Вы находитесь на странице: 1из 17

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT DUSTIRA/FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

Nama Pasien :Ny. AN Ruangan : 5/6 RM : 349093

Jenis Kelamin :Perempuan Umur : 34 tahun Agama : Islam

Pekerjaan :IRT Suku : Sunda Pendidikan:

SMA

Alamat : Kp Cikamuning rt 01/01 Tagog Apu

Dikirim Oleh : UGD Tgl. Dirawat : 01-03-2016 Jam :15.05

Tgl. Diperiksa (Co-Ass) : 01-03-2016 Tgl. Keluar :- Jam : -

Keadaan waktu pulang : sembuh/perbaikan/tidak sembuh/pulang paksa/lain-

lain Pasien meninggal pada tgl.: Jam :

1. Anamnesis
Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir
Anamnesis umum :
Pasien G4P2A1 gravida 11-12 minggu, datang dengan keluhan keluar darah
dari jalan lahir sejak pukul 17.30 WIB. Keluar darah dari jalan lahir berwarna
merah segar dan disertai mulas. Pasien sudah ganti pembalut sebanyak 2x dalam
sehari dengan darah noda darah pada bagian tengah pembalut. Keluhan keluar
darah dari jalan lahir berupa flek berwarna cokelat sebelumnya ada pada tanggal
15 februari 2017. Pada tanggal 26 februari 2017 perdarahan dari jalan lahir

1
dirasakan oleh ibu disertai dengan keluarnya jaringan seperti ati sebesar 4 ruas
jari disertai lendir dan adanya mulas-mulas.
Anamnesis Khusus
Keluhan keluar darah dari jalan lahir tidak disertai dengan adanya nyeri bagian
perut bawah yang terasa hebat, tidak juga disertai keluarnya gelembung-
gelembung cairan atau seperti telur ikan dari jalan lahir.

Anamnesis Tambahan
Pasien merasa terlambat haid dengan hari pertama haid terakhir tanggal 28
Desember 2016. Pasien mengeluhkan mual-mual pada pagi hari namun tidak
sampai muntah. Kehamilan diketahui pasien ketika kontrol ke bidan dengan usia
kehamilan menginjak 8 minggu. Pasien sudah kontrol sebanyak 2x yaitu di bidan
dan dokter kandungan. Riwayat imunisasi TT sejak anak pertama total sebanyak 3
kali.
Riwayat kehamilan anak kedua, ibu mengatakan dilakukan induksi oleh bidan
di tempat bidan karena tidak adanya mulas-mulas. Setelah anak kedua lahir terjadi
perdarahan hingga pucat dan pingsan, bidannya mengatakan bahwa rahimnya
tidak mau menutup, bidan pada saat itu memberikan beberapa tablet obat yang
dimasukkan melalui anus. Perdarahan kemudian berhenti, ibu pulang tanpa
kontrol atau memeriksakan diri ke dokter.
Riwayat kehamilan anak ketiga, tahun 2014 usia kehamilan 13 minggu ibu
mengeluhkan timbulnya flek 1 hari, ketika di periksa dokter mengatakan bahwa
janinnya tidak berkembang kemudian dilakukan tindakan kuretase.

Riwayat Menstruasi
- Menarche : 12 tahun
- Siklus : 30 hari
- Lama : 5-6 hari
- Banyaknya : 2-3x ganti pembalut dalam sehari
- Sifat darah : Normal
- Dismenorhae : Tidak ada

2
Riwayat Kehamilan Sekarang
- Usia ibu hamil : 34 tahun
- HPHT : 28 Desember 2016
- Taksiran Persalinan : 7 Oktober 2017
- Usia Kehamilan : 11-12 minggu
- Perdarahan Pervaginam : Ada
- Keputihan : Tidak ada
- Mual dan Muntah : Ada, tidak sampai muntah
- Pemakaian obat-obatan dan jamu : Tidak ada

Riwayat Pernikahan
- Status pernikahan : Menikah
- Pernikahan ke :1
- Usia suami menikah : 26 tahun
- Usia istri saat menikah : 25 tahun
- Lama pernikahan : 14 tahun

Riwayat obstetrik
G4P2A1

Usia Jenis Ditolong


No Tahun JK BBL & PBL
kehamilan Persalinan Oleh

1 1999 P Aterm Spontan Bidan 2,7 kg & 50 cm

2 2010 L Aterm Spontan Bidan 2,8 kg & 50 cm

3 2014 Abortus saat usia kehamilan 13 minggu

4 2016 Hamil ini

Riwayat KB

3
- Kontrasepsi suntik setiap 1 bulan

Riwayat Sosial Ekonomi


- Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : baik
- Jumlah keluarga di rumah yang dapat membantu ibu : 3 orang
- Pembuat keputusan dalam keluarga : suami

2. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Komposmentis
- Tanda vital
- TD : 130/80 mmHg - Suhu : 36.5 C
- Nadi : 80x/m - Respirasi : 20 x/m
- Kepala
Mata : Konjungtiva anemis -/- Sklera ikterik -/-
- Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
- Thorax : Bentuk gerak simetris
Cor : BJ 1,2 murni regular
Pulmo : VBS kanan=kiri normal
- Abdomen : datar, striae gravidaurm -, linea nigra -, bekas operasi -,
BU + normal.
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
- Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-

Status Obstetri
- Mammae
Papilla : Menonjol +/+
Areola : Hiperpigmentasi +/+
Abses : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
4. Pemeriksaan Dalam

4
Dinding vagina teraba licin, tidak teraba adanya massa, porsio teraba bulat

lunak tebal, porsio terbuka diameter 1 cm, nyeri goyang porsio (-), nyeri tekan

dikedua adneksa (-), tampak darah mengalir dari vagina, lendir -.

3. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Rutin
Hb : 12,6 g/dL
Ht : 38,0 %
Leukosit : 6400 /uL
Trombosit : 225.000 /Ul

2. Hematologi
Golongan Darah A

4. Diagnosa
G4P2A1 Gravida 11-12 minggu + abortus inkomplit

5. Tatalaksana
Umum : - Tirah baring
- Observasi tanda vital ibu
- Infus RL 20 gtt/menit
- Kuretase

6. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Abortus

5
Abortus (abortus, abortion ) berasal dari bahasa latin aboriri keguguran (to
miscarry) adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Batasannya ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.1,2

2. Klasifikasi Abortus
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan,
sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan disebut tindakan
abortus provokatus. Abortus provokatus sendiri dibagi menjadi abortus
provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. Disebut abortus
provokatus medisinalis bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk
menyelamatkan ibu.1 Berdasarkan macamnya, abortus dibagi menjadi abortus
iminens (threatened abortion abortus mengancam), abortus insipiens
(inevitable abortion), abortus inkomplet, missed abortion, abortus habitualis
(recurrent abortion), abortus infeksiosus, dan abortus septik.1
2.1 Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,
terjadinya perdarahan atau pengeluaran duh berdarah melalui ostium serviks
yang tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan1,2
2.2 Abortus insipiens
Abortus yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar dan ostium
uteri telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih didalam kavum uteri dan
dalam proses pengeluaran. Pasien merasa nyeri akibat kontraksi yang sering
dan kuat, perdarahan bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan
besar uterus sesuai dengan usia kehamilan.1
2.3 Abortus inkomplet
Abortus inkomplet adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri dan masih ada yang tertinggal. Pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan bisa banyak ataupun
sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa.1,2
2.4 Missed abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsinya seluruhnya
tertahan dalam kandungan. Pasien tidak merasakn keluhan apapun kecuali

6
pertumbuhannya yang terhambat. Missed abortion dapat didahului dengan
abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertmbuhan janin
terhenti.1
2.5 Abortus habitualis
Abortus habitualis merupakan abortus spontan yang terjadi sebanyak 3
kali atau lebih berturut-turut. Salah satu penyebab tersering yang dijumpai
adalah inkompetensia serviks yaitu keadaan dimana serviks uterus tidak
dapat menerima beban untuk tetap bertahan menutup setelah kehamilan
melewati trimester pertama.1
2.6 Abortus septik
Abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau
peritoneum (septikemia atau peritonitis).

3. Etiologi dan Faktor Risiko


Mekanisme yang berperan dalam abortus tidak selalu jelas, selama tia bulan
peratma kehamilan, ekspulsi spontan hampir selalu didahului oleh kematian
mudigah atau janin.2 Kematian janin disebabkan oleh abnormalitas pada ovum,
zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang oleh penyakit ayahnya.

a. Faktor Janin
Abortus spontan dini sering memperlihatkan kelainan perkembangan zigot,
mudigah, janin atau kadang, plasenta. Trisomi autosom adalah anomali
kromoson yang tersering ditemukan pada keguguran trimester pertama.
Monosomic X (45,X) adalah kelainan kromosom spesifik tunggal tersering.
Kelainan ini menyebabkan Sindrom Turner, yang biasanya menyebabkan abortus
dan sangat jarang sekali menghasilkan bayi perempuan lahir hidup.2
b. Faktor Ibu
1. Infeksi
Penyakit infeksi dapat menimbulkan abortus, beberapa teori diajukan
untuk mencoba menerangkan peran infeksi terhadap risiko abortus
diantaranya, adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin atau sitokin
yang berdampak langsung pada jani atau unit fetoplasenta, adanya infeksi
plasenta yang berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga janin sulit

7
bertahan hidup, infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia
bawah (misal klamidia, HSV) yang bisa mengganggu proses implantasi, dan
amnionitis.1
2. Anatomik
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik,
seperti abortus berulang, prematuritas, serta malpresentasi janin. Insiden
kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan. Pada
perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomali uterus pada 27%
pasien. Sindroma Asherman bisa menyebabkan gangguan tempat implantasi
serta pasokan darah pada permukaan endometrium. Risiko abortus antara 25-
80%, bergantung pada berat ringannya gangguan. 1 pada kehamilan
berikutnya, jumlah endometrium yang tersisa mungin kurang memadai untuk
mendukung kehamilan, dan dapat terjadi abortus.2
3. Hormonal
Ovulasi, implantasi serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang
baik sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu perlu perhatian
langsung terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase luteal, dan
gambaran hormon setelah konsepsi terutama kadar progesteron.
Jika terjadi konsepsi, umur korpus luteum diperpanjang akibat pengaruh
hormon hCG, sehingga tetap mampu menghasilkan progesteron sampai usia
10 minggu. Pada masa wal kehamilan (6-7 minggu) progesteron dari korpus
luteum dibutuhkan untuk mempertahankan kehamilan, jika pada usia ini
terjadi ablasi korpus luteum misalnya dengan ovarektomi, maka terjadi
penurunan steroidogenesis dan akan berakhir dengan abortus. Fungsi lain
dari progesteron adalah terhadap otot polos yaitu mempertahankan keadaan
tenang uterus dengan cara mempertahankan afinitas yang tinggi dari reseptor
beta2-adrenergik miometrium sehingga produksi cAMP meningkat dan
hambat fosforilase miosin.2,3
Perubahan endometirum jadi desidua mengubah semua sel pada mukosa
uterus. Perubahan morfologi dan fungsional ini mendukung proses
implantasi juga proses migrasi trofoblas dan mencegah invasi yang
berlebihan pada jaringan ibu.
4. Inkompetensi Serviks

8
Inkompetensi servik ditandai oleh dilatasi serviks tanpa nyeri pada
trimester kedua. Hal ini dapat diikuti oleh prolaps dan menggembungnya
membran janin ke dalam vagina, dan akhirnya ekspulsi janin imatur. Wanita
dengan keguguran pada trimester kedua sering memiliki riwayat dan temuan
klinis yang menimbulkan kesulitan untuk membedakan antara inkompetensi
servik sejati dan penyebab lain keguguran midsemester.2
5. Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan
kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan
terhadap buangan gas anestesi dan tembakau. Sigaret rokok diketahui
mengandung ratusan unsur toksik, antara lai nikotin yang telah diketahui
mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.
Karbon monoksida juga menurunkan pasokan ibu dan janin serta memacu
neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta
dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya
abortus.1
6. Faktor Hematologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan
adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Berbagai komponen
koagulasi dan fibrinolitik memegang peran penting pada implantasi embrio,
invasi trofoblas, dan plasentasi. Kadar faktor VII, VIII, X, dan fibrinogen
meningkat selama kehamilan normal, terutama pada kehamilan sebelum 12
minggu.1

4. Patologi
Keguguran dini biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam desidua basalis
dan disertai nekrosis jaringan sekitar. Dalam kasus ini, ovum terlepas, dan hal ini
dianggap benda asing dalam uterus kemudian merangsang kontrasi uterus yang
menyebabkan ekspulsi. Sebelum minggu ke-10, ovum biasanya dikeluarkan
dengan lengkap. Hal ini disebabkan karena sebelum minggu ke-10 vili korialis
belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua basalis, hingga hasil
konsepsi mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu 10-12 korion tumbuh
dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat, hingga

9
mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal jika terjadi
abortus. Apabila kantung dibuka biasanya dijumpai janin kecil yang mengalami
maserasi dan dikelilingi oleh cairan, atau mungkin tidak tampak janin didalam
kantung dan disebut blighted ovum.

5. Diagnosis
Diagnosis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Anamnesis dilakukan untuk mencari etiologi, faktor risiko,
komplikasi, dan menyingkirkan diagnosis diferensial dari abortus.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi status interna dan status
obstetrikus. Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat, perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya
jaringan hasil konsepsi, rasa mulas atau keram perut didaerah simfisis, dapat
juga disertai nyeri pinggang akibat kontraksi dari uterus. Pemeriksaan
ginekologi: pada inspeksi vulva dapat ditemukan adanya perdarahan pervaginam
dan ada atau tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidaknya bau busuk.
Inspekulo ditemukan perdarahan pada ostium eksterna uteri, ostium uteri terbuka
atau tertutup atau ada tidaknya jaringan yang keluar dari ostium. Pada colok
vagina atau vaginal toucher apakah ditemukan porsio yang tertutup atau terbuka,
teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besarnya uterus sesuai atau lebih
kecil dari usia kehamilan, ada tidaknya nyeri goyang porsio, ada tidaknya nyeri
pada perabaan adneksa, penonjolan kavum douglas.
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium darah rutin,
golongan darah, dan pemeriksaan USG.

6. Penatalaksanaan
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keaadan umum
dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian dilakukan
tindakan kuretase. Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera
melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang
mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus
dapat berlangsung baik dan perdarahan berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan
kuretase secara hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus.

10
Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika parenteral ataupun per oral dan
antibiotika.1 Penanganan abortus sebenarnya dapat dilakukan dengan cara
menunggu, medis, maupun bedah.2,4Berikut merupakan bagan penatalaksanaan
pada kasus kehilangan kehamilan usia muda yang diperoleh dari Queensland
Clinical guideline tahun 2011.

Queensland Clinical Guidelines. Early Pregnancy loss. 2011.

11
Queensland Clinical Guidelines. Early Pregnancy loss. 2011.

1. Expectant management.
Pada usia kehamilan awal, yaitu usia 0 hingga 8 minggu, expectant
management atau tindakan menunggu dilaporkan berhasil dalam pengeluaran
hasil konsepsi komplit hampir mencapai 80% wanita. (19) Beberapa data
menunjukan bahwa terapi ini lebih efektif pada wanita simtomatik (mereka yang
melaporkan adanya perdarahan, jaringan janin atau memiliki hasil ultrasound
dengan ekspulsi inkomplit) dibanding wanita asimptomatik.(20,21) Penelitian

12
lain (22) juga melaporkan bahwa wanita dengan abortus inkomplit memperoleh
keberhasilan lebih tinggi dengan terapi ini dibandingkan dengan wanita yang
mengalami missed pregnancy loss atau anembryonic pregnancy loss.
Pasien dengan terapi ini akan mengalami adanya perdarahan yang cukup
banyak disertai keram perut. Perlunya diberikan edukasi kepada pasien kapan
dan kepada siapa harus menguhbungi bila alami perdarahan berlebih dan
pemberian resep untuk mengatasi rasa nyerinya perlu disediakan. Juga perlu di
konsultasikan kepada pasie bahwa tindakan bedah perlu dilakukan bila ekspulsi
komplit tidak terjadi.5

2. Medical management
Pasien yang tertarik untuk memperpendek waktu hingga mencapai ekspulsi
komplit namun menolak tindakan bedah dapat memperoleh terapi dengan
menggunakan misoprostol, yaitu analog prostaglandin E1 sejauh orang tersebut
tidak mengaalami infeksi, perdarahan, anemia berat atau gangguan perdarahan,
dan alergi terhadap pengobatan ini.
Penelitian yang dilakukan Cochrane tahun 2013 dengan bukti yang terbatas
menyimpulkan bahwa pada wanita dengan kehilangan kehamilan dini seperti
abrotus inkomplit, dengan menggunakan misoprostol tidak memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan tindakan menunggu 9dala 7-10 hari, angka
keberhasilan 80-81 berbanding 52-85%).
Seseorang harus memahami kapan pendarahan dirasakan terlalu banyak.
Referensi yang mudah untuk digunakan kepada pasien adalah menghabiskan dua
buah pembalut ukuran besar setiap jam dalam dua jam berturut-turut (29). Pada
saat inilah orang tersebut harus segera menghubungi spesialis obstetri dan
ginekologi, juga pentingnya memberikan konsultasi bahwa tindakan bedah akan
diperlukan bila tindakan medis tidak menghasilkan ekspulsi yang komplit.5

3. Surgical management
Tindakan bedah ini telah lama digunakan pada pasien dengan kasus
kehilangan kehamilan dini dan tertinggalnya jaringan. Pasien dengan keluhan
perdarahan, hemodinamik yang tidak stabil atau tanda infeksi harus diberikan
tindakan segera dengan melakukan tidakan bedah. Banyak wanita lebih memilih

13
tindakan ini dibandingkan dengan tindakan menunggu atau pun tindakan medis
karena hasil yang lebih cepat dengan lebih sedikit waktu yang digunakan untuk
kontrol.5

7. Prognosis
Mayoritas pada penderita yang mengalami abortus mempunyai
prognosis yang tergantung pada cepat atau tidaknya kita mendiagnosa dan
mencari etiologinya. Komplikasi yang sering ditimbulkan antara lain adalah:
perdarahan, perforasi, syok dan infeksi. Pada missed abortion dengan refensi
lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah

14
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien didiagnosis G4P2A1 gravida 11-12 minggu + Abortus
inkomplit. Berdasarkan anamnesis, pasien datang dengan keluhan adanya
perdarahan dari jalan lahir pada usia kehamilan yang 11-12 minggu. Perdarahan
pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu (kehamilan usia muda) dapat
dipikirkan adanya abortus, molahidatidosa dan kehamian ektopik terganggu dan
dapat menyingkirkan diagnosis banding perdarahan pada kehamilan usia tua.
Keluhan perdarahan dari jalan lahir disertai dengan riwayat keluar jaringan
seperti ati disertai mulas pada 3 hari sebelum datang berobat, ini menandakan
adanya usaha pengeluaran hasil konsepsi yang akhirnya keluar namun proses
pengeluaran hasil konsepsi masih berlanjut karena setelah jaringan seperti ati
keluar, perdarahan masih timbul hingga membuat pasien datang berobat.
Keluhan tidak disertai adanya mulas, nyeri perut bagian bawah hebat hingga
pingsan juga tidak ada, ini menyingkirkan adanya kehamilan ektopik terganggu.
Tidak juga disertai keluarnya gelembung seperti telur ikan menyingkirkan mola
hidatidosa.
Hari pertama haid terakhir pasien adalah 28 desember 2016, dari sini dapat
diketahui taksiran usia kehamilan pasien sampai dengan saat pemeriksaan adalah
11-12 minggu. Tanda kehamilan pada pasien ini adanya haid yang terlambat,
mengeluhkan mual pada pagi hari tidak sampai muntah, telah melakukan test
pack dengan hasil yang positif dan ketika kontrol ke bidan diketahui bahwa pasien
hamil dengan usia kehamilannya 8 minggu.
Pasien hamil sebanyak 4 kali dengan adanya kejadian abortus pada kehamilan
ketiga yang kemudian dilakukan tindakan kuretase, ini merupakan faktor risiko
abortus pada kehamilan yang ke empat yaitu adanya kelainan anatomik berupa
defek pada uterus.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien dalam keadaan komposmentis, tensi
130/80 mHg, nadi 80x/menit, respirasi 20x/menit dengan suhu 36,5 0C
menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda syok pada pasien. Pada pemeriksaan
kepala, mata konjungtiva tidak anemis menandakan pasien tidak mengalami

15
anemia. Pemeriksaan ekstremitas didapatkan CRT < 2 detik menandakan tidak
terjadi syok pada pasien.
Pada pemeriksaan dalam ditemukan adanya porsio yang terbuka dengan
diameter 1 cm disertai dengan darah yang mengalir dari vagina, merupakan tanda
bahwa proses pengeluaran sisa hasil konsepsi masih berlangsung. Pada
pemeriksaan darah rutin menunjunkkan hasil dalam batas normal. Ini menandakan
tidak terjad anemia, maupun infeksi pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

16
1. Wiknjosastro, H., 2014. Ilmu Kebidanan: Kehamilan Pada Usia Muda. Ed
4 Cetakan Kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Hal.460-74.

2. Cunningham, Gary. F. 2010. Williams Obstetry: Abortus. Edisi 23 Cetakan


Pertama. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal.226-35.

3. Wiknjosastro, H., 2014. Ilmu Kebidanan: Hormon Plasenta. Ed 4


Cetakan Kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Hal.165-73.

4. Queensland Clinical Guideline. Early Pregnancy Loss. Queenslad


Goverment. 2016. Page 1-33.

5. The American College of Obstetricians and Gynecologists. Practice Bulletin:


Early Pregnancy loss. ACOG. 2015(150): 1-10.

17

Вам также может понравиться