Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MINERALOGI FISIK
3.1 Pengertian Mineralogi dan Mineral
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan
kegunaanya.
Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat fisik dan kimia tetap
dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia tetap, pada umunya anorganik,
homogen, dapat berupa padat, cair, dan gas.
Defenisi mineral menurut beberapa ahli :
A. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu bahan padat homogen yang terdapat di alam terbentuk
secara anorganik memiliki komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur.
B. D.G.A. White dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara sturuktural homigen
mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oloeh proses alam anorganik.
C. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogeny mempunyai komposisi
kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat, tetap
dibentuk di alam dan bukan hasil dari suatu kehidupan.
Dari beberapa definisi mineral diatas, maka terdapat batasan-batasan defenisi
mineral :
a) Suatu Bahan Alam
Harus terjadi secara ilmiah. Maka bahan atau zat yang dibuat oleh tenaga
manusia atau di laboratorium tidak dapat disebut sebagai mineral. Walaupun kadang-
kadang pembuatan suatu zat atau bahan di laboratorium akan mempunyai suatu
bentuk Kristal yang sangat sesuai bahkan sangat sulit dibedakan dengan Kristal di
alam, akan tetapi pembuatan zat tersebut tidak dapat disebut sebagai mineral.
b) Mempunyai Sifat Fisis dan Kimia Tetap
Mineral-mineral mempunyai sifat-sifat fisis yaitu warna, kekerasan, kilap,
perawakan Kristal, gores, belahan, dan lain- lain. Mineral mempunyai sifat kimiawi
39
40
Bila suatu permukaan suatu mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang
mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap dan sebagian
dipantulkan (refleksi). Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat
pengotor dan warna mineral asli yang berasal dari elemen utama pada mineral
tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemn-elemen utama pada
mineral disebut dengan nama Idiochromatik.
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain, sehingga
memberikan warna yang berubah bergantung pada pengotornya, disebut dengan nama
Allochromatik. Kehadiran kelompok dengan mineral ion asing yang dapat
memberikan warna tertentu pada mineral disebut dengan nama Cromophores.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi warna :
a) Komposisi kimia
b) Struktur Kristal dan ikatan atom
c) Pengotor dari mineral
yang sempurna jarang didapatkan, karena dalam sebuah mineral selalu mendapat
ganguan.
Mineral yang sering dijumpai di alam bentuknya tidak berkembang
sebagaimana mestinya, sehinnga sulit untuk mengelompokan mineral kedalam bentuk
Kristal. Sebagai gantinya dipakailah istilah perawakan mineral. Bentuk khas mineral
ditentukan oleh bidang yang membangunya, termasuk bentuk dan ukuran bidang-
bidang tersebut.
Perawakan Kristal dibedakan atas 3 golongan (Richard Pearl, 1975) yaitu,
Rounded habits (membutir), Elongated Habits (meniang atau berserabut), dan
Flattened habits (lembaran tipis).
1) Elongated Habits (meniang atau berserabut),
a) Meniang (columnar)
Bentuk Kristal prismatik yang menyerupai bentuk tiang contohnya;
Tourmaline dan Pyrolusite
b) Menyerat (fibrous)
Bentuk Kristal yang menyerupai serat-serat kecil contohnya; Gypsum dan
Asbestos
c) Menjarum (acicular)
Bentuk Kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil contohnya; Natrolite
d) Menjaring (reticulate)
Bentuk Kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jarring
contohnya; Rutile
e) Membenang (filliform)
Bentuk Kristal kecil-kecil menyerupai benaang contohnya; Silver
f) Menyerabut (capilery)
Bentuk kristalnya kecil-kecil menyerupai rambut contohnya; Cuprite
g) Montok (stout, stuby)
Bentuk Kristal pendek, gemuk sering terdapat pada Kristal-kristal dengan
sumbu c lebih pendek dari sumbu lainya contohnya; Zircon
h) Membintang (stellated)
Bentuk Kristal yang tersusun menyerupai bintang contohnya; Pirofilit
i) Menjari (radiated)
Bentuk kristalnya tersusun menyerupai bentuk jari-jari contohnya;
Markasi
2) Flattened Habits (lembaran tipis)
43
a) Membilah (bladed)
Bentuk Kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu dengan
perbandingan antara lembar dengan tebal sangat jauh contohnya; Kalaveri
b) Memapan (tabular)
Bentuk Kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal
tidak terlalu jauh contohnya; Hematit
c) Membata (blocky)
Bentuk Kristal tebal menyerupai bentu bata, dengan perbandingan antara tebal
dan lebar hamper sama contohnya; Microcline
d) Mendaun (foliated)
Bentuk Kristal pipih dengan melapis perlapisan yang mudah dikupas atau
dipisahkan contohnya; Mika
e) Memancar (divergent)
f) Bnetuk kristal tersusun membentuk kipas terbuka contohnya; Gypsum
g) Membulu (plumose)
Bentuk Kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu contohnya;
Mika
3) Rounded Habits (membulat)
a) Mendada (mamilary)
Bentuk Kristal bulat-bulat seperti buah dada contohnya; Opal
b) Membulat (colloform)
Bentuk Kristal yang menunjukan permukaan yang bulat-bulat contohnya;
Bismuth
c) Membulat jari (colloform radial)
Bentuk Kristal yang membulat dengan struktur dalam memancar
menyerupai contohnya; Pyrolorphyte
d) Membutir (granular)
Kelompok Kristal kecil yang membentuk butiran contohnya; Olivin
e) Mamisolit (pisolitik)
44
c. Kilap (luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah
mineral, yang erat hubunganya dengan sifat pemantulan refleksi dan pembiasan
(refreksi), itensitas kilap tergantung dari indeks bias mineral, yang apabila makin
besar indeks bias mineral, maka makin besar pula cahaya yang dipantulkan. Kilap
terbagi menjadi beberapa macam yaitu :
a) Kilap Logam (metallic luster)
Mineral yang mempunyai indeks bias sama dengan 3 atau lebih.
b) Contohnya: Galena, Native Metal, Sulphide
Kilap Sub-Metalic (sub metallic luster)
c) Terdapat pada mineral ang mempunyai indeks bias antara 2,6 sampai 3
Contohnya: Cuprite (n=2,65),Cinnabar (n=2,90),Hematit (n=3,00)
d) Kilap Non Logam (non metallic luster)
45
D. Kekerasan (hardness)
Kekerasan pada mineral umunya diartikan sebagai daya tahan mineral
terhadap goresan (scratching). Penentuan kekerasan relif mineral ialah dengan jalan
menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar dari skala Mohs
yang sudah diketahui kekerasanya, atau juga bisa menggunakan alat bantu berupa
kaca, besi, kuku dan sebagainya.
Dalam penentuan kekerasan relatif dari sebuah mineral dapat dilakukan
dengan beberapa cara sederhana diantaranya:
Kuku jari manusia H=2,5
Kawat tembaga H=3
Pecahan kaca H=5,5
Pisau baja H=5,5
Kikir baja H=6,5
Lempeng baja H=7
E. Goresan (streak)
Gores adalah warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk
sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertaggungjawabkan karena stabil dan penting
untuk membedakan dua mineral yang warnanya sama akan tetapi goresanya bebeda.
Gores ini didapatkan saat mineral digoreskan keeping porselin, apabila mineral
tersebut mempunyai kekerasan lebih dari 6 skala Mohs maka mineral tersebut akan
ditumbuk sampai halus.
F. Belahan (cleavage)
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitasnya
dan plastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah. Belahan mineral akan selalu
sejajar dengan bidang permukaan Kristal yang rata, karena belahan merupakan
48
Sifat mineral yang dapat ditarik dan diukur seperti kawat. Apabila mineral
ditarik dapat bertambah panjang dan apabila dilepaskan maka mineral akan
kembali seperti semula.
k) Flexsible
Apabila mineral dapat dilengkungkan kearah mana saja dengan mudah.
l) Elastic
Dapat merenggang bila ditarik, dan kembaliseperti semula bila dilepaskan.
berat mineral
BJ =
volume mineral
Mineral yang tembus cahaya, akan tetapi tidak tembus pandang seperti
kaca frosted
d) Mineral-mineral yang tidak tembus pandang
Mineral dalam bentuk pecahan-pecahan (fragmen) tetapi tembus cahaya
pada lapisan yang tipis.
A. Sifat Kimiawi Mineral
lmu tentang kimia mineral sudah dimulai pada abad ke 19 yang didasarkan
atas hokum komposisi tetap, teori atom dari daftar dan kemajuan dalam analisa
kuantitatif perkembangan ilmu ini sangat membantu dan mengintegrasikan data
dalam hasil analisa.
Kimia mineral adalah ilmu yang mempelajari sifat sifat mineral dari suatu
mineral penyusun batuan yang meliputi reaksi reduksi, dan oksidasi.
Ada beberapa cara untuk mengetahui sifat kimia atau kandungan kimia suatu
mineral yaitu dengan metode.
a) Menggunakan Larutan HCl
Biasanya pada metode ini digunakan tiga mineral untuk di ujiyaitu
kwarsa, calsite, dan dolomite. Metode ini dilakukan dengan cara menetesi larutan
HCl pada mineral yang di uji dengan pipet tetes. Dan adapun hasil dari
pengamatannya pada umumnya calsite akan menghasilkan gelembung berupa gas
Carbonat (CO3) sedangkan kwarsa tidak akan menghasilkan reaksi apapun.
b) Analisa kimia mineral dengan metode kualitatif dengan cara
pemanasan.
Metode ini dilakuakan dengan membenihkan kawat platina dengan
menggunakan spritus dan HCl serta dipanaskan berulang kali. Lau
memasukkan pltina tadi kedalam borax (Na2 BO7) hingga terbentuk
mutiara borax yang jernih. Masukkanmutiara tadi kedalam tepung mineral
panaskan dengan api oksida catat perubahan warna pada saat panas dan
dingin.laukan hal diatas sekali lagi tapi mutiara borax yang sudah dimasukkan
54
kedalam tepung mineral di panaskan dengan api reduksi. Catat segala segala
perubahan yang terjadi setelah itu cocokkan kedalam table Kraus.
Tabel 2 : Kraus (sumber : http://asmarawardhanadistana.blogspot.co.id)
No Warna Nyala Mengandung
1 Merah sampai merah tua Sr (Strosium)
2 Merah tua sampai kuning Li (Litium)
3 Merah jingga sampai merah bata Ca (Calium)
4 Kuning Na (Natrium)
5 Kuning kehijaun Ba (Barium)
6 Hijau zamrud Th (Thorium)
A. Mineral Silikat
Hampir 90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silicon dan oksigen dengan beberapa unsur metal.
Karena jumlahnya yang besar, maka hampi 90% dari berat kerak bumi tersusun oleh
mineral silikat, dan hampir 100% dari mantel bumi (sampai kedalaman 2900 km dari
kerak bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu
batuan sedimen, beku, dan metamorf. Silikat pembentuk batuan yang umum dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok feromagnesium dam nonferomagnesium.
a) Mineral feromagnesium
Umunya mempunyai warna gelap dan mempunyai massa jenis yang besar.
Contoh-contoh mineral feromagnesium:
1. Olivine, dikenal dengan warnanya yang olive. Berat jenisnya
berkisaran antara 3,27-3.37 g/cm3, tumbuh sebagai mineral yang
mempunyai bidang belahan yang kurang sempurna.
2. Augit, warnanya hijau gelap sampai hitam. Mempunyai berat jenis
berkisaran antara 3,2-3,4 g/cm3, bidang belahan augit sangat penting
untuk membedakan dengan hornblende
3. Hornblende, warnanya hijau hingga hitam. Berta jenisnya berkisaran
antara 3,2 g/cm3 dan mempunyai bidang belahan yang berpotongan
dengan sudut kira-kira 56 dan 124 yang sangat membantu dalam
mengenalinya.
b) Mineral nonferomagnesium
Umumnya mempunyai warna terang dan berat jenis yang kecil. Berikut ini
adalah beberapa contoh mineral nonferomagnesium:
1. Muskovit, disebut mika putih karena warnanya terang, kuning muda,
coklat, hijau atau merah. Berat jenisnya berkisaran antara 2,8-3,1
g/cm3
2. Feldspar, merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak.
Feldspar juga mencerminkan bahwa mineral ini paling banyak
dijumpai di lapangan. Jumlahnya sangat melimpah didalam kerak
bumi hampir 54%.
56