Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB III

MINERALOGI FISIK
3.1 Pengertian Mineralogi dan Mineral
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan
kegunaanya.
Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat fisik dan kimia tetap
dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia tetap, pada umunya anorganik,
homogen, dapat berupa padat, cair, dan gas.
Defenisi mineral menurut beberapa ahli :
A. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu bahan padat homogen yang terdapat di alam terbentuk
secara anorganik memiliki komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur.
B. D.G.A. White dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara sturuktural homigen
mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oloeh proses alam anorganik.
C. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogeny mempunyai komposisi
kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat, tetap
dibentuk di alam dan bukan hasil dari suatu kehidupan.
Dari beberapa definisi mineral diatas, maka terdapat batasan-batasan defenisi
mineral :
a) Suatu Bahan Alam
Harus terjadi secara ilmiah. Maka bahan atau zat yang dibuat oleh tenaga
manusia atau di laboratorium tidak dapat disebut sebagai mineral. Walaupun kadang-
kadang pembuatan suatu zat atau bahan di laboratorium akan mempunyai suatu
bentuk Kristal yang sangat sesuai bahkan sangat sulit dibedakan dengan Kristal di
alam, akan tetapi pembuatan zat tersebut tidak dapat disebut sebagai mineral.
b) Mempunyai Sifat Fisis dan Kimia Tetap
Mineral-mineral mempunyai sifat-sifat fisis yaitu warna, kekerasan, kilap,
perawakan Kristal, gores, belahan, dan lain- lain. Mineral mempunyai sifat kimiawi

39
40

yang tetap diantaranya terhadap api oksidasi-reduksi, pelentingan, pengarangan, dan


lain-lain.
c) Berupa Unsur Tunggal dan Persenyawaan Tetap
Mineral merupakan unsur tunggal seperti Diamond (C), Graphite (C), Native
Silver (Ag). Mineral juga berupa senyawa kimia sederhana, misalnya Barit (BaSO4),
Zircon (ZrSO4). Mineral juga dapat berupa senyawa kimia yang kompleks, misalnya
epistolite (NaCa)(CbTiMgFeMn)(OH), polymignyte (CaFeYZrTh)(CbTiTa)O4.
d) Pada Umumnya Anorganik
Batasan ini mengandung pengertian arti mineral yang lebih luas. Mineral
umum bukan hasil dari suatu kehidupan tetapi ada beberapa mineral yang merupakan
hasil kehidupan atau disebut juga mineral organic.
e) Homogen
Mengandung batasan bahwa suatu mineral mineral tidak bisa diuraikan
menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika.
f) Dapat Berupa Padat, Cair, dan Gas
Berupa zat padat : Quartz, barite
Berupa zat cair : Air Raksa, Air
3.2 Proses Pembentukan Mineral
Secara umum mineral dapat terbentuk melalui tiga cara yaitu :
A. Larutan Magma
Proses pembentukan mineral dengan cara pemisahan magma, yang
diakibatakan oleh pendinginan dan penurunan suhu dan membentuk satu atau lebih
mineral.
B. Sublimasi
Proses pembentukan mineral dan batuan yang terjadi akibat proses pemadatan
dari uap atau gas yang berasal dari magma.
C. Metamorfisme
Merupakan hasil dari metamorfisme kontak dan metamorfisme regional yang
mengalami asimilasi dengan dinding batuan lain sehingga dapt membentu mineral
baru.
3.3 Sifat Fisik Mineral dan Kimiawi
1. Sifat Fisik Mineral
a) Warna
41

Bila suatu permukaan suatu mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang
mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap dan sebagian
dipantulkan (refleksi). Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat
pengotor dan warna mineral asli yang berasal dari elemen utama pada mineral
tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemn-elemen utama pada
mineral disebut dengan nama Idiochromatik.
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain, sehingga
memberikan warna yang berubah bergantung pada pengotornya, disebut dengan nama
Allochromatik. Kehadiran kelompok dengan mineral ion asing yang dapat
memberikan warna tertentu pada mineral disebut dengan nama Cromophores.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi warna :
a) Komposisi kimia
b) Struktur Kristal dan ikatan atom
c) Pengotor dari mineral

Gambar 15 : contoh warna mineral


(sumber : https://www.lighthouse-educational.com)
b. Perawakan Kristal (Crystal Habits)
Apabila dalam pertumbuhanya tidak mengalami ganguan apapun, maka
mineral akan mempunyai bentuk Kristal yang sempurna. Akan tetapi bentuk Kristal
42

yang sempurna jarang didapatkan, karena dalam sebuah mineral selalu mendapat
ganguan.
Mineral yang sering dijumpai di alam bentuknya tidak berkembang
sebagaimana mestinya, sehinnga sulit untuk mengelompokan mineral kedalam bentuk
Kristal. Sebagai gantinya dipakailah istilah perawakan mineral. Bentuk khas mineral
ditentukan oleh bidang yang membangunya, termasuk bentuk dan ukuran bidang-
bidang tersebut.
Perawakan Kristal dibedakan atas 3 golongan (Richard Pearl, 1975) yaitu,
Rounded habits (membutir), Elongated Habits (meniang atau berserabut), dan
Flattened habits (lembaran tipis).
1) Elongated Habits (meniang atau berserabut),
a) Meniang (columnar)
Bentuk Kristal prismatik yang menyerupai bentuk tiang contohnya;
Tourmaline dan Pyrolusite
b) Menyerat (fibrous)
Bentuk Kristal yang menyerupai serat-serat kecil contohnya; Gypsum dan
Asbestos
c) Menjarum (acicular)
Bentuk Kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil contohnya; Natrolite
d) Menjaring (reticulate)
Bentuk Kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jarring
contohnya; Rutile
e) Membenang (filliform)
Bentuk Kristal kecil-kecil menyerupai benaang contohnya; Silver
f) Menyerabut (capilery)
Bentuk kristalnya kecil-kecil menyerupai rambut contohnya; Cuprite
g) Montok (stout, stuby)
Bentuk Kristal pendek, gemuk sering terdapat pada Kristal-kristal dengan
sumbu c lebih pendek dari sumbu lainya contohnya; Zircon
h) Membintang (stellated)
Bentuk Kristal yang tersusun menyerupai bintang contohnya; Pirofilit
i) Menjari (radiated)
Bentuk kristalnya tersusun menyerupai bentuk jari-jari contohnya;
Markasi
2) Flattened Habits (lembaran tipis)
43

a) Membilah (bladed)
Bentuk Kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu dengan
perbandingan antara lembar dengan tebal sangat jauh contohnya; Kalaveri
b) Memapan (tabular)
Bentuk Kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal
tidak terlalu jauh contohnya; Hematit
c) Membata (blocky)
Bentuk Kristal tebal menyerupai bentu bata, dengan perbandingan antara tebal
dan lebar hamper sama contohnya; Microcline
d) Mendaun (foliated)
Bentuk Kristal pipih dengan melapis perlapisan yang mudah dikupas atau
dipisahkan contohnya; Mika
e) Memancar (divergent)
f) Bnetuk kristal tersusun membentuk kipas terbuka contohnya; Gypsum
g) Membulu (plumose)
Bentuk Kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu contohnya;
Mika
3) Rounded Habits (membulat)
a) Mendada (mamilary)
Bentuk Kristal bulat-bulat seperti buah dada contohnya; Opal
b) Membulat (colloform)
Bentuk Kristal yang menunjukan permukaan yang bulat-bulat contohnya;
Bismuth
c) Membulat jari (colloform radial)
Bentuk Kristal yang membulat dengan struktur dalam memancar
menyerupai contohnya; Pyrolorphyte
d) Membutir (granular)
Kelompok Kristal kecil yang membentuk butiran contohnya; Olivin
e) Mamisolit (pisolitik)
44

Kelompok Kristal lonjong seperti krikil atau kacang tanah


contohnya; Opal
f) Stalaktit (stalactitic)
Bentuk Kristal yang membulat dengan litologi gamping contohnya;
Geothite
g) Mengginjal (reniform)
Bentuk Kristal yang menyerupai bentuk ginjal contohnya; Hematite

Gambar16 : macam-macam perawakan kristal


(sumber : https://idaywibowo.wordpress.com)

c. Kilap (luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah
mineral, yang erat hubunganya dengan sifat pemantulan refleksi dan pembiasan
(refreksi), itensitas kilap tergantung dari indeks bias mineral, yang apabila makin
besar indeks bias mineral, maka makin besar pula cahaya yang dipantulkan. Kilap
terbagi menjadi beberapa macam yaitu :
a) Kilap Logam (metallic luster)
Mineral yang mempunyai indeks bias sama dengan 3 atau lebih.
b) Contohnya: Galena, Native Metal, Sulphide
Kilap Sub-Metalic (sub metallic luster)
c) Terdapat pada mineral ang mempunyai indeks bias antara 2,6 sampai 3
Contohnya: Cuprite (n=2,65),Cinnabar (n=2,90),Hematit (n=3,00)
d) Kilap Non Logam (non metallic luster)
45

Mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan dengan


indeks bias kurang dari 2,5. Gores mineral ini biasanya tak berwarna atau
berwarna muda.

Macam kilap bukan logam :


a) Kilap Kaca (vitreous luster)
Kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas contohnya
Quarts, Garnet, dan Corrondum
b) Kilap Intan (adamantine luster)
Kilap sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh permata atau intan
contohnya: Diamond, Sulfur, dan Zircon
c) Kilap Lemak (greasy luster)
Contohnya: Nephtaline yang sudah terkena gas dan Halite yang sudah
terkena udara
d) Kilap Lilin (waxy luster)
Merupakan kilap yang mempunyai bentuk seperti lilin yang khas
contohnya: Serpentine dan Cerargyrite
e) Kilap Sutera (silky luster)
Kilap seperti yang terdapat pada mineral yang paralel atau berserabut
(parallel fibrous structure) contohnya: Serpentine dan Hematit
f) Kilap Mutiara (pearly luster)
Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transparent yang bebentuk lemberan
dan menyerupai mutiara contohnya; Talc, Mica dan Gypsum.
g) Kilap Tanah (earthy luster)
h) Kilap Guram (dull luster)
Kilap yang ditunjukan oleh mineral porous dan sinar yang masuk tidak
dipantulkan kembali contohnya: kaoline, diatomea, dan pyrolusite.
46

Gambar 17 : macam-macam kilap


(sumber : https://idaywibowo.wordpress.com)

D. Kekerasan (hardness)
Kekerasan pada mineral umunya diartikan sebagai daya tahan mineral
terhadap goresan (scratching). Penentuan kekerasan relif mineral ialah dengan jalan
menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar dari skala Mohs
yang sudah diketahui kekerasanya, atau juga bisa menggunakan alat bantu berupa
kaca, besi, kuku dan sebagainya.
Dalam penentuan kekerasan relatif dari sebuah mineral dapat dilakukan
dengan beberapa cara sederhana diantaranya:
Kuku jari manusia H=2,5
Kawat tembaga H=3
Pecahan kaca H=5,5
Pisau baja H=5,5
Kikir baja H=6,5
Lempeng baja H=7

Tabel 1 : Skala mohs


47

(sumber : Buku Panduan Praktikum Kristalografi dan Mineralogi IST AKPRIND


Yogyakarta)
kekerasa Nama Mineral Rumus Kimia
n
1 Talk Mg3Si4O10(OH)2
2 Gypsum CaSO2.2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite Ca5(PO4)3F
6 Orthoclase K(AlSi3O8)
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO4(FOH)2
9 Korondum Al2O3
10 Diamond C

E. Goresan (streak)
Gores adalah warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk
sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertaggungjawabkan karena stabil dan penting
untuk membedakan dua mineral yang warnanya sama akan tetapi goresanya bebeda.
Gores ini didapatkan saat mineral digoreskan keeping porselin, apabila mineral
tersebut mempunyai kekerasan lebih dari 6 skala Mohs maka mineral tersebut akan
ditumbuk sampai halus.

Gambar 18 : contoh goresan


(sumber : https://idaywibowo.wordpress.com)

F. Belahan (cleavage)
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitasnya
dan plastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah. Belahan mineral akan selalu
sejajar dengan bidang permukaan Kristal yang rata, karena belahan merupakan
48

gambaran dari struktur dalam Kristal.belahan tersebut akan menghasilkan Kristal


dengan bagian-bagian yang kecil, yang setiap bagian Kristal dibatasi oleh bidang rata.
Berdasarkan dari bagus atau tidaknya suatu belahan pada bidang mineral, maka
belahan dibagi menjadi
a) Sempurna (perfect)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahanya yang merupakan
bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahanya.
b) Baik (good)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahanya yang rata,
tetapi juga dapat juga terbelah memotong atau tidak melalui bidang
belahanya.
c) Jelas (distinc)
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral
tersebut sukar membelah melalui bidang belahanya dan tidak rata.
d) Tidak Jelas (indistinct)
Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk
membentuk belahan dan pecahan sama besar.
e) Tidak Sempurna (imperfect)
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat jelas lagi arah belahanya, dan
mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
49

Gambar : 19. Belahan Mineral


(sumber : https://idaywibowo.wordpress.com)
G. Pecahan (fracture)
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas
dan elastisitas, maka mineral tersebut akan pecah. Pecahan dapat dibagi menjadi:
a) Chonchoidal
Pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol dan kulit bawang
b) Hackly
Pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam, serta kasar dan tak
beraturan seperti gerigi.
c) Even
Pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan ujung
pecahan masih mendekati bidang datar.
d) Uneven
Pecahan mineral yang menunjukan permukaan bidang pecahanya kasar dan
teratur. Kebanyakan mineral mempunyai pecahan Unaven.
e) Splintery
Pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam menyerupai
benang atau menyerabut,
f) Earthy
Pecahan mineral yang hancur seperti tanah
50

Gambar 20: Pecahan


(sumber : https://idaywibowo.wordpress.com
H Daya Tahan Terhadap pukulan (tenacity)
Tenacity adalah suatu tahan mineral terhadap pemechan, pembengkokan,
penghancuran, dan pemotongan.
Macam-macam Tenacity :
g) Brittle
Apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
h) Sectile
Apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang menjadi
tepung.
i) Malleable
Apabila mineral ditempa kemudian mineral menjadi pipih/
j) Ductile
51

Sifat mineral yang dapat ditarik dan diukur seperti kawat. Apabila mineral
ditarik dapat bertambah panjang dan apabila dilepaskan maka mineral akan
kembali seperti semula.
k) Flexsible
Apabila mineral dapat dilengkungkan kearah mana saja dengan mudah.
l) Elastic
Dapat merenggang bila ditarik, dan kembaliseperti semula bila dilepaskan.

I Berat Jenis (specific gravity)


Berat jenis adalah angka perbandingan berat antara suatu mineral,
dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama.

berat mineral
BJ =
volume mineral

J Rasa dan Bau (taste dan odour)


Disamping dari sifat fisik di atas yang sudah ada pada mineral, maka mineral
juga mempunyai salah stu sifat fisik yakni baud an rasa. Rasa (taste) hanya dimiliki
oleh mineral-mineral yang berbentuk cair :
a) Astringet : rasa yang umunya dimiliki oleh mineral logam
b) Swettis astringent : rasa seperti pada tawas
c) Saline : rasa seperti garam
d) Alkaline : rasa seperti soda
e) Bitter : rasa seperti garam pahit
f) Cooling : rasa seperti sendawa
g) Sour : rasa seperti asam belerang
Melalui gesekan dan penghilanga dari beberapa zat yang bersifat volatile
melalui pemanasan atau melalui penambahan asam, maka kadang-kadang bau
(odour) akan menjadi suatu ciri khas dari mineral.
52

a) Alliaceous : bau seperti bawang, proses pereaksian dari arsenopirit akan


menimbulkan bau yang khas. Hal ini juga biasanya dimiliki oleh senyawa-
senyawa arsenite karena proses pemanasan.
b) Horse radish odour : bau dari lobak kuda yang menjadi busuk (biji selenit
yang dipanasi)
c) Sulphurous : bau y ng ditimbulkan oleh proses pereaksian pirit atau
mineral yang mengandung sulfide
d) Bituminous : bau seperti bau aspal
e) Fetid : bau yang ditimbulkan oleh asam sulfide atau bau yang ditimbulkan
dari bau telur busuk
f) Argillaceous : bau seperti lempung basah, seperti serpentine yang
mengalami pemanasan.
K Sifat Kemagnetan
Semua mineral mempunya sifat magnetis, meskipun untuk menunjukanya
perlu menggunakan alat khusus. Sebagian kecil dari mineral dalam keadaan asli
(murni)dapat ditarik dengan magnet baja dengan mudah. Sifat kemagnetan dalam
mineral terbagi menjadi dua:
a) Paramagnetit adalah mineral yang mempunyai gaya tarik dengan magnet.
b) Diamagnetit adalah mineral yang mempunyai gaya tolak dengan magnet.
L. Derajat Ketransparan
Sifat transpar dari suatu mineral tergantung pada kemampuan mineral tersebut
mentransmit sinar cahaya (berkas sinar). Selain itu variasi mineral juga dibedakan
atas :
a) Opaque mineral
Mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk helain yang
sangat tipis. Mineral-mineral ini mempunyai permukaan kilauan metalik
dan meninggalkan berkas hitam atau gelap (logam-logam mulia, ferric
oksida, dan belerang)
b) Transperant mineral
Mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca biasa
c) Translucent mineral
53

Mineral yang tembus cahaya, akan tetapi tidak tembus pandang seperti
kaca frosted
d) Mineral-mineral yang tidak tembus pandang
Mineral dalam bentuk pecahan-pecahan (fragmen) tetapi tembus cahaya
pada lapisan yang tipis.
A. Sifat Kimiawi Mineral
lmu tentang kimia mineral sudah dimulai pada abad ke 19 yang didasarkan
atas hokum komposisi tetap, teori atom dari daftar dan kemajuan dalam analisa
kuantitatif perkembangan ilmu ini sangat membantu dan mengintegrasikan data
dalam hasil analisa.
Kimia mineral adalah ilmu yang mempelajari sifat sifat mineral dari suatu
mineral penyusun batuan yang meliputi reaksi reduksi, dan oksidasi.
Ada beberapa cara untuk mengetahui sifat kimia atau kandungan kimia suatu
mineral yaitu dengan metode.
a) Menggunakan Larutan HCl
Biasanya pada metode ini digunakan tiga mineral untuk di ujiyaitu
kwarsa, calsite, dan dolomite. Metode ini dilakukan dengan cara menetesi larutan
HCl pada mineral yang di uji dengan pipet tetes. Dan adapun hasil dari
pengamatannya pada umumnya calsite akan menghasilkan gelembung berupa gas
Carbonat (CO3) sedangkan kwarsa tidak akan menghasilkan reaksi apapun.
b) Analisa kimia mineral dengan metode kualitatif dengan cara
pemanasan.
Metode ini dilakuakan dengan membenihkan kawat platina dengan
menggunakan spritus dan HCl serta dipanaskan berulang kali. Lau
memasukkan pltina tadi kedalam borax (Na2 BO7) hingga terbentuk
mutiara borax yang jernih. Masukkanmutiara tadi kedalam tepung mineral
panaskan dengan api oksida catat perubahan warna pada saat panas dan
dingin.laukan hal diatas sekali lagi tapi mutiara borax yang sudah dimasukkan
54

kedalam tepung mineral di panaskan dengan api reduksi. Catat segala segala
perubahan yang terjadi setelah itu cocokkan kedalam table Kraus.
Tabel 2 : Kraus (sumber : http://asmarawardhanadistana.blogspot.co.id)
No Warna Nyala Mengandung
1 Merah sampai merah tua Sr (Strosium)
2 Merah tua sampai kuning Li (Litium)
3 Merah jingga sampai merah bata Ca (Calium)
4 Kuning Na (Natrium)
5 Kuning kehijaun Ba (Barium)
6 Hijau zamrud Th (Thorium)

7 Hijau cemerlang B (Boron)


8 Biru samapai hijau Sb (Stibium)
9 Hijau pucat sampai putih Cu (cuprum)
10 Biru abu-abu Ar (Arsen)
11 Biru pucat sampai abu-abu kebiruan Pb (plumbum)
12 Violet K (kalsium)

Penyelidikan sifat-sifat kimia dari mineral terbagi atas :


1. Penyelidikan Kering Tampa Reagensia
Pada penyelidikan ini yang diamati adalah :
a) Perubahan warna : warna sebelum dan sesudah dipanasi.
b) Perubahan warna nyala api di cocokkan dengan layer merwin table
c) Pelatikan misalnya pada pemanasan pyrite
d) Pengarangan misalnya pada batu bara
e) Peleburan
f) Kemagnetan misalnya mneral pyrite sebelum dipanasi non magnetit
setelah dipanasi menjadi magnetit
1. Penyelidikan basa dengan ragensia.
a) Pengujian khusus dengan meagendigunakan untuk memisahakan atau
membedakan antara calcite dan aragonite.
3.4 Mineral Utama Penyusun Kerak Buni
55

A. Mineral Silikat
Hampir 90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silicon dan oksigen dengan beberapa unsur metal.
Karena jumlahnya yang besar, maka hampi 90% dari berat kerak bumi tersusun oleh
mineral silikat, dan hampir 100% dari mantel bumi (sampai kedalaman 2900 km dari
kerak bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu
batuan sedimen, beku, dan metamorf. Silikat pembentuk batuan yang umum dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok feromagnesium dam nonferomagnesium.
a) Mineral feromagnesium
Umunya mempunyai warna gelap dan mempunyai massa jenis yang besar.
Contoh-contoh mineral feromagnesium:
1. Olivine, dikenal dengan warnanya yang olive. Berat jenisnya
berkisaran antara 3,27-3.37 g/cm3, tumbuh sebagai mineral yang
mempunyai bidang belahan yang kurang sempurna.
2. Augit, warnanya hijau gelap sampai hitam. Mempunyai berat jenis
berkisaran antara 3,2-3,4 g/cm3, bidang belahan augit sangat penting
untuk membedakan dengan hornblende
3. Hornblende, warnanya hijau hingga hitam. Berta jenisnya berkisaran
antara 3,2 g/cm3 dan mempunyai bidang belahan yang berpotongan
dengan sudut kira-kira 56 dan 124 yang sangat membantu dalam
mengenalinya.
b) Mineral nonferomagnesium
Umumnya mempunyai warna terang dan berat jenis yang kecil. Berikut ini
adalah beberapa contoh mineral nonferomagnesium:
1. Muskovit, disebut mika putih karena warnanya terang, kuning muda,
coklat, hijau atau merah. Berat jenisnya berkisaran antara 2,8-3,1
g/cm3
2. Feldspar, merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak.
Feldspar juga mencerminkan bahwa mineral ini paling banyak
dijumpai di lapangan. Jumlahnya sangat melimpah didalam kerak
bumi hampir 54%.
56

3. Kuarsa, kadang disebut dengan silika. Kuarsa adalah salah satu


mineral pembentuk batuan yang persenyawaanya terdiri silika dan
oksigen .
B. Mineral Nonsilika
mineral nonsilikat adal kelompok yang unsur pembentuknya bukan dari silica.
Mineral nonsilika keterdapatany di kerak bumi hanya sekitar 8% dari permukaan
bumi.
1. Native Element
Element pribumi seperti emas, platinum, atau tembaga tidak digabungkan
dengan unsur-unsur lainya.
2. Mineral Karbonat
Element karbonat mengandung kombinasi karbon dan oksigen
danmerupakan persenyawaan dengan oksigen yang merupakn
persenyawaan dengan ion (CO3)2- dan disebut karbonat.mineral ini
merupakan susunan utama pembentuk batuan sedimen. Karbonat
terbentuk dilingkunag laut yang berasal dari endapan bagkai plankton.
Karonat juga terbentuk pada daerah evopiritik dan pada daerah karst yang
membentuk gua, stlakmit dan stalaktit.
3. Mineral Oksida dan HidroksidaMerupakan mineral yang terbentuk dari
kombinasi unsur tertentu dengan gugus oksida dengan gugus hidroksida.
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung anatara
oksigen dengan unsur tertentu. Susunananya lebih sederhana
dibandingkan dengan mineral silica, mineral oksida juga lebih keras
dibandingkan dengan mineral silica dan lebih berat jika dari mineral
sulfide
4. Mineral Sulfida
Merupak mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu
dengan sulfur, sperti timbal, besi, merkuri, timbal, dan perak. Beberapa
57

mineral dari sulfide terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai


ekonomis.
5. Mineral Halide
Terbentuk ketika halogen dan klorin, yodium flourin atau
menggabungkan brom dengan unsur-unsur lain seperti kalsium.
6. Mineral Sulfat
Terdiri dari anion sulfat (SO42-) mineral sulfat adalah kombinasi antara
logam dengan anion sulfat tersebut.

Вам также может понравиться