Вы находитесь на странице: 1из 13

Daftar Pemain Gitar Terbaik dan Terhebat Dunia - The Best Guitarists In The World

The Best Guitarists In The World ( Gitaris Terbaik Dunia )

Seni merupakan hal yang sangat luas pengertiannya, dari Musik, Film, Lukis, dan beragam macam Seni
yanga da di seluruh dunia ini ada untuk dinikmati para penggemarnya. Salah satu seni yang membuat
maraknya dunia adalah musik. dan kali ini, serbatop akan membahas pemain gitar terbaik di dunia.
Nama-nama seperti JimiHendrix, Steve Vai, Joe Satriani, atau Yngwie Malmstein, Eric Clapton, atau
Carlos Santana mungkin sudah tidak asing lagi.
Untuk Urusan terbaik, adalah hal yang subjektif dan tidak pasti seperti ilmu sains. tergantung para
penikmat musik itu sendiri dan dari sisi mana mereka melihat kemampuan sang gitaris tersebut. ini
adalah list yang saya dapatkan dari tetangga sebelah. setelah meminta izin ke sang empunya blog,
akhirnya di peroleh izin untuk menerbitkan listnya disini, atau kalau mau langsung meluncur ke sang
pemilik asli postingan ini, silakan disini

1. Jimi Hendrix ("Sang Dewa Gitar")

Gitaris rock zaman kini yang mencari guru abadi atau sekadar melongok puncak permainan
hanya akan menemui satu orang: Jimi Hendrix. Kepadanyalah, dan dari dia sajalah, segala
teknik yang ada sekarang dirujukkan. Simak pengakuan-pengakuan yang dipublikasikan majalah
Guitar (November 1997): "Dialah hal terbesar yang pernah kulihat," kata Stevie Ray Vaughn, .
gitaris bluesyang tewas dalam kecelakaan helikopter pada 1990.

"Sependapat, Keith Richards, pemetik gitar The Rolling Stones, menyatakan bahwa Stevie
"memainkan ramuan materi yang sangat menarik". Dan Eric Clapton, salah seorang gitaris yang
pada 1970-an dijuluki dewa gitar, mengakui dengan Jimi-lah "aku akhirnya merasa bertemu
orang lain yang bisa kuajak bicara dan bermain".

Fenomena itu sebenarnya paradoks dengan kenyataan bahwa Jimi sudah tak ada lagi. Ia
meninggal di Rumah Sakit St. Mary Abbot, London, karena berlebihan menelan obat bius.
Konon, ia sengaja mengakhiri hidupnya sendiri (pesan-pesan dan pernyataan-pernyataannya
sebelum itu, seperti dikutip Q Encyclopedia of Rock Stars, antara lain, berupa: "Aku sudah mati
sejak lama.")

Namun jika memperhatikan benar, Jimi-lah yang "menemukan" hampir semua kemungkinan
eksplorasi bermain gitar. Pada masanya, ketika aksesoris sound masih sangat terbatas, ia sudah
memainkan wah dan distorsi secara sempurna yang lalu menjadi fondasi rock "n roll di masa-
masa sesudahnya. Ia bahkan melengkapi diri dengan jurus-jurus akrobatik, misalnya memetik
senar dengan gigi.

Lahir pada 27 November 1942 di Seattle, Amerika Serikat, dengan nama Johnny Allen Hendrix,
Jimi menaruh perhatian pada musik, khususnya gitar, sejak kecil. Jagoan gitar pada masa-masa
itu, seperti B.B. King, Muddy Waters, Buddy Holly, dan Robert Johnson, menjadi idolanya.
Gitar pertama, jenis akustik, diperolehnya dari ayahnya pada musim panas 1958. Dengan modal
itu ia bergabung dengan The Velvetones. Dan sejak itu jalan hidupnya seperti sudah digariskan.

Dengan The Velvetones Jimi hanya ikutan tiga bulan. Pada musim panas berikutnya, berbekal
gitar listrik baru yang diperolehnya, lagi-lagi, dari ayahnya, Jimi bergabung dengan The Rocking
Kings. Sesudah itu Jimi sempat mengikuti wajib militer, dan membentuk band di barak, tapi tak
lama. Cedera menyebabkannya diberhentikan dari dinas. Perubahan besar terjadi ketika, sebagai
gitaris pocokan yang sudah kenyang bermain dengan bermacam artis, pada 1966, ia bertemu
Chas Chandler, pembetot bas Animals band yang punya hit The House of the Rising Sun.

Chas, yang memutuskan keluar dari Animals dan memilih pekerjaan baru sebagai manajer,
membawa Jimi ke Inggris. Di sana Chas mempertemukan Jimi dengan Mitch Mitchell, dramer,
dan Noel Redding, pemain gitar yang diminta membetot bas. Bersama mereka berdua, Jimi lalu
membentuk Jimi Hendrix Experience.

Experience cepat melambung. Single pertamanya, Hey Joe, sempat 10 minggu ngendon di
tangga lagu-lagu Inggris, mencapai posisi tertinggi keenam pada awal 1967. Sukses ini segera
disusul album Are You Experience?. Inilah rekaman yang disebut-sebut sebagai kompilasi baru
musik yang sama sekali radikal; album yang menyuarakan semangat generasi pada masa itu.

Tapi popularitas di negeri sendiri baru diperoleh ketika Jimi berkesempatan manggung di
Monterey International Pop Festival, County Fairground, Monterey, Kalifornia, pada 1967. Di
sinilah Jimi memamerkan aksi teatrikal yang fenomenal: membakar dan menghancurkan
gitarnya.

Bendera karier Jimi terkerek tinggi-tinggi sejak itu. Berturut-turut, dalam waktu kurang dari
setahun, antara 1968-1969, bersama Mitch dan Noel, ia merilis Axis: Bold as Love dan album
ganda Electric Ladyland. Pada album yang disebut terakhir Jimi, yang akhirnya memiliki studio
sendiri, mengerahkan seluruh kemampuannya sebagai gitaris maupun sebagai operator-sound
engineer. Sukses besar. Tapi korban tak terhindarkan: Experience bubar.

Jimi memang tak lalu ikut tenggelam. Ia bahkan masih sempat meramaikan festival band yang
hingga kini tak terlupakan dalam sejarah musik rock: Woodstock Music & Art Fair. Waktu itu
tahun 1969. Jimi, yang tampil bersama Gypsy Sons & Rainbows (antara lain diperkuat Mitch),
mengantongi bayaran 125 ribu dolar Amerika Serikat, tertinggi di antara para artis lain.

Sebuah bayaran yang pantas, tapi, rupanya, itulah penampilan akbar terakhir bagi Jimi. Setahun
kemudian ia lebih memilih meninggalkan semuanya, selama-lamanya. Secara fisik, sih. Soalnya,
pengaruh Jimi justru tetap hidup hingga kini.

2. Joe Satriani (" Steve Vai: selama Joe Satriani tetap berkarya, saya akan tak akan
kehilangan inspirasi")

Joe Satriani, pertama kali belajar gitar pada saat berumur 14 tahun. Pada umur 15 tahun, Joe
sudah mengajar gitar (selama 3 tahun) kepada beberapa muridnya yang antara lain adalah Steve
Vai, Kirk Hammet (Metallica) dan Larry LaLonde (Primus). Dapat dibayangkan betapa
tekunnya dan cepatnya Joe mendalami permainan gitarnya.

Sambil mengajar di Second Hand Guitar, Berklee, Joe merilis albumnya yang pertama tahun
1986 yang berjudul Not Of This Earth. Tahun berikutnya, Surfing With The Alien dirilis dan
mendapatkan gold dan platinum sales. Tahun 1989 Surfing in a Blue Dream pun dirilis dan
mencapai angka 750.000 keping untuk penjualannya dan masuk ke nominasi Grammy Awards.
Tahun 1992 The Extremist dirilis yang juga masuk nominasi Grammy Awards dan mencapai
peringkat 24 di Billboard chart.

Tahun berikutnya, Time Machine (dobel CD) dirilis. Di tahun 1995 album yang berjudul Joe
Satriani dirilis dan lagu My World masuk nominasi Grammy Awards. Tahun 1998 Joe merilis
albumnya yang ke delapan berjudul Crystal Planet.

Di tahun 2000 Joe merilis album Engines Of Creation. Di album ini Joe melakukan eksperimen
dengan rekaman menggunakan rhytm-rhytm yang dibuat di komputer. Tahun 2001 Joe merilis
album live nya Live in San Fransisco.

Selain merilis album solonya, Joe Satriani juga merupakan penggagas diadakannya G3. Bersama
Steve Vai, Joe sudah beberapa kali mengadakan konser G3 dengan dewa gitar lainnya seperti
Eric Johnson (1996), Adrian Leggs, Kenny Wayne Shepherd dan Robert Fripp (1997), Michael
Schenker dan Uli John Roth dengan Brian May sebagai Guest Star untuk show di London dan
Patrick Rondat di Perancis (1998) dan John Petrucci (2001).

Joe Satriani juga berpartisipasi dalam proyek Merry Axemas-nya Steve Vai dan memainkan satu
lagu Silent Night yang di aransemen ulang dan juga pernah mengisi posisi gitar untuk Deep
Purple di tahun 1990-an.

3. Steve Vai ("Dewa gitar yang flamboyan dan serba bisa")

Siapa yang tidak kenal dengan dewa gitar yang satu ini? Permainannya mulai dari blues, jazz,
rock sampai klasik dan ethnic music. Permainan gitarnya pun tidak terbatas pada komunitas gitar
saja tetapi juga bagi orang-orang awam yang tidak mendalami gitar.

Pada umur 6 tahun, Steve mulai belajar piano. Pada umur 10 tahun, Steve mulai belajar bermain
akordeon. Pada umur 13 tahun barulah Steve mulai mendalami gitar dan sejak saat itu lahirlah
seorang dewa gitar yang baru.

Steve Vai mengawali karirnya dengan album debutnya Flex-Able Leftovers pada tahun 1984.
Pada tahun 1990, Steve merilis album keduanya yang berjudul Passion and Warfare.Album ini
mendapat pengakuan internasional dan Steve memenangkan polling pembaca majalah Guitar
Player dalam 4 kategori yang berbeda.

Album Steve yang ketiga berjudul Sex & Religion dirilis tahun 1993 dan album keempatnya
Alien Love Secrets dirilis tahun 1995. Pada tahun 1996 album kelima Steve Fire Garden dirilis.

Tahun 1999, Steve meluncurkan album keenamnya yang berjudul Ultra Zone. Dalam album ini
Steve lebih banyak memfokuskan dirinya dalam komposisi lagu dan bereksperimen dengan
gitarnya.

Tahun 2001 album The Seventh Song dirilis dan album ini berisi lagu-lagu slow/ballad yang
pernah dirilis Steve dengan ditambah beberapa lagu baru. Dan di tahun 2001 Alive in an Ultra
World pun dirilis.

Steve Vai juga pernah memproduksi 2 album Natal yang berjudul Merry Axemas Vol.1 dan
Merry Axemas Vol.2, juga konser G3 bersama Joe Satriani dan Eric Johnson/Kenny Wayne
Shepherd dan terakhir John Petrucci turut juga bergabung dalam G3.

Belakangan ini Steve Vai lebih memfokuskan diri bereksperimen pada permainan gitarnya dan
sekarang ini band Steve Vai ditambah seorang pemain bass yang sudah tidak asing lagi buat
fans-fans rock tahun 80-an, Billy Sheehan. Belum pasti kapan album barunya akan beredar, kita
tunggu saja liberty and justice for all!

4. John Petrucci ("Salah satu gitaris progressive yang paling popular")

John besar di Long Island, tepatnya di King park, dimana dia, john myung & Kevin moore
bersekolah bersama. John mulai Belajar gitar ketika masih berumur 12 tahun (sebelumnya dia
pernah belajar ketika berumur 8 tahun tetapi menyerah ketika Dia melihat kakak perempuannya
harus begadang tiap malam belajar main organ. Dia tidak merencanakan untuk menjadi seperti
Itu, Dia belajar gitar sepulang sekolah dan akhirnya dia menjadi tidak tertarik lagi).

Namun dia mulai banyak terpengaruh Oleh permainan gitar dari gitaris semacam Yngwie
Malmsteen, Randy Rhoads, Iron Maiden, Steve Ray Vaughn, dan grup besar Semacam Yes,
Rush, Dixie dregs dan lain lain dia mulai bertekad untuk mencapai level permainan seperti
mereka.

Sebagaimana kemunculan musik trash metal yang membuat John tertarik, maka John juga
memperluas influence nya dengan Mendengarkan Metallica & Queensryche. John merasa
membutuhkan tantangan yang lebih dalam tehnik guitar oleh karena itu Dia banyak
mengadaptasi hammering speed & melodic style dari gitaris-gitaris seperti Steves (Steve Morse
& Steve Vai), The Als (Allan Holdsworth & Al Dimeola) Mike Stern, Joe Satriani, Neal Schon
& Eddie Van Halen.

Pendidikan musiknya dimulai dengan berbagai kelas teori musik yang dia ambil ketika high
school. Dia belajar secara otodidak, tetapi dia sempat menerima beberapa pelajaran gitar yang
dia ambil ketika dia masuk ke Berklee College of Music di Boston, dimana dia Mempelajari
komposisi jazz dan harmoni.

Ketika di Berklee John Petrucci dan John Myung yang juga belajar di berklee bertemu dengan
Mike Portnoy, dan mereka mulai membuat band yang diberi nama Majesty yang nantinya
kemudian berganti nama menjadi Dream Theater. John sudah merekam 7 album dengan Dream
Theater, dan dia juga banyak terlibat dengan beberapa proyek sampingan seperti Liquid Tension
Experiment Dengan Tony Levin, Age of Impact, dan bahkan game Sega Saturn yang disebut
Necronomicon, dan juga terakhir dia terlibat dalam proyek G3 Bersama Joe Satriani dan Steve
Vai. Kecintaan dia pada menulis lirik dikombinasikan dengan gaya komposisi yang unik dari
progressive fusion Mengasah bentuk musik dari Dream Theater.

John tinggal bersama istrinya Rena, dan 3 anaknya SamiJO, Reny, dan Kiara di New York.
Ketika dia tidak bermain gitar dia banyak menghabiskan Waktunya dengan istri dan anak-
anaknya dengan bermain skating, bersepeda, berolahraga dan menontong film.

John sedang merencanakan membuat solo albumnya yang pertama. Lagu-lagu barunya yang dia
mainkan ketika bersama G3 juga akan ada di solo album tersebut. Jaws of Life (sebelumnya
I.B.S.), Damage Control and Glasgow Kiss. Dia melibatkan beberapa musisi seperti Dave
LaRue pada bass, Dave DiCenso dan Tony Verderosa pada drum.

5. Yngwie Malmsteen ("Pahlawan dan pelopor gitaris shredder sedunia dari Swedia")

Yngwie Malmsteen merupakan pelopor yang melahirkan seluruh gitaris shredder yang kami
tampilkan di website ini. Setelah Eddie Van Halen (Van Halen) pertama kali membawakan
tembang "Eruption" pada tahun 1978 yang memperkenalkan teknik "two handed tapping",
Yngwie meluncurkan album klasik baroque shred debutnya "Rising Force" yang mengegerkan
komunitas gitar rock, menciptakan standar baru untuk kecepatan & keahlian dalam bermain.
Warna "Neo-Classical" yang di bawahkan Yngwie adalah berdasarkan struktur komposisi dari
J.S Bach (1685-1750) dan Niccolo Paganini (1782-1840).

Setelah itu muncul para gitaris shredder yang menghasilkan sekian banyak album yang sukses.
Hampir setiap minggu muncul gitaris baru yang mengklaim dirinya sebagai gitaris baru yang
paling cepat di dunia. Sebagai contoh: Paul Gilbert, Marty Friedman, Jason Becker, Richie
Kotzen, Vinnie Moore, Tony Macalpine, Greg Howe, dll. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa
Yngwie merupakan pahlawan gitar yang patut diacungi jempol.

Pernikahan ayah Yngwie (seorang kapten tentara) dan ibunya (Rigmor - seniman) diakhiri
dengan penceraian tidak lama setelah Yngwie lahir. Di samping itu Yngwie juga memiliki
seorang kakak perempuan bernama Ann Louise dan kakak lelaki Bjorn. Yngwie terlahir sebagai
anak bungsu yang liar, tidak bisa diatur dan ceria.

Pada awalnya Yngwie mencoba untuk mempelajari piano dan trumpet tetapi ia tidak dapat
menguasai alat musik tersebut. Acoustic guitar (gitar bolong) yang dibeli oleh ibunya pada
waktu dia berusia 5 tahun juga tidak disentuh Yngwie dan dibiarkan bergelantung di dinding.

Sampai akhirnya pada tgl 18 September 1970, Yngwie melihat sebuah acara spesial mengenai
meninggalnya Jimi Hendrix. Di situ Yngwie yang masih 17 tahun tsb menyaksikan bagaimana
Jimi Hendrix menghasilkan bunyi feedback guitar dan membakar gitarnya di depan penonton.
Pada hari wafatnya Jimi Hendrix tsb lahirlah permainan gitar Yngwie.

Yngwie yang penasaran tersebut kemudian membeli sebuah Fender Stratocaster murah,
mencoba memainkan tembangnya Deep Purple dan menghabiskan banyak waktu untuk
mengetahui rahasia dari alat instrumen dan musiknya sendiri. Kekaguman Yngwie terhadap
Ritchie Blackmore (gitaris Deep Purple) yang dipengaruhi oleh musik klasik dan kekaguman
terhadap kakak perempuannya yang sering memainkan komposisi Bach, Vivaldi, Beethoven, dan
Mozart, memberikan ide kepada Yngwie untuk menggabungkan musik klasik tersebut dengan
musik rock. Yngwie terus bermain seharian penuh sampai tidurpun dia masih tetap bersama
gitarnya.

Pada usia 10 tahun, Yngwie menggunakan nama kecil dari ibunya "Malmsteen", mengfokuskan
seluruh energi dia dan berhenti bersekolah. Di sekolah Yngwie dikenal sebagai pembuat onar
dan sering berantem, tetapi pintar dalam pelajaran bahasa Inggris dan seni. Ibunya yang
menyadari bakat musiknya yang unik, mengizinkan Yngwie tinggal di rumah dengan rekaman
dan gitarnya. Setelah menyaksikan violinis Gideon Kremer membawakan komposisi Paganini:
24 Caprices di televisi, Yngwie akhirnya mengetahui bagaimana cara mengawinkan musik
klasik dengan skill permainan dan karismanya.

Yngwie dan beberapa temannya merekam 3 lagu demo dan dikirim ke studio rekaman CBS
Swedia, tetapi rekaman tersebut tidak pernah digubris atau diedarkan. Oleh karena frustasinya,
Yngwie menyadari bahwa dia harus meninggalkan Swedia dan mulai mengirimkan demo
rekaman dia ke berbagai studio rekaman di luar negeri. Salah satu dari demo tape Yngwie
ternyata jatuh ke tangan konstributor Guitar Player dan pemilik Shrapnel Records: Mike Varney.
Akhirnya Yngwie mendapat undangan ke Los Angeles untuk bergabung dengan band terbaru
Shrapnel: "Steeler" dan seterusnya yang disebut sebagai sejarahnya. Pada bulan February 1983
Yngwie berangkat dari Swedia ke Los Angeles dengan bekal keahlian dan gaya permainan
barunya.

Selanjutnya permainan Yngwie dikenal dunia dengan permainannya yang sangat cepat di intro
lagu "Hot On Your Heels". Yngwie kemudian pindah ke group band Alcatrazz, sebuah band
yang bergaya "Rainbow" dan didirikan oleh penyanyi Graham Bonnett. Walaupun telah
bergabung dengan Alcatrazz yang menampilkan sekian banyak solo hebat di lagu "Kree
Nakoorie", "Jet to Jet," dan "Hiroshima Mon Amour", Yngwie masih merasa terlalu dibatasi oleh
band itu sendiri. Akhirnya Yngwie berpikir bahwa hanya album sololah yang menjadi solusi
terbaik.

Album solo pertama Yngwie: Rising Force (kini dinobatkan sebagai kitab musik rock Neo-
Classical) berhasil memasuki nomor 60 di tangga Billboard charts untuk musik instrumental
gitar tanpa berbau komersil. Album ini juga memenangkan nominasi Grammy untuk
Instrumental Rock Terbaik. Tidak lama kemudian Yngwie terpilih sebagai Gitaris Pendatang
Baru Terbaik di berbagai majalah dan media, Gitaris Terbaik Tahun Itu, dan Rising Force
menjadi Album Terbaik untuk tahun itu juga.

Pada 22 June 1987 mendekati ultah Yngwie yang ke-24, Yngwie mengalami kecelakaan dengan
mobil Jaguarnya yang mengakibatkan dia koma hampir seminggu. Penyumbatan darah pada
otak Yngwie juga menyebabkan tangan kanannya tidak berfungsi. Karena takut akan karirnya
yang akan berakhir itu, Yngwie dengan susah payah mengikuti terapi untuk memulihkan
kembali tangan kanannya. Setelah itu Yngwie mendapat cobaan lagi dari kematian ibunya di
Swedia akibat penyakit kanker yang menghabiskan banyak biaya medical. Jika Yngwie orang
lain, mungkin sudah menyerah dengan nasib seperti itu, tetapi Yngwie justru berubah dan
kembali ke musiknya dengan semangat tinggi.

Setelah itu Yngwie meluncurkan album yang laris manis seperti Odyssey, Eclipse, Fire & Ice,
Seventh Sign, I Cant Wait, Magnum Opus, Inspiration, Facing the Animal, Alchemy, War To
End All Wars dan akhirnya Yngwie berhasil mewujudkan cita-citanya untuk bermain bersama
sebuah Orkestra penuh di salah satu album terbarunya: Concerto Suite for Electric Guitar and
Orchestra in Eb minor, Op. 1 (tahun 1998).

Ketika merelease albumnya Eclipse (1990), Yngwie sempat tour dan membuat konser yang
sukses di Indonesia (Jakarta, Solo, & Surabaya). Rencananya pada bulan July 2001 ini Yngwie
juga akan konser kembali di Indonesia, namun dibatalkan karena pemerintah USA & istrinya
menasehati Yngwie akan keamanan politik di Indonesia. Padahal tiket Yngwie sudah sempat
laku keras di Indonesia, penggemar Yngwie di Indonesia boleh kecewa. Kapan lagi Yngwie akan
konser di Indonesia apabila keadaan politik Indonesia masih seperti ini?

Album-album berikutnya adalah Attack!! yang memuat nomor hits instrumental Baroque &
Roll. Pada tahun 2003, Yngwie diajak bergabung dalam formasi G3 bersama Joe Satriani dan
Steve Vai yang menelurkan 1 album dan 1 video. Setelah selesai tur bersama G3, ia
merampungkan album terbarunya Unleash The Fury. Album tersebut direlease diawal taun 2005.

6. Paul Gilbert ("Salah satu dewa gitar dengan permainan paling cepat dan bersih")

Paul Gilbert merupakan salah satu dewa gitar seperti halnya Steve Vai, Yngwie, John Petrucci
lainnya. Sebelumnya Paul dikenal melalui group bandnya Mr.Big, rekaman Mr.Big yang laku
keras turut membesarkan nama Paul di dunia musik rock.

Paul sendiri sudah cukup mengegerkan dunia gitaris pada tahun 86-87 sebagai pemain gitar
tercepat di dunia ketika Paul masih bergabung dengan group band Racer X. Teknik
permainannya telah sempurna saat ia baru menginjak 17 tahun itu.

Pada usia 5 tahun (1971) Paul sudah mulai mempelajari gitarnya, 10 tahun berikutnya (1981)
Paul coba mengirim demo rekamannya ke produser Mike Varney dan di luar dugaanya Mike
sangat mengagumi permainannya di samping Tony Macalpine.

Pada tahun 1984 Paul pindah ke LA dan melanjutkan sekolah gitarnya ke GIT (Guitar Institute
of Technology) dan kini telah menjadi instruktur sekolah gitar bergengsi ini.

Pada tahun 1986 dia bergabung dengan band pertamanya Racer X dengan album debutnya
"Street Lethal ", kemudian "Second Heat" (1987) & "Live! Extreme Volume" (1988).

Pada tahun 1989 Paul meninggalkan Racer X dan bergabung dengan group band MR.BIG
dengan pemain bass yang disegani "Billy Sheehan", vocalis Eric Martin dan drummer Pat
Torpey.

Mereka meluncurkan album pertamanya "MR.BIG" dan MR.BIG tampil untuk pertama kalinya
di Jepang pada bulan Oktober.

Selanjutnya Paul meluncurkan album berikutnya: "Live! Raw Like Sushi" (1990), "Mr Big -
Lean into it" (1991), "Mr.Big - San Francisco Live" (1992), "Racer X - Live Extreme Volume 2?
(1992), "Mr.Big - Bump Ahead" (1993), "Mr.Big - Live! Raw Like Sushi 2? (1994), "HEY
MAN" & " The best of MR.BIG" (1996), "Hard Rock Cafe", " Live At Budokan " & solo " King
of Club" (1997).

Lagu "To Be With You" (dari Album "Lean Into It") menduduki posisi pertama di majalah
Billborad USA selama 3 minggu.

Pada tahun 1998 Paul tampil pertama kali di Jepang dengan solo albumnya. Paul meluncurkan
album solo "Flying Dog". Tahun 1999 Paul kembali ke Jepang dan meluncurkan album solo
kedua "Beehive Live" dan album ketiga Racer X "Technical Difficulties".

Tahun 2003 album Burning Organ dirilis, kali ini masuk ke label Indonesia dibawah naungan
Staria Enterprise. Namun album berikutnya, Acoustic Samurai tidak lagi di Staria, melainkan
berpindah ke label Variant Music. Kemudian Paul menggelar promo tur album "Spaceship One"
hingga ke Indonesia. Hal ini disambut antusias oleh penggemar-penggemarnya, pasalnya banyak
artis asal Amerika yang menarik diri karena takut disweeping oleh pihak-pihak tertentu.

7. Nuno Bettencourt ("Dewa gitar yang mempelopori warna Funky Metal")

Nuno Bettencourt merupakan gitaris rock yang terbaik dalam permainan ritemnya. Beberapa
gitaris lain yang dapat menandingi permainan ritemnya dapat terhitung misalnya: John Petrucci,
Darren Housholder dan beberapa pemain funk metal lainnya.

Kekreatifan Nuno dalam menciptakan teknik permainan baru telah dikenal sejak album pertama
dan kedua group bandnya Extreme yaitu: "Extreme" dan "Pornograffitti". Tidak heran Nuno
dinobatkan menjadi "Best New Talent" (pendatang baru terbaik) begitu Extreme meluncurkan
album keduanya "Pornograffitti".

Sesuai dengan perkataan Nuno sendiri di interview-interviewnya bahwa cita-cita Nuno adalah
menulis album berwarna funk seperti Pearl Jam, Nirvana dan sejenisnya. Oleh karena itu jika
Anda ingin mendengarkan kepiawaian Nuno sebagai shredder, maka kami rekomendasikan
Anda mendengarkan album Extreme: "Pornograffitti".

Album pertama "Extreme" dan album ketiga "Three Side Story" juga tidak kalah bagusnya.
Justru album solo Nuno sendiri dan band barunya Mourning Widows, tidak menampilkan skill
dari permainan Nuno sendiri. Bubarnya Extreme cukup mengecewakan penggemar Nuno.

Pada tahun 1982 Nuno pertama kalinya bertemu dengan vokalis Extreme: Gary Cherone. Ini
merupakan awal dari band Extreme tsb. 2 tahun kemudian (1984) Nuno meninggalkan
sekolahnya dan konsentrasi dalam melatih permainan gitarnya. Nuno melihat drummer Extreme:
Mike Mangini di sebuah club di dalam band tribute Van Halen, ketika band-band lain sedang
istirahat, Mike memainkan solo drum yang luar biasa.

1985 Nuno bertemu dengan bassist Extreme: Pat Badger yang bekerja di toko gitar Jim
Mouradian di Winchester di mana Nuno selalu memodifikasi gitarnya di sana. Nama band
mereka pertama kali dinamakan "The Dream" sebelum menggunakan nama "Extreme" dan
menghasilkan lagu "Mutha" yang berhasil menerobos jajaran lagu di MTV. Tak lama kemudian
nama band mereka diganti menjadi "Extreme" dan tampil di Festival Mare de Agosto (Santa
Maria) pada tahun 1986.

Pada tahun 1987 Extreme memenangkan "Outstanding Hard Rock Act" pada tahun pertama
Boston Music Awards. Mereka juga memenangkan kontes MTV video, yang ditonton juga oleh
perusahaan rekaman A&M A&R scout. Pada bulan September mereka mendapat kabar baik dari
A&M record untuk mulai rekaman.

Pada tahun 1989 mereka kembali disebut sebagai "Rising Star" di Boston Music Awards. Tak
lama kemudian album debut mereka direlease, tetapi tidak banyak mendapat perhatian selain
menjadi album terlaris minggu pertama di Boston, mencapai urutan ke 80 di US chart dan terjual
300.000 copy. "Kid Ego" menjadi single pertama mereka dan kemudian "Little Girls" dan Mutha
(Dont Wanna Go To School Today).

Guitar Magazines menobatkan Nuno sebagai "the next Eddie Van Halen"! Extreme tour ke
Amerika Utara dan Jepang. Lagu "Play With Me" menjadi soundtrack film "Bill and Teds
Excellent Adventure". Kemudian Nuno mengisi ritem gitar di lagu Janet Jackson "Black Cat".

Pada tahun 1990 Extreme merekam album keduanya "Pornograffitti" di Scream Studio (LA).
Guitar magazine memberikan 6 halaman khusus untuk Nuno. Lagu Decadence Dance, Get The
Funk Out direlease, tetapi tidak banyak yang terjadi.

Pada bulan Desember perusahaan gitar Washburn membuatkan gitar N4 Nuno Bettencourt
Signature Series, sampai saat ini N4 membuktikan kerberhasilan penjualan gitar Nuno.

Awal kesuksesan Nuno terjadi pada bulan June 1991 ketika lagu "More Than Word" menjadi hit
nomor 1 di USA dan luar negeri termasuk Israel, Belanda, dll. Nuno juga mengisi dan menjadi
cover untuk video Hot Guitarist Video Magazine Premiere Volume (December "92).

Pada bulan Oktober Nuno terpilih sebagai Rocker Terseksi di majalah Playgirl dan juga
memenangkan "Top of the Rock", "Songwriter of the Year", "Solo of the Year" (Flight of the
Wounded Bumblebee), dan "Guitar LP of the Year" di majalah gitar "Guitar For The Practicing
Musician"

Selanjutnya Extreme merelease album-album berikutnya: "III Sides", "Waiting For The
Punchline" dan kemudian meninggalkan Extreme, merelease album solonya dan membentuk
band barunya "Mourning Widows".

Penggemar shredder boleh kecewa dengan keluarnya Nuno dari Extreme karena album-album
berikutnya Nuno semuanya berwarna funk murni, tidak terdengar lagi permainan gitar yang
menampilkan skill dari Nuno.

8. Eddie van Halen ("Pelopor teknik two handed tapping")

Sebelum era permainan gitar shredd dipopulerkan oleh Yngwie Malmsteen pada tahun 1984, 6
tahun sebelumnya Eddie Van Halen telah lebih dulu sukses menggemparkan dunia musik.
Teknik two handed tapping atau yang biasa disebut tapping saja telah berhasil secara mutlak
meracuni lebih dari separuh gitaris rock yang ada di Amerika. Bukan hanya teknik tapping saja,
ia juga mempopulerkan gaya permainan gitar hard rock yang sangat berbeda dari kebanyakan
gitaris rock yang cukup kental permainan bluesnya. Solo gitarnya di tembang Eruption yang
terdapat dalam album debut grupnya Van Halen secara mengejutkan menjadi perbincangan
utama gitaris-gitaris rock dimasa itu.

Eddie Van Halen atau biasa disebut dengan panggilan singkat EVH, merupakan seorang imigran
dari Belanda. Ia dan keluarganya pindah ke Amerika sekitar tahun 60an. Awalnya lebih dulu
mempelajari piano dan kemudian sedikit konsentrasi di drum. Sedangkan kakaknya, Alex Van
Halen malah mempelajari gitar.

Diam-diam mereka berdua saling mencuri kesempatan mempelajari instrumen yang bukan
miliknya. Alex belajar drum, EVH belajar gitar. Ternyata malah keduanya sepakat bertukar alat
musik. Jadilah kemudian EVH menekuni gitar.

Pada saat mulai belajar gitar, ia cukup terpengaruh dengan permainan dari Eric Clapton dan
Jimmy Page. Kemudian mereka membentuk band bernama Mammoth yang akhirnya berganti
menjadi Van Halen dengan masuknya Michael Anthony pada bass, dan David Lee Roth pada
vocal. Band ini terbentuk secara resmi tahun 1974.

Album Van Halen yang dirilis tahun 1978 berhasil menembus charts Billboard sampai posisi 15
dan berhasil terjual sebanyak 2 juta keping yang salah satu menjadi penyebabnya adalah solo
gitar EVH di lagu instrumental, Eruption.

Nama Eddie Van Halen langsung berkibar karena ia berhasil mempopulerkan teknik tapping.
Meski kontribusi dari David Lee Roth sebagai vocalis yang atraktif dan fenomenal juga tak bisa
dipandang sebelah mata, namun bisa dibilang nama EVH lebih menjual. Namanya menjadi
perbincangan dan berkali-kali meraih penghargaan sebagai Guitarist of The Year oleh majalah-
majalah.

Selain teknik tapping yang menjadi trademarknya, EVH juga dikenal dengan senyumnya yang
selalu ia tampilkan dalam segala kondisi. Tak heran gitaris-gitaris muda di Amerika begitu
menghormatinya. EVH kemudian membuat penampilan gitar Fender Stratocasternya menjadi
berbeda. Body berwarna merah dengan garis-garis putih menjadi salah satu nilai jualnya.

Album berikutnya dimasa David Lee Roth menjadi vocalis yang dirilis adalah Van Halen II
(1979) dan Woman and Children First (1980), Fair Warning (1981), Diver Down (1982), dan
sebuah album yang merupakan salah satu album masterpiece dari Van Halen yaitu 1984 yang
dirilis tahun 1984.

Di album 1984, EVH menampilkan permainan keyboard yang menawan. Malahan masyarakat
awam lebih mengenal suara dan permainan keyboardnya di lagu Jump ketimbang teknik-teknik
gitarnya. Lagu Jump berhasil menjadi juara 1 di charts Billboard.

Pada tahun 1983, sebelum album 1984 dirilis. EVH sempat bekerjasama dengan King of Pop,
Michael Jackson. EVH ikut serta dalam proyek album Thriller yang nantinya terjual lebih dari
20 juta copy. Ia memoles lagu yang berjudul Beat It menjadi sedikit berwarna rock dan dance.
Tak lupa juga EVH menampilkan solo gitar dan teknik tappingnya yang merajalela di lagu
tersebut. Munculnya EVH di lagu tersebut mendapat respon yang luar biasa dengan perolehan
menduduki puncak charts Billboard selama berminggu-minggu.

Tahun 1986 Van Halen mengalami perubahan formasi dengan mundurnya David Lee Roth dan
digantikan oleh Sammy Haggar. Meskipun begitu, EVH tetap mampu menampilkan permainan-
permainan gitar terbaiknya.

Album-album berikutnya seperti 5150 (1986), OU812 (1988), For Unlwaful Carnal Knowledge
(1991), dan Balance (1995) masih cukup mampu memperpanjang nafas Van Halen dalam dunia
rekaman. Tak lama kemudian kembali Van Halen berganti vocalis dengan masuknya Gary
Cherone (ex Extreme).

Van Halen semasa Gary Cherone oleh banyak pihak dianggap sebagai era terburuk dengan
ditandai kurang suksesnya album Van Halen III (1998). Tahun 2001 EVH terkena kanker mulut,
ia terpaksa absen selama sekitar 2 tahun untuk proses penyembuhan.
9. Michael Schenker ("Salah Satu Pelopor Gitar Hero di Jerman")

Jika diadakan polling mengenai "10 gitaris terbaik Jerman sepanjang masa", saya yakin kalau
nama Michael Schenker akan termasuk salah satu diantaranya. Bahkan kalaupun disuruh
memilih 5 saja, saya tetap yakin namanya akan tetap masuk. Tidak aneh bila melihat sepak
terjangnya mengangkat nama Jerman sebagai negara yang memiliki gitaris kelas satu dan
mampu bersaing dengan gitaris handal dari Inggris dan Amerika.

Michael dan saudaranya, Rudolf memiliki hobi yang sama, yaitu bermain gitar. Michael
mendapat inspirasi dalam bermusik dari 2 grup band yang cukup populer di masa itu, Wishbone
Ash dan Mountain. Ia juga sempat bekerja sambilan sebagai transcriber lagu.

Tahun 70-an awal, Michael bergabung dengan band milik Rudolf, The Scorpions. Kebetulan
permainan Michael cukup menonjol, namun saat band ini merilis album debutnya, Lonesome
Crow pada tahun 1972 album itu kurang mendapat respon yang positif. Satu hal yang perlu
dicatat, saat itu usia Michael baru 17 tahun.

Setelah mengikuti tur promo bersama Scorpions, band lain bernama UFO tertarik dengan
talentanya. Kemudian Michael meninggalkan Scorpions dan bergabung dengan UFO yang baru
saja ditinggal gitarisnya, Michael Bolton (tapi bukan Michael Bolton penyanyi).

Bersama UFO, Michael sempat merilis beberapa album, diantaranya Phenomenon (1974), Force
It (1975), No Heavy Petting (1976), Lights Out (1977), Obsession (1978). Pada era Michael
Schenker inilah nama UFO bisa berkibar dan mendapat pendengar yang lebih luas sampai ke
pasar Amerika.

Permainan gitarnya menunjukkannya sebagai seorang musisi yang berpengaruh. Ia juga terkenal
dengan sosoknya yang menenteng Gibson Flying-V dengan body yang dimodif pada bagian
catnya, setengah hitam, setengah putih.

Akan tetapi setelah album merilis album Obsession, Michael dikeluarkan dari UFO karena
kecanduan alkohol dan kembali ke Scorpions. Ia menggantikan Uli John Roth yang sebelumnya
menggantikan posisinya saat ia keluar dari Scorpions dulu.

Sekembalinya ke Scorpions, ia ikut merilis album Lovedrive pada tahun 1979. Namun sayang,
ketika sedang menjalani tur pertamanya di Amerika, Michael lagi-lagi absen hadir karena
kecanduan alkohol. Album tersebut tidak diterima di Amerika terutama karena masalah cover
albumnya. Michael pun digantikan oleh Matthias Jabs yang akhirnya menjadi gitaris permanen
Scorpions sampai saat ini.

Setelah keluar dari Scorpions, ia sempat diangkat sebagai gitaris pengganti sementara Joe Perry
di Aerosmith. Setelah itu Michael memutuskan untuk bersolo karir dengan membentuk Michael
Schenker Group atau biasa disebut MSG.

Di band ini Michael bertindak sebagai konseptor dan gitaris. Sedangkan untuk vocal diisi oleh
Robin McAuley. Album-album yang dirilis adalah Michael Schenker Group (1980), MSG
(1981), Assault Attack and One Night at Budokan (1982). Album-album tersebut cukup
berkarakter hingga membuat Ozzy Osbourne sempat menawarinya menjadi gitaris Ozzy setelah
kematian Randy Rhoads.
Tahun awal-awal 90an, Michael juga sempat bergabung dengan Ratt untuk bermain unplugged
MTV. Selain itu ia pernah tampil dalam kolaborasi Contraband bersama personel-personel dari
band-band rock saat itu seperti Shark Island, Vixen, Ratt, dan L.A. Guns). Kemudian ia merilis
album Thank You (1993), dan Unforgiven (1999). Tahun 1995, Michael kembali bergabung
dengan UFO, dan merilis album Walk On Water dan kemudian tahun 2002 merilis album
Sharks.

Dengan suara gitar yang khas dan riff-riff gitar yang catchy sebagai kontribusinya pada Queen,
Brian May menjadi salah satu dari sekian musisi yang berbakat dan memberikan pengaruh pada
tahun 70-an.

10. Bryan May

Ia adalah anak seorang tukang servis elektronik dan musisi. Ia ternyata ikut mewarisi bakat
ayahnya dalam bidang menyolder dan musik. Namun ia sanggup menyeimbangkan
ketertarikannya akan teknologi dan musisi dan kemudian melanjutkannya untuk meraih gelar di
bidang Fisika. Di saat senggangnya ia menyempatkan diri membuat gitar dibantu oleh ayahnya.
Gitar buatannya ini yang kemudian menjadi trade-mark Brian May di setiap penampilannya.

Saat masih sekolah ia membentuk band pertamanya, 1984, yang merupakan sebuah band
instrumental. Band mereka manggung di sekitar kota London dan membuka pertunjukan
artis/band legendaris seperti Traffic, Jimmi Hendrix, Pink Floyd dan Tyrannosaurus Rex
(nantinya dikenal sebagai T-Rex). Pada tahun 1968, ia meninggalkan bandnya untuk
memfokuskan diri pada studinya di Imperial College.

Saat kuliah, May sering nongkrong bareng Roger Taylor dan kemudian membentuk band hard
rock trio bernama Smile. Ia malah juga meneruskan pendidikannya setingkat S2 pada jurusan
matematika dan ilmu pengetahuan, tapi kemudian malah memutuskan untuk lebih fokus pada
musik secara penuh.

Band Smile menandatangani kontrak dengan Mercury Records dan merilis satu single yang tidak
meraih sukses. Kemudian mereka menambahkan Freddy Mercury pada posisi vokal dan
merubah nama band mereka menjadi Queen.

Setelah bekerja dengan beberapa bassist, akhirnya mereka menemukan dan merekrut John
Deacon pada tahun 1971. Queen kemudian menandatangani kontrak dengan EMI dan merilis
debut albumnya (Queen) pada tahun 1973 dengan kekuatan utama album mereka: kombinasi
vokal opera Freddie Mercury dan riff-riff keren Brian May.

Brian May bersama Queen terus berekperimen dengan mengembangkan sound mereka. Albun A
Night at the Opera dirilis tahun 1975 dan menelurkan lagu hit "Bohemian Rhapsody", yang
memperdengarkan kemampuan musikal dan kehebatan mereka sebagai pengarang lagu.

Kedua album mereka selanjutnya A Day at the Races pada tahun 1976 dan News of the World
pada tahun 1977 juga meraih sukses besar di radio maupun di toko musik dengan hit-hit mereka
seperti "We Will Rock You" dan bahkan "We Are The Champion" dari album News of the World
malah digunakan menjadi lagu kemenangan di lomba olahraga di seluruh dunia sampai
sekarang.
Yang menarik adalah, salah satu lagu dari album News, "Its Late" adalah lagu dimana Brian
May menggunakan two-handed tapping dan hammer-on saat solo gitar dan setahun kemudian
baru Eddie Van Halen terkenal dengan two-handed tapping gayanya sendiri. May menyebutkan
bahwa tehnik tapping yang ia gunakan diconteknya dari seorang gitaris band club di daerah
Texas. Menurut gitaris band tersebut malah Billy Gibbons (ZZ Top) yang pertama kali
menggunakannya dan ia hanya menconteknya.

Setelah Freddie Mercury wafat di tahun 1991, Queen secara resmi bubar. Hanya pada event-
event khusus seperti "Concert for Life tribute to Mercury" di tahun 1992 (menggalang dana
untuk Mercury Phoenix Trust, dibentuk untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya AIDS).

Brian May kemudian lebih fokus bersolo karir, merilis Back to the Light pada tahun 1993.
Setahun kemudian ia merilis Live at Brixton Academy, yang isinya adalah gabungan dari lagu-
lagu solo karirnya dan dari koleksi lagu Queen. Pada tahun 1998 ia merilis album berjudul
Another World dimana Jeff Beck ikut mengisi gitar pada lagu "The Guvnor".

Вам также может понравиться