bumi dan

2
garam logam, dll. Proses ini pun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan
ekstrak hasil ekstraksi padat-cair. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan
campuran dengan destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan
azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis.

Berdasarkan proses pelaksanaannya ekstraksi dapat dibedakan :


1. Ekstraksi yang berkesinambungan (Continous Extraction)
Dalam ekstraksi ini pelarut yang sama dipakai berulang-ulang sampai proses
ekstraksi selesai
2. Ekstraksi bertahap (Bath Extraction)
Dalam ekstraksi ini pada tiap tahap selalu dipakai pelarut yang baru sampai proses
ekstraksi selesai

II.A.4. METODE METODE EKSTRAKSI

1. Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian yang sederhana yaitu dengan cara
merendam sampel dalam pelarut yang sesuai selama 35 hari. Prinsip maserasi :
Pelarut akan menembus ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga akan
larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan
yang di luar sel, maka senyawa kimia yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel. Kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan merendam 10 bagian simplisia atau
campuran simplisia dengan derajat kehalusan tertentu, dimasukkan kedalam bejana.
Tambahkan pelarut sebanyak 70 bagian sebagai penyari, tutup dan biarkan 3-5 hari pada
tempat yang terlindung cahaya. Diaduk berulang- ulang serta diperas, cuci ampas dengan
cairan penyari secukupnya, hingga didapatkan hasil maserasi sbyk 100 bagian.
Pindahkan kedalam bejana tertutup dan biarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya
selama 2 hari.
keuntungan :
Teknik pengerjaan dan alat yang digunakan sederhana serta dapat digunakan
untuk mengekstraksi senyawa yang bersifat termolabil.

3
2. Sokletasi

Alat Sokletasi

Sokletasi adalah metode penyarian secara berulang- ulang senyawa bahan alam
dengan menggunakan alat soklet. Sokletasi merupakan teknik penyarian dengan pelarut
organik menggunakan alat soklet. Pada cara ini pelarut dan sampel ditempatkan secara
terpisah.
Prinsip sokletasi :
Prinsipnya adalah penyarian yang dilakukan berulang-ulang sehingga penyarian
lebih sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyarian telah selesai
maka pelarutnya dapat diuapkan kembali dan sisanya berupa ekstrak yang mengandung
komponen kimia tertentu. Penyarian dihentikan bila pelarut yang turun melewati pipa
kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa dengan pereaksi yang cocok.
keuntungan :
Sampel terekstraksi secar sempurna, karena dilakukan berulang kali dan kontinu.
Pelarut yang digunakan tidak akan habis, karena selalu didinginkan dengan
kondenser dan dapat digunakan lagi setelah hasil isolasi dipisahkan.
Proses ekstraksi lebih cepat (wkt nya singkat)
Pelarut yang digunakan lebih sedikit.
Kelemahan :
Tidak cocok untuk senyawa- senyawa yang tidak stabil terhadap panas (senyawa
termobil), contoh : Beta karoten.

4
3. Perkolasi

perkolasi
Merupakan teknik penyarian dengan pelarut organik yang sesuai secara lambat
menggunakan alat perkolator.
Prinsip :
Dilakukan dg merendam 10 bagian sampel dg derajat kehalusan tertentu dg cairan
penyari sebyk 2,5- 5 bagian, perendaman sekurang-kurangnya selama 3 jam
dalam bejana tertutup.
Pindahkan masa sedikit demi sedikit ke dlm perkolator, sambil sesekali ditekan
secara hati-hati, tuang dg cairan penyari secukupnya hingga cairan penyari
menetes (bahan harus terendam cairan penyari).
Tutup perkolator biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes selam 1
ml/menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya hingga diperoleh
100 bagian perkolat.
Tutup dan biarkan selama 2 hari ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya.
Pada cara ini pelarut dialirkan melewati sampel sehingga penyarian lebih
sempurna. Tapi metoda ini membutuhkan pelarut yang relatif banyak.
4. digestasi

5
Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan
menggunakan pemanasan pada suhu 30-40oC. Metoda ini digunakan untuk simplisia
yang tersari baik pada suhu biasa.

5. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai
berikut : simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan
ditambahkan air secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung
mulai suhu 90oC sambil sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel,
tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang
dikehendaki.

6. Dekokta
Proses penyarian dengan metoda ini hampir sama dengan infus, perbedaanya
terletak pada lamanya waktu pemanasan yang digunakan. Dekokta membutuhkan waktu
pemanasan yang lebih lama dibanding metoda infus, yaitu 30 menit dihitung setelah suhu
mencapai 90oC. Metoda ini jarang digunakan karena proses penyarian kurang sempurna
dan tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang termolabil.

7. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan teknik pemisahan atau pengelompokan kandungan kimia
ekstrak berdasarkan kepolaran. Pada proses fraksinasi digunakan dua pelarut yang tidak
bercampur dan memiliki tingkat kepolaran yang berbeda
Tujuan:
Tujuan fraksinasi adalah memisahkan senyawa-senyawa kimia yang ada di dalam
ekstrak berdasarkan tingkat kepolarannya. Senyawa-senyawa yang bersifat non polar
akan tertarik oleh pelarut non polar seperti heksan & pertolium eter. Senyawa yg
semipolar seperti golongan terpenoid dan alkaloid akan tertarik oleh pelarut semi polar
seperti etil asetat & DCM. Senyawa-senyawa yang bersifat polar seperti golongan
flavonoid dan glikosida akan tertarik oleh pelarut polar seperti butanol dan etanol.

6
II.A.5. TAHAP-TAHAP EKSTRAKSI

1. Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontak.


Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antarmuka
bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang sebenarnya,
yaitu pelarutan ekstraksi.
2. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau
filtrasi.

3. Mengisolasi ekstrak dari larutan dan mendapatkan kembali pelarut, umumnya


dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu, larutan ekstrak dapat
langsung diolah lebih lanjut atau dioalh setelah dipekatkan.

II.A.6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSI

1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin kecil
ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair; sehingga laju
perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi yang
dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.

2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut
pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat bersikulasi
dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada awalnya, tetapi setelah
proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju ekstraksinya turun,
pertama karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi
lebih kental.

7
3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam
pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan laju
ekstraksi yang lebih tinggi.

4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses difusi,
sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat pelarut.
Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi padat-cair misalnya, dapat
dilakukan pra-pengolahan (pengecilan) bahan ekstraksi atau pengolahan lanjut dari
rafinat (dengan tujuan mendapatkan kembali sisa-sisa pelarut).

Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :


1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-
komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan
alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama
dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh
harus dibersihkan, yaitu misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.

2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam
bahan ekstraksi.

4. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan kerapatan
yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa

8
dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya
berat). Bila beda kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan
menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).

5. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan
adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas
yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan
yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.

6. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak boleh terlalu dekat, dan
keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan
jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya
dengan panas penguapan yang rendah).

II.A.7. APLIKASI EKSTRAKSI


Di dalam dunia industri, ilmu tentang eksraksi dapat diterapkan padaa bidang:
Proses ekstraksi pada minyak
Proses ekstraksi pada parfum
Proses ekstraksi pada besi dan baja

B. ADSORBSI

II.B.1. DEFINISI ADSORBSI

9
Adsorbsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas)
terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada
permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana fluida terserap oleh fluida
lainnya dengan membentuk suatu larutan. Adsorbsi secara umum adalah proses
penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat
atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan
penyerapnya.

II.B.2 JENIS-JENIS ADSORBSI


Adsorbsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorbsi fisika (disebabkan oleh gaya
Van Der Waals dan adsorbsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan
adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang
merupakan fungsi tekanan dan suhu)

1. Adsorbsi fisika
Berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya tarik menarik antara zat
terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut dengan
pelarutnya, maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben.
Adsorbsi ini mirip dengan proses kondensasi dan biasanya terjadi pada temperatur
rendah pada proses ini gaya yang menahan molekul fluida pada permukaan solid
relatif lemah, dan besarnya sama dengan gaya kohesi molekul pada fase cair (gaya van
der waals) mempunyai derajat yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi
cair, yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol. Keseimbangan antara permukaan solid dengan
molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel.

2. Adsorbsi Kimia
Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang teradsorpsi.
Adsorbsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih besar daripada
Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas reaksi kimia.
Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh gaya valensi
yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam molekul. Karena
adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorbent akan terbentuk suatu lapisan

10
atau layer, dimana terbentuknya lapisan tersebut akan menghambat proses penyerapan
selanjutnya oleh batuan adsorbent sehingga efektifitasnya berkurang.

III.B.3. KINETIKA ADSORBSI

Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan laju
reaksi. Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas sifat
penting dari permukaan zat. Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh
adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat
diketahui dengan mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan
menganalisis nilai k (berupa slope/kemiringan) serta memplotkannya pada grafik.
Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat
didefinisikan sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan
atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :

Macam adsorben
Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)
Luas permukaan adsorben
Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)
Temperatur

II.B.4. ADSORBEN

Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik cairan
maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik, hanya
menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi, disesuaikan
dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Adsorben yang paling banyak dipakai
untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang. Karbon aktif yang merupakan contoh

11
dari adsorpsi, yang biasanya dibuat dengan cara membakar tempurung kelapa atau kayu
dengan persediaan udara (oksigen) yang terbatas. Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh
molekul yang diserap karena terjadi interaksi tarik menarik. Zat ini banyak dipakai di
pabrik untuk menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif,
yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat
padat. Beberapa jenis adsorben yang biasa digunakan yaitu :

a. Karbon aktif/ arang aktif/ norit

Sejak perang dunia pertama arang aktif produksi dari peruraian kayu sudah
dikenal sebagai adsorben atau penyerap yang afektif sehingga banyak dipakai sebagai
adsorben pada topeng gas. Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang
masing-masing berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah
secara khusus melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya terbuka dan dengan
demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat lainnya, baik dalam fase
cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non-
polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, dimana semakin kecil pori-
pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian
kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan
menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Karbon aktif ini cocok digunakan
untuk mengadsorpsi zat-zat organik. Komposisi arang aktif terdiri dari silika (SiO2),
karbon, kadar air dan kadar debu. Unsur silika merupakan kadar bahan yang keras
dan tidak mudah larut dalam air, maka khususnya silika yang bersifat sebagai
pembersih partikel yang terkandung dalam air keruh dapat dibersihkan sehingga
diperoleh air yang jernih.

Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah maupun


mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi arang aktif yaitu dibuat
melalui proses pembakaran secara karbonisasi (aktifasi) dari semua bahan yang
mengandung unsur karbon dalam tempat tertutup dan dioksidasi/ diaktifkan dengan
udara atau uap untuk menghilangkan hidrokarbon yang akan menghalangi/
mengganggu penyerapan zat organik Bahan tersebut antar lain tulang, kayu lunak

12
maupun keras, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa, ampas penggilingan tebu,
ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, dan batubara.

Pembuatan arang aktif


Secara umum dan sederhana, proses pembuatan arang aktif terdiri dari 3 tahap, yaitu :

1. Dehidrasi : proses penghilangan air dimana bahan baku dipanaskan


sampai temperatur 170C.
2. Karbonisasi : pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon. Suhu
diatas 170C akan menghasilkan CO dan CO2. Pada suhu 275C, dekomposisi
menghasilkan tar, methanol dan hasil samping lainnya. Pembentukan karbon
terjadi pada temperatur 400-600C.
3. Aktifasi : dekomposisi tar dan perluasan pori-pori. Dapat dilakukan
dengan uap atau CO2 sebagai aktifator.

Yang dimaksud dengan aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang
bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan
hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang
mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya
bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi.

Arang aktif mempunyai warna hitam, tidak berasa dan tidak berbau, berbentuk
bubuk dan granular, mempunyai daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan arang yang belum mengalami proses aktifasi, mempunyai bentuk amorf yang
terdiri dari plat-plat dasar dan disusun oleh atom-atom karbon C yang terikat secara
kovalen dalam suatu kisi yang heksagon. Plat-plat ini bertumpuk satu sama lain
membentuk kristal-kristal dengan sisa-sisa hidrokarbon yang tertinggal pada
permukaan. Dengan menghilangkan hidrokarbon tersebut melalui proses aktifasi,
akan didapatkan suatu arang atau karbon yang membentuk struktur jaringan yang
sangat halus atau porous sehingga permukaan adsorpsi atau penyerapan yang besar
dimana luas permukaan adsorpsi dapat mencapai 300-3500 cm2/gram.

13
Proses pembuatan arang aktif dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Proses Kimia
Bahan baku dicampur dengan bahan-bahan kimia tertentu, kemudian dibuat
padat. Selanjutnya padatan tersebut dibentuk menjadi batangan dan dikeringkan
serta dipotong-potong. Aktifasi dilakukan pada temperatur 100C. Arang aktif
yang dihasilkan dicuci dengan air selanjutnya dikeringkan pada temperatur
300C. Dengan proses kimia, bahan baku dapat dikarbonisasi terlebih dahulu,
kemudian dicampur dengan bahan-bahan kimia.

2) Proses Fisika
Bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya arang tersebut digiling,
diayak untuk selanjutnya diaktifasi dengan cara pemanasan pada temperatur
1000C yang disertai pengaliran uap.

Penyerapan Bahan - bahan Terlarut Dengan Arang Aktif


Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Untuk menghilangkan
bahan-bahan terlarut dalam air, biasa menggunakan arang aktif dengan mengubah
sifat permukaan partikel karbon melalui proses oksidasi. Partikel ini akan menyerap
bahan-bahan organik dan akan terakomulasi pada bidang permukaannya. Pada
umumnya ion organik dapat diturunkan dengan arang aktif.

Adsorbsi oleh arang aktif akan melepaskan gas, cairan dan zat padat dari
larutan dimana kecepatan reaksi dan kesempurnaan pelepasan tergantung pada pH,
suhu, konsentrasi awal, ukuran molekul, berat molekul dan struktur molekul.
Penyerapan terbesar adalah pada pH rendah. Dalam Laboratorium Manual disebutkan
bahwa pada umumnya kapasitas penyerapan arang aktif akan meningkat dengan
turunnya pH dan suhu air. Pada pH rendah aktifitas dari bahan larut dengan larutan
meningkat sehingga bahan-bahan larut untuk tertahan pada arang aktif lebih rendah.

14
Proses adsorbsi arang aktif dapat digambarkan sebagai molekul yang
meninggalkan zat pengencer yang terjadi pada permukaan zat padat melalui ikatan
kimia maupun fisika. Molekul tersebut digunakan sebagai adsorbat dan zat padat
disebut adsorben arang aktif. Adapun adsorbsi yang terjadi pada arang aktif dapat
bersifat :

1. Adsorbsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi berdasarkan ikatan fisika antara zat-zat dengan arang aktif
dalam keadaan suhu rendah dengan penyerapan relative kecil.

2. Adsorbsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi berdasarkan ikatan kimia antara adsorben (arang aktif)
dengan zat-zat teradsopsi. Dijelaskan pula bahwa bahan dalam larutan yang
bersifat elektrolit akan diserap lebih efektif dalam suasana basa oleh arang aktif.
Sedangkan bahan dalam larutan yang bersifat non elektrolit penyerapan arang
aktif tidak dipengaruhi oleh sifat keasaman atau sifat kebasaan larutan.

Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu:

Sifat serapan
banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya
untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing senyawa. Adsorpsi akan
bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari
struktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorpsi juga dipengaruhi
oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, dan struktur rantai dari
senyawa serapan.

Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur pada
saat berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses
adsorpsi adalah viskositas dan stabilitas senyawa serapan. Jika pemanasan
tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan
warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya.

15
Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila
memungkinkan pada temperatur yang lebih rendah.

pH (derajat keasaman)
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu
dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan
asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya
apabila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan penambahan alkali, adsorpsi
akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.

Waktu singgung
Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk
mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan
jumlah arang yang digunakan.

Selisih ditentukan oleh dosis arang aktif, pengadukan juga mempengaruhi


waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada
partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan.

Secara garis besar penyerapan arang aktif terhadap zat yang terlarut adalah:

1. Zat teradsorpsi berpindah dari larutannya menuju lapisan luar dari adsorben
(arang).
2. Zat teradsorpsi diserap oleh permukaan arang aktif.
3. Zat teradsorpsi akhirnya diserap oleh permukaan dalam atau permukaan porous
arang.

Adapun secara umum faktor yang menyebabkan adanya daya serap dari arang
aktif adalah :

1. Adanya pori-pori mikro yang jumlahnya besar pada arang aktif sehingga
menimbulkan gejala kapiler yang menyebabkan adanya daya serap.

16
2. Adanya permukaan yang luas (300 3500 cm2/gram) pada arang aktif sehingga
mempunyai kemampuan daya serap yang besar.

Menurut SII No.0258-79, arang aktif yang baik mempunyai persyaratan seperti yang
tercantum pada tabel dibawah ini :

Tabel1. Spesifikasi karbon aktif

JENIS PERSYARATAN
Bagian yang hilang pada pemanasan 950C Maks. 15%
Air Maks. 10%
Abu Maks. 2,5%
Bagian yang tidak diperarang Tidak nyata
Daya serap terhadap larutan Min. 20%

b. Gel Silika
Merupakan bahan yang terbuat dari add treatment dari larutan sodium silikat yang
dikeringkan. Luas permukaanya 600-800 m2/g dengan diameter pori antara 20-50. Gel
silika cocok digunakan untuk mengadsorpsi gas dehidrat dan untuk memisahkan
hidrokarbon.

c. Alumina Aktif
Alumina aktif cocok digunakan untuk mengadsorpsi gas kering dan Liquid. Luas
permukaannya 200-500 m2/g dan diameter porinya 20-140.

II.B.5. APLIKASI ADSORBSI


Adsorpsi dapat di manfaatkan dalam berbagai hal, antara lain sebagai berikut :

a. Proses pemutihan gula pasir pada industri gula dengan tanah diatomi dan arang
tulang.
b. Penyembuhan sakit perut dengan serbuk karbon atau norit

17
c. Pewarnaan serat sutra, wool atau kapas dalam larutan Al2(SO4)3 pada industri
tekstil.
d. Penjernihan air keruh dengan menggunakan tawas (Al2(SO4)3).
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat, Lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena
itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah
agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui
reaksi:
Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid
tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian
mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
e. Penggunaan arang aktif
- Penggunaan arang halus pada masker, berfungsi untuk menyerap gas yang
beracun.
- Filter pada rokok, yang berfungsi untuk mengikat asap nikotin dan tar.
f. Pembersihan kotoran dengan sabun.
g. Adsorpsi koloid humus oleh koloid tanah liat

BAB III
PENUTUP

III.1. KESIMPULAN

18
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut.
Jenis-jenis ekstraksi berdasarkan campuran dibagi menjadi dua yaitu ekstraksi
cair-cair dan ekstraksi cair padat
Jenis-jenis ekstraksi berdasarkan prosesnya dibagi dua yaitu ekstraksi yanh
berkesinambungan dan ekstraksi yang bertahap
faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi yaitu ukuran partikel, zat pelarut,
temperatur, dan pengadukan fluida
Adsorbsi adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam
larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan
kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Jenis-jenis ekstraksi ialah ekstraksi fisika dan ekstraksi kimia
Senyawa yang bisa digunakan sebagai adsorbsi antara lain yaitu karbon aktif,,
silika gel, dan alumina aktif

III.2. SARAN
Dalam makalah ini, penulis menyarankan kepada pembaca agar mencari sumber
sumber lain yang berkaitan dengan ekstraksi dan adsorbsi jika ingin lebih mengetahui
tentang materi tersebut, karena penulis sadar makalah ini masih memiliki kekurangan
tentang wawasan ilmu tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
- Nurul. 2013. Ekstraksi Kimia. (online),
(http://nurul.kimia.upi.edu/arsipkuliah/web2013/1106139/blog-single-with-
image-ekstraksi.html, diakses pada Senin 25 April 2016)

19
- Yulistiani, Lilis. 2011. Pengaplikasian Ekstraksi di Industri. (online),
(http://www.slideshare.net/lilisyulistiani/pengaplikasian-ekstraksi-di-industri,
diakses pada Senin, 25 April 2016)
- Nur, Andi. 2010. Sifat Koloid Adsorbsi. (online),
(http://optionsface.blogspot.co.id/2010/11/sifat-koloid-adsorpsi-dan.html, diakses
pada Senin, 25 April 2016)
- Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press
- Ahmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

20
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Nila Wulandari, kelompok 5


Bagaimana proses ekstraksi besi dan baja serta apa alat yang digunakan?

Besi diekstraksi dari bijih besi yang mengandung senyawa besi seperti
hematit (Fe2O3), limonit (2Fe2O3 3H2O), magnetit (Fe3O4), dan siderit (FeCO3).
Proses ekstraksi dilakukan dalam tungku yang disebut tanur tiup (blast furnace)
dengan menggunakan metode reduksi. Berikut tahapan ekstraksi Fe dari bijih
besi:

Bijih besi, batu kapur (CaCO3), dan kokas (C) dimasukkan dari bagian
atas tanur.

Kemudian, udara panas ditiupkan ke bagian bawah tungku agar C bereaksi


dengan O2 membentuk CO2.

C(s) +O2(S) CO2(S)


Gas CO2 yang terbentuk selanjutnya akan bergerak ke atas dar lebih lanjut
dengan C untuk membentuk CO. Reaksi ini bersifi endotermik, sehingga terjadi
sedikit penurunan suhu proses.
CO2(g) + C(s) 2CO(S)

Produk reaksi yakni gas CO kemudian bergerak naik dan mulai mereduksi
senyawa-senyawa besi pada bijih besi.

3Fe2O3(5) + CO(g) 4 2Fe3O4(s) + CO2(g)


Fe3O4(s) + CO(g) 3FeO(6) + CO2(g)
FeO(s) + CO(g) Fe(s) + CO2(g)

Reaksi keseluruhannya dapat ditulis sebagai berikut:

Fe2O3(s) + 3CO(s) 2Fe(l) + 3CO2(g)

Fe yang terbentuk akan mengalir dan berkumpul di bawah. Karena suhu di


bawah tinggi sekitar 2 000C, Fe akan berada dalam bentuk lelehannya.

Sementara itu, CaCO3 dalam tanur akan terurai menjadi CaO.

21
CaCO3(s)> CaO(s) + CO2(g)

CaO yang terbentuk akan bereaksi dengan pengotor yang bersifat asam
yang ada dalam bijih besi, seperti pasir silika. Reaksi ini menghasilkan senyawa
dengan titik didih rendah yang disebut terak (slag).

CaO(S) + SiO2(s) CaSiO3(l)

Lelehan terak kemudian akan mengalir ke bagian bawah tanur. Karena


kerapatan lelehan terak yang lebih rendah dibandingkan lelehan besi, maka
lelehan terak berada di atas lelehan besi sehingga keduanya dapat dikeluarkan
secara terpisah. (Secara tidak langsung, lelehan terak ini melindungi lelehan besi
dari teroksidasi kembali)

Besi yang terbentuk di dalam tanur tiup masih mengandung pengotor dan
bersifat cukup rapuh. Besi ini disebut juga besi gubal (pig iron). Besi gubal
mengandung sekitar 3 4% C, 2% Si, dan sejumlah pengotor lain seperti P dan S.
Besi gubal dapat dicetak langsung menjadi besi tuang (cast iron) atau diproses
lebih lanjut menjadi baja, tergantung dari aplikasinya

2. Apriansyah, kelompok 8

Bagaimana proses adsorbsi terjadi dan senyawa apa yang terkandung di dalam
arang aktif sehingga bisa melakukan penyerapan?

Jawab :

Proses adsorbsi terjadi karena molekul molekul pada permukaan zat padat
atau zat cair mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya
gaya yang mengimbangi. Adanya gaya gaya ini menyebabkan zat paat dan
zat cair mempunyai gaya adsorbsi.

Arang aktif dapat melakukan proses adsorbsi karena memiliki


kandunngann silika (SiO2) yang bersifat sebagai pembersih partikel yang
terkandung dalam air keruh sehingga diperoleh air yang jernih.

22
3. Deli Kusuma Wardani, kelompok 7
Bagaimana cara kerja ekstraksi perkuulasir?
Jawab : Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut
(perkulator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan
pengekstaksi yang dialirkan secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara
lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui
penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi bertahap
banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna dari
simplisia oleh karena akan terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan dalam
seldengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui simplisia bahan
pelarut segar perbedaan kosentrasi tadi selalu dipertahankan. Dengan demikian
ekstraksi total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat
diekstraksi mencapai 95%)

4. Endah Dhita Pratiwi, kelompok 4


Apa bagian terpenting dari peralatan ekstraksi dan adsorbsi serta terbuat dari
bahan apakah peralatan-peralatan ekstraksi dan adsorbsi itu?
Jawab :
Bagian terpenting dari proses ekstraksi adalah ekstraktor sedangkan pada
adsorbsi bagian terpentingnya adalah adsorben yang digunakan.
Di dalam dunia industri, proses adsorbsi hanya digunakan pada pilot plant
dan bukan pada proses industri, maka peralatan yang digunakan umumnya
berasal dari kaca, sedangkan bahan pembuat peralatan ekstraksi seperti
pada ekstraksi besi dan baja terbuat dari dua lapisan, lapisan luar terbuat
dari baja ST 400 sedangkan bagian dalam terbuat dari bahan batu tahan
api

5. Putu Injario, kelompok 6


Mengapa proses pemurnian minyak eugenol dari minyak cengkeh menggunakan
ekstraksi cair cair kontinyu?
Jawab : ekstraksi minyak eugenol dari minyak cengkeh menggunakan ekstraksi
cair-cair karena bahan yang akan diekstrak berasal dari benda cair. Lalu disebut

23
menggunakan ekstraksi cair-cair kontinyu karena pelarut yang sama digunakan
berulang ulang sampai proses ekstraksi selesai.

24

Вам также может понравиться