Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
CORPUS ALIENUM SALURAN PENCERNAAN
1. Defenisi
Corpus Alienum adalah benda, baik tajam ataupun tumpul atau makanan
yang tersangkut atau terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara
sengaja maupun tidak sengaja (Tanto, 2014).
2. Etiologi
a. Pada anak-anak penyebab masuknya benda asing dalam sauran napas
atau saluran cerna antara lain anomaly kongenital termasuk stenosis
kongenital, fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuliuh darah.
b. Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu
yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental dan
psikosis.
3. Klasifikasi
2
yaitu tempat esophagus berakhir pada kardia lambung. Otot polos pada
bagian ini murni bersifat sfingter. Inervasi esophagus berasal dari dua
sumber utama yaitu saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis
dari serabut-serabut ganglia simpatis servikalis inferior, nervus torakal dan
nervus splangnikus.
5. Patofisiologi
Corpus alienum (benda asing) baik itu benda mati, hidup ataupun
komponen tubuh dapat masuk ke rongga mulut karena faktor kesengajaan,
kecerobohan maupun faktor kebutuhan. Ketika benda asing tertelandan
masuk ke esophagus yang menyebabkan tersangkutnya benda tersebut,
maka akan dilakukan ekstyraksi untuk menghindari komplikasi. Ekstaksi
tersebut dapat menimbulkan lesi pada esophagus yang akan terasa yeri
jika digunakan untuk menelan.
darah menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh karena itu benda asing batu
baterai harus segera dikeluarkan.
6. Gejala Klinis
Gejala sumbatan akibat benda asing esophagus tergantung pada ukuran,
bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing (apakah
berada didaerah penyempitan esophagus yang normal atau patologis),
komplikasi yang timbul akibat benda asing tersebut dan lama benda asing
tersebut tertelan. Gejala permulaan benda asing esophagus adalah rasa
nyeri didaerah leher bila benda asing tersangkut didaerah servikal. Bila
benda asing tersangkut di esophagus bagian distal timbul rasa tidak enak
didaerah substernal atau nyeri di punggung.
Gejala disfasia bervariasi tergantung, pada ukuran dan benda. Disfagia
lebih berat bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan,
sehingga timbul rasa sumbatan esophagus yang persisten. Gejala lain ialah
odinofagia yaitu nyeri menelan makanan atau ludah, hipersalivasi,
regurgitasi dan muntah. Kadang-kadang ludah berdarah. Nyeri di
punggung menunjukkan tanda perforasi atau mediastinitis. Gangguan
nafas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat penekanan
trakea oleh benda asing.
7. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat edema
yang timbul progresif. Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi
akut, didapatkan tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada
auskultasi terdengar suara getaran didaerah prekordial atau interskapula.
Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat
dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumothorak jarang
terjadi, tetapi dapat timbul sebagai komplikasi tindakan endoskopi.
Pada anak-anak gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi
ludah atau minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi, mengi
(wheezing), demam, abses leher atau tanda emfisema subkutan. Tanda
lanjut, berat badan menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing
yang berada didaerah servikal esophagus dan dibagian distal krikofaring,
5
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal
anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga
tertelan benda asing. Bila benda asing radioopak mudah diketahui
lokasinya, sedangkan bila radiolusen dapat diketahui tanda inflamasi
periesofagus atau hiperinflamasu hipofaring dan esophagus bagian
proksimal. Esofagogram dilakukan pada benda asing radiolusen yang akan
memperlihatkan filling detect persisten. Dapat dilakukan MRI dan
Tommografis Computer.
Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya
gangguan keseimbanganasam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran
napas.
Tindakan endoskopi dilakukan untuk tuuan diagnostic dan terapi.
9. Komplikasi
Laserasi mukosa perdarahan, perforasi local dengan abses leher atau
mediastinitis.Perforasi dapat menyebabkan selulitis local, dan fistel
esofagus. Benda asing bulat atau tumpul dapat menimbulkan perforasi
sebagai akibat sekunder dari inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi
disekitar benda asing timbul bila benda asing berada di seofagus dalam
waktu yang lama. Gejala dan tanda perforasi esophagus servikal dan
torakal oleh karena benda asing atau alat, antara lain emfisema subkutis
atau mediastinum, krepitasi di daerah leher atau dada, pembengkakan
leher, kaku leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi dan pernapasan
cepat,nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal dan epigastrium. Bila
terjadi perforasi ke pleura dapat menimbulkan pneumothoraks.
10. Penatalaksanaan
6
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan
tepat, perludiketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing
tersebut. Secara prinsip benda asing disaluran napas dapat ditangani
dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan traumaminimum.
Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke rumah sakit
setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus
dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang
telah terlatih. Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat
pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu
hanya beberapa menit. Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang
menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich
(Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun dewasa.
Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah
pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara,
diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu,
maka sumbatnya akan terlempar keluar. Komplikasi perasat Heimlich
adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau hati dan fraktur kosta.
Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan
menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan
kanan.
Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak
dapat digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit
terdekat yang memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan
bronkoskop.
11. Pathway
Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Risiko Infeksi
sejak bayi. Pada orang dewasa atau lansia perlu dikaji adanya
gangguan menelan, atau riwayat tertelan benda asing sebelumnya.
Pada pasien dengan corpus alienum pada saluran cerna bisanya
ditemukan beberapa gejala seperti berikut ini:
1) Kesukaran dalam menelan (disfagia) makanan padat atau
cairan.
2) Sumbatan komplit (ketidakmampuan untuk menelan).
3) Rasa tidak nyaman dalam menelan (odinofagia).
4) Regurgitasi dari makanan yang belum dicerna.
5) Hematemesis
6) Senasi benda asing
7) Sumbatan pada tenggorokan
8) Rasa panas dalam perut.
9) Penurunan berat badan
10) Suara serak
11) Sensitivitas terhadap makanan dingin atau panas
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pada pemeriksaan esopahgus dengan endoskopi ditemukan
adanya benda asing, lesi atau mungkin hematoma.
2) Pada leher mungkin bisa terjadi abses.
3) Pada pemeriksaan paru ditemukan suara nafas tambahan
seperti ronchi/mengi.
4) Adanya gangguan pertumbuhan pada anak anak.
5) Jika terjadi obstruksi saluran nafas pasien bisa cyianosis dan
takipnea.
3. Intervensi Keperawatan
dengan kompresi jaringan keperawatan selama 1x24 jam, 1. Kaji karakteristik nyeri meliputi nyeri sehingga dapat menentukan
sekunder akibat osbtruksi pasien dapat mengontrol nyeri lokasi, waktu, frekuensi, jenis tindakannya.
dengan kriteria: kualitas, faktor pencetus, dan 2. Dengan mengetahui faktor-faktor
NIC: Pain Control intensitas nyeri yang dapat memperburuk nyeri,
1. Menggunakan analgetik 2. Kaji faktor-faktor yang dapat dapat mencegah terjadinya faktor
sesuai kebutuhan memperburuk nyeri pasien pencetus dan menentukan
2. Melaporkan perubahan 3. Monitor status TTV sebelum intervensi apabila nyeri terjadi.
gejala nyeri ke tenaga dan sesudah pemberian 3. Mencegah kontraindikasi dan
kesehatan analgetik efek samping pemberian
3. Melaporkan nyeri terkontrol 4. Memastikan pasien mendapat analgetik
NIC: Pain Level terapi analgesik yang tepat 4. Analgesik yang dapat membantu
1. Melaporkan nyeri berkurang 5. Eliminasi faktor-faktor pencetus mengurangi rasa nyeri dan tidak
2. Tidak meringis dan nyeri mengakibatkan adanya reaksi
menangis 6. Ajarkan teknik nonfarmakologi alergi terhadap obat.
3. Tidak kehilangan nafsu (misalnya teknik relaksasi, 5. Dengan mengeleminasi faktor-
makan guided imagery, terapi musik, faktor pencetus nyeri, dapat
4. TTV dalam batas normal: dan distraksi) yang dapat mengurangi risiko munculnya
Suhu: 36-370,5C, Nadi: digunakan saat nyeri timbul. nyeri (mengurangi awitan
60-100x/menit, RR: 16-20 7. Berikan dukungan selama terjadinya nyeri)
x/menit, TD: 120/80 mmHg. pengobatan nyeri berlangsung 6. Dengan teknik manajemen nyeri,
8. Kolaborasi pemberian analgetik pasien bisa mengalihkan nyeri
. sehingga rasa nyeri yang
dirasakan berkurang.
7. Dukungan yang diberikan dapat
membantu meningkatkan rasa
percaya terhadap perawat.
8. Pemberian analgetik dapat
memblok reseptor nyeri
obstruksi benda asing pada diharapkan pasien dapat reflex muntah dan kemampuan obstuksi
saluran cerna menelan makanan secara menelan 2. Menilai adanya komplikasi
bertahap dengan kriteria: 2. Pantau status pernapsan pada sistem pernapasan
Aspiration Prevention 3. Posisikan kepala 90 akibat obstruksi
1. Posisi kepala dan leher 4. Siapakn alat suction k/p 3. Mencegah regurgitasi isi
lebih tinggi dari badan 5. Beriakn makaan halus sedikit demi lambung dan
saat makan dan minum. sedikit memaksimalkan ventilasi
2. Pemilihan makanan yang 6. Pertahankan posisi kepala lebih 4. Memenuhu kebutuhan diet
mudah ditelan tinggi 30-45 menit setelah makan pasien
3. Makanan cair dapat atau minum. 5. Mencegah regurgutasi
ditelah dengan baik. Feeding 1. Menentukan intervemsi
1. Kaji kemmapuan menelan selajutnya
Swallowing Status: Esophageal 2. Identifikasi diet yang diberikan 2. Diet sesuai kebutuhan
Phase 3. Anjurkan oral hygiene sebelum pasien
1. dapat menelan makanan dan makan dan minum 3. Rongga mulit merupakn
minuman cair yang 4. Beri makanan dan diikuti minum pintu masuk makanan ke
diberikan dalam tubuh.
2. tidak ada batu atau cegukan 4. Meminimalisasi nyeri
selama makan/minum akibat sumbatan esopahus
3. tidak ada regusgutasi cairan
4. tidak ada nyeri lambung
5. tida ada hematemesis
6.
3 Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan NIC: Nutrition Therapy 1. Pengkajian penting untuk
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 jam, 1. Kaji status nutrisi mengetahui status nutrisi
berhubungan dengan asupan pasein dapat mempertahankan 2. Monitor masukan makanan atau dan menentukan intervensi
yang kurang. status nutrisi adekuat dengan cairan dan hitung kebutuhan yang tepat.
kriteria: kalori harian. 2. Dengan mengetahui
NOC: Nutritional Status 3. Tentukan jenis makanan yang masukan makanan atau
1. Masukan cocok dengan tetap cairan dapat mengetahui
nutrisi adekuat mempertimbangkan aspek apakah kebutuhan kalori
2. Masukan agama dan budaya pasien. harian sudah terpenuhi atau
makanan dalam batas normal 4. Anjurkan untuk menggunakan belum.
NOC: Nutritional Status: suplemen nutrisi sesuai 3. Memenuhi kebutuhan
13
4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan dilakuakn berdasarkan prioritas
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi yang diharapakn pada pasien adalah
a. Fungsi pernapasan dan jalan napas adekuat.
b. Tidak ada nyeri selama menelan
c. Pasien dapat menelan dengan baik
d. Tidaka da muntah atau batuk selama makan dan minum
e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
f. Tidak ada komplikasi akibat tindakan esophagoskopi seperti infeksi
pada area obstruksi.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, S., Jonson, M., Mass, M. L., & Swanson, E. (2008). Nursing
Outcomes Classification. Mosby. Elsevier inc