Вы находитесь на странице: 1из 34

PENILAIAN POTENSI DAYA TARIK OBYEK WISATA GUNUNG BERUK

SEBAGAI PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI


KABUPATEN PONOROGO

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

INTAN KUSUAMA WARDANI

13040274006

JURUSAN S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2017

1
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
C. Tujuan......................................................................................................... 4
D. Manfaat....................................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................................... 6
A. Pengertian Pariwisata...................................................................................... 6
B. Jenis Pariwisata.............................................................................................. 7
C. Potensi Wisata............................................................................................... 7
D. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)......................................................8
E. Pengembangan Pariwisata............................................................................... 10
F. Pariwisata Berbasis Masyarakat........................................................................11
G. Penelitian Terdahulu...................................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................. 18
A. Jenis Penelitian............................................................................................ 18
B. Lokasi Penelitian.......................................................................................... 18
C. Variabel Penelitian........................................................................................ 18
D. Definisi Operasional Variabel..........................................................................19
E. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................................21
F. Jenis dan Sumber Data...................................................................................22
G. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................23
H. Teknik Analisis Data Penelitian........................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 33

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang diharapkan mampu menjadi
kekuatan pembangunan, yang dapat diandalkan terutama sebagai penghasil devisa negara dan
merupakan sumber pendapatan beberapa daerah. Sektor pariwisata mempunyai peranan yang
cukup besar dalam membuka kesempatan kerja serta dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat sekitar. Pariwisata dikenal sebagai suatu kegiatan perjalanan untuk
sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk menikmati perjalanan
serta tempat-tempat yang dikunjungi yang mempunyai daya tarik wisata.
Di Provinsi Jawa Timur perkembangan pariwisata telah berkembang sangat cepat.
Terdapatnya banyak wisata- wisata alam yang di buka untuk umum dan banyaknya promosi
yang diawarkan melalui agent wisata maupun melalui media sosial, membuat banyak
pengunjung dari luar ataupun dari dalam kota ingin berkunjung di suatu wisata tersebut
karena pemandangannya, pesonanya maupun dari daya tarik wisatanya. Sehingga di perlukan
pengembangan potensi-potensi yang ada untuk tetap menjaga suatu pariwisata tersebut agar
tidak terbengkalai.
Pengembangan daerah tujuan wisata didasari oleh potensi wisata yang akan
dikembangkan , baik potensi fisik maupun non fisik. Berbagai faktor dapat digunakan untuk
pengukuran potensi daerah tujuan wisata, misalnya iklim, geomorfologi, hidrologi, lahan,
flora dan fauna, adat istiadat, kegiatan masyarakat dan sebagainya. Pada aspek lain
pengembangan pariwisata harus di sesuaikan dengan morfologi dan manusia di sekitar lokasi
wisata dengan maksud memperoleh keserasian dan keberlanjutan perkembangan di
lingkungan lokasi wisata. Pada langkah-langkah pengembangannya perlu memperhatikan dan
melibatkan masayarakat setempat agar pembangunan yang dilaksanakan berguna atau
memberi manfaat dan keuntungan bagi masyarakat setempat. Potensi wisata alam
dimungkinkan untuk ditingkatkan dengan cara menambah berbagai atraksi maupun fasilitas
penunjang kepariwisataan, namun tentu dalam pemilihannya tetap disesuikan dengan kondisi
fisik dan kondisi masayarakatnya. (Sutedjo & Murtini, 2007 : 57-58)

Dalam suatu kegiatan kepariwisataan akan secara langsung menyentuh dan


melibatkan masyarakat di dalamnya sehingga membawa dampak terhadap masyarakat

1
setempat khususnya wisata alam. Keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya
tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam serta peninggalan sejarah/budaya adalah
anugerah Tuhan yang berpotensi sebagai obyek dan daya tarik wisata alam (ODTWA).
Pemanfaatan potensi ODTWA untuk kegiatan wisata alam harus dikelola secara arif dan
bertanggung jawab serta benar-benar mempertimbangkan kelestarian lingkungan. ( Siam
Romani 2006)
Pariwisata yang berupa wisata alam adalah bentuk wisata yang memanfaatkan
potensi sumber daya alam dan tata lingkungan. Wisata alam meliputi obyek dan kegiatan
yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam
dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan buatan manusia.
Akibatnya tempat-tempat rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat
memberikan kenyamanan sehingga semakin banyak dikunjungi orang atau wisatawan.
(Putri dkk 2012)
Dalam kerangka pembangunan pariwisata yang mengimplementasikan pariwisata
berbasis masyarakat Pitana (1999 : 75) menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat setempat
pada setiap pengembangan kepariwisataan di destinasi pariwisata merupakan syarat utama.
Dengan demikian, kunci utama pariwisata berbasis masyarakat adalah (1) keseimbangan dan
keharmonisan antara lingkungan hidup, (2) sumber daya, dan (3) kepuasan wisatawan yang
diciptakan oleh kemampuan masyarakat itu sendiri.(Prasiasa, 2013 : 118)
Kabupaten Ponorogo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten
ini terletak di koordinat 111 17 111 52 BT dan 7 49 8 20 LS dengan ketinggian
antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas wilayah
1.371,78 km. Setengah dari luas wilayah kabupaten Ponorogo berupa dataran rendah, dan
sisanya merupakan dataran tinggi dan pegunungan yang memiliki banyak sumber mata air.
dan fenomena alam yang tersebar di seluruh daerah di Kabupaten Ponorogo. Dengan adanya
sebagian wilayah yang berupa daratan tinggi Kabupaten Ponorogo memiliki beberapa obyek
wisata alam yang dapat menjadi daerah tujuan wisata bagi pengunjung ataupun wisatawan
yang ada di Ponorogo maupun yang ada di luar Ponorogo. (Ponorogo.go.id)
Menurut hasil pra survey peneliti tidak semua obyek wisata alam yang ada di
Ponorogo dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo sebagian masih dikelola oleh
masyarakat sekitar. Salah satu obyek yang dikelola oleh masyarakat desa sekitar adalah
Obyek Wisata Gunung Beruk.
Wisata Gunung Beruk terletak di Dusun Tanggungrejo, Desa Karangpatihan,
Kecamatan Balong. Wisata ini baru dibuka sekitar bulan Agustus 2015. Gunung Beruk
sendiri adalah sebuah Gunung yang memiliki pesona daya tarik yang indah dengan

2
terdapatnya hutan pinus dan rumah pohon di sekitarnya. Rumah pohon yang tersedia di
Gunung Beruk ini terinspirasi dari rumah pohon yang terdapat di Kalibiru Yogyakarta tetapi
kemudian ada pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi alam di Gunung Beruk.
Dengan terdapatnya hutan pinus pada kawasan ini menjadikan kawasan Gunung Beruk
memiliki udara yang segar alami serta lokasi Gunung Beruk berada di tengah perbukitan,
sehingga wistawan seperti tepat berada di poros gunung. Wisata Gunung beruk ini menjadi
daya tarik sendiri di mata wisatawan atau pengunjung karena jarak yang diperlukan untuk
tiba di obyek wisata tidak terlalu jauh dengan pusat kota yaitu hanya berjarak 20 km dengan
waktu tempuh sekitar 45 menit dari pusat kota. Namun pengembangan dan pemanfaatan
potensi yang ada masih belum dilakukan secara optimal oleh masyarakat untuk mendukung
obyek daya tarik wisata Gunung Beruk contohnya seperti kondisi jalan untuk menuju ke
lokasi obyek masih belum memadai terlihat masih terdapat lubang di kanan dan kiri jalan,
kurang adanya pelebaran jalan sehingga jalan masih sempit dan menanjak, sangat sulit untuk
berbapapas serta sebagian jalan belum diberi pengeras jalan. Kemudian, kondisi obyek wisata
yang masih kurang pembenahan terlihat dari kurang terdapatnya tempat sampah, kamar
mandi di disekitar kawasan obyek wisata serta pemanfaatan lainnya. Kondisi ini bila
dibiarkan akan mengurangi daya tarik obyek wisata Gunung Beruk.
Peran masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan wisata Gunung Beruk juga
belum optimal walaupun terjdapat pokdarwis (kelompok sadar wisata) dan karang taruna
namun keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan masih minim
contohnya masyarakat masih menjadi tukang parkir saja dan belum dilibatkan dalam
pengambilan keputusan mengenei hal-hal yang kaitannya pada pengembangan dan
pengelolaan obyek. Selain itu keterbatasan anggaran menjadi salah satu alasan terhambatnya
pengembangan obyek wisata Gunung Beruk karena untuk pengembangan obyek wisata hanya
mengandalkan hasil dari retribusi tiket masuk saja sehingga pendapatan yang diterima dengan
adanya obyek wisata Gunung Beruk belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat.
Gunung Beruk sangat memiliki potensi alam yang yang dapat dijadikan sebagai
obyek daya tarik wisata alam (ODTWA). penelitian lebih rinci mengenei nilai potensi
ODTWA di obyek wisata Gunung Beruk belum pernah dilakukan. Pemanfaatan Potensi
ODTWA ini harus dikelola secara arif dan bertanggung jawab serta harus memperhatikan
kelestarian lingkungan. Dengan adanya pariwisata berbasis masyarakat di Ponorogo
diharapkan obyek Gunung Beruk bisa bertahan lama seperti wisata alam Telaga Ngebel yang
dalam pengembangannya sudah ada campur tangan pemerintah. Dalam pengembangan
pariwisata tersebut untuk menambah tujuan wisata yang lain di Ponorogo. Namun tetap

3
menjaga eksistensi kondisi lingkungan sekitar obyek wisata agar tetap asri dan terhindar dari
bencana. Berdasarkan latar belakang di atas tersebut maka peneliti memilih oyek wisata
Gunung Beruk menjadi lokasi penelitian sebagai pengembangan dan pengelolaan pariwisata
alam yang ada di Ponorogo maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul
PENILAIAN POTENSI DAYA TARIK OBYEK WISATA GUNUNG BERUK
SEBAGAI PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI
KABUPATEN PONOROGO
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka dapat dinyatakan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menilai potensi obyek daya tarik wisata alam Gunung Beruk?
2. Bagaimana kondisi masyarakat desa dalam mendukung pengembangan obyek
wisata Gunung Beruk?
3. Bagaimana menentukan strategi pengembangan Obyek Wisata Gunung Beruk
dengan menggunakan analisis SWOT?

C. Tujuan
1. Untuk menilai potensi obyek daya tarik wisata Gunung Beruk.
2. Untuk mengetahui kondisi masayarakat dalam keterlibatannya mendukung
pengembangan obyek wisata Gunung Beruk
3. Untuk menentukan strategi pengembangan Obyek Wisata Gunung Beruk dengan
menggunakan analisis SWOT

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu geografi pariwisata.
Sebagai ilmu kepariwisataan untuk menilai obyek daya tarik wisata khusunya
pada obyek wisata alam dan sebagai pengembangan pariwisata suatu daerah yang
sesuai dengan kondisi daerah yang dikembangkan. Sehingga pengembangan
obyek wisata atau industri wisata tersebut dapat mendatangkan manfaat. Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang sejenis
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pengelola obyek wisata
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan rekomendasi kepada
pengelola obyek wisata yaitu pemerintah desa setempat dan masyarakat desa
untuk menggali dan mengoptimalkan potensi yang ada pada Obyek Wisata
Gunung Beruk serta meningkatkan kualitas pelayanana pada wisatawan.
b. Bagi Peneliti

4
Penelitian ini dapat menjadi pengalaman dan untuk menambah wawasan
keilmuan bagi peneliti, terutama dalam wawasan memahami geografi
pariwisata.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pariwisata
Secara etimologi pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu kata Pari berarti
halus maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan Wisata yang berarti kunjungan atau
perjalanan untuk melihat, mendengar, menikmati, dan mempelajari sesuatu. Jadi, pariwisata
berarti menyuguhkan suatu kunjungan secara bertatakrama dan berbudi. (Syafiie, 2009, hal.
14). Berdasarkan Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan, pariwisata

5
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusaha objek dan daya
tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.
Menurut E. Guyer-Freuler, dalam Pendit (1994 : 37) pariwisata dalam arti modern
adalah merupakan gejala jaman sekarang yang didasarkan oleh kebutuhan atas kesehatan dan
pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan terhadap keindahan alam,
kesenangan dan kenikmatan alam semesta dan pada khususnya disebabkan oleh
bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas dalam masyarakat manusia sebagai hasil
perkembangan perniagaan, industri, dan perdagangan serta menyempurnakan alat-alat
pengangkutan.
Menurut dua pakar pariwisata Prof. Hunziker dan Prof. Krapf dalam (Kodhyat 1996:3)
mengatakan Tourism is the sum of the phenomena and relationships arising from the travel
and stay of non-residents, in so far they do not lead to permanent residence and are not
connected with any earning activity yang artinya pariwisata adalah keseluruhan fenomena
(gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan
manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan menetap dan tidak berkaitan
dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.
Jadi pariwisata adalah sebuah perjalanan atau kunjungan untuk melihat dan menikmati
seluruh fenomena (gejala) yang berhubungan dengan obyek tempat wisata yang berupa
keindahan alam, daya tarik suatu tempat wisata serta termasuk pengusahaan objek wisata
serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.

B. Jenis Pariwisata
Host and Guest (1989) dalam Kusumanegara (2009:3) mengklasifikasikan jenis
pariwisata sebagai berikut :
1. Pariwisata Etnik (Etnhic Tourism), yaitu perjalanan untuk mengamati perwujudan
kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang menarik.
2. Pariwisata Budaya (Culture Tourism), yaitu perjalanan untuk meresapi atau untuk
mengalami gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.
3. Pariwisata Rekreasi (Recreation Tourism), yaitu kegiatan pariwisata yang berkisar pada
olahraga, menghilangkan ketegangan dan melakukan kontak social dengan suasana
santai.
4. Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu tempat yang relative masih
asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mepelajari, mengagumi, menikmati

6
pemandangan, tumbuhan, dan binatang liar serta perwujudan budaya yang ada atau
pernah ada di tempat tersebut.
5. Pariwisata Kota (City Tourism), yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk menikmati
pemandangan, tumbuhan dan binatang liar serta perwujudan budaya yang ada atau
pernah ada di tempat tersebut.
6. Resort City, yaitu kota atau perkampungan yang mempunyai tumpuan kehidupan pada
persediaan sarana atau prasarana wisata yaitu penginapan, restoran, olahraga, hiburan
dan persediaan tamasya lainnya.
7. Pariwisata Agro (Agro Tourism) yang terdiri dari Rural Tourism atau Farm Tourism
yaitu merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian,
perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan mengajak wisatawan
memikirikan alam dan kelestariannya.

C. Potensi Wisata
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Potensi berarti kemampuan
yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya.
Sedangkan wisata menurut Undang undang pemerintah nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan menjelaskan pengertian dari wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok orang yang mengujungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pemgembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya dalam
jangka waktu sementara.
Menurut Sukardi dalam (Sari, 2015) mengungkapakan pengertian potensi wisata yaitu
sebagai segala yang dimiliki oleh suatu daya tarik wisata yang berguna untuk
mengembangkan industri pariwisata di daerah tersebut.. Potensi wisata bisa dikembangkan
dan diolah menjadi daya tarik wisata, yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan
daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Adapun potensi alam
fisik misalnya, gua, gunung, lembah, sungai, pantai, tebing yang dapat digunakan sebagai
daerah wisata, olahraga, rekreasi, seperti tracking, hiking, camping dan caravan.
(Yoeti, 1996 : 160-161)

D. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)


UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa obyek dan daya tarik
wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Obyek dan daya tarik wisata
tersebut terdiri atas :
a. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud
keadaan alam serta flora dan fauna.

7
b. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta,
wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.
Menurut Marpaung (2002) dalam Romani (2006) mengemukakan bahwa obyek dan
daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan serta
dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat
tertentu. Daya tarik yang belum dikembangkan semata -mata hanya merupakan sumberdaya
potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata sampai adanya suatu jenis
pengembangan tertentu. Jenis obyek dan daya tarik wisata dibagi kedalam dua kategori yaitu:
a. Obyek dan daya tarik wisata alam.
b. Obyek dan daya tarik wisata sosial budaya
Keberadaan suatu obyek wisata dapat dinilai memiliki daya tarik wisata jika kunjungan
ke lokasi tersebut memenuhi harapan (expectation) pengunjung. Untuk itu dapat dianalisis
unsur apakah yang menjadi harapan konsumen memilih obyek wisata tersebut sebagai tujuan
daerah wisata. menurut (Suwantoro, 1997 : 19) obyek wisata alam adalah sumberdaya alam
yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta yang ditunjukan untuk pembinaan
cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan. Unsur yang
menentukan pengunjung untuk datang ke obyek wisata harus dirancang dan dikelola secara
profesional, unsur daya tarik suatu obyek wisata meliputi :
a. Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan
bersih.
b. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk mengunjunginya.
c. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
d. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan.
e. Obyek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam
pegunungan, sungai, pantai, pasir dan hutan.
f. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus
dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung
dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.
Menurut Divaningtyas (2015) Unsur-unsur paling penting yang menjadi daya tarik dari
sebuah daerah tujuan wisata alam adalah kondisi alamnya, kondisi flora dan fauna yang unik
dan langka, kondisi fenomena alamnya, kondisi adat dan budaya. Objek wisata alam dapat
berupa gunung, lembah, sungai, pesisir, laut, pulau, air terjun, danau, lembah sempit
(canyon), rimba, gua dan sebagainya. Menurut Cooper et al (1998) dalam Divaningtyas
(2015) komponen objek wisata yaitu :

8
1. Atraksi wisata baik berupa alam, buatan (hasil karya manusia) atau peristiwa
(kegiatan) yang merupakan alasan utama kunjungan.
2. Fasilitas -fasilitas dan pelayanan dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan
wisata.
3. Akomodasi, makanan dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik tapi
juga harus dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan kenangan pada
lingkungan dan makanan setempat.
4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor kesuksesan
daerah tujuan wisata.
5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan, dan
koordinasi.
Potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang dijelaskan dalam pedoman Analisis
Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA Tahun
2003 dalam Romani (2006) yaitu :
1. Flora dan fauna, yaitu potensi flora dan fauna secara umum dan diutamakan
informasi mengenai flora dan fauna khas yang ada serta penyebarannya, yang
memiliki daya tarik wisata alam.
2. Gejala alam, yaitu obyek-obyek yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan wisata
alam, antara lain: sumber air panas, air terjun, goa, puncak gunung, kawah, danau,
sungai dan lain-lain.
3. Keindahan alam yaitu obyek-obyek yang memiliki keindahan alam baik darat, laut
dan danau. Keindahan alam dapat dilihat dari pandangan lepas, variasi pandangan,
keserasian warna dan pandangan lingkungan obyek ataupun kebersihan obyek.
4. Keunikan sumberdaya alam, yaitu obyek-obyek yang memiliki ciri khas sumber
alam dalam suatu lokasi yang tidak dimiliki oleh lokasi lain.
5. Panorama, yaitu obyek-obyek yang memiliki pemandangan alam dalam suatu areal
yang terbuka dan luas yang mempunyai daya tarik wisata alam.
Dalam potensi obyek dan daya tarik wisata alam kelima hal tersebut merupakan hal
yang penting dalam daya tarik obyek wisata namun terdapat hal lain yang merupakan
penunjang kepariwisataan alam yaitu keamanan dan kenyamanan saat berwisata, aksesibilitas
dan sarana prasarana obyek wisata. Menurut Rikardo chandra dkk (2015) aksesibilitas
merupakan syarat penting dalam berwisata dan mempermudah pengunjung berkunjung ke
suatu tempat objek wisata, sedangkan sarana merupakan Sarana dan prasarana merupakan
salah satu faktor penunjang yang memudahkan pengunjung untuk menikmati objek wisata
secara langsung.
Pada aksesibilitas kondisi jalan yang dilalui dikategorikan menjadi 4 yaitu baik cukup
sedang buruk. Menurut Irawati dkk (2015) kondisi jalan yang baik adalah yang beraspal halus
dengan lebar jalan lebih dari 3 m, kondisi jalan yang cukup yaitu yang beraspal halus dengan

9
lebar kurang dari 3 m, kondisi jalan sedang yaitu jalan berupa jalan batu atau makadam
sedangkan jalan buruk yaitu jalan yang berupa masih jalan tanah. Menurut (Pembanguan
Pemukiman dan Infrastruktur perkotaan Kota Kediri 2012) yang termasuk kondisi jalan baik
adalah jalan yang memiliki lebar 8-10 m termasuk jalan dengan aspal halus, kondisi jalan
dengan lebar 7-5 m termasuk jalan cukup dengan aspal halus dan kasar, kondisi jalan dengan
lebar 4-3 m termasuk jalan sedang dengan aspal kasar dan paving sedangkan kondisi aspal
buruk yaitu yang memiliki lebar jalan kurang dari 3 dengan aspal kasar dan tanah.

E. Pengembangan Pariwisata
Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan pembangunan
kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas manfaat, kekeluargaan, adil dan merata,
keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis, kesetaraan
dan kesatuan yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan
dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, kekhasan budaya dan alam, serta
kebutuhan manusia untuk berwisata. Usaha untuk meningkatkan kegiatan wisata alam bisa
dilakukan dengan cara pengembangan obyek dan daya tarik wisata yang ada di masing-
masing tempat wisata. Dalam perencanaan pengembangan yang lebih luas dan berkelanjutan.
Tujuan dari pengembangan wisata bisa tercapai dimana semua pihak bisa bekerja secara
profesional. Konsep yang bisa diterapkan dalam pengembangan pariwisata alam yaitu:
keadilan bagi akses pemanfaatan, pemanfaatan secara lestari dan berkelanjutan,
pemberdayaan masyarakat dan peningkatan mutu kehidupan masyarakat.
Menurut (Yoeti, 1997 : 33-34) terdapat tiga alasan perlunya pengembangan pariwisata
yang pertama yaitu pengembangan kepariwisataan di suatu daerah tujuan wisata selalu akan
diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat. Bila pada suatu daerah tujuan
wisata pariwisatanya berkembang dengan baik maka dengan sendirinya akan memberi
dampak positif bagi daerah tersebut karena dapat menciptakan lapangan kerja yang cukup
bagi penduduk setempat. Alasan yang kedua yaitu pengembangan pariwisata lebih banyak
bersifat non ekonomis, semua yang terdapat di obyek pariwisata memerlukan biaya yang
tidak sedikit untuk pemeliharaan dan perawatan. Degan majunya pariwisata, biaya yang besar
untuk perbaikan, pemeliharaan, dan pengembangan obyek wisata akan dapat diperoleh dari
kegiatan kepariwisataan. Alasan yang ketiga yaitu untuk mengetahui tingkah laku orang lain
yang datang berkunjung terutama bagi masyarakat dengan adanya pariwisata dapat
menghilangkan perbedaan pandangan, penafsiran dan salah pengertian, karena dalam bisnis

10
pariwisata mereka yang melayani para wisatawan harus bersikap tanpa membedakan ras,
bangsa dan agama.
Dirjen PHKA (2003) dalam Romani (2006) menjelaskan bahwa pengembangan obyek
wisata alam dilakukan berdasarkan skala prioritas dan rekomendasi. Pengembangan
dikatagorikan dalam beberapa katagori, yaitu sebagai berikut:
1. Sangat potensial, yaitu daerah yang memiliki ODTWA layak untuk dikembangkan
berdasarkan hasil penilaian ADO-ODTWA melalui urutan prioritas.
2. Potensial, yaitu daerah yang memiliki potensi, namun memiliki hambatan dan kendala
untuk dikembangkan dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang memerlukan
pembinaan lebih lanjut berdasarkan hasil penilaian ADO-ODTWA.
3. Kurang potensial, yaitu daerah yang tidak dapat dikembangkan atas dasar hasil
penilaian ADO-ODTWA.

F. Pariwisata Berbasis Masyarakat


Menurut (Prasiasa, 2013 : 87) Pariwisata berbasis masyrakat sangatlah penting dalam
pengembangannya obyek wisata. partisipasi penting untuk diketahui karena pariwisata
berbasis masyarakat sanagt memerlukan keterlibatan masyarakat terutama masyarakat
setempat. Menurut Cohen dan Uphoff dalam (Prasiasa, 2013) partisipasi masyarakat meliputi
kehadiran pada pertemuan, kontribusi keuangan, dan adanya organisasi dengan
kepemimpinan yang tepat. Keterlibatan masyarakat setempat dalam pembanguan dan
pengembangan destinasi pariwisata tidak hanya berkedudukan sebgai objek tetapi juga
sebagai subjek. Menurut Ascherson dalam (Prasiasa 2013 : 91) keterlibatan masyarakat
setempat /lokal adalah karena masyarakat lokal mempunyai hak asasi untuk
menginterpretasikan, memelihara, dan mengelola sumber daya yang mereka miliki. Untuk
menciptakan pengelolaan sumber daya dalam bidang pariwisata yang mampu melibatkan
masyarakat setempat dan menjaga keseimbangan serta keharmonisan lingkungan hidup,
sumber daya dan kepuasan wisatawan untuk keberlanjutan pengembangan pariwisata di
sebuah destinasi tidak dapat dilepaskan dri kearifan lokal yang ada di daerah tersebut.
Wacana pariwisata berbasis masyarakat dicetuskan pada bulan juli 2000 ketika Bank
Dunia memikirkan cara menanggulangi masalah kemiskinan melalui pariwisata. Konsep yang
dihasilkan oleh Bank Dunia dikenal sebagai pariwisata berbasis masyarakat. Mmenurut
konsep tersebut ada tiga aktifitas pariwisata yang dapat menyukseskan program pariwisata
berbasisi masyarakat yaitu adventure travel, cultural travel dan ecotourism.dengan adanya
tiga aktifitas pariwisata tersebut diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat dan sekutarnya sekaligus memelihara cara hidup masyarakat. Pariwisata berbasis
masyarakat akan mampu menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan

11
membawa dampak positif bagi upaya pelestarian lingkungan dan pada akhirnya diharapkan
dapat menumbuhkan jati diri dan rasa bangga dari masyarakat yang tumbuh akibat
peningkatan kegiatan pariwisata. (Prasiasa, 2013 : 93)
Sedangkan menurut Hudson dan Timothy (1999) dalam Sunaryo (2013:139) pariwisata
berbasis masyarakat merupakan pemahaman yang berkaitan dengan kepastian manfaat yang
diperoleh oleh masyarakat dan adanya upaya perencanaan pendampingan yang membela
masyarakat lokal serta kelompok lain yang memiliki ketertarikan atau minat kepada
kepariwisataan setempat, dan tata kelola kepariwisataan yang memberi ruang kontrol yang
lebih besar untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pariwisata berbasis
masyarakat berkaitan erat dengan adanya kepastian partisipasi aktif dari masyarakat setempat
dalam pembangunan kepariwisataan yang ada. Partisipasi masyarakat dalam pariwisata terdiri
dari atas dua perspektif, yaitu pasrtisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
dan partisipasi yang berkaitan dengan distribusi keuntungan yang diterima oleh masyarakat
dari pembangunan pariwisata.

G. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan
No Nama Judul Tahun Hasil
1 Siam Romani Penilaian Potensi 2006 Hasil penilaian
Obyek Dan Daya menggunakan ADO-
Tarik Wisata Alam ODTWA ( Analisis Daerah
Serta Alternatif Operasi dan Daya Tarik
Perencanaannya Wisata Alam) menunjukkan
Di Taman Nasional bahwa obyek Aek Manitik,
Bukit Dua belas Demplot Tanaman Obat,
Provinsi Jambi dan Air Terjun Talon
memiliki nilai daya tarik
tertinggi di kawasan TNBD
dan sebagai obyek Prioritas
yang dapat dikembangkan.
Perencanaan pengelolaan
wisata kawasan TNBD yaitu
usulan zonasi,
pembentukkan UPT (Unit
Pelaksana Teknis),
pengelolaan sumberdaya
manusia,kebutuhan sarana
dan prasarana, pengelolaan
multi pihak dan

12
pemasaran /promosi.
2 Edi Abdullah Pengembangan 2011 Hasil penilaian
Wisata Alam Di menggunakan ADO-
ODTWA (Analisis Daerah
Kabupaten
Operasi dan Daya Tarik
Sumedang Provinsi Wisata Alam) terhadap 21
Jawa Barat obyek wisata di Kabupaten
Sumedang, menghasilkan 1
obyek sangat potensial yaitu
Curug Cinulang dan obyek
potensial sebanyak 14
Obyek. Wisata tersebut
direkomendasikan sebagai
obyek wisata yang
pengembangannya lebih
diutamakan. Rencana
pengembangan wisata alam
yang dapat dilakukan di
Kabupaten Sumedang
antara lain yaitu penyusunan
produk wisata, peningkatan
kerjasama dengan berbagai
pihak untuk pengembangan
dan promosi, perbaikan
aksesibilitas menuju
kawasan dan di dalam
kawasan serta peningkatan
fasilitas penunjang (sarana
dan prasarana).
3 Jainuri, Penilaian Daya 2014 Hasil penilaian
Sudirman Muin, Tarik Dan menggunakan ADO-
Reine Suci Pengembangan ODTWA (Analisis Daerah
Wulandari Objek Wisata Operasi dan Daya Tarik
Pantai Tanjung Wisata Alam) Pantai
Belandang Di Tanjung Belandang
Kabupaten memiliki nilai 491,22
Ketapang dengan demikian
Pantai Tanjung Belandang
termasuk dalam kategori
potensial untuk
dikembangkan (B).
Kemudian Berdasarkan
analisis strategi
pengembangan Objek

13
wisata Pantai Tanjung
Belandang berada pada
Kuadran ke III dengan ini
merupakan situasi yang
sangat menguntungkan
dimana kawasan Pantai
Tanjung Belandang
memiliki peluang yang
sangat besar dan kelemahan
yang kecil. Alternatif
strategi pengembangan
kawasan pantai Tanjung
Belandang yang lebih
agresif perlu dilakukan
dengan menerapkan strategi
WO.

14
Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian sebelumnya dengan Peenelitian Sekarang

Nama Peneliti
Persamaan Perbedaan
Jainuri,
Sudirman Intan Kusuma
Siam Romani Edi Abdullah
Muin, Reine Wardani
Suci Wulandari
Judul Penilaian Potensi Pengembangan Penilaian Daya Penilaian Potensi 1. Memiliki tujuan 1.Yang menjadi obyek
Obyek Dan Daya Wisata Alam Di Tarik Dan Daya Tarik Obyek yang sama yaitu penelitian adalah
Pengembangan
Tarik Wisata Kabupaten Wisata Gunung untuk mengetahui Taman Nasional Bukit
Objek Wisata
Alam Serta Sumedang Provinsi Pantai Tanjung Beruk Sebagai nilai potensi obyek Dua Belas Provinsi
Alternatif Jawa Barat Belandang Di Pengembangan dan daya tarik Jambi dan obyek wisata
Perencanaannya Kabupaten Pariwisata Berbasis wisata alam untuk alam di Kabupaten
Di Taman Ketapang Masyarakat Di kemudian Sumedang Jawa Barat
Nasional Bukit Kabupaten menyusun dan Pantai Tanjung
Dua belas Ponorogo pengembangan Belandang sedangkan
Provinsi Jambi pada obyek wisata dalam penelitian ini
Tujuan 1. Mengetahui 1. Menginventaris 1. 2.Menilai potensi
tersebut. hanya berfokus pada
nilai potensi asi potensi obyek dan daya 2.Memiliki tujuan
satu obyek wisata saja
obyek dan obyek dan daya tarik wisata alam untuk
yaitu wisata alam
daya tarik tarik wisata Gunung Beruk. mengembangkan
Gunung Beruk
3.Mengetahui
wisata alam. alam di obyek wisata
Kabupaten Ponorogo.
2. Menyusun partisipasi
Kabupaten terutama pada 2.Melibatkan masyarakat
alternatif pe masayarakat
Sumedang. obyek wisata alam. sekitar dalam upaya

15
rencanaan 2. Menilai potensi dalam pengembangan obyek
wisata alam di obyek dan daya mendukung wisata
3.Analisis data yang
TNBD. tarik wisata pengembangan
digunakan pada
alam di obyek wisata
penelitian Siam
Kabupaten Gunung Beruk
4.menentukan Romani yaitu hanya
Sumedang.
3. Menyusun strategi menggunakan metode
pengembangan pengembangan skoring sedangkan
obyek wisata kawsan obyek pada penelitian ini
alam di wisata gunung menggunakan metode
Kabupaten beruk. analisis skoring dan
Sumedang. SWOT

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian survey. Penelitian survey adalah
penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi untuk mewakili seluruh
populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok
(Singarimbun, 1989 : 03). Penelitian survey berfungsi untuk mendapatkan suatu
deskripsi dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana peneliti
mengumpulkan data yang dapat diukur secara kuntitas kemudian data tersebut
untuk dianalisis dan dideskripsikan untuk memberikan kejelasan sejauh mana
potensi yang dimiliki obyek wisata tersebut.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lokasi Kawasan Obyek Wisata Gunung Beruk yang
terletak di desa karangpatihan kecamatan balong kabupaten ponorogo.

C. Variabel Penelitian
1. Variabel Potensi
a. Daya tarik Obyek Wisata
b. Variasi Kegiatan Wisata Alam
c. Keamanan
d. Kenyamanan
e. Aksesibilitas
f. Sarana
2. Variabel Masyarakat
g. Sikap masyarakat
h. Partisipasi masyarakat
i. Sumber daya manusia

D. Definisi Operasional Variabel


Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka yang terkait dengan
permasalahan dalam penelitian ini maka perlunya kejelasan arti serta istilah-istilah
yang ada dalam variabel yang akan dimaksudkan sehingga berdasarkan hal tersebut
perlu adanya pendefinisian secara operasioal sebagai berikut :
1. Daya tarik obyek wisata
Daya tarik adalah sesuatu yang dimiliki oleh obyek wisata yang dapat
digunakan untuk menarik wisatawan dan sebagai alasan utama wisatawan untuk
mengunjungi obyek wisata dalam rangka melakukan kegiatan wisata. Dalam

17
penelitian ini Daya tarik wisata berkaitan dengan keunikan sumber daya alam
yang menonjol yang berupa gunung, hutan, danau, air terjun, gejala alam, dan
sungai, adat istiadat.
2. Variasi kegiatan wisata
Variasi kegiatan wisata adalah kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan
atau pengunjung selama berada di tempat obyek wisata khisusnya wisata alam.
Variasi kegiatan wisata dalam penelitian ini berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
seperti berkemah, hiking, berfoto, menikmati pemandangan alam, outbond dll.
3. Keamanan
Keamanan adalah keadaan dimana bebas dari bahaya dalam melakukan
kegiatan wisata. Keamanan dalam pariwisata berkaitan dengan tidak adanya
pencurian di kawasan obyek wisata, tidak adanya penebangan hutan liar ataupun
tidak adanya bencana seperti kebakaran hutan dan tanah longsor.

4. Kenyamanan
Kenyamanan adalah rasa nyaman yang dirasakan saat melakukan kegiatan
wisata ataupun saat berada di lokasi obyek wisata. Adanya rasa nyanan di lokasi
wisata akan menambah pengunjung atau wisatawan untuk kembali ke loaksi
wisata tersebut. Kenyamanan dalam pariwisata berkaitan dengan obyek wisata
penelitian ini adanya udara yang berseih dan sejuk, bebas dari bau-bau
mengganggu, bebas dari kebisingan, sampah yang berserakan, bebas dari coret-
coretan ataupun bebas dari lalu lintas yang mengganggu.

5. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah mudah tidaknya obyek wisata terebut dijangkau atau
dikunjungi oleh wisatawan. Aksesibiltas merupakan faktor yang penting dalam
mendorong potensi suatu obyek wisata. Aksesibilitas berkaitan dengan dekat
atau tidaknya jarak obyek dari pusat kota, kondisi jalan yang dilalui, dan waktu
tempuh obyek wisata dari pusat kota.
6. Sarana
Sarana adalah salah satu faktor penunjang yang memudahkan wisatawan
atau pengunjung dalam menikmati obyek wisata secara langsung. Sarana
berkaitan dengan hal-hal yang menunjang kepariwisataan seperti terdapatnya
toilet, mushola ataupun warung disekitar obyek wisata.
7. Sikap masyarakat
Sikap masyarakat adalah sikap kesadaran yang menentukan perbuatan yang
nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Dalam kaitannya dengan penelitian ini

18
sikap masyarakat berkaitan dengan mendukung atau tidaknya adanya
pengembangan obyek wisata dalam menghadapi perubahan yang ada.
8. Partisipasi Masyarakat
Partipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses
pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah,
pelaksanaan upaya mengatasi masalah. Dalam kaitannya dengan penelitian ini
partisipasi masyarakat berkaitan dengan keikutsertaan masyarakat dalam
pengembangan dan pengelolaan obyek wisata Gunung Beruk.
9. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah individu sebagai penggerak suatu organisasi,
baik institusi maupun perusahaan dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih
dan dikembangkan kemampuannya. Dalam kaitanya dengan penelitian ini
adalah tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dan ketrampilannya
dalam pengembangan Obyek Wisata Gunung Beruk.

E. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas
adalah yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlahnya maupun
batasannya (Pabundu, 2005 : 24). Populasi adalah seluruh subyek penelitian
(Arikunto, 2006 : 130). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat desa
obyek wisata, Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), Camat dan Dinas
Pariwisata
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini
diambil dari responden masyarakat digunakan rumus slovin menurut Sugiyono
(2011:87) Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut :

Keterangan:
n = Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi

19
E = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih
bisa ditolerir; e = 0,1
Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut:
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Slovin adalah antara 10-20 %
Jumlah penduduk atau masyarakat desa karamgpatihan menurut BPS 2016
berjumlah 5.683 jiwa. Dari jumlah tersebut diambil sampel usia produktif yaitu
umur 18-65 tahun dengan pengambilan sampel menggunakan rumus slovin maka

5683 5683 5683 5683



n 1+5683 ( 10 ) = 1+5683 ( 0.1 ) = 1+5683 ( 0.01 ) = 57,83 =

98,270 dibulatkan menjadi 100 responden.


Untuk 100 responden orang strategi pengembangan dipilih melalui
purposive sampling. Menurut Sugiono (2001:61) purposive sampling yaitu
penentuan sampel dari pertimbangan. Sehingga peneliti mengambil responden
Pengelola Obyek, Kepala Dusun, Kepala Desa, Karang Taruna, Pokdarwis, Camat
setempat, dan Dinas Pariwisata sabagai informan yang mengetahui informasi
mengenei obyek wisata Gunung Beruk.

F. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam,
yaitu ada data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui kuesioner, wawancara
langsung serta observasi langsung di lapangan. Data observasi langsung yang
dimaksud yaitu pengamatan potensi obyek. Komponen yang dinilai adalah
daya tarik obyek wisata, varian kegiatan wisata, aksesibilitas, sarana,
keamaman dan kenyamanan dan pengamatan fakor internal dan eksternal di
Kawasab Obyek Wisata.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data pendukung yang diperoleh dari studi
literatur, dokumen-dokumen, ataupun arsip-arsip dari lembaga terkait dan

20
sumber-sumber tertulis lainnya. Data sekunder yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah jumlah penduduk desa karangpatihan kecamatan balong
yang diperoleh dari Badan Pusa Statistik (BPS) dan kator desa karangpatihan
kecamatan balong kabupaten ponorogo.
2. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini di peroleh dari observasi peneliti,
masyarakat desa sekitar obyek, dari pengelola obyek wisata Gunung Beruk,
Karang Taruna, Pokdarwis, Kepala Dusun. Kepala Desa, Camat, Dinas
Pariwisata yang pengumpulan datanya menggunakan kuesioner. Sedangkan
untuk mendukung penelitian dilakukan wawancara dengan Pengelola Obyek
Wisata Gunung Beruk, Karang Taruna, Pokdarwis, Kepala Dusun. Kepala
Desa, Camat, Dinas Pariwisata.

G. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini menggunakan beberapa macam teknik untuk
mengumpulkan data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data yang
diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Obervasi
Observasi yaitu mengadakan pengamatan dan peninjauan secara langsung
terhadap lokasi atau wilayah penelitian untuk mencari gambaran yang jelas
mengenei semua informasi obyek Wisata Gunung Beruk. Adanya observasi
lapangan peneliti dapat mengetahui hal-hal yang perlu untuk menunjang data
seperti jumlah variasi atraksi yang terdapat di obyek wisata Gunung Beruk,
aksesibilitas menuju obyek wisata, sarana prasarana yang terdapat di lokasi
wisata, adanya ketersediaan air bersih di lokasi obyek, serta keamanan dan
kenyamanan selama berwisata di lokasi obyek serta faktor internal dan eksternal
pada obyek wisata Gunung Beruk.
2. Kuesioner
Kuesioner dilakukan dengan cara membuat pernyataan atau pertanyaan
mengenei kondisi masyarakat obyek wisata Gunung Beruk dalam
pengembanganya yang ditujukan kepada masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut berupa sikap masyarakat, partisipasi masyarakat dan sumber daya alam
serta kuesioner strategi pengembangan obyek wisata Gunung Beruk yang
ditujukan kepada Pengelola Obyek, Karang Taruna, Pokdarwis, Kepala Dusun,
Kepala Desa dan Camat setempat, dan Dinas Pariwisata
3. Wawancara

21
Wawancara atau interview dilakukan dengan cara mengadakan pertanyaan
langsung kepada responden yaitu pihak pengelola wisata Gunung Beruk,
pengelola obyek, Kepala Dusun, Kepala Desa, Karang Taruna, Pokdarwis,
Camat setempat, dan Dinas Pariwisata untuk mendapatkan informasi atau data
yang lebih akurat dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun
terlebih dahulu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah wawancara
mengenei obyek wisata Gunung Beruk.

4. Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan untuk menunjang hasil observasi dan hasil
wawancara maka diperlukan dokumentasi untuk mengambil gambar pada
bagian-bagian yang penting ataupun rekaman wawancara dari narasumber untuk
memperkuat penelitian.

H. Teknik Analisis Data Penelitian


Setelah dilakukan penulisan dan kegiatan pengumpulan data maka langkah
selanjutnya adalah mengadakan pengolahan data yang merupakan langkah yang sangat
penting untuk menyimpulkan data yang diteliti. Teknik analisis data dalam penelitian ini
adalah analisis potensi daya tarik obyek wisata dan analisis strategi pengembangan
dengan menggunakan matrik SWOT.
1. Analisis potensi daya tarik obyek
Untuk menganalisis potensi daya tarik wisata digunakan metode skoring sesuai
dengan kriteria penskoringan pada pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan
Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA (Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam) 2003 dalam sekar dkk ( 2012) sesuai dengan nilai yang telah ditentukan
untuk masing-masing krirteria. Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian
ODTWA (Obyek Daya Tarik Wisata Alam) dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :

S=NxB
Dimana S = Skor/nilai suatu kriteria
N = Jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria
B = Bobot nilai
Masing-masing kriteria mempunyai bobot yang bebeda untuk kriteria daya tarik
obyek dan varian kegiatan wisata diberi bobot 6 karena daya tarik dan varian
kegiatan wisata merupakan faktor utama seseorang melakukan kegiatan wisata.
Aksesibilitas diberi bobot 5 karena merupakan faktor yang penting yang

22
mendukung wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata. Sarana diberi bobot 3
karena hanya bersifat sebagai penunjang dalam kegiatan wisata. Keamanan dan
kenyamanan diberi bobot 6 karena merupakan penentu pasar wisata. Kemudian
hasil dari nilai yang telah didapat dibandingkan dengan nilai klasifikasi
pengembangan dari masing-masing kriteria penilaian, setelah itu nilai bobot/klas
yang telah didapat dari tabulasi klasifikasi pengembangan dari masing-masing
kriteria penilaian, nilai dari masing-masing kriteria tersebut dirata-ratakan kelas
baik, sedang, dan buruk untuk mendapatkan hasil akhir penilaian obyek wisata
tabel 3.1.

Tabel 3.1 Klasifikasi Unsur Pengembangan Berdasarkan Nilai Bobot Setiap


Penilaian
N Nilai Total Niliai Potensi Kriteria
o
1 693-960 Potensial dikembangkan (A)
2 425-692 Cukup potensial dikembangkan (B)
3 157-423 Tidak Potensial dikembangkan (C)

Dari keenam kriteria penilaian yang telah disesuaikan oleh obyek wisata Gunung
Beruk yaitu berupa kriteria daya tarik obyek, varian kegiatan, aksesibilitas,
sarana, prasarana, ketersediaan air bersih, keamanan dan kenyamanan, setiap
kriteria/unsur terdapat 3-6 sub kriteria atau sub unsur yag dinilai. Dari masing-
masing kriteria terdapat bobot yang nanti akan dikalikan dengan nilai untuk
menghasilkan hasil akhir. Berikut ini penjabaran ke 6 kriteria penilaian.

a. Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Daya Tarik (bobot 6)

No Unsur/sub unsur Nilai


1 Daya tarik obyek > 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
wisata : 30 25 20 15 20 5
Hutan
Flora
Sungai

23
Gunung
Gejala alam
Adat istiadat

b. Tabel 3.3 Variasi Kegiatan Wisata (bobot 6)


No Unsur/sub unsur Nilai
1 Variasi Kegiatan Wisata >5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
25 20 15 10 5
alam yang dapat 30
dilakukan :
Menikmati keindahan
alam
Berkemah
Penelitian
Fotografi
Outbond
Mendaki gunung

c. Tabel 3.6 Keamanan (bobot 6)


No Unsur/sub unsur Nilai
1 Keamanan, aman Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
30 25 20 15 10 5
dari :
airan arus air yang
berbahaya
pencurian
penebangan liar
kepercayaan yang
mengganggu
bencana seperti tanah
longsor,
kebakaran.

d. Tabel 3.8 Kenyamanan (bobot 6)


No Unsur/sub unsur Nilai
1 Kenyamanan Ada >5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
25 20 15 10 5

24
Bebas lalu lintas 30
kendaraan
Udara sejuk
Bebas kebisingan
Bebas bau
mengganggu
Bebas Sampah
Coret-coretan

e. Tabel 3.4 Aksesibilitas (bobot 5)


No Unsur / sub unsur Nilai
1 Kondsi Jalan Baik Cukup Sedang Buruk
30 25 20 15
2 Jarak dari pusat < 5 km 5-10 km 10-15 km < 15 km
30 25 20 10
kota
3 Waktu tempuh 1-2 jam 2-3 jam 3-4 jam >5 jam
30 25 20 10
dari pusat kota

f. Tabel 3.5 Sarana (bobot 3)


No Unsur/sub unsur Nilai
1 Sarana Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
30 25 20 15 10 5
penunjang di
lokasi obyek :
Warung
Pasar
Toko cindramata
Toilet
Mushola

Setelah dilakukannya penilaian terhadap masing-masing variabel atau indikator


maka disusun rekap hasil dari keseluruhan variabel yaitu dengan mengkalikan
jumlah nilai dan bobot setiap indikator kemudian dari ke 6 indikator dijumlah
maka akan menghasilkan skor total. Dari skor total keseluruhan indikator maka
akan dibandingkan dengan klasifikasi unsur pengembangan, hasil skor total
tersebut termasuk dalam kategori potensial dikembangkan, cukup potensial
atau tidak potensial.
Unsur/Sub Unsur Uraian Bobot Nilai Skor total
Daya Tarik Obyek
Variasi Kegiatan

25
Aksesibilotas
Sarana
Keamanan
Kenyamanan
Jumlah Skor Total =

2. Analisis kondisi masyarakat


Untuk menganalisis keterlibatan masyarakat di sekitar obyek wisata
Gunung Beruk dalam mendukung pengembangan wisata digunakan metode
skala likert dengan menggunakan kuisioner. Setiap indikator atau variabel
terdapat setidaknya 4 pertanyaan atau pernyataan dengan pilihan jawaban
menggunakan skor 1-4 yaitu :
Sangat tinggi diberi skor 4
Tinggi diberi skor 3
Redang diberi skor 2
Rendah diberi skor 1
Pada kondisi keterlibatan masyarakat terdapat tiga indikator atau
variabel yaitu sikap masyarakat, partisipasi masyarakat adan sumber daya
manusia. Kemudian dari jawaban setiap indikator dikumpulkan, responden
yang memilih jawaban sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah dan dikali
dengan skor indikator dengan rumus :
T x Pn
Keterangan :
T = Total responden yang memilih
Pn = Pilihan angka skor likert

Kemudian di interpretasi menggunakan skor perhitungan untuk


mengetahui skor tertinggi dan terendah menggunakan rumus :
Y = Skor tertinggi likert x jumlah responden
X = Skor terendah likert x jumlah responden
Setelah diketahui skor tertinggi dan terendah kemudian menentukan
interval (jarak) % , penilaian dengan metode mencari Interval skor
persen (I). Menggunakan rumus :
I = 100 / Jumlah Skor (likert)
Setelah itu maka akan diketahui interval jarak dari terendah 0% - 100%
untuk kemudian di kriteria menjadi sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah
dari total skor yang diperoleh responden akan di diperoleh hasil akhir untuk
kemudian dikategorikan menjadi satu untuk mengetahui bagaimana kondisi

26
masyarakat dalam mendukung pengembangan obyek wisata Gunung Beruk
apakah sudah sangat tinggi, tinggi, sedang ataupun rendah.

3. Analisis Strategi Pengembangan Objek Wisata dengan SWOT


Untuk menentukan analisis strategi pengembangannya, terlebih
dahulu harus diketahui faktor internal dan eksternal dari kawasan Wisata
Gunung Beruk. Setelah itu Kedua faktor tersebut digunakan untuk kuisioner
yang akan dibagikan kepada informan kunci. Responden untuk strategi
pengembangan diambil menggunakan purposive sampling yaitu penentuan
sampel dari pertimbangan tertentu Sugiono (2001:61). Sampel yang di
ambil sebanyak 10 orang yang terdiri atas kepala dusun, kepala desa, camat,
pengelola obyek wisata, dan karang taruna diambil 2 orang, Pokdarwis 2
orang dan 2 orang dari Dinas Pariwisata. Dengan demikian diketahui
jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 110 orang.
Jawaban pertanyaan yang digunakan dalam analisis SWOT diberi
nilai mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pengembangan sektor pariwisata
variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori
kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan
membandingkannya dengan rata-rata industri atau pesaing utama.
Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya.(Rangkuti,2001:22).
Bentuk skoring dan pembobotan faktor internal dan eksternal dapat dilihat
pada Tabel 3.9

Tabel 3.9 Matriks Untuk Faktor Internal


No Kekuatan (S)/ Peluang (O) Bobot Rating Nilai Bobot
1
2
Dst
Total Kekuatan (S) / Peluang (O)
Total = S-W

Tabel 3.10 Matriks Untuk Faktor Eksternal


No Kelemahan (W)/ Ancaman (T) Bobot Rating Nilai Bobot
1
2

27
Dst
Total Kelemahan (W)/ Ancaman (T)
Total = O-T

Penskoringan atau pembobotan ini dilakukan untuk mendapatkan posisi


strategi pengembangan objek wisata gunung Beruk pada diagram Analisis SWOT.
Diagram SWOT dapat dilihat pada Matrik Grand Strategi yang ada di Gambar 1

Peluang
III I

Strategi Turn Around Strategi Agresif

T
Kelemahan Kekuatan

IV II

Strategi Defensif Strategi Deversifikasi


Ancaman T
T

Gambar 1. Matriks Grand Strategi (Grand Matriks Strategy)

Keterangan :
1. Kuadran I : Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesarbesarnya.
2. Kuadran II : Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3. Kuadran III : Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Kuadran IV : Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

28
Analisis SWOT dapat menghasilkan 4 (empat) kemungkinan alternatif strategi
(Rangkuty, 2000) dalam Januri ( 2014) yang dapat dilihat pada matriks perumusan
strategi analisis SWOT pada tabel 3.10

Tabel 3.10 Matriks Strategi Analisis SWOT

MATRIK ANALISA Strength (S)Tentukan Weakness (W) Tentukan


SWOT faktor kekuatan internal faktor kelemahan internal

Opportunity (O) Starategi SO Strategi WO


Tentukan faktor pluang Ciptakan strategi yang Ciptakan straegi
Ekternal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan
peluang peluang

Threat (T) Strategi ST Strategi WT


Tentukan faktor ancaman Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Ekternal menggunakan kekuatan meminimalkan kelamahan
untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuty 2000 dalam Januri (2014)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sutedjo, S. M. (2007). Geografi Pariwisata. Surabaya: Unesa University.


Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhinekka
Cipta.
BPS Dalam Angka Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo 2016
Chandra Rikardo Simanjuntaka, P. P. (2015). Analisis Kelayakan dan SWOT Obyek
Wisata Pemandian Alam Rekreasi Gotong Royong Indah di Desa Hulu
Kecamatan Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatra Utara.[
jurnal.usu.ac.id diunduh 5 Januari 2017]

29
Dananjaya Axioma, d. R. (2005). Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan : Sebuah
Telaah Kebijakan. Vol. 8 No. 1.[ dspace.library.uph.edu diunduh 2 Januari 2017]
Divaningtyasari, E. (2015). Penilaian Daya Tarik Kawasan Pantai Jayanti Cianjur Jawa
Barat.[ repository.ipb.ac.id diunduh 11 Januari 2017]
Hade Irma Wati, F. M. (2015). Potensi Obyek Dan Daya Tarik Pulau Pontiyanak
Sebagai Wisata Alam Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Jurnal
Hutan Lestari, Vol. 3 (1) : 65-73 [jurnal.untan.ac.id diunduh 19 Desember 2016]
Jainuri, S. M. (2014). Penilaian Daya Tarik Dan Pengembangan Obyek Wisata Pantai
Tanjung Belandang Di Kabupaten Ketapang.[ jurnal.untan.ac.id diunduh 29
Desember 2016]
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online [diakses 12 Desember 2016]
Kodhyat, H. (1996). Sejarah Pariwisata Dan Perkembangannya Di Indonesia. Jakarta:
PT Grasindo.
Kusumanegara, S. (2009). Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Gava Media.
Masri Singarimbun, S. E. (1989). Metode Penelitihan Survai. Jakarta: LP3ES.
Pabundu, M. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Pendit, N. S. (1994). Ilmu Pariwisata (Sebuah Pengantar Pradana). Jakarta: PT
Pradnya Paramita.
Pendit, N. S. (1994). Ilmu pariwisata : Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur perkotaan Kota Kediri (2012)
[ciptakarya.pu.go.id diunduh 17 Januari 2017]
Pirmanto, D. (2015). Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Di
Bumi Sakti Alam Kerinci.
Prasiasa, D. P. (2013). Destinasi Pariwisata (berbasis masyarakat). Jakarta: Salemba
Humanika.
Ponorogo.go.id [diakses 3 Desember 2016]
Purbohadidjojo, W. (1990). Pariwisata Citra dan Manfaatnya. Jakarta: Bina Rena
Pariwara.
Putri, S. I., Pranata, P., & Afiffudin, Y. (2012). Analisis Potensi Obyek Wisata dan
Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat
di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang. 143. [repository.usu.ac.id
diunduh 10 Januari 2017]
Romani, S. (2006). Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Serta
Alternatif Perencanaanya Di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi.
[repository.ipb.ac.id (Skripsi) diunduh 14 Desember 2016]

30
Rangkuti, F. (2001). Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Sari, D. M. (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Mengembangkan Sarana Prasarana
Kawasan Wisata Desa Borobudur. Modul, Vol.15 No 2. [ejournal.undip.ac.id
diunduh 5 Januari 2017]
Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta.

Sunaryo, B. (2013). Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan


Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.
Suwantoro, G. (1997). Dasar -Dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Syafiie, I. K. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Mandar Mahu.
Uli Irawati Panjaitana, A. P. (2015). Analisis Potensi Dan Strategi Pengembangan
Obyek Wisata Alam Air Terjun Teroh Teroh Desa Rumah Galuh Kecamatan Sei
Bingai, Kabupaten Langkat Sumatera Utara. [repository.usu.ac.id diunduh 17
Januari 2017]
Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan
Undang-Undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Yoeti, O. A. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.
Yoeti, O. A. (1997). Perencanaan & Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.

31
32

Вам также может понравиться